1
RISALAH MUROQO MUROQOBAH BAH (PESAN dalam RENUNGAN) disusun oleh : Ir. HM. Munawir
Rangkuman Naskah Pengajian dan Khothbah
Diterbitkan oleh : Penerbit “Al-Ma’muriyah” Solo.
2
Pengantar
ﯿ
,ﮫ
ﮫ
:
,ﮫ
,ﮫ
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Alloh SWT disertai Sholawat dan Salam bagi Junjungan Junjungan Kita Nabi Besar Besar Muhammad SAW, k ami ber-Syukur bahwa naskah “Risalah Muroqobah” ini dapat tersusun dengan bentuk yang sederhana. Insya-Alloh mudah dibaca. dibaca. Naskah ini merupakan merupakan kumpulan dari sebagian sebagian naskah naskah yang berisi uraian/sajian yang pernah disampaikan oleh penyusun dalam pengajian-pengajian dikalangan terbatas, yaitu untuk para sanak keluarga, para teman sekerja (sebelum pensiun), tetangga dan para handai taulan yang lain. Selain itu, itu, beberapa diantaranya merupakan bahan khotbah yang disampaikan penyusun untuk para jama’ah dimasjid-masjid dilingkungan tempat tinggal dan lingkungan kantor tempat penyusun bertugas. Oleh karenanya bagi para sanak keluarga, teman sekerja, tetangga dan handai taulan lain yang pernah mendengarkannya, maka naskah ini sekedar melengkapi catatan yang pernah dimiliki. Bagi yang yang baru pertama pertama membaca, membaca, Insya -Alloh dapat ikut ikut menambah pemahaman pemahaman yang sudah dimiliki sebelumnya. Muatan yang terkandung dalam naskah ini pada umumnya kurang memiliki bobot keilmuan yang tinggi, dikarenakan dasar keilmuan yang dimiliki penyusun penyusun sendiri masih sangat terbatas, terbatas, baik dalam segi pendalamannya
maupun kemampuan profisinya dalam da’wah. Selain itu pengajian yang biasa diadakan dan khotbah-khotbah dimasjid umumnya memiliki topik yang menyesuaikan kondisi masarakat saat uraian tersebut diberikan yang bersifat spontan. Tetapi penyusun yakin para pembaca sangat memahami hal itu, untuk itu penyusun mohon ma’af atas segala kekurangan yang ada. Penerbitan berikut ini merupakan penerbitan yang kedua dan Insya-Alloh lebih sempurna, karena saran-saran perbaikan dan koreksi para pembaca pada penrbitan pertama sudah diusahakan ditampung. Dan atas saran dan koreksi para pembaca pembaca kami ucapkan te rimakasih Jaza-kumullo-hu KhoiralKhoiral jaza'. Dalam penyusunan penyusunan naskah ini, penyusun sangat sangat berter ima kasih dengan penuh rasa
hormat, kepada semua fihak, yang pertama para ‘Ulama yang telah membimbing dengan memberikan teladan, memberikan ‘ilmu dari tulisan dan uraian yang disampaikan disampaikan yang tertangkap tertangkap oleh penyusun, kemudian para keluarga keluarga dekat, tetangg a, teman kerja, handai taulan dan para jama’ah yang memberikan a.l: dorongan, bantuan dan masukan untuk melengkapi melengkapi naskah ini, sehingga Insya -Alloh lebih lengkap. lengkap. Atas segala bimbingan bimbingan serta bantuan tersebut Insya -Alloh akan di-Anugerah-kan balasan yang lebih baik dari Alloh SWT. Akhirnya penyusun berharap mudah -mudahan naskah ini memberi manfaat bagi yang membacanya. A-min.
. ﯿ
.ﮫ
ﱢ ﮫﱠ ﯿ
Yogyakarta,11 Maret 2013 Penyusun, M. Munawir.
ﯿ ﱠ
3
Daftar Isi : Halaman 2
Pengantar BAB: I. AQIDAH 5 (1). A l – I m a n. (2). (3) Al-Y Al-Yaq aqi-n i-n.. (4) (4) A l - H i d a y a h. h. (5) (5) AtAt(2). At-Ta At-Tauh uhi-d i-d.. (3) Taqwa. Taqwa. (6) (6) Syiri Syirik. k. (7) (7) K u f u r. r. (8) (8) N i f a q. (9) Iman Kepada Malaikat. (10) Fungsi yang dibebankan kepada Malaikat. (11) J i n n. (12) Iblis dan Syaithon. (13) Keutamaan Membaca Membaca dan Mempelajari Mempelajari Al-Quran. Al-Quran. (15) Keutamaa Keutamaan n Al-Q u r a n. (14) Keutamaan Surat al-Fatihah. (16) Tiga Golongan Pewaris Al-Quran. (17) Rosululloh. (18) Tanda-tanda Kerosulan. (19) Ar-Risa-lah. (20) Qiyamat. (21) Kematian. (22) Hisab. (23) Surga dan Neraka . (24) Syafa’at . (25) T a q d i r. II. SYARI’AH 73 (26)) A d - D i-n. (26 i-n. (27) A l – I s l a m. (28) Masuk dalam Islam secara Ka-ffah.(29) ‘I b a d a h. (30) N i a t. (31) Syaha-d Syaha-data atain. in. (32) (32) Bersuci. (33) (33) A s h - S h o l a h. (34) Keutamaan Sholat ber- Jama’ah. (35 ) Sholat Nafilah Setiap-hari. (36) Sholat Janazah. Janazah. (37) Memakmurk Memakmurkan an Masjid Masjid.. (38) D z i k i r. (39) Keuta Keutamaan maan Tahli Tahlil, l, Takbi Takbir, r, Tahmid Tahmid dan Tasbih. (40) Keutamaan Istighfar. (41) D o ‘ a. (42 ) Shodaqoh. (43) Zakat. Zakat . (44) Zakat Fithrah. (45) Shoum (Puasa). (46) Amalan bulan Romadhon. Romadhon. (47 ) LailatulQodr. (48). Haji. (49) Qurban. (50 ) ‘Aqiqoh. III. AKHLAQUL -KARIMAH 1 37 (51) A l - I h s a n. n. (52) Al-I Al-I k h l a s h. (53) S y u k u r. (54) S h a b a r. (55) (55) R i d l o. (56) Tawakkal. Tawakkal. (57 ) W a r a ‘. (58) Q o n a ’ a h. (5 9) Z u h u d. (60) (60) Istiqomah. (61) Berbakti kepada kepada Kedua Kedua Orang Orang -tua. (62) Tanggung-jawab Orang-tua terhadap terhadap Keluarga. (63) A r – R i a’. (64) ‘U j u b. (65) Takabbur. (66) M a r a h (Ghodlob). (67) Dengki (Hasad). (68) Dendam (Ghillu). (Ghillu). (69) Pensucian Diri (Tazkiyah). (Tazkiyah). (70) (70 ) AtTaubah. IV. TARBIYAH 180 (71). Peran Utama orang-tua Mendidik anak. (72). Kewajiban Syari’at Terhadap Anak Yang Lahir. (73) Nasihat Tentang Perkawinan. (74) Peningkatan Kemampuan Ilmu. (75) Memperkuat keteguhan keteguhan Jiwa Jiwa dan Raga. (76) Mempertajam Mempertajam Kepekaan Sosial. Sosial. (77) Menggerakkan Da’wah “Islamiayah”. (78) Pendidikan Dengan Keteladanan. (79) Pendidikan Pendidikan Dengan Adat Kebiasaan Kebiasaan Yang baik. ( 80) Pendidikan Dengan Nasehat. Nasehat. (81) Pendidikan Dengan Dengan Perhatian . (82) Pendidikan Pendidikan Dengan Memberi Hukuman/Sangsi. (83) Sifat-sifat Asasi Pendidik. (84) Kaidah Pokok Dalam Pendidikan Pendidikan Anak. (85) Washiat pada usia empat -puluh tahun V. IMAMAH 225 (86) Ummat Islam Wajib berjama’ah. (87 ) Larangan Berpecah- belah dan Ta’ashshub. (88) Ummat Islam Wajib Memilih Pemimpin. Pemimpin. (89 ) Patuh dan Ta’at pad a Pemimpin. (90) Menasihati Pemimpin. (91) Keutamaan Pemimpin yang Adil. (92) Memilih Orang Kepercayaan. Kepercayaan. (93) (93 ) Tercelanya menuntut Kedudukan. Kedudukan. (94 ) Pemimpin yang tidak mengikuti Petunjuk. (95) Pemimpin yang Menyesatkan. (96) Pemimpin yang Berkhianat. Berkhianat. (97) Penghasilan Pemimpin. Pemimpin. (98) Kedudukan Kedudukan W a n i t a . (99) Khilafah. Khilafah. (100) Jihad fi Sabilillah. Daftar Pustaka 252
4
Muroqobah Muroqobah berasal dari bahasa Arab Roqoba artinya menjaga atau mengawasi, dapat pula berarti mengamati secara secara cerma cermat. t. Sehing Sehingga ga Muroqobah adalah sikap seseorang yang selalu menjaga menjaga diri dengan amalan amalan -amalan Sholih yang yang dilakukannya dilakukannya secara cermat dan teliti dengan kesadaran, bahwa Alloh SWT selalu mengamati dan mengawasinya. Dalam Surat An-Nisa' (4) (4) Ayat 1 Alloh Alloh berfirman berfirman :
Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan Mengawasi kamu ". Artinya : "…… Sesungguhnya Di Ayat lain dalam Surat Al- Ahzab (33) Ayat 52 di-Firmankan :
segala sesuatu". Artinya : " …. dan adalah Alloh Maha Mengawasi segala Amalan yang Sholih yang harus kita cermati tsb meliputi amalan-amalan yang menyangkut menyangkut : Aqidah, Syari'ah, A khlaq dan 'Amaliah 'Amaliah Sholihah lain baik dalam bidang Tarbiyah dan Imamah.
5
BAB I
‘A Q I D A H “‘A q i d a h” adalah bahasa Arab berasal dari kata kerja “‘aqada -ya’qidu” artinya menyimpulkan tali atau mengikatkan tali dan berarti juga mengikatkan janji. Dalam hal istilah “Aqidah Islamiah” , maka “Aqidah” berarti mengikatkan janji kepada Alloh SWT. Selanjutnya dalam tata bahasa Arab, kalimat tsb dapat berubah (menurut Ilmu Nahwu dan Shorf) menjadi I’tiqod yang dapat mempunyai arti mempercayai
atau meyaqini. Dengan demikian ‘Aqidah menjadi
berarti keyaqinan atau kepercay kepercayaan aan kepada kepada Alloh Alloh SWT, yang yang kemudian kemudian disebut disebut sebagai sebagai “Aqidah Islamiah” atau dalam istilah lain disebut pula sebagai “al-Iman” .
Bagi seorang Muslim, maka ‘Aqidah adalah unsur yang paling assensial (dasar) dalam Islam disamping adanya dua unsur pokok lain yaitu “Syari’at” ’at ” dan “Akhlaqul-karimah”. ‘A qidah berkaitan dengan amalan yang terdapat dalam hati (Ruhaniah), sed angkan Syari’at menyangkut amalan ‘Ibadah (dilakukan anggota badan/jasmaniah badan/jasmaniah dan hak milik), dan Akhlaqul -karimah berhubungan berhubungan dengan soal etika, moral dan lebih luas luas lagi tata pergaulan pergaulan hidup, hidup, baik dengan dengan sesama manusia
ataupun didalam alam lingkungannya. Sementara ‘Ulama menggambarkan hubungan ketiganya dalam suatu bangunan, maka Aqidah adalah merupakan fondasi suatu bangunan (Agama), Syari’at adalah bangunan itu sendiri, sedang Akhlaq adalah atap dari bangunan tersebut tersebut dengan corak bangunan bangunan itu sendiri . Wallo- hu A’lam.
1. A l – I m a n
“A l-I m a n” dari segi bahasa (Arab) berasal dari “A -mana – Yu’minu – I-ma-nan” artinya : percaya, setia, aman, melindungi melindungi a tau berarti pula menempatkan menempatkan sesuatu (ditempat yang aman). Dalam pelajaran ‘Aqo’id (Ilmu ‘Aqidah) oleh para ‘Ulama dirumuskan pengertian “al -Iman” a.l sbb :
ﱢ
ﱠ
ﯾ
:
ﯾ
dengan lisan tentang ke -Imanannya, -Imanannya, Artinya : al-Iman itu adalah adanya pernyataan dengan disertai pembenaran dalam hati dan peng’amalan dengan ragan ya, tentang apa yang dipercayai (diyaqini)nya. Sebagai contoh contoh bagi orang yang ber -Iman kepada Alloh, maka ia selain menyatakan Iman kepada Alloh Alloh dengan lisannya, lisannya, selanjutnya selanjutnya ia juga juga membenarkan dalam dalam hati dan akan ta’at serta patuh meng’amalkan segala p erintah dan menjauhi segala larangan- Nya. Nya. Ada pula “Ulama yang merumuskan, bahwa orang beriman adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang “kebenaran” dari Alloh (al -Haq) dan meyakini kebenaran kebenaran itu dengan melaksanakan melaksanakan segala perintah -Nya dan menjauhi segala larangan-Nya berdasar tuntunan Rosululloh SAW, yaitu dari ajaran yang diyakini diyakini kebenarannya kebenarannya tersebut. tersebut. Wallo-hu A ’lam. Alloh ber -Firman -Firman dalam Surat AlBaqoroh (2) Ayat 177, sbb :
6 Artinya : "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, kebajikan, akan tetapi sesungguhnya sesungguhnya kebajikan kebajikan itu ialah ber -Iman kepada Alloh, hari kemudian, kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi.." nabi-nabi.."
Dalam Hadits riwayat dari Sayyidina ‘Umar bin Khoththob ra, dia berkata, “Suatu ketika kami duduk disisi Rosululloh Rosululloh SAW disiang hari. Tiba -tiba muncullah muncullah ditengah kami seorang lelaki yang sangat sangat putih pakaiannya pakaiannya dan sangat hitam rambutnya, rambutnya, tidak terlihat bekas-bekas perjalanan padanya dan tiada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Sampai dia duduk didekat Nabi SAW. Dia menempelkan lututnya kelutut Nabi Nabi SAW dan meletakkan dua t elapak tangannya tangannya pada dua paha b eliau, seraya seraya bertan bertanya ya a.l :…………………………
ﮫﱠ
ﮫ
.
ﱠ
ﮫ
:
ﮫ
. ﱢ
ﯿ
:
ﯾ
ﯿ
“Beritahukanlah kepadaku apakah Iman itu : Rosululloh SAW menjawab : kitab-kitab-Nya, “Bahwasanya engkau beriman kepada Alloh, malaikat -malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-utusan-Nya, hari akhir dan engkau beriman kepa da taqdir, baik dan buruknya”. Dia berkata : ”Kamu benar”. Artinya :
Dalam menguraik m enguraikan an “Iman” , maka para ‘Ulama mengartikan dengan istilah percaya (membenarkan) atau diartikan juga sebagai “Ma’rifat” (mengenal dengan sempurna). Dalam pengertian “Ma’rifat” tsb, ter kandung maksud kesadaran mewajibkan diri untuk memahami dan mencegah diri untuk tidak memahami, karena memahami dan
meng’amalkan memberi kehidupan yang berbahagia, sebaliknya tanpa memahami dan tidak meng’amalkan akan berakibat buruk pada kehidupan dihari akhir (akhirat). Dari Firman Alloh SWT dan dari sabda Rosululloh SAW tsb diatas, maka rumusan Iman tersusun dari enam perkara, yaitu : 1) Ma’rifat kepada Alloh SWT , dalam arti ma’rifat dengan Nama -nama-Nya yang Mulia, Sifat-sifat- Nya yang Tinggi. Juga ma’rifa t dengan bukti-bukti Wujud dan Ada-Nya serta kenyataan sifat ke-Agungan-Nya dalam alam semesta ataupun didunia ini. 2) Ma’rifat dengan alam yan g ada dibalik alam semesta ini yaitu alam gaib (tidak dapat ditangkap oleh panca-indera) . Demikian pula adanya kekuatankekuatan kebaikan yang terkandung didalamnya yaitu yang berbentuk : Malaikat, demikian pula kekuatan-kekuatan jahat yang berbentuk Iblis dengan bala
tentaranya yang berupa Syaithon. Serta Ma’rifat dengan apa yang ada didalam 3)
4)
5)
6)
alam yang lain lagi, berupa Jin dan Ruh. Ma’rifat dengan Kitab -kitab Alloh Ta’ala yang diturunkan oleh-Nya kepada para Rosul. Kepentingannya ialah dijadikan batas (pedoman) untuk mengetahui antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram, juga antara yang bagus dan jelek. Ma’rifat dengan para Nabi dan Rosul Alloh Ta’ala yang dipilih -Nya untuk menjadi Pembimbing kearah petunjuk yang hak serta sebagai Pemimpin seluruh makhluq guna menuju yang hak. Ma’rifat dengan Hari -akhir -akhir dan peristiwa-peristiwa peristiwa-peristiwa yang terjadi terjadi pada pada saat itu, seperti kebangkitan dari Qubur (hidup sesudah mati), memperoleh balasan pahala atau sisksa, mendapatkan tempat sorga atau neraka. Ma’rifat kepada taqdir (qodlo dan qodar) dimana diatas landasan inilah berjalannya berjalannya peraturan peraturan segala segal a yang yang berada di alam semesta semesta ini, ini, baik dalam penciptaannya ataupun cara mengaturnya.
7
Karena pentingnya Iman ini, maka menurut Ahli Tafsir yang menghitung kalimat dalam berbagai berbagai bentu bentukny knyaa seperti seperti a.l: “yu’minu”, “yu’minu -na”,”a -manu”, “Iman” dalam “mu’min”, “mukminun/mu’minin” dsb disebut dalam Al -Quran sebanyak 550 kali. Iman seseorang ada beberapa tingkat ketebalan (kualitas)nya, karena Iman seseorang setiap kali kali dapat bertambah (tebal) atau berkurang berkurang (menipis) (menipis) kualitasnya kualitasnya,, dalam Al Quran Alloh ber-Firman a.l Surat al-Fath (48) (48) Ayat Ayat 4 :
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang -orang Art Artinya inya : "Dia-lah yang telah menurunkan mu'min supaya keimanan mereka bertamb bertamb ah di samping keimanan mereka (yang telah dimiliki)". Surat al-Muddatsir (74) Ayat 31 :
Artinya : "…supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya" Dalam hal lain Rosululloh SAW bersabda, bahwa ada beberapa ranting dari Iman, mulai yang paling bawah sampai pada yang paling atas dengan sabdanya, sbb :
.ﱠ ﮫ
ﮫ
ﯾ
( ﯾ
)
ﯾ ﱠ
ﱡ
Artinya : Iman itu lebih dari enampuluh ranting. Yang paling atas adalah kalimah “la embuangkan duri dari tengah ila-ha il-Lalloh” yang paling bawah (rendah) adalah m embuangkan jalan. (riwayat Imam Bukhori dan Muslim dari da ri Abu Huroiroh). Orang yang ber-Iman kalau hanya seorang disebut “al -Mukmin” (kata jama’nya menjadi “al -Mukminun/al- Mukminin”), yang pengertiannya dirumuskan secara lebih terinci terinci dalam dalam Al-Quran, a.l Surat al-Hujuro-t (49) Ayat 15, 15, sbb :
Art Artinya inya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu -ragu dan mereka berjihad dengan dengan harta dan jiwa mereka pada jalan jalan All oh, mereka itulah orang-orang yang benar". benar". Selanjutnya Selanjutnya dalam Surat Surat al-Anfal (8) (8) Ayat 2 – 4 sbb :
Artinya : "sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apa bila dibacakan dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
8 sebagian dari rezki yang Kami berikan berikan kepada mereka. Itulah Itulah orang -orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki rezki (ni`mat) yang mulia ". A-min. Dari uraian diatas diatas sementara 'Ulama ada yang berpandanga berpandangan, n, bahwa dalam proses mencapai ke-Imanan ke-Imanan seseorang ada tingkat-tingka tingkat-tingka ke-Imanan seseorang seseorang yang dapat digolongkan digolongkan dalam dalam empat em pat tingkat, tingkat, yaitu : 1) Iman bit-Taqlidi artinya artinya Iman seseoran seseorang g diperol diperoleh eh melalui melalui proses proses mengiku mengikuti ti orang yang yang dipatuhi (orang tua) atau orang dianggap dianggap gurunya. Hal itu itu biasa dimiliki dimiliki oleh oleh umumnya umumnya anak anak -anak -anak para para kaum Muslimi Muslimin n seperti seperti di Indon Indonesia esia yang mayorita mayoritass pendudu pendudukny knyaa Muslim. Muslim. 2) Iman bit-Ta'limi tingkat Iman dikarenakan dikarenakan dengan proses belajar secara cermat untuk mendalami pengetahuan pengetahuan agama dengan sebaik-baiknya, sebaik-baiknya, sehingga memahami arti Iman dengan peng-amalannya. Hal demikian biasanya juga dicapai oleh yang semula hanya Taqlidi tetapi dengan mendalami ilmu tentang Iman menjadi lebih Ta'limi (ilmiah). 3) Iman bit-Taklifi merupakan tingkat yang lebih tinggi dari Ta'limi, karena ybs dengan ilmu yang dimilikinya, dimilikinya, mencapai mencapai derajat kesadaran yang tinggi untuk berusaha memenuhi kewajiban secara bersungguh-sungguh desertai dengan menjauhi segala larang seperti yang telah ditentukan hukum Syara'. 4) Iman bisy-Syahadah merupakan tingkat tertinggi, yaitu ybs merealisasikan ke-Imanan bukan hanya untuk dirinya tetapi juga mewujudkan secara nyata (dapat (dapat disaksik disaksikan) an) dalam dalam masarakat masarakat dimana untuk untuk itu dia harus harus rela berjuang berjuang secara bersunguh-sungguh dengan pengurbanan yang diperlukan . Insya-Alloh.
2. At-Tauhi-d
“at-Tauhi- d” berasal dari kata kerja bahasa Arab “Wahhada” dari akar kata “Wahdah” artinya keesaan, menjadi “Tauhi -d” artinya meng-esakan. Meng-Esakan Kata
yang dimaksud dalam kalimat ini adalah meyakini, bahwa Alloh adalah Esa dan tidak ada sekutu-Nya, seperti dalam Syahadat dirumuskan sebagai ﱠ ﮫ “La -ilaﮫ artinya : "tidak ada ada Tuhan yang pantas pantas disembah disembah melainkan Alloh". ha illa Alloh” , artinya Kalimat ini disebut sebagai “Kalimat Tauhid”. Didalam Al-Quran Surat al-Baqoroh (2) Ayat 163, sbb :
Art Artinya inya : "Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang pantas disembah) melainkan melainkan Dia, Yang Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Penyayang ". Ayat ini merupakan Pernyataan Pernyataan Alloh SWT atas kemutlakan ke -Esaan-Nya sebagai Tuhan (yang wajib di-Sembah) yang tidak ada sekutu bagi -Nya, Dia-lah satu-satunya tempat bergantung. bergantung. Selanjutnya Selanjutnya dalam Ayat lain yaitu yaitu Surat al -Ikhlash (112) (112) Ayat 1 4, Alloh ber-Firman sbb :
Art Artinya inya : "Katakanlah: "Dia-lah Alloh, Yang Maha Esa, Alloh adalah Tuhan yang bergantung bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada tiada pula diperanak diperanak kan, dan tidak ada seorangpun yang se tara dengan Dia".
9
Dalam
“Kalimat Tauhid ”
ﱠ ﮫ
ﮫ
melainkan Alloh juga terkandung Kalimat ﱠ
selain terkandung ma’na Tiada tuhan
ﮫﱠ
ﱠ
ﮫﱠ
artinya “tiada yang berhak disembah melainkan Alloh” dan “tiada yang benar -benar Mauj ud melainkan Alloh”. Dalam Surat Thoha (20) Ayat 14, Alloh ber -Firman :
"Sesungguhnya Aku ini adalah All oh, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Artinya : "Sesungguhnya Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat shalat untuk mengingat mengingat Aku ". Selanjutnya Selanjutnya dalam Surat adz -Dzariyat (51) Ayat 56 di-Firmankan :
menciptakan jin dan manusia manusia melainkan melainkan supaya m ereka Art Artinya inya : "Dan Aku tidak menciptakan menyembah-Ku". Dalam Kalimat Tauhid tsb diatas tercakup tiga Kalimat yang menunjukkan, bahwa Alloh adalah Esa dalam segi Zat-Nya, Sifat-Nya dan Perbuatan-Nya. Esa dalam segi Dzat-Nya (Tauhid Dzatiyah) maksudnya Alloh Ta’ala tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong- potong dan bahwa Alloh Ta’ala tidak ada sekutu dalam Memerintah Memerintah dan Menguasai Kerajaan Kerajaan -Nya. Dalam Al-Quran Surat az-Zumar (39) Ayat 4 :
Maha Mengalahkan Mengalahkan ". Artinya: "Maha Suci Alloh. Dia-lah Alloh Yang Maha Esa lagi Maha Esa dalam segi Sifat-Nya (Tauhid Shifatiyah) artinya tiada seorangpun (satu makhluqpun) makhluqpun) yang sifatnya sifatnya menyerupai Sifat Alloh. Alloh. Dalam Firman -Nya pada Surat asy-Syuro (42) Ayat 11, sbb :
sesuatupun yang serupa dengan Dia, Dia, dan Dia -lah Yang Art Artinya inya : "Dia Tidak ada sesuatupun Maha Mendengar lagi lagi Maha Melihat ". Esa dalam segi Perbuatan-Nya (Tauhid Af’aliyah) maksudnya tiada seorang makhluqpun makhluqpun yang mempunyai perbuata perbuata n seperti Perbuatan Alloh Alloh seperti di -Firmankan dalam Surat al-Ikhlash tsb diatas.
Diantara para ‘Ulama ada pula yang membagi antara lain berdasar Firman Alloh SWT Surat an-Nas (114) Ayat 1-3, sbb :
Artinya : "Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia ”. Dari tiga Ayat tersebut maka, tauhid dibagi menjadi tiga : Pertama Pertama seperti seperti dalam dalam Ayat Ayat pertama pertama yaitu yaitu “Tauhid Rububiah” artinya hanya o Alloh sajalah yang mencipta, memelihara serta mengatur seluruh makhluq dialam ini.
10
o
o
Kedua dalam Ayat kedua yaitu “Tauhid Mulukiah” artinya hanya Alloh saja yang mempunyai kekuasaan dan memiliki hukum dimana bagi siapa yang menta’ati a kan mendapat anugerah sedang bagi yang melanggar akan mendapat sangsi dan Dialah yang berkuasa mengadili terutama nanti dihari Qiyamat. Ketiga dalam Ayat ketiga yaitu “Tauhid Uluhiah” artinya hanya Alloh sajalah yang yang berhak berhak diper-Tuhanka diper-Tuhankan n (disembah (disembah), ), atau atau seluruh seluruh manusia manusia (makhl (makhluq) uq) berkewajiban bertuhan kepada -Nya, beribadat, memohon pertolongan, tunduk dan patuh hanya hanya kepada kepada -Nya dan bukan yang yang lain. lain.
Dalam ber-Tauhid seorang Mukmin berusaha mencapai derajat Ma'rifat dalam tiga hal yaitu : Ma'rifat al-Mubda' , yaitu mempercayai bahwa hanya Alloh SWT yang Mencipta o seluruh alam dan Wajib Wujud-Nya. kepercayaan adanya Utusan Utusan Alloh yang membawa membawa dan Ma'rifat al-Washithoh , yaitu kepercayaan o menyiarkan ajaran-Nya. kepercayaan adanya kehidupan kehidupan kekal (akh irat) atas o Ma'rifat al-Mabda' , yaitu kepercayaan kehendak Alloh Alloh SWT. Wallo-hu A'lam.
3. Al-Yaqi-n
“Al-Yaqi- n” bahasa ‘Arab yang berarti merasa “pasti” atau rasa “ada kepastian”. “Yaqin ” adalah tingkat pengetahuan tertinggi terhadap sesuatu, dan kebalikannya adalah “Syakk” atau ragu -ragu. Urutan kebawah tentang pengetahuan seseorang terhadap sesuatu sesudah Yaqin adalah : 1) Dzon (dugaan), arti suatu dugaan adalah yang condong mendekati kebenaran, 2) Syakk artinya masih sangsi atau ragu-ragu atas kebenarannya, 3) Wahm (waham) atau samar -samar terhadap kebenaran sesuatu yang lebih condong untuk tidak mengetahuinya, tidak ada pengetahuan tentang sesuatu tersebut. 4) Jahl artinya
Menurut ‘Ulama bahasa ‘Arab mengartikan al -Yaqi-n sebagai “kepercayaan hati (I’tiqod) terhadap sesuatu obyek; bahwa obyek ter sebut berwujud seperti itu dan wujudnya sesuai dengan kondisi obyektifnya”. Kepercayaan hati yang demikian sulit untuk berubah. Oleh karena itu “al -Yaqin” diartikan pula sebagai mantapnya pengetahuan, pengetahuan, sehingga sehingga orang yang memilikinya tidak ingin ingin berpaling dan berubah haluannya. haluannya. Ada pendapat, pendapat, bahwa perasaan perasaan Yaqin Yaqin seseorang seseorang tidak timbul timbul dengan dengan sendirinya, akan tetapi ditimbulkan dengan adanya berbagai peristiwa atau sarana yang membawanya, yaitu : keyaqinan adanya hari Qiyamat. Qiyamat. Ke -Yaqinan itu datang (1) Khabar (berita), seperti keyaqinan karena berita yang dibawakan oleh para Rosul Alloh. (petunjuk), Ke-Yaqinan adanya api disesuatu tempat dikarenakan didapatnya (2) Dalil (petunjuk), adanya asap. (3) (3) Musy Musyah ahad adah ah (kesaksian) terhadap sesuatu, semisal terhadap Kebesaran Alloh SWT dengan adanya B aitulloh, maka dengan hadirnya seseorang di Tanah Suci, maka ke-Yaqinan itu diperoleh, diperoleh, karena dengan mata -kepala dilihat dilihat suatu penyaksian
langsung adanya Ka’bah di Baitulloh dengan segala suasananya. Sementara ‘Ulama Ahli hikmah berpendapat pengertian k esaksian (melihat) keAgungan Alloh Alloh dapat pula diartikan sebagai sebagai melihat dengan mata -hati. Sementara ‘Ulama ada pula yang berpendapat, bahwa “al -Yaqin” itu hanya diperoleh seseorang
11 karena semata-mata “Karunia” Alloh SWT yang di-Anugerahkan kepadanya. Dengan uraian diatas dapat dirumuskan terdapat dua hal, yaitu : 1) “Ke -Yak inan” inan” itu dapat dicapai karena adanya usaha manusia untuk mencapai atau disebut sebagai “al Kasbi” 2) . “Ke -Yakinan” dapat diperoleh semata -mata Karunia Alloh SWT atau disebut “al -Mauhibah”. Dapat pula dikatakan bahwa ke -Yaqinan itu merupakan buah dari “ilmu yang diusahakan” (‘ilmul -mu’amalah). Akan tetapi bila manusia itu sudah mencapai derajat derajat puncak spiritual, spiritual, maka ke - Yaqinan diperoleh sebagai “pengetahuan langsung (dari Alloh) dengan kesaksian batin” (‘ilmul -mukasyafah) sebagai karunia Alloh semata-mata. Wallohu- A’lam.
Berdasar uraian tsb diatas sementara ‘Ulama membagi tingkat -tingkat “Yaqin” , menjadi tiga, yaitu : 1) “Ilmul-Yaqin” (ke-Yaqinan atas dasar ilmu), artinya menerima adanya sesuatu kebenaran, baik nyata ataupun tidak nyata, dan tetap atas pendirian itu. Dalam hal ini ke-Yaqinan seseorang didasarkan atas logika ilmu yang bersifat relatif. Dengan demikian ke -Yaqinanpun terbatas, karena dibangun atas praduga ilmu yang tidak sepenuhnya dapat menjadi pegangan. Hal itu dapat dimisalkan keyaqinan keyaqinan seseorang atas adanya suatu buah -buahan dengan kelezatan rasanya, maka dia dapat meyakini didasarkan atas pengalaman seseorang yang pernah pernah mendapatkan dan memakannya. memakannya. Ilmul -Yaqin ini dalam al-Quran tercantum tercantum dalam Surat at -Takatsur (102) (102) Ayat 1-5, 1 -5, sbb :
Artin rtiny ya : "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan dengan pengetahuan yang yakin ", 2) “‘Ainul-Yaqin” (ke-Yakinan didasarkan didasarkan atas kesaksian mata -kepala). -kepala). Berbeda dengan ‘ilmul -yaqin, keyaqinan ditingkat “’ainul -yaqin” ini didasarkan atas kesaksian mata -kepala secara langsung dapat melihat, dalam contoh diatas diatas dia dapat langsung langsung melihat b uah yang lezat tersebut. tersebut. Tingkat ke Yaqinan menjadi lebih tinggi (lebih pasti) karena Yaqin atas keberadaan buah tersebut. Dalam Dalam Surat at -Takatsur (102) Ayat 6- 7 di-Firmankan:
Artin Artinya ya : "niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya melihatnya dengan `ainul yaqin ", 3) “Haqqul-Yaqin” (keYaqinan Haqiqi). Haqiqi). Pada tingkat tingkat ini ke -Yaqinan dibangun dibangun atas dasar pengalaman sendiri. Apabila dalam ‘ainul Y aqin kelezatan buah baru didasarkan atas melihat keberadaan buah tersebut, maka pada tingkat “Haqqul -Yaqin” orang ybs telah mencicipi kelezatan buah tersebut. Dal am Surat al-Waqi’ah (56) Ayat 92 -95 dikisahkn tentang orang yang dusta, sbb:
12
Artinya : "Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan hidangan air ya ng mendidih, dan dibakar dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya Sesungguhnya (yang disebutkan disebutkan ini) adalah suatu keyakinan keyakinan yang benar (haqiqi)".
Na’udzubillah. Sementara ‘Ulama memberi kategori “al -Yaqin” adalah mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari “al -Iman”, didasarkan b ahwa dalam al-Iman umumnya orang bersifat menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dengan cara yang lebih banyak mengikuti dari ilmu yang diberikan para pendahulunya. Sedang “al -Yaqin” lebih didasarkan sekurang- kurangnya kepada salah satu dari “ilmu, kesak sian mata-kepala dan kesaksian pengalaman”. Pendapat yang lebih banyak adalah, bahwa “al-Iman” merupakan bentuk umum dari “al -Yaqin” . Wallohu- A’lam.
4. A l - H i d a y a h
“Al -Hidayah” berasal kata kerja bahasa Arab “Hada -, Yahdi-, Hudan” kemudian menjadi Hidayah/Hidayat artinya “Petunjuk” dalam arti sesuatu yang menunjukkan (mengantar) kepada apa yang diharapkan. diharapkan. Kalimat Hidayah/Hidayat Hidayah/Hidayat ada -kalanya -kalanya dikaitkan dengan rahmah atau sikap lemah lembut, sehingga kalimat hidayat sejalan dengan sikap itu dan juga serumpun dengan kata Hadiyah yang digunakan dalam bahasa Indonesia Indonesia dengan arti arti suatu pemberian karena karena rasa cinta/sayang. cinta/sayang. Dalam Al Quran telah di-Firmankan, bahwa Alloh Alloh telah memberikan memberikan bermacam -macam petunjuk kepada manusia, a.l: Dalam Surat at-Toha (20) Ayat :50 :
Artin Artinya ya : "Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk bentuk kejadiannya, kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk petunjuk ". Dalam Surat al-A’la (8 7) Ayat 1-3 sbb :
Artinya : "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan menentukan kadar (masing -masing) dan memberi petunjuk", Kita sebagai Ummat Islam diajarkn selalu selalu mohon petunjuk kepada kepada Allo h yang dalam Surat Al-Fatihah (1) Ayat 6, dimana kita wajib membacanya dalam Sholat kita, yaitu :
lurus ", Artinya : "Tunjukilah kami jalan yang lurus Kepada orang yang diberi petunjuk dan selalu memohonnya Alloh akan selalu menambah petunjuk-Nya, petunjuk-Nya, dalam Surat Surat Maryam (19) Ayat Ayat (76) Alloh Alloh ber -Firman sbb:
13 Artinya : "Dan Alloh akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk".
Dalam hal petunjuk ini sementara ‘Ulama Ahli Tafsir membagi ada empat tingkatan petunjuk Alloh yang diberikan kepada manusia, yaitu : insting (Ghorizah) (Ghorizah) yang telah telah diperoleh diperoleh sejak manusia lahir lahir didunia. didunia. 1) Naluri atau insting Sebagai contoh tangis bayi saat dilahirkan menandakan dia hidup dan dengan memerlukan pertolongan baik untuk dibersihkan atau diselimuti. Demikian pula tangisnya bila bayi tersebut merasa lapar. Tangis seorang bayi adalah petunjuk yang diberikan Alloh untuk menyampaikan maksudnya. maka 2) Panca-indera (Syahsyiah). Pada petunjuk tingkat naluri (pertama), petunjuk hanya menjangkau sebatas penciptaan dorongan pada perasaan untuk mendapatkan mendapatkan sesuatu yang diinginkan diinginkan pemilik pemilik naluri, tetapi be lum dapat mendatangkan yang diinginkan yang berada diluar dirinya. Untuk mendapatkannya diperlukan petunjuk yang mempunyai tingkat yang lebih tinggi yaitu Panca-indera, terdiri dari mata untuk memandang, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, tanga n untuk meraba dan lidah untuk merasa. Dengan Panca-indera ini terjadi kontak dengan lingkungan diluar dirinya dan dapat menangkap arti dari sesuatu sesuatu yang berada disekelilingnya. disekelilingnya. Anugerah Anugerah berupa Panca indera yang diberikan diberikan Alloh adalah adalah sudah ditentukan, ditentukan, bah wa kemampuan Pancaindera tsb, masing-masing individu individu manusia satu dengan lainnya lainnya kadang -kadang berbeda tingkat kepekaan dan ketajamannya. 3) Akal (al-‘Aqlu). Petunjuk yang diterima Panca -indera, kadang-kadang tidak sepenuhnya benar seperti kenyataannya, misa lnya sebuah bintang yang kita lihat dilangit yang kelihatan kecil, sebenarnya sangat besar, bahkan mungkin besarnya sama dengan bumi yang kita diami atau bahkan lebih besar. Oleh karenanya untuk menjelaskan menjelaskan kebenaran itu diperlukan pula dengan petunjuk petunjuk yan g lebih tinggi yaitu dengan Akal. Dengan Akal, maka informasi yang ada termasuk yang ditangkap oleh Panca-indera disusun dan kemudian dianalisa, sehingga mendapatkan suatu ke-simpulan yang mendekati kebenaran. 4) Hidayah Agama (Hidayah Diniah). Kebenaran yang dapat dicapai oleh Akal manusia, terutama adalah yang bersifat fisik (secara fisik dapat dilihat atau dirasakan). Sedang yang bersifat metafisik atau ruhani yang tidak terjangkau oleh akal diperlukan diperlukan petunjuk yang lebih lebih tinggi yaitu Petunjuk Petunjuk dari Alloh ya ng berupa Petunjuk Agama yang dapat meluruskan kekeliruan dalam hal ruhani.
Petunjuk atau Hidayah Agama menurut ‘Ulama Ahli tafsir dibagi menjadi dua, yaitu : Pertama , petunjuk yang lebih berisi ajaran yang menuju kepada kebahagiaan didunia ataupun diakhirat. Dalam Al-Quran Alloh ber-Firman dalam Surat asy-Syura (42) Ayat 52, sbb:
Artinya : "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui mengetahui apakah iman itu, t etapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki tunjuki dengan dia siapa siapa yang Kami kehendaki di antara antara hamba -
14 hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar -benar memberi petunjuk kepada kepada jalan yang lurus". melaksanakan petunjuk petunjuk Kedua adalah Petunjuk untuk memberi kemampuan untuk melaksanakan pertama tsb, karena tidak semua manusia berkemampuan atau berkehendak melaksanakan ajaran Agama karena godaan syaiton atau nafsunya sendiri, dalam Surat Fushshilat Fushshilat (41) Ayat 17 Alloh ber -Firman, sbb :
Arti Artiny nya a : "Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk petunjuk i tu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan menghinakan disebabkan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan kerjakan ". Selain penjelasan tentang Hidayah yang diuraikan Ahli Tafsir tsb diatas, sejalan dengan itu oleh Ahli Ahli bahasa Al -Quran (Ar-Raghib Al-Asfahani) diuraikan, diuraikan, bahwa bahw a olehnya Hidayah juga dibagi atas empat bagian, yaitu : 1) Hidayah yang meliputi manusia Mukallaf, berupa Hidayah dalam arti Akal, dengan pengetahuan yang sifatnya umum sejauh kemampuan yang dimiliki masing-masing individu. individu. Dalam Surat Thaha (20) Ayat 50 di -Firmankan :
Artin Artinya ya : "Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk bentuk kejadiannya, kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk petunjuk ". 2) Hidayah dalam arti petunjuk yang berupa ajakan kepada manusia melalui para Rasul-Nya dan Kitab Suci untuk mengikuti mengikuti ajarannya, ajarannya, yang dalam Al -Quran Surat al-Ambiya’ (21) Ayat 73, sbb :
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin pemimpin -pemimpin yang Artinya : "Kami telah menjadikan memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka mereka selalu menyembah ", 3) Hidayah yang berarti Taufiq, yaitu kecocokan antara kehendak orang yang mendapat Hidayah dengan kehendak Alloh. Orang yang demikian mendapati jalan dengan mudah sehingga apa yang diinginkan terkabul sesuai yang diharapkan. Orang yang mendapat Taufiq ini biasanya sudah dimulai mendapatkannya Hidayah yang kedua tersebut diatas. Demikian pula Hidayah kedua biasanya diterima setelah Hidayah yang pertama. Alloh berfirm an dalam Surat Maryam (19) Ayat 76, sbb :
15 Artinya : "Dan Alloh akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya".
4) Hidayah atau petunjuk di Akhirat bagi yang ber’amal sholeh untuk menuju ke Sorga. Digambarkan Digambarkan bagi orang yang gugur (Syahid) (Syahid) dalam berjuang di -Jalan Alloh, di-Firmankan dalam dalam Al-Quran Al -Quran Surat Muhammad Muhammad (47) Ayat 4 -5, sbb :
gugur pada jalan jalan Alloh, Alloh tidak akan menyiaArtinya : "Dan orang-orang yang gugur nyiakan amal mereka. Alloh akan memberi pimpinan (petunjuk) kepada mereka dan memperbaiki keadaan keadaan mereka" mereka " Bagi orang-orang yang dholim diakhirat juga mendapat petunjuk dalam arti digiring
untuk menuju neraka. Na’udzubillah.
5. At-Taqwa
“At-Taqwa” adalah bahasa ‘Arab dari kata kerja “ it -taqo-, yat-taqi, wiqoyatan” artinya “menjaga, memelihara atau berhati -hati”. Arti dalam istilah a gama (Islam) menjaga diri dari Murka Alloh SWT dengan menjauhi tindakan ma’shiat dengan menta’ati perintah Alloh SWT yang telah digariskan dalam ajaran Rosululloh SAW. Dalam al-Quran banyak perintah perintah Alloh kepada kepada kaum Mukminin untuk untuk ber -Taqwa kepada kepada Allo Alloh, h, a.l: Surat Ali-Imron (3) Ayat 102,sbb :
bertakwalah ah kepada kepada All oh sebenar-benar sebenar-benar Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwal takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". Surat al-Anfal (8) Ayat 29 :
niscaya Artin Artinya ya : "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepadamu kepadamu furqaan dan dan menghapuskan menghapuskan segala kesalahan kesalahan kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar". Surat al-Ahzab (33) Ayat 70 :
bertakwalah kamu kepada All All oh dan Artin rtiny ya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah Katakanlah Katakanlah perkataan yang benar", benar ", Surat al-Hadid (57) Ayat 28 :
16 ra sul), bertakwalah kepada Arti Artiny nya a : "Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), Alloh dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan berjalan dan d an Dia mengampuni kamu. Dan All oh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," Surat ath-Tholaq (65) Ayat 2-3 :
dia akan mengadakan Artinya : " …barangsiapa bertakwa kepada Allo h niscaya dia baginya baginya jalan keluar ". Dalam Ayat-ayat tersebut diatas perintah untuk ber-Taqwa selalu dialamatkan kepada orang-orang mukmin, mukmin, karena ke -Taqwa-an hanya dapat dimiliki dimiliki oleh orang orang yang ber Iman yang melaksanakan/menta’ati perintah Alloh serta menjauhi larangan -Nya. Dalam hal ini maka at-Taqwa dapat diartikan sebagai menjaga diri dengan cara : kekufuran yaitu dengan dengan ber -Iman, Pertama agar terhindar diri dari kekufuran Kedua menjaga/memelihara diri agar tetap dapat melaksanakan/menta’ati p erintahperintah Alloh dan yang menjaga/memelihar a diri diri agar terhindar dari Ketiga yang paling berat adalah menjaga/memelihar perbuatan ma’shiat kepada Alloh Al loh SWT. Orang yang Taqwa disebut “ Muttaqi- n”. Dalam riwayat dari Imam Ahmad, Al -Hakim dan At-Tirmidzi, diterangkan diterangkan dalam hadits dari Anas ra, Rosululloh SAW bersabda :
, ﱢ
ﱠ
ﯿﱠﮭ
.
ﱠ
,
ﯿ ﮫﱠ
Artinya : “Taqwalah kepada Alloh dimana saja kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan dengan perbuatan perbuatan baik, baik, niscaya niscaya akan menghapusny menghapusnya, a, dan gaulilah gaulilah orang-orang
dengan budi pekerti yang baik”. Imam Ath-Thobroni meriwayatkan meriwayatkan dari An - Nu’man SAW bersabda :
.
ﱠ ﱠ
ﮫﱠ
bin Basyir, bahwa Rosululloh
ﯿ
ﱡ
ﯾ
“Taqwalah kepada Alloh, berlaku adil -lah kepada anak-anakmu, sebagaimana kamu menginginkan agar mereka semua berbakti kepadamu”.
Artinya :
Sayidina ‘Utsman bin ‘Afwan r.a menguraikan tentang tanda -tanda orang Taqwa sbb :
ﮫ ,
ﱠ
ﮫ
ﯾ ﯾ ﯿﱡ ﮫ ﱠ
ﯾﱢ
ﮭﱠ
ﯾ
ﮫ
ﮭﱠ
,
ﯾ
ﯿ
ﯾ: ﱠ , ﯾﱢ ﯾ,
ﱢ ﮫ ﮫ
ﯿ ﱠ
ﯾ
ﯾ
ﯿ .
Artinya : “Lima hal yang menjadi alamat orang yang bertaqwa : Pertama, tidak bermajlis kecuali dengan orang yang membawa mashlahat agamanya dan dapat menundukkan nafsu birahi dan lisannya. Kedua , bila mendapatkan keduniaan yang besar dianggap sebagai suatu bencana. Ketiga , bila mempero leh sedikit langkah agama
17 memandangnya sebagai keuntungan yang besar. Keempat , tidak mengisi sepenuh perutnya dengan barang yang halah khawatir tercampur barang yang haram. Kelima memandang seluruh manusia telah beruntung dan memandang dirinya telah binasa ”.
disebutkan, bahwa ‘Umar bin Khottob menanyakan kepada Ubay bin Ka’ab mengenai Taqwa, katanya : Dalam suatu riwayat lain
ﱠ
ﯾ
! "
" ﱠ
:
ﮭ
Apakah kamu telah melalui jalan yang berduri ? Jawab Ubay :”Ya”. Kata ‘Umar lagi :”Lalu apa yang kau lakukan ?”. Jawab Ubay :”Aku menghindar dan aku berusaha untuk menghindarkannya” menghindarkann ya” ‘Umar berkata :”Itulah dia Taqw a” Artinya :
Dari kisah ini dijelaskan, bahwa Taqwa adalah kesadaran hati, kejernihan rasa, ketakutan (terhadap Murka Alloh) yang terus menerus dan kewaspadaan yang konstan, konstan, dan menyingkirkan duri -duri jalan kehidupan kehidupan yang berbentuk duri -duri kesenangan dan syahwat, kelobaan, perasaan besar pada diri, kesedihan dan kecemasan, harapan palsu kepada manusia, ketakutan palsu dari kekuasaan manusia dan duri-duri kehidupan lainnya. Ciri-ciri orang yang bertaqwa bertaqwa atau Muttaqin diuraikan diuraikan dalam Surat al -Baqoroh (2) Ayat 3-4, sbb :
Arti Artiny nya a : "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab Kitab-kitab yang yang telah telah diturunk diturunkan an sebelummu, sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) (kehidupan) akhirat". akhirat ". Dari Ayat tersebut diatas dapat diuraikan diuraikan ciri -ciri Muttaqin dengan rinci, sbb : Ke-Imanan terhadap yang Ghaib yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh manusia, yang memiliki salah satu martabat yang lebih tin ggi dari binatang. Karena binatang hanya dapat menangkap apa yang dicapai inderanya saja. Dengan demikian manusia akan dapat mengakui, bahwa alam wujud ini jauh lebih luas dari apa yang dapat dijangkau dijangkau panca-inderanya, bahkan bahkan dengan menggunakan menggunakan alat bantu bantu panca-inderanya. panca-inderanya. Ke-Imanan terhadap yang Ghaib merupakan loncatan jauh terhadap pikiran dan pandangan hidup manusia terhadap hakekat alam wujud dan wujud dirinya sendiri. peribadatan yang hanya semata -mata kepada Alloh, dalam arti Mendirikan Sholat yaitu peribadatan terhindar dari penghambaan kepada selain Alloh seperti penyembahan kepada sesama manusia atau benda yang lain. Mereka mengarahkan wajahnya hanya kepada kekuatan yang mutlak mutlak tak terbatas, hatinya hatinya bersujud dan berhubungan berhubungan dengan -Nya sepanjang hari dan malam, merasa dirinya dirinya telah telah menghubung menghubungkan kan dirinya dirinya kepada Wajibul-Wujud, dan dia mendapatkan hidupnya berada dipuncak yang lebih tinggi dari tenggelam di bumi dan tenggelam dalam kehidupan kehidupan yang semata duniawi, duniawi, dan dia mendapatkan dirinya lebih kuat dari segala ma khluq karena dirinya dekat dengan yang mencipta makhluq.
18
Menafkahkan rezqi yang diterima dari Alloh. Mereka menyadari bahwa harta benda yang ada pada dirinya itu adalah rezqi dari Alloh kepadanya, bukan ciptaannya sendiri. Dengan pengertian terhadap ni’mat rezqi ini memancarkan kebaikan kepada makhluq lemah, dan mencukupi tanggungan tanggungan keluarganya, keluarganya, solidaritas, solidaritas, tenggang -rasa dan kekeluargaan. Ber-Iman kepada Kitab-suci , bukan hanya yang diturunkan kepada Rosululloh SAW, etapi juga ber-Iman kepada yang telah di di turunkan kepada Rosul pendahulunya, dalam arti kesadaran pewarisan Aqidah Samawi, dan pewarisan ke -Rosulan/ke-Nabian -Rosulan/ke-Nabian sejak diciptakan manusia dan menetapi ke-Imanan sampai akhir zaman. Hasilnya adalah ketenangan dan ketenteraman jiwa pada perlindungan perlindungan Allo h kepada kemanusiaan dari generasi ke-generasi. Keyaqinan terhadap alam akhirat : hal ini adalah pemisah jalan antara orang yang hidup dengan dibatasi oleh tembok panca -indera, dengan orang yang hidup didalam Wujud yang terbentang luas. Atau antara orang y ang merasa hidupnya dibumi itulah seluruh hartanya didalam dunia, dengan orang yang merasa, bahwa hidupnya diatas bumi ini hanyalah ujian yang akan diberi balasan, dan yaqin bahwa haqikat kehidupan itu adalah disana disana dibalik kehidupan kehidupan dunia dunia yang sempit dan terbatas ini yaitu yaitu alam akhirat. akhirat. Sifat-sifat tersebut diatas diatas adalah sifat -sifat yang wajib dimiliki bagi seseorang yang berpredikat Muttaqin. Insya-Alloh. Muttaqin . Insya-Alloh.
6. Syirik
“Syirik” adalah bahasa ‘Arab dari “asy -Syirku” artinya satu bagian dari sesuatu yang lebi h besar atau lebih banyak. Kata kerjanya “asyroka” artinya membagi. Dalam Istilah Agama artinya adalah suatu perbuatan, anggapan atau I’tikad menyekutukan Alloh SWT dengan yang lain, seakan -akan ada lagi yang maha kuasa selain Alloh. Alloh. Atau seakan-akan seakan-akan Alloh adalah adalah salah salah satu bagian dari tuhan tuhan -tuhan yang lain.
Na’udzubillah. Orang yang mempunyai I’tikad demikian disebut “Musyrik”. Perbuatan “Syirik” dikatagorikan sebagai “dosa -besar” , artinya tidak mendapat ampunan dari Alloh, Alloh, dalam Surat an - Nisa’ (4) Ayat 48 di-Firmankan :
Artinya : "Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni sega sega la dosa yang selain dari (syirik) (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki dikehendaki Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan All oh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". Dari pengertian tersebut maka Syirik dibagi menjadi dua, yaitu Syirik Besar (Syirik Akbar) dan Syirik Kecil Kecil (Syirik (Syirik Ashghor). Ashghor). A. Syirik Besar (Asy-Syirkul Akbar) : 1) Menyembah dalam arti ber -‘ibadah -‘ibadah pada manusia tertentu , yang dianggap sebagai tuhan, dalam al-Quran di-Firman di-Firman a.l: Surat at-Taubah (9) Ayat Ayat 31 :
19 menjadikan orang-orang orang-orang alimnya, dan dan rahib-rahib mereka sebagai Artin Artinya ya : "Mereka menjadikan tuhan selain Alloh, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka mereka hanya disuruh disuruh menyembah menyembah Tuhan Yang Yang Maha Esa; tidak tidak ada Tuhan Tuhan (yang berhak berhak disembah) disembah) selain selain Dia. Dia. Maha Suci Dia (Alloh) dari apa yang yang mereka persekutukan". 2) Ber’ibadah/menyembah kepada berhala (benda yang dipertuhankan) , dalam al-Quran diFirmankan a.l Surat Nuh (71) Ayat 23 :
Artinya : "Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) (penyembahan) tuhan-tuhan tuhan -tuhan kamu dan jangan pula sekali -kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". manusia y ang ondong 3) Mempertuhankan Hawa-nafsunya . Merupakan sifat dasar manusia memperturutkan memperturutkan hawa nafsunya, sehingga sehingga dipertuhankan, dipertuhankan, dalam al -Quran diFirmankan Surat al-Furqon (25) Ayat 43 :
"Terangkanlah kepadaku kepadaku tentang tentang orang orang yang menjadikan menjadikan hawa hawa nafsunya nafsunya Artinya : "Terangkanlah sebagai tuhannya. tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi menjadi pemelihara atasnya? atasnya? "
4) Ber’ibadah dalam arti meyakini bertuahnya (akibat baik atau buruk) karena gejala alam , seperti : matahari, matahari, bumi, bulan dan bintang dll, dll, dalam al -Quran di-Firmankan a.l Surat an-Naml (27) Ayat 24 :
kaumnya menyembah matahari, selain Alloh; dan Artinya : "Aku mendapati dia dan kaumnya syaitan telah menjadikan menjadikan mereka memandang indah perbuatan perbuatan -perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Alloh), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, B. Syirik Kecil (Asy-Syirkul (Asy-Syirkul Ashghor) Ashghor) a.l: 1) R i a ‘ (Pamer) artinya berbuat sesuatu kebaikan agar dilihat orang lain dengan harapan pujian pujian yang melihatny melihatnya. a. Firman Alloh dalam dalam Surat al-Kahfi (18) Ayat 110 :
Artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Selanjutnya Rosululloh SAW bersabda :
ﯾ ﮫﱠ ﯿﱡ
ﯾﱠ.
ﯾ ﱠ
ﯿ
ﱠ
ﮭ
ﱢ
ﯿ
ﯾ ﱢ
.( ). Artinya : “Sesungguhnya sesuatu yang aku khawatirkan atas kamu adalah “syirik ashghor”, pamer.Pada hari qiyamat ketika umat manusia mendapatkan balasan amal, Alloh ber- Firman :”Pergilah kepada orang -orang yang kamu pamer kepada mereka ketika didunia.l ihatlah, adakah kamu mendapatkan balasan dari sisi mereka”. (riwayat Imam Ahmad).
20
2) Mengguna Menggunakan kan Azimat Azimat,, Mantera Mantera atau atau Guna -guna -guna dalam menanggulangi bahaya atau untuk mencapai mencapai cita-citanya. Firman Firman Alloh dalam Surat az-Zumar (39) Ayat Ayat 38:
Artinya : "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan menciptakan langit langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "All oh". Katakanlah: Katakanlah: "Maka terangkanla terangkanlah h kepadaku tentang apa yang k amu seru selain selain Alloh, jika Alloh Alloh hendak mendatangkan mendatangkan kemudharatan kepadaku, kepadaku, apakah berhala -berhalamu -berhalamu itu dapat menghilangkan menghilangkan kemudharatan kemudharatan itu, atau jika All oh hendak memberi memberi rahmat kepadaku, kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat Nya?. Katakanlah: Katakanlah: "Cukuplah All oh bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal bertawakkal orang-orang yang berserah diri ".
3) Menggunakan Menggunakan sesaji sesaji (dengan (dengan menyembelih menyembelih binatang binatang ), bersumpah palsu dan bernazar bukan karena Alloh. Rosululloh SAW bersabda, a .l :
ﮫﱠ
ﯿ
:
ﱠ
:
ﮫﱠ:
) .ﮫﱠ
.(
ﱟ
Artinya : Dari Imam Ali r a berkata : sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : “Alloh mela’nat siapa yang menyembelih untuk selain Alloh”. (riwaya t Imam Muslim).
ﱠ
:
ﮫﱠ:
ﱠ
( ) ﯿ ﮫﱠ Artinya : Dari ‘Umar bin Khottob r.a berkata sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda :”Barang siapa bersumpah dengan selain Alloh, maka dia telah kfir atau syirik”. (riwayat Imam Tirmidzi). 4) Mempercayai Mempercayai Peramal, Peramal, Dukun Dukun atupun Ahli Ahli Nujum. Dalam Surat an-Nur (24) Ayat 20 Alloh ber-Firman :
karena kurnia All oh dan rahmat-Nya kepada kamu Artin Artinya ya : "Dan sekiranya tidaklah karena semua, dan Alloh Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)". Dalam suatu Hadits Rosululloh SAW bersabda :
ﱠ
.(
)
: ﯿ
ﮫﱠ ﱠ
ﯾ
: ﱡ
ﯾ
:
Artinya : Dari Abi Mihjan r.a berkata : Rosululloh SAW bersabda :”Aku takut akan terjadinya pada ummatku sepeninggalku tiga hal : Kedzoliman para penguasa, keyakinan pada bintang (nujum) dan pendustaan kepada taqdir:. (riwayat Imam Ibnu
‘Asakir). 5) Mempercayai Isarat-isarat (Suara) makhluq yang disebut sebagai “Tiyaroh”, yaitu semisal mempercayai suara-suara burung ataupun binatang lain, bahwa semua itu mempunyai pertanda akan terjadinya sesuatu.
21 Dalam Surat al- A’rof (7) Ayat 131, Alloh ber -Firman :
Arti Artiny nya a : "Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan kesialan itu kepada Musa dan orang -orang yang besertanya. besertanya. Ketahuilah, Ketahuilah, sesungguhnya sesungguhnya kesialan merek a itu adalah ketetapan dari All oh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui". Selanjutnya sabda Rosululloh SAW :
. ﮫ
ﯿﱢ: ﯾ ﮫﱠ ﱠ ﱡ ﱠ
ﱠ
ﮫﱠ: ,ﱠ ﱠ ,
ﯿﱢ
ﯿﱢ
.( ) Artinya : Dari Ibnu Mas’ud r.a berkata : sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda :”Tiyaroh adalah syirik, tiyaroh adalah syirik, tiyaroh adalah syirik, tiada seorangpun dari kita bersih dari dari tiyaroh, tetapi k emudian Alloh membersihkannya dengan
tawakkal”.(riwayat Imam Abu Dawud dan Tirmidzi). Akibat buruk dari Musyrik, selain merupakan dosa besar atau tidak diampuni dosanya oleh oleh Alloh, seperti seperti diuraikan diuraikan diatas, diatas, maka berarti berarti juga a.l: 1) Mengingkari fitroh manusia, karena manusia secara naluri (memiliki Ghorizah), yaitu meyakini adanya adanya Tuhan, sedang Tuhan Tuhan adalah Alloh yang yang Maha -Esa. Dalam Surat alAnkabut (29) (29) Ayat 61 dan 63, Alloh ber -Firman :
Arti Artiny nya a : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit langit dan bumi dan menundukkan menundukkan matahari dan bulan?" bulan?" T entu mereka akan menjawab: "Alloh", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan dipalingkan (dari jalan yang benar) (61)". Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" "Tentu mereka akan menjawab: "All oh". Katakanlah: "Segala "Segala puji bagi All oh", tetapi kebanyakan kebanyakan mereka tidak memaha mi (nya) (63)". Selanjutnya Selanjutnya dalam Surat al -Baqoroh (2) Ayat 163 di-Firmankan :
Art Artinya inya : "Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) disembah) melainkan mel ainkan Dia, Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Penyayang ".
22
2) Menghi Menghilang langkan kan martabat martabat kemanus kemanusiaan iaannya nya sendi sendiri, ri, sehingga terjerumus kejurang kebinasaan. kebinasaan. Dalam Surat al -Hajj (22) Ayat 31, Alloh ber-Firman :
Artinya : "dengan ikhlas kepada Alloh, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa Barangsiapa mem persekutukan persekutukan sesuatu dengan dengan All oh, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh". 3) Menimbulkan perpecahan dalam Jama’ah kaum Muslimin. Alloh ber-Firman dalam Surat ar-Rum (30) Ayat 31-32, sbb :
..... mempersekutukan Arti Artiny nya a : "……. dan janganlah kamu termasuk orang -orang yang mempersekutukan Alloh, yaitu orang-orang yang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan golongan yang dimilikinya". dimilikinya".
Penjelasan yang diuraikan pada Ayat diatas tampaknya merupakan hal yang selama ini menimpa Kaum Muslimin diseluruh diseluruh dunia sehingga sehingga sulit atau bahkan seperti seperti tidak mungkin dipersatukan walaupun berbagai upaya dilakukan oleh para pemimpin yang
menyadarinya, Na’udzubillah. 7. K u f u r Kufur adalah bahasa Arab berasal dari kata kerja Kafara, Yakfuru, Kufran artinya ingkar atau menutupi (kebenara (kebenara n.), orang yang kufur disebut “ka -fir”. Diawal Surat Al-Baqoroh Alloh telah Firmankan adanya tiga kelompok besar manusia yaitu pertama orang-orang yang bertaqwa bertaqwa kepada Alloh, kedua orang -orang yang kafir dan ketiga adalah orang-orang munafiq. munafiq. Orang kafir dalam Surat Al-Baqoroh (2) (2) Ayat 6 di-terangkan di-terangkan dengan Firman -Nya, sbb:
Artin rtiny ya : "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak tidak kamu beri peringatan, peringatan, mereka tidak akan beriman ". Orang yang telah kufur (Kafir) seperti diterangkan dalam Ayat tersebut tidak akan berubah pendiriannya pendiriannya dalam menerima ajakan ber -Iman dikarenakan telah tertutup tertutup hatinya untuk menerimanya. menerimanya. Menurut Ahli Ahli tafsir kata Kufur/ Kufur/ Kafir dengan dengan kata kata -kata jadiannya (yang mempunyai akar kata sama) dalam Al -Quran disebut sebanyak 525
kali. Yang menurut jumhur ‘Ulama (pemimpin Madzhab), maka Kafir diartikan sebagai “pendustaan atau pengingkaran” terhadap A lloh dan Rasulnya, khususnya Rosululloh Rosululloh Muhammad SAW dengan ajaran -ajaran yang dibawanya. dibawanya. Dalam Al -Quran Surat Ibrahim (14) Ayat 22, sbb :
23
berkatalah alah syaita syaitan n tatkala tatkala perkara perkara (hisab) (hisab) telah telah diseles diselesaika aikan: n: Artinya : "Dan berkat "Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan menjanjikan kepadamu kepadamu tetapi tetapi aku menyalahiny menyalahinya. a. Sekali Sekali -kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu menolongmu dan kamupun sekali -kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya Sesungguhnya aku aku tidak membenarkan perbuatanmu perbuatanmu mempersekutukan mempersekutukan aku (dengan Alloh) sejak dahulu". Sesungguhnya Sesungguhnya orang -orang yang zalim itu mendapat siksaan siksaan yang pedih". pedih ". Dalam Ayat ini kekufuran seorang manusia hakekatnya dikarenakan termakannya jebakan (godaan) dari syaitan yang kemudian diikutinya, dan dengan kekufuran itu syaitan hakekatnya dan sifat dasarnya tidak bertanggung -jawab atas perbuatannya. Selanjutnya dalam Surat ar-Room (30) Ayat 44, sbb :
Art Artinya inya : "Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan) menyenangkan) ", Dalam menyikapi orang-orang kafir, dalam Al-Quran secara utuh diturunkan satu Surat al-Kafirun (109) sebanyak 6 Ayat, sbb :
1
Artinya : "Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Secara lebih mudah untuk difaham, maka Para ‘Ulama juga merumuskan, bahwa orang kafir adalah orang yang menolak, menentang, mendostakan, mengingkari bahkan anti kebenaran yang diajarkan Rosululloh SAW. Diartikan pula, bahwa kafir adalah kehilangan ke-Imanan, sedangkan Iman adalah suatu yang wajib dimiliki seorang manusia sebagai makhluq Alloh. Konsekwensi Konsekwensi seorang seorang kafir, dalam Al Quran diancam diancam dengan siksa siksa yang keras baik baik didunia didunia apalagi apalagi diakhirat nanti, a.l. :
24 Surat Ali-Imran (3) Ayat 56, sbb :
dengan siksa Artinya : "Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku -siksa mereka dengan yang sangat keras di dunia dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong penolong ". Surat Ar-Ra’ad (13) Ayat 34, sbb :
Artinya : "Bagi mereka (orang-orang kafir) azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya sesungguhnya azab akhirat adalah adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seora ng pelindungpun pelindungpun dari (azab) All oh". Dalam Inseklopedi Islam terdapat beberapa jenis Kafir yang disebut sbb : Kafir Harbi,
Kafir Inad, Kafir Inkar, Kafir Juhud, Kafir Kitabi, Kafir Mu’ahid, Kafir Musta’min, Kafir Zimmi, Kafir Nifaq, Kafir Ni’mah, Kafir Syirik dan Kafir Riddah. 1) Kafir Harbi. Kafir yang memusuhi Islam (harbi artinya perang) artinya selalu ingin memerangi dan memecah belah Persatuan Kaum Muslimin. Dalam Surat Baroah (9) Ayat 107 di-Firmankan, sbb :
Artinya : "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang -orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan menimbulkan kemudharatan (pada orang -orang mu'min), untuk kekafiran dan untuk untuk memecah belah antara orang -orang mu'min serta menunggu menunggu kedatangan kedatangan orang-orang yang telah memerangi All oh dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya sesungguhnya bersumpah: "Kam i tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Alloh menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)".
2) Kafir ‘Inad. (‘Inad artinya menolak kebenaran). Kafir yang mengenal adanya Tuhan tetapi tidak menjadi keyakinan keyakinan bahwa tuntun an yang diberikan adalah kebenara kebenaran n yang yang harus dianut dianut.. Dalam Dalam Al-Quran Surat Surat Qaf (50) (50) Ayat Ayat 24, sbb sbb :
Arti Artiny nya a : "Alloh berfirman: "Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar ingkar da n keras kepala",
3) Kafir Inkar. Kafir yang mengingkari adanya Tuhan, baik secara lahir ataupun batin, juga mengingkari adanya Rosul serta ajaran yang dibawanya, juga ingkar tehadap Hari Qiamat dan semua yang bersifat gaib. Dia hanya percaya pada yang dapat dilihat dan dirasakannya (selama didunia ini), sehingga hidupnya hanya untuk memenuhi keinginan keinginan yang lebih didorong didorong oleh nafsu (syahwat) (syahwat) pribadinya. Dalam Al Quran di-Firmankan pada Surat Al-Baqoroh (2) Ayat 212, sbb :