Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|0
RAMUAN JAMU REVOLUSI SEBUAH PROSES IDEOLOGISASI MAHASISWA
AAB ELKARIMI 2014
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|1
Judul:
RAMUAN JAMU REVOLUSI REVOLUSI SEBUAH PROSES IDEOLOGISASI MAHASISWA
ISBN
:-
Kategori
: Sarkasme-Ideologis
Penulis
: Aab Elkarimi
Editor
: Aab Elkarimi
Penata Letak : Aab Elkarimi Desain Cover: Aab Elkarimi
Cetakan ke-1, September 2014
©2014
Hak cipta dilindungi Allah SWT.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|2
Dengan Menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
“untuk para mahasiswa yang bersiap jadi martir revolusi”
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|3
Berpikir tentang perubahan tidak akan disukai oleh orang-orang lemah semangat dan tidak akan diterima oleh orang malas. Sebab, perubahan itu sendiri harganya sangat mahal. -Taqiyuddin An-nabhani
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|4
KATA PENGANTAR
B
erbagai macam kedzaliman setiap harinya begitu nyata terlihat. Nyinyir erupsi ketiadaan dan pembunuhan atas nama kesepelean berlalu mengenaskan. Kita banyak mendapati hal-hal berbau darah, kematian konyol, dan pengunggulan satu manusia atas manusia lain yang tak berdasar, yang karenanya hal ini telah mengarahkan manusia ke gerbang ambiguitas yang begitu mblunder . Tidak terlalu berlebihan ketika kondisi ini dikatakan sebagai upacara bunuh diri masal pasca moderniasi informasi dan tekhnologi mutakhir. Hanya saja persoalan tidak terhenti di sini, satu hal yang menyakitkan adalah bahwa diamnya generasi muda terhadap para bandit yang menabuh genderang perang, telah melambung dan menjadikannya konsensus yang termaklumi betul, sehingga musuh tidak disadari sebagai musuh, penjahat tidak dianggap sebagai penjahat, malah disenggamai dalam satu ranjang peradaban berupa penikmatan terhadap ide-ide, cumbuan penuh kebutaan yang dipropagandakan media lacur yang menghasilkan keacuhan terhadap fenomena yang begitu tak terhingga.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|5
Karenanya, saya memandang perlu untuk menyebarkan ideide segar demi sebuah revolusi abadi umat manusia yang selalu berawal dari kiprah generasi muda. Ide-ide yang menyegarkan dan tidak menimbulkan keraguan ini ditujukan untuk generasi muda dengan segala potensi yang dimilikinya, sehingga ia mampu membawa manusia, alam semesta, dan kehidupan kepada satu titik kesempurnaan atas landasan penggunaan akal yang rasional. Kepada Allah yang Maha merajailah saya berlindung penuh di balik makar-makar para bandit yang berkolaborasi bersama nafsu kesintingan.
Semarang, September 2014
Aab Elkarimi
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ………. PENDAHULUAN ………. Bagian I RUANG LINGKUP KEMANDULAN MAHASISWA DAN PEMECAHANNYA
Mengenal Kemandulan ………. Mencari Kebenaran dan pemaknaan hidup .......... Mahasiswa dan Realitas Kekinian ………. Bagian II IDEOLOGI
Sekilas Tentang Ideologi ………. Agama dan Ideologi ………. Bergeraknya Ideologi ………. Ideologi Islam dalam Negara ………. Bagian III PEMBACAAN SITUASI PENDOMINASIAN IDEOLOGI
Sekilas Tinjauan Ideologis Konflik Dunia ………. Dominasi Ideologi di Indonesia ………. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|7
Berkenalan Dengan Musuh dan Makar ………. Bagian IV MERENCANAKAN REVOLUSI
Percikan Api Itu Telah Ada ………. Pergerakan Tanpa Bayaran ………. Strategi Membangun Poros Kekuatan ………. Tahap Terakhir ………. DAFTAR PUSTAKA
……….
PROFIL PENULIS ……….
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|8
PENDAHULUAN
Teruntuk cintaku pada Allah, Manusia, alam semesta, dan kehidupan.
G
enerasi muda yang tertipu oleh konsep hidup materialisme telah banyak tercetak dan mengigau untuk selalu sukses. Dimulai dari pandangan hidup, tindak-tanduk, ucapan, dan tingkah bersosial yang bergerak dalam framework ‘senang itu banyak harta’. Materi yang dijadikan parameter hidup berimbas pada pemaknaan bahwa kadar sukses dan berhasil bukanlah definisi lawas seperti apa yang dikata orang tua jaman dulu; kepuasan batin, tapi sesuatu yang definitif dan bermakna tunggal bahwa termasuk kepuasan batin harus berlandaskan materi. Barangkali bagi sebagian orang ini hal biasa, namun bagi saya tetaplah gila. Saya tak sampai hati berkata bahwa seluruh desahan nafas yang lahir dari pola hidup materialistis ini adalah hasil dari pengaminan jutaan manusia bingung dalam pemaknaan hidup yang hanya bisa sampai pada terpenuhinya hajat perut, pengakuan /popularitas, dan kelamin. Efek terbesar yang kemudian hadir adalah kerdilnya Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
|9
pemikiran setiap manusia tentang pemaknaan hidup. Bolehlah kita berkaca terhadap realitas generasi muda saat ini sebagai bahan pertimbangan akan kemanakah peradaban bergerak. Linda Teplin, dari Nortwesterin University Feinberg Medicine Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa “ Angka kematian remaja nakal berusia 15-19 tahun (di Amerika) , , hampir dua kali lipat dari pasukan yang bertempur di Irak dan Afganistan Af ganistan””.
Jika diibaratkan sebuah pohon, konsep hidup materialisme ini adalah buah dari kegundahan hati dan ketidakpuasan akal dalam menjawab makna hidup. Sehingga yang muncul adalah buah-buah busuk yang hanya menjadi benalu. Ya, ini semua semata-mata hanyalah obrolan membosankan tentang bagaimana manusia sibuk dan khawatir mengurus diri sendiri, bertahan hidup untuk tidak dijatuhkan dan diungguli oleh manusia lain. Kemudian muncul banyak persaingan untuk lebih kuat, untuk lebih mengungguli, dan untuk lebih wah dari yang lainnya. Ini seolah semua yang ada di bumi bersepakat menjadi makmum dari teorinya Hegel tentang dialektika, bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah hasil pertentangan dari dua hal yang menimbulkan hal yang lain lagi, simpulan yang lebih spesifiknya lagi bahwa kesuksesan itu diraih dengan mengalahkan yang lain karena dirinya telah kuat dan hebat yang tidak membutuhkan siapa pun dalam percaturan memperebutkan sepotong roti atau secandu rente. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 10
Konsep hidup materialisme yang menghasilkan pola semacam ini berjalan terus menerus secara unconsciously, artinya bergerak dalam ketidaksadaran, tiba-tiba saja semua mengalir secara spontan dan otomatis. Bahwa ketika manusia berjalan menentukan langkah dan impian, dihantui oleh premis-premis dari konsep hidup materialisme ini. Materialisme ini jika dibiarkan tumbuh dan akarnya bercokol kuat dalam tanah bukan tidak bisa menghasilkan efek, justru yang terjadi adalah linglungnya seluruh manusia karena semua bergerak berdasarkan asas manfaat; yang paling banyak menghasilkan manfaat itulah yang harus diambil. Sehingga bagaimana pun keputusan itu menginjak nilai dan norma, melemparinya dengan kotoran, tetap akan diambil ketika melahirkan manfaat. Kalau sudah begini bukankah menyeramkan?. Saya tidak akan terlalu ndakik-ndakik bicara teori di awal tulisan ini. Sederhananya saja, saat ini adalah wajar jika kemudian manusia terhanyut oleh arus besar ini, buih besar materialisme yang tengah mendarah daging. Kita bisa melihat (bahkan bisa membuktikannya) sendiri kejadian-kejadian sederhana di sekitar, tentang apa yang ada di setiap benak generasi muda. Dalam obrolan standar bersama teman, bisa dipastikan isi pembicaraannya hanya berkutat tentang hangout di mana, pacar siapa, nonton apa, paling mentok adalah tekanan ujian, cobaan indeks prestasi, lanjut studi ke jenjang berikutnya. Ini semua begitu otomatis dan terstandarisir, jika usia beranjak dewasa obrolan berkembang dalam batas Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 11
kewajaran yang menohok, berkembang hanya beranjak pada pekerjaan, persiapan menikah, membuntingi, dan berkeluarga sakinah, mawadah, warohmah. Hal ini menampakkan pada kita bahwa makna hidup yang mafhum dipahami lebih pada nilai perjuangan telah mengalami kebiasan yang terlampau parah, kedistorsian yang memprihatinkan bahwa manusia dengan sikap ke-individualisme-annya membawa kabur kehidupan bersosial dan lari terbirit-birit mengejar mengejar impian impian pribadi. Jika penuturan ini dibawa pada pada ranah pendefinisian Emha, akan sampai pada istilah ‘egomania’ yaitu suatu kondisi mentalitas di mana ‘kosmos kepribadian’ seseorang hampir seluruhnya diisi oleh hanya dirinya sendiri. Maka alangkah sangat tidak etis ketika generasi muda saat ini lupa bahwa perjuangan hidup yang sebenarnya adalah perjuangan besar dalam menumbangkan sesuatu yang besar yang tertutupi oleh sesuatu yang besar. Generasi muda yang tidak sadar adalah mereka yang kesurupan, tidak memiliki definisi dari keberadaannya, dan hidup dalam hegemoni opini yang berujung menjadi objek tarik ulur antar kubu yang berkepentingan. Bagi saya, definisi generasi muda dalam menghadapi tantangan ini adalah generasi yang telah selesai dengan imajiimaji fiktif mimpi pribadi, yang mereka tengah berjuang meniti jalan kerasionalan, beranjak perlahan membangun kepedulian, dan berusaha menggali pemaknaan mendasar tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan. Dari sinilah Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 12
menjadi sangat jelas bahwa generasi muda bukanlah generasi yang diciptakan hanya untuk foya-foya, merangkai masa depan dengan kelacuran ide, menarik pemaknaan pada sebatas yang kelihatan, dan berjuang untuk sesuatu yang tidak bermutu. Sebuah perkataan agung pernah tertutur dari lisan orang yang paling kita teladani, Rasulullah SAW. “pertanda Allah meninggalkan seorang hamba adalah ketika ia sibuk dengan hal-hal hal-hal yang tidak penting”
Lantas sudah pentingkah semua rutinitas yang sudah dikerjakan? Jika sudah, seberapa pentingkah? Lewat buku inilah saya ingin berbagi bersama pembaca muda tentang kepentingan yang paling penting, yaitu kerangka dasar berpikir dalam proses ideologisasi yang berdasar pada kerasionalan tentang pemaknaan. Ini menjadi penting karena tidak ada alasan lain untuk merubah kesemrawutan realita saat ini selain berawal dari mendudukan kembali proses berpikir untuk mengetahui kebenaran. Sehingga harapan munculnya para bidak catur yang akan membuat gebrakan kemenangan dari sudut yang tak terduga --berupa terciptanya manusia utuh yang unggul dan memiliki nilai-- bisa terlaksana untuk menggetarkan seantreo bumi. Ini bukan sebuah kemustahilan dan hal yang utopis! Generasi muda yang tidak merasa bodoh, salah, dan dekaden ketika berkata pada dunia bahwa kita adalah pemuda yang Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 13
bisa merubah dunia, bahwa kita, dengan konsep yang kita punya bisa ikut andil memberikan kontribusi nyata berupa rahmat pada semesta, sebenarnya sangat bisa direalisasikan. Lewat ideologisasi yang rasional dan kontinyu Ia akan bergerak hebat karena berlandaskan konsep yang matang, ia akan menjadi pionir meskipun terlahir di tengah arus gonjangganjing ejekan dan banyak yang menertawakan. Generasi muda saat ini adalah generasi yang harus membuktikan pada manusia dewasa tentang kesalahan tudingan mereka bahwa generasi muda saat ini mandul dan lacur dari segala aspek. Yang karena tudingan ini generasi muda mesti diperhatikan betul dan butuh bimbingan yang penuh pendiktean tak masuk akal dan cukup membebani. Kita harus bisa membuktikan pada mereka bahwa saat ini gagasan kita lebih bisa diterima untuk membebaskan dan merubah dunia, melebihi gagasan para manusia dewasa yang (kebanyakan) telah terkontaminasi akumulasi kapital dan itung-itungan matre karena kecemasan. *** Saya harus menyatakan bahwa meskipun banyak buku yang terbit terkait fenomena remaja kontemporer, baik berupa tips & trik, esai, narasi-narasi, fatwa, nasihat, atau pun sastra propaganda, dengan perasaan berat hati terpaksa sebagian besar saya abaikan begitu saja. Bukan berarti tidak ada penghormatan terhadap karya para penulis yang peduli dengan generasi muda, namun ini lebih pada argumentasi pribadi yang memang jelas berbeda. Saya mendasarkan diri Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 14
pada alternatif metedologi semi kualitatif yang menitik beratkan pada pengalaman pribadi dengan pendekatan terhadap kajian utuh tentang ideologi dalam definisinya yang lugas, yang dalam pemahaman saya adalah sebagai satusatunya gagasan yang melatar belakangi terbentuknya generasi muda saat ini, generasi muda masa lalu, dan generasi muda yang akan datang. Yang dari sini bergulirlah peradaban-peradaban yang telah dan akan berakhir, yang telah dan akan berkembang, yang telah dan akan gemilang. Ini sangat logis, dadu-dadu yang telah digulirkan tidak selalu ibarat undian yang menegangkan. Kita bisa menggulirkan dadu dengan taktik supaya kita beranjak unggul yang bukan sebuah kecurangan. Dari sinilah pentingnya kerangka berpikir untuk menghasilkan sel-sel strategi yang mantap dan mendobrak. Kita saat ini bersama-sama berangkat dari keadaan ketika dunia dengan kesintingan dan kepecundangan para manusianya telah membuat propaganda besar bahwa revolusi itu tidak lagi perlu dan tidak penting. Kita dibodohi oleh ketakutan yang begitu luar biasa tentang revolusi; darah, air mata, kelaparan, dan mayat. Sehingga untuk (hanya) berpikir beda pun kita tak berani. Sebetulnya dari hal ini menjadi sangat jelas bagi kita bahwa emphasis nilai seorang pemuda bukan terletak ketakutan yang diciptakan pihak lain, namun pada keberanian dalam keberpihakannya pada kebenaran. Ya, menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa pemuda yang betul-betul pemuda bukan diukur pada seberapa jauh ia Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 15
melabuhkan cita-citanya dalam balutan imaji-imaji fiktif hasil mengekor pada kemainstreaman, namun pada seberapa besar ia mampu membawa alam, kehidupan, dan manusia lain untuk ikut berkembang menuju satu titik kesempurnaan berupa kemantapan dalam pemaknaan. Saya telah memulai pembahasan tentang generasi muda dengan asumsi bahwa nasib generasi muda bukanlah suatu fenomena asli yang tiba-tiba muncul. Generasi muda tidak ada begitu saja, seperti juga orang tua yang tidak bisa muncul dengan kematangan dan kebijaksanaan yang begitu saja, semua ada proses yang melatar belakanginya. Keseriusan kita menanggapi observasi besar Vico dalam Edward Said: 1978, kiranya penting kita garis bawahi, bahwa “ manusia sendirilah yang membuat sejarah mereka, bahwa apa yang mereka bisa ketahui adalah apa yang telah mereka perbuat .” Maka mengukir sejarah baru yang beranjak dari kesemrawutan ini adalah tidak lain bagian dari kehidupan itu sendiri. Terakhir dari pendahuluan singkat ini saya ingin sekali sampaikan sebuah hadits dari Hudzaifah radhiallahu anh yang selama ini menjadi motivasi yang terus memacu saya. “Barangsiapa “Barangsiapa yang bangun di pagi hari tidak memikirkan urusan kaum muslimin, maka dia tidak termasuk umatku”.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 16
Bagian I
RUANG LINGKUP KEMANDULAN MAHASISWA DAN PEMECAHANNYA
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 17
Mengenal kemandulan
S
ebelum beranjak pada pembahasan mandul yang masih simpang-siur antara peran dan reproduksi, terlebih dahulu saya ingin membawa para pembaca untuk menyelami fragmen sejarah dunia. Tentang bagaimana timur, khususnya timur dekat dalam bingkai orientalisme, menjadi begitu dikenal barat sebagai lawan sejak zaman kuno. Ada injil dan bangkitnya agama Kristen; ada pelancong-pelancong seperti Marco Polo yang memetakan rute-rute perdagangan dan memolakan sistem perdagangan yang teratur, dan sesudah dia Ladovico di Var thema dan Pietro della Valle; ada fabelis-fabelis seperti Mandeville; ada gerakan penaklukan timur oleh Islam yang tersohor; ada peziarah-peziarah militan, utamanya tentara salib. Dari itu semua terbangunlah suatu arsip internal dari literature yang bersumber dari pengalaman sejarah tersebut, hingga fenomena sejarah besar yang terakhir sebelum Uni Soviet runtuh pada 1992 di bawah pemerintahan Gerbachev, terbentuknya blok barat dan blok timur. Sejarah perlawanan dan pertempuran umat manusia memang selalu menghasilkan decak kagum. Maka ketika kisah ini dibacakan, sedang berada di manakah kita? Pemikiran kita? Atau aktifitas dan arus pergerakan kita sebagai generasi muda? Masihkah berkutat Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 18
seputar kejar-kejaran dengan bom waktu yang bernama rangking atau indeks prestasi? Masih berpikir tentang beasiswa keluar negeri dengan modus optatif untuk pamer kepada teman sebaya? Masihkah dengan rutinitas yang biasa dan sederhana? Bangun lalu mandi, mandi lalu bersiap kuliah, kuliah lalu lemas, tidur dan istirahat, kemudian berulang hingga bosan? Jika benar demikian, bukankah ini sebuah kamuflase tujuan yang rangup, yang akarnya tidak akan terjurai meresap banyak air dan memberikan daun yang rindang dan buah yang banyak? Inilah sejatinya kemandulan! Kata mandul dalam KBBI berarti tidak dapat mempunyai anak. Jika disandingkan dengan fenomena generasi muda saat ini, adalah soal aktifitas yang tidak melahirkan sesuatu yang berarti. Sesuatu yang bisa membawa manusia terbebas dari perbudakan dan tidak lagi menghamba kepada manusia lain dalam mencukupi kebutuhannya. Baik kebutuhan dalam dimensi naluri berseksual (ghorizah an-naw), naluri mempertahankan diri (ghorizah al-baqa), atau naluri untuk merasa diri rendah dan membutuhkan dzat yang segala maha untuk bersandar (ghorizah attadayyun) yang kesemuanya itu disandarkan pada kemantapan akal dan keteguhan hati . Kemandulan tidak semata-mata dispekulasikan sebagai idiom atau istilah yang berlainan makna asalnya. Kemandulan secara berjenjang lahir dari proses berpikir unstructural yang tidak memiliki titik temu antara objek yang akan dilakoni dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari sinilah muncul Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 19
tindakan-tindakan nyleneh yang mula-mula kecil dan disepelekan, kemudian dari penyepelean ini muncullah pemakluman, lalu membesar lagi dan memunculkan kesepelean lain dan berujung pada dekadensi moral akut. Contohnya ketika berbicara tentang masa orientasi siswa, masih saja ditemui dengan mudah ketidakberesan. Awalnya ini mungkin hanya kebingungan tentang bagaimana memerlakukan adik angkatan untuk beradaptasi terhadap instansi pendidikan yang baru, karena tidak memiliki kapasitas untuk mengenal watak manusia, maka munculah perpeloncoan konyol yang tak manusiawi, yang seolah mengingatkan kita bahwa perbudakan itu harus dikenang, bahwa fasisme itu adalah sebuah ritual yang harus dirasakan, bahwa kemandulan itu harus dinikmati!. Pernahkah mengalami hal kecil semacam ini? Tentang rentetan barang bawaan yang harus dibawa pada masa orientasi di pagi buta; Topi dari setengah bola plastik, tas kresek hitam putih, Kodok berwarna merah, sepasang lalat bercumbu, minyak kayu putih cap baygon, atau rokok lima batang berbeda merk? Pernahkah diperintah untuk dibotak semuanya? Dan kita memaklumi itu ritual khas? Menjual masa depan
Mengenai kemandulan dengan segala kefenomenalannya yang menjangkit setiap generasi muda, kita tidak bisa lari dari pendapat bahwa dalam menilai masa depan Indonesia, masihlah sangat relefan menggunakan kemasan distopia, yaitu penggambaran nasib Indonesia ke Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 20
depan dengan penggambaran begitu menyeramkan, heboh, dan siap diselimuti kenestapaan. Semua ini berawal dari kultur dan kecenderungan pola yang seragam dari instansi pendidikan tinggi pencetak intelektual muda. Intelektual yang saat ini dimaknai sebagai profesi menara gading, duduk di kasta teratas dan wajib dihormati, membuatnya kikuk untuk terlibat dalam persoalan kemasyarakatan. Akibatnya kehidupan seorang pemuda Indonesia yang benar-benar peduli terhadap nasib bangsanya sangatlah menekan perasaan. Di setiap Instansi manapun – hampir dapat dipastikan-- terdapat mufakat bulat bahwa dialog-dialog, diskusi-diskusi yang membicarakan isu kebijakan yang lahir dari pemerintah, bukan menyangkut kebijakan universitas, terlebih lagi yang mengadakannya bukan dari organisasi intra kampus, secara politis dianggap tidak ada, kalau pun terpaksa diakui keberadaanya, maka ia dipandang sebagai angin lalu, pengganggu, atau sebagai bibitbibit teroris yang bermakar untuk negara. Hegemoni stereotifstereotif yang dilahirkan media, dan peran pemangku kebijakan yang terlampau fokus terhadap akademis dengan meninggalkan kultur pendidikan politik pada generasi mudanya, sangat terasa kental sekali. Dehumanisasi dan pembelengguan yang disertai kalimat satir dengan dalih “ngurus sendiri aja belum becus, ngapain ngurusin negara” bagai kutukan takdir. Mengkerdilkan. Lalu mematikan.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 21
Daoed Yusuf, mantan menteri pendidikan era soeharto yang pertama membuat kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK-BKK) dengan memfokuskan para mahasiswa pada aspek akademis semata, tengah kerampokan tujuan; bahwa saat ini, alasan yang beliau utarakan semasa dulu bahwa NKK-BKK ini adalah untuk membentuk generasi muda yang matang dalam konsep untuk menjadi pemimpin masa depan yang bijak; TIDAK TERBUKTI SAMA SEKALI. Yang terjadi saat ini adalah kegagalan total bahwa mahasiswa tidak juga menjadi sangat akademisi dan bersemangat dalam riset, dan tidak juga peduli dengan nasib bangsanya. Kalaupun ia menggandrungi penelitian dan pengabdian, pendasarannya adalah imbalan materi dan popular, malah sering kita temui pengabdian yang tidak didasari kepedulian kerap dilaksanakan karena paksaan nilai E. Yang bisa kita baca sekarang adalah banyak para sarjana yang jadi bandit dan korup, padahal pintar dengan konsep-konsep yang telah diajarkan. Lalu apa yang menjadi akar masalah? Diagnosis gejala
Kita bisa menarik satu simpulan kecil bahwa ternyata letak persoalan bukan pada normalisasi kehidupan kampus untuk mencetak intelektual profesional. Ada persoalan besar yang membelah premis dangkal antara kampus sebagai dunia akademis dan pusat riset, dengan masa depan bangsa yang baik. Kita tidak bisa berlogika dengan mengumpulkan dua premis di atas menjadi sebuah simpulan ala Aristoteles; jika mahasiswa benar-benar belajar maka masa depan bangsa akan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 22
baik. Tidak! Toh sekarang kelacuran malah dilakukan oleh mereka yang berpendidikan, dan keilmiahan bukan lagi standar masa depan yang cerah. Analisis saya cukup sederhana, pertama, jika melihat struktur bagian otak, ternyata beda letak berpikir eksak dengan berpikir untuk memegang teguh nilai dan moralitas. Kedua, perbedaan antara cortex dan pre frontal cortex ini bisa saling terkait ketika pre frontal cortex yang berfungsi memegang teguh moralitas dan nilai-nilai muncul karena ketuntasan cortex untuk diajak berpikir secara rasional dan mendasar. Saya tidak hafal betul bagaimana teori ini kelanjutannya, namun kiranya pembagian ini cukup membantu mengklasifikasikan antara sains/pengetahuan, keteguhan memegang nilai, dan moralitas. Bagaimana seseorang bisa teguh memegang nilai? Bagaimana moralitas dan emosional bisa terkontrol? lebih jauhnya apakah sikap empati, simpati, peduli, dan iba hati bisa lewat metode ilmiah? Apakah dunia kampus memiliki tawaran solusi untuk ini semua? Dari bingung berujung ancaman dan ketakutan
Selama ini saya –-dan mungkin kita semua-- merasa dunia kampus dengan segala hiruk pikuk akademisnya dan menganggap asing hal di luar itu, tidak juga menawarkan apa pun selain kebingungan yang terus menerus muncul. Bahkan obrolan dengan dosen kadang hanya berujung keringat dari anggukan pura-pura semangat, berputar pada paparan solusi teknis dari sudut pandang mereka sebagai intelektual yang memegang teguh professionalisme. Dosen teknik sipil Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 23
memandang bahwa Indonesia mundur karena insfrastuktur – semisal jembatan, jalan raya, pelabuhan dan bandara— bandara—yang tidak memadai, dosen pendidikan memandang bahwa keterpurukan ini semata-mata karena kurikulum yang tak jelas, dosen ekonomi berbicara hanya pada tataran mekanisme ekonomi; surplusenya anggaran, fluktuasi, nilai beli, daya jual, inflasi, dan membangun mental enterpreuner untuk memperkaya diri. Begitu pun dengan dosen agama yang hanya memandang keterpurukan ini semata-mata terkait persoalan akhlak dan ibadah individual pada pribadi masyarakat yang dirasa kurang taqwa. Seolah antara satu bidang dengan bidang lain berjalan sesuai batas kotak, yang antara satu kotak dengan kotak lain tidak bisa bergandengan tangan atau sekedar saling sapa. Ya, tidak ada benang merah dari banyak obrolan itu yang bisa memberikan solusi integral yang paling masuk akal dari keterpurukan bangsa ini. Bisakah kita semua beranjak keluar dari laten profesionalisme yang sangat membahayakan? Maksudnya bukan kita menolak profesionalisme, tapi pemaknaan profesionalisme yang sarat akan kepentingan materilah sebagai belenggu. Profesionalisme yang dianggap sebagai profesi intelektual sebagai penghidupan untuk kecukupan perut dan kelamin inilah yang merupakan momok menakutkan. Akibatnya kita melihat banyak professor yang takut melepas diri dari afilasi universitas yang membiayainya, banyak politikus yang kehilangan taring karena tekanan parpol, dan banyak mahasiswa yang mlempem karena terjerat Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 24
aturan beasiswa. Begitu keberatan ketika kita mengetahui saat ini yang dikata intelektual terlalu wara-wiri dengan kegiatan bersolek dan bermake-up dan begitu menyakitkan bagi kita ketika ia memilih diam demi kehati-hatian prestise diri. Padahal kesemrawutan harus segera dipecahkan, padahal kericuhan harus segera ditenangkan. Maka wajar, ketika paparan ini berimbas kefrustrasian, karena ternyata medan hidup yang harus dilalui terlampau berat dan penuh tekanan, masa depan tidak menawarkan apapun selain persaingan. Kemudian yang menarik terjadi di tengah persaingan ini adalah semua rakyat yang merasa heran dan terkaget, apa sebenarnya yang terjadi dan hinggap di benak generasi muda sebagai kaum intelektual. Para orang tua yang awalanya berharap bahwa anaknya akan sukses di masa mendatang malah shock dengan kabar yang berdering di ponsel, bahwa anaknya telah bunting, diperkosa, mabukmabukan, dan overdosis narkoba. Padahal nilai akademis mereka sama sekali tidak mengecewakan. Sekali lagi apa saat ini kampus punya tawaran solusi untuk ini? Dengan mengenang hantaman kemandulan yang terjadi pada generasi muda saat ini, kita bisa merasa lebih yakin lagi bahwa hal ini bukan semata-mata tentang kecerdasan, moralitas, profesionalitas, dan menang persaingan. Semua ini berawal dari gagalnya pemuda menemukan titik temu antara kegundahan dengan realita hidup, antara ketakutan yang dispekulasikan sebagai Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 25
justifikasi dari kehidupan itu sendiri, mengalahklan berbagai aspek yang tertuang dalam lembaran peraturan tertulis atau pun tak tertulis. Ini lebih keras lagi menampar kita seakan antara harapan yang menggunung tentang kemajuan sebuah bangsa, mimpi-mimpi indah tentang kesejahteraan, romantisme peradaban, atau pun keeksotisan hidup, sirna terdistorsi oleh aktifitas nista generasi muda yang bergerak melacur tanpa konsep dan pemaknaan. Lalu mari kita beranjak pada masalah negeri ini; telah lewat masa Soekarno, telah usai masa Soeharto, telah selesai masa Habibie, telah gugur sang Gusdur, bu Mega telah uzur, dan SBY telah lengser dengan angkat tangan penuh kepayahan. Dan hari ini entah orde apa yang akan muncul lagi kepermukaan dengan segala ketidakpastian untuk mengentaskan kesemrawutan yang terjadi. Presiden baru yang katanya merevolusi mental, akankah ujungnya berakhir dengan yel-yel hujatan (juga)? Dari berbagai laga kepemimpinan yang telah mewarnai Indonesia, tidak bisa dikatakan bahwa para pemimpin tidak pernah belajar dari kegagalan, mereka cukup cerdas dan pintar-pintar. Namun dalam hal menentukan sikap, kecerdasan memegang teguh nilai-nilai dan moralitas, sangatlah perlu bantuan kaum muda, karena bagaimana pun bijaknya seorang pemimpin, ia tetaplah manusia yang bisa terpengaruh oleh apapun dan siapapun ketika landasan idilnya tak stabil. Karena kita membaca bahwa saat ini para Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 26
bandit telah melangsungkan invasi besar-besaran ke negeri ini. Para bandit yang senantiasa ada di setiap pergantian pemimpin semakin hari semakin besar cengkramannya, semakin besarlah kepentingannya. Mereka telah cukup sukses berkembang biak dalam pagelaran ketoprak pemilu, menyusup untuk melancarkan penjarahannya, mengobrakabrik lautan, mengacak-ngacak daratan, mengeruk gunung, membabat hutan dan menjalarlah di sana-sini kotoran yang dihasilkannya. Lalu bersembunyi, untuk nanti mengacau lagi. Perlukah kita menunggu lebih hancur dan rusak bangsa ini? Dan kita melihat bersama bahwa generasi muda saat ini bisu tidak pernah bisa bicara, lontaran kalimat yang muncul hanyalah ba-bi-bu tentang kekonyolan siaran sinting, sorak sorai suara impian jijik bertemu idola korea, hiburan ketololan yang telah cukup melenakan, menghabiskan waktu, dan tidak berguna. Sehingga jangankan bicara tentang berapa juta warga yang masih terlantar, kemiskinan diri sendiri pun tak pernah dipedulikan. Asalkan motor tak memalukan dibawa nongkrong, baju distro bermerk terbaru, dan segenggam gadget canggih yang siap dipamerkan, telah membuat mereka lupa tentang pemaknaan hidup yang sebenarnya. Padahal pemaknaan hidup tak sebodoh itu, bukan? *** Generasi muda yang (maaf) bodoh dan tak bisa berpikir, hanya bisa mengurai mimpi dan mengisinya dengan hajat pribadi, kemudian tanpa pandang bulu bersegera Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 27
mengencangkan ikat pinggang untuk mendapat nilai dan gelar akademis, pekerjaan, dan istri tawanan yang mereka pahami sebagai kesenangan. Padahal pemaknaan hidup tak sekering itu, bukan? Dan lagi-lagi generasi muda yang (maaf) lacur dan tak tahu konsepsi, hanya bergerak sesuai kaidah materi dalam pemahamannya. Bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan tak bisa lepas dari realitas zaman yang terus bergulir. Sehingga baginya merubah adalah suatu aktifitas sakral dan dzolim, ikuti alur saja, atau kita mati karena melawan arus, katanya. Padahal pemaknaan hidup tak sepecundang itu, bukan? Ya, ada banyak sekali alasan lain untuk menyebut generasi muda saat ini sebagai subyek kemandulan kontemporer yang menjadi benalu. Dimulai dari pembacaan yang sederhana mengenai motif dalam beraktifitas dan merangkai mimpi, sampai pada penggunaan data statistik dengan angka-angka kriminal pemuda yang tak bisa terbantahkan. Saya benar-benar merasa iba, bukan iba dalam analogi kejijikan jilatan fans kepada idola, tapi tentang suatu hal yang besar namun sederhana, tentang tujuan hidup yang tak jarang banyak yang gagal tak menemukan titik temu. Tentang tujuan hidup, saya mempersilahkan untuk membuat siasat-siasat. Baik tertulis dan tertempel pada dinding kamar, atau pun diingat dan diulang menjadi suatu
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 28
afirmasi kental yang bisa menjalankan raga. Tapi saya ingin sedikit membantu memberikan gambaran. Saya memulai dari kata mempersilahkan. Saya mempersilahkan anda berjalan saja tanpa referensi, seperti kebanyakan orang beranggapan bahwa hidup mengikuti alur, atau berjalan seperti air mengalir. Jika begitu coba saja ikuti semua yang disiarkan televisi dan film-film, dari gaya berpakaian sampai bagaimana selebritis dikebumikan. Silahkan ikuti saja intruksinya, dimulai bagaimana sinetron dan film mencontohkan bergaul bersama teman, apa yang akan diobrolkan, siapa yang baru jadian, kurang apa dalam berdandan, koleksi make up apa yang belum bisa terbeli, pakaian apa, tongkrongan mana, gadget apa, kendaraan, gaya rambut, style berjalan, gesture tubuh, posisi duduk, sampai buang hajat. Jangan pernah capek-capek berpikir dan buang waktu untuk mengamati kejadian di sekitar, banyak baca, dan berdialog; bicara gagasan, ideologi, keyakinan agama, harga cabai, kebijakan yang hadir, fenomena sosial, atau pun apapun yang berbenturan dengan pemikiran. Jangan muluk-muluk mengurai kebingungan, ikuti saja instruksi layar kaca yang menayangkan kebahagiaan dan fantasi-fantasi itu. Persis seperti bergeraknya air yang terus mengalir. Kuliah, nongkrong, tidur, kuliah, nongkrong, tidur, dan kuliah, nongkrong, tidur… Jika tidur… Jika dikemudian hari anda merasa hidup anda bingung, frustrasi, dan kosong, maka seperti yang Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 29
dicontohkan, larikanlah ke alkohol dan nyalakan musik keraskeras, pilih lagu yang sesuai, nikmatilah dengan cengkraman wisky, anggur merah, chongyang, chiu, mix max, guiness, atau apapun. Sehingga suara musik yang nyaring itu menutupi kesedihan dan emosi anda bersama cengkraman minuman yang mampu berkompromi dengan situasi kebimbangan, ya, persis seperti yang dicontohkan televisi dan film-film. Bila masih gusar dan tidak menemukan ketenangan, beranjaklah sebentar untuk menyalakan kendaraan, larilah ke club malam, karaoke atau mabuk sampai puas dan pulanglah membawa wanita simpanan, buntingilah!. Tidak usahlah memikirkan nilai dan norma, atau sekalian saja tak usah percaya terhadap Allah, surga dan neraka. Hiduplah bahagia dengan parameter kesenangan yang layar kaca contohkan. Tontonlah siang malam sehingga gagasannya benar-benar meresap ke relung hati yang terdalam, menumbuhkan pola pikir dan pola hidup secara tidak sadar dan edan. Susunlah masa depan dengan rinci, dimulai dari mana anda kuliah, bekerja, nikah, mempunyai rumah, kendaraan, dan ceritakanlah! meskipun di sekeliling anda banyak orangorang yang pesakitan, tidak usah dipedulikan, fokus dan kerja keraslah!, kumpulkan semua pundi-pundi harta, sampai anda kebingungan bagaimana menghabiskan. Tapi saya ingin sedikit bertanya dari semua tujuan yang mengikuti alur ini, ekspresi membebek pada layar kaca Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 30
yang luar biasa hebat ini, tentang pertanyaan sederhana, konsep dan tujuan hidup yang kita jalani. Apakah kita hidup hanya untuk menjadi tua, kemudian memilih kavling berukuran satu kali dua, menanti dalam bosan dengan semua kenangan hidup yang pernah dilalui? Apakah kita hidup hanya untuk menumpuk banyak harta, kemudian meninggalkannya, dan diperebutkan oleh ahli waris? Kita ingin mengetahui bersama, sebuah pertanyaan kecil sebelum resiko kematian itu hadir dan menimpa. Bukan dalam balutan motif menakut-nakuti dengan neraka dan siksaan, tapi lagi-lagi ini tentang tujuan hidup yang harus jelas dipetakkan. Apa sesungguhnya tujuan hidup manusia dan bagaimana kita seharusnya?. Apakah kehidupan itu begitu berharga? Apakah tujuan hidup kita hanya untuk bersaing sekuat tenaga menjadi pemenang dari pertarungan, dan membiarkan diri menganggap keberadaan kita di bumi ini adalah hanya kewajaran kewajaran yang tak perlu diperdebatkan?. Kemudian pertanyaan keberadaan manusia ini berlanjut pada apakah manusia benar-benar muncul sendiri atau memang dari keberadaan anda ada yang sengaja mendesainnya?. Otak yang memiliki jutaan sel yang saling terintegral untuk menghasilkan pemikiran, proses sperma yang bisa bertemu ovum tanpa ada yang membimbing layaknya makcomblang, kesempurnaan setiap buku jari Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 31
manusia, atau adakah yang bisa menciptakan kamera yang bisa melampaui mata dalam merespon milyaran spektrum, apakah semua ini adalah kewajaran yang tak perlu dibicarakan lagi siapa yang mendesainnya? Kalau begitu lantas apakah keberadaan kita hanya puas dideskripsikan dengan teori ilmiah; berawal dari premata, kemudian berevolusi terus menerus sehingga menjadi manusia luar biasa ini? bagaimana menjelaskan kera yang masih hidup yang tak kunjung juga berevolusi? Apakah mereka gagal dalam perkembangan? jika begitu tidak adilkah Tuhan? Atau jika anda tidak percaya Tuhan, maka tolong jelaskan dengan sederhana dan rasional mengapa Tuhan itu tidak ada? Dan saya bertanya dengan logika sederhana, dari keberadaan manusia yang dulunya tidak ada, apakah manusia yang awalnya tidak ada juga bisa menciptakan keberadaan? bukankah logika di sekolah dasar menjelaskan bahwa ketidakberadaan jika bekerjasama dengan ketidakberadaan tidak akan menghasilkan apapun? benarkah nol di tambah nol sama dengan nol? Lalu siapa yang menciptakan? Untuk apa kita diciptakan?, dan bagaimana nasib kita setelah hangus ditelan zaman? Jadi tolong jelaskan bagaimana tujuan hidup yang terbentuk dari konsep air yang mengalir ini? Bukankah penuh kebuntuan? Bagaimana dengan tujuan hidup yang sebenarnya yang bisa mengentaskan kemandulan dengan sesingkatsingkatnya? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 32
Maka ketika todongan pertanyaan ini membuat suasana kejiwaan menjadi silang sengkarut, dengan sendirinya semua akan bermuara pada apa yang disebut sebagai mabda/ideologi. Definisi yang digaungkan Antoin Destutt de Tracy pada akhir abad ke 18 terkait ideologi dipakai untuk mendefinisikan sains tentang ide yang pada akhirnya dimaknai sebagai visi yang koferhensif yang memuat cara pandang terhadap segala sesuatu. Qodhi Taqiyuddin Annabhani dalam bukunya Nidzomul Islam mendefinisikan bahwa Ideologi adalah pemikiran menyeluruh tentang hidup, alam semesta, dan tentang manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Bagaimana hal ini bisa dipahami oleh setiap generasi muda? Tentunya tidak ada cara lain untuk mengatasi kemandulan ini selain dengan mengangkut paksa para pemuda mandul untuk dibawa beranjak dari berpikir yang hanya sebatas kulit kepada pemikiran yang lebih koferhen yang mampu memuaskan akal dan menentramkan hati. Meromusakan pemuda untuk memaksanya berpikir tentang hakikat hidup sebenarnya kiranya sangat urgen. Berpikir yang mengkomparasikan antara kehidupan, alam semesta, dan manusia yang merupakan puncak pemikiran tertinggi tidak bisa ditinggalkan begitu saja, terlebih dalam keberhasilannya mengaitkan dengan dari mana ketiganya (kehidupan, alam semesta, manusia) berasal, dan akan kemana ketiganya berakhir adalah suatu hal yang mesti dipecahkan manusia di Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 33
awal usia kematanganya. Terbukti dari pentingnya pemahaman ini telah lahir berbagai macam pemikiran untuk menjawabnya. Dari pemikiran yang muncul ini pun ada yang menimbulkan keyakinan, dan ada pula yang malah buntu di tengah jalan dan membingungkan. Maka menemukan pemikiran yang paling ideal inilah yang harus pertama dilakukan untuk menyuburkan generasi muda yang mandul dan frustrasi ini. Sebelum beranjak lebih dalam, rasanya saya perlu untuk menyajikan sebuah sikap generasi muda yang cerdas namun gagal dalam memahami hakikat hidup. Tengoklah apa yang terjadi pada tokoh mahasiswa tahun 60-an yang namanya saat ini melambung dipuja dan santer diperbincangkan dikalangan aktivis mahasiswa karena difilm kan pada 2005 lalu, Soe hok Gie. Gie dalam salah satu catatannya pernah menulis: “Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa. seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa”. apa-apa”.
(Catatan Seorang Demonstran, hlm. 101) Sebelum kita melahapnya menjadi kata bijak, kiranya mesti kita kualifikasikan secara benar makna di balik kata-kata tersebut. Kata tersebut tidaklah berarti ketulusan dalam bergerak yang pamrih tanpa imbalan, namun makna Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 34
implisitnya lebih condong pada kegagalan menemukan landasan hidup. Kalimat “Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa” adalah pengakuan pengakuan jujur dari seorang Gie bahwa susah dan kompleksnya mencari kemantapan tujuan hidup yang tidak menimbulkan lagi kebimbangan adalah dengan melontarkan kalimat-kalimat frustrasi. Saya merasa Gie lebih pandai dalam merangkai kalimat pelarian ini, sehingga kita tak terkejut ketika pada akhirnya Gie melontarkan kalimatkalimat kefrustrasian lain yang lebih brutal dalam balutan sastra yang menawan. Semacam tidak percaya akan agama, meletakkan Tuhan hanya sebagai kebenaran yang telah terjadi, atau pun pengakuan jujur bahwa dia tidak mengerti pada apa ia sebenarnya berpihak. Maka wajarlah ketika ia memeluk erat kalimat frustrasi dari seorang filsuf Yunani bahwa “nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan…”. Kemudian simpulan yang lahir keberlangsungan Gie ini, yang dianggap sebagian orang pelopor gerakan mahasiswa karena berhasil melengserkan Soekarno, adalah bahwa ternyata dia tidak menjadi desainer dari struktur sosial yang baru, melainkan hanya sebagai penyambung teriakan-teriakan keterjepitan semata yang malah saya kesankan sebagai destruktor dari sebuah pemerintahan baru yang lebih bising kefenomenalannya. Soeharto? Otokritik terhadap pemaknaan hidup dewasa ini mesti disumpalkan paksa pada generasi muda ,dengan mengangkat konsep dan strategi yang matang untuk sebuah perubahan besar bukan untuk menghasilkan kebingungan yang baru. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 35
Tentunya hal ini haruslah mengarah pada dominasi pemuda unggul sebagai cadangan keberlangsungan kehidupan, manusia, dan alam semesta. Dan sedikit tinjauan ideologis tadi menunjukan kepada kita bahwa seberapa intimnya seseorang menggauli aktifitas secara menggebu dan keranjingan atas dalih landasan kemanusiaan belaka (gagasan Moral Force-nya Gie), toh urusan hakikat hidup yang sebenarnya tidak bisa ditinggalkan begitu saja, karena ia berisi konsep-konsep matang, detil, dan rasional yang akan merekontruksi sebuah peradaban. Maka jika kita mengembalikan pada definisi ideologi di awal, bahwa ideologi terkait dengan pemikiran yang koferhensif akan manusia, alam semesta, dan kehidupan, ternyata belumlah selesai jika bahasannya hanya pada kasus kemelaratan hidup, nestapanya nasib bangsa, rusaknya alam, atau pun hilangnya moralitas. Tugas kita hari ini lebih besar, menjawab pertanyaan yang akan menjadi landasan bergerak yang salah satunya adalah menjawab di mana seharusnya kita meletakkan Indonesia di masa depan?. Kita mesti lebih dalam lagi mengkaji, menemukan benang merah dari fenomena yang nampak. Dan kembali, semua ini tentunya berawal pada pertanyaan dari mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berasal, untuk apa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini diciptakan, dan akan ke mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berakhir. Ketika seseorang telah berhasil menjawab, terlepas dari benar atau salahnya, kacau atau cemerlangnya, maka secara Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 36
mutlak orang tersebut telah memiliki seperangkat parameter yang akan melandasinya dalam menjalani hidup. Baik dalam melangsungkan aktifitas ilmiah, maupun ketika bersosial dan memegang teguh nilai-nilai. Kita ambil contoh orang-orang pengemban ideologi sosialisme akan terus bergerak meskipun institusi kenegaraannya telah wafat. Ini tak lain karena mereka mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Sosialisme yang merupakan seperangkat pemikiran yang koferhensif tentang manusia, alam semesta, dan hidup, memandang segala sesuatu lewat metode ilmiah berdasarkan dialektika materi. Dengan riset dan percobaan yang telah dilakukan, mereka berhasil pada simpulan bahwa kehidupan ini berawal secara sendirinya tidak berawal dan tidak ada juntrungannya. Para pengemban ideologi ini yang kemudian secara sukarela akan bergerak menebarkan gagasannya secara masif dengan gagasan yang mereka yakini kebenarannya. Sehingga penuturan Antonio Gramsci yang merupakan pemikir orisinil dalam tradisi pemikir Marxis ada benarnya juga dalam membagi secara analitis perbedaan kelas masyarakat, antara masyarakat sipil dan politis, di mana masyarakat sipil terbentuk dari afilasi-afilasi sukarela yang lebih bersifat rasional dan tidak memaksa, seperti keluarga, sekolah, dan kumpulan-kumpulan lain; sedangkan masyarakat politis terbentuk dari pranata-pranata institusi yang peranannya adalah dominasi langsung (teori hegemoni budaya). Yang kemudian harus kita pahami betul adalah sesungguhnya masyarakat politis ini tidak semata-mata lahir dari pemikiran Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 37
yang mengikuti alur, yang membebek dan membabibuta seperti taklidnya fans pada Selebritis yang menjijikan itu. Masyarakat politis yang disebut Gramsci ini bukan juga bermakna kotakan pemilu dan surat suara dengan dagelan aksi heroik para jurkam kampanye, namun adalah sebuah kelompok masyarakat yang lahir yang memiliki tujuan karena berhasil menjawab pertanyaan terkait tujuan hidup, terlepas dari benar atau salahnya pemikiran yang diemban. Dari klaim mantapnya teori sosialisme dalam memaknai tujuan hidup bagi para penganutnya, telah pernah melahirkan mereka menjadi salah satu kiblat peradaban dunia, hingga akhirnya runtuh juga pada akhir abad 20. Tapi apa mau kita menjadi pengemban ideologi ini, di mana yang disajikan adalah hanya sebatas embel-embel kesejahteraan berdasar moralitas yang kering? Kiranya sampai batas ini cukup untuk bercengkrama dengan kemandulan. Kita telah banyak berbicara dan mengerti bahwa hidup tidak semata-mata berjalan mengikuti alur secara sukarela, ada beban moril hakiki yang harus dipecahkan, yaitu mendefinisikan pertanyaan mendasar terkait makna hidup. Jika ini tak dilakukan, percayalah kemandulan akan tetap beranak pinak.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 38
Mencari kebenaran dan pemaknaan hidup
A
nda boleh membayangkan apa jadinya jika pemaknaan terhadap kehidupan berawal dari definisi materialisme. Yaitu suatu pandangan yang berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Artinya, menurut proses waktu bahwa sebelum gagasan dan ide lahir, materi terlebih dahulu ada. Sedangkan menurut proses zat, manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia. Maka wajar saja menurut teori ini alam semesta sudah ada sejak waktu yang tak terbatas dan alam tidak memiliki awal maupun akhir. Teori ini juga menyakini bahwa alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada dengan sendirinya. Segala sesuatu di alam semesta hanyalah peristiwa kebetulan atau ketidaksengajaan dan bukan hasil dari sebuah rancangan atau visi yang disengaja. Namun sialnya bagi mereka, para penganut materialisme ini harus menelan kembali ludah yang terlanjur keluar. Wacana Big Bang yang digelorakan Edwin Hubble pada tahun 1929 Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 39
meruntuhkannya tanpa perlawanan. Teori Big Bang ini mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya ‘awal atau permulaan’ pada alam semesta yang disebabkan oleh Big Bang. Kalau alam semesta itu memiliki permulaan, maka siapa yang menciptakan?. Dari sinilah sains modern membuktikan bahwa penciptaan alam semesta tidak mungkin tiba-tiba ada, yang ini secara terang-terangan menelanjangi filsafat materialisme. Ketika penelitian ini diperdalam, ditemukan bahwa setiap hukum fisika, kimia, dan biologi, setiap gaya-gaya fundamental seperti gravitasi dan elektromagnetik, dan setiap detail struktur atom dan unsur-unsur alam semesta sudah diatur dengan tepat sehingga manusia dapat hidup. Ilmuwan masa kini menyebut desain luar biasa ini "prinsip antropis". Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta telah dirancang dengan cermat untuk memungkinkan manusia hidup. Namun silahkan saja jika memang berkenan anda gayeng menyelam dan basah kuyup pada teori materialisme yang mblunder ini dan menjadikannya pegangan hidup. Jika perlu atas penghayatan teori materialisme yang output lebih luasnya adalah bahwa manusia mampu untuk mengurus dirinya sendiri, hidup dengan aturan yang dibuatnya sendiri, dengan standar baik-buruk yang manusia buat sendiri ini maka silahkan ambilah apa yang ada di dunia ini seluruhnya, Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 40
genggam lalu kepalkan di tangan anda, tekan lalu padatkan, ngangakakan mulut anda, masukkan padatan itu, telanlah, perkenankanlah ia mengembara di usus yang melingkarlingkar, dan semoga saja perut anda tidak sobek karena itu. Ya ini persis seperti kelacuran para materialis yang menghajar apapun demi melanggengkan dirinya. Namun saya yakin jika anda telah sampai pada perenungan yang sangat mendalam tentang eksistensi manusia yang belum terjawab ini, kemudian anda merasa gamang dan bergerak dalam ketidakberesan yang sangat substansial, maka tariklah nafas panjang. Tinggalkanlah semua yang meragukan, lalu cari alternatif baru. Memandang dunia dengan konsep materialisme akan membawa kepada kebingungan yang pasti. Maksud saya, dengan segala riwayat hidup yang pernah dilalui hingga hari ini, saya curiga kepada apapun dan siapapun yang berkata bahwa keadaan umat manusia baik-baik saja, tidak ada yang keliru dalam berjalannya. Bahwa semua kehidupan memang telah dengan wajar berjalan pada satu aktifitas biasa manusia, yaitu menggapai persaingan dalam hal rebutan kekayaan, berinkarnasi dalam ego yang menggila, dan nilai-nilai yang sudah pasti akan terus berevolusi tidak perlu untuk diperjuangkan untuk menggantinya, katanya ‘just go with the flow’saja. Padahal kita tahu dan yakin bahwa dunia hingga hari ini jusru dipenuhi dominasinya para bandit yang mengeksploitasi dan berlaku curang, kemudian merugikan manusia lain, mengubah sudut pandang hidup generasi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 41
muda, merecoki pola-pikir, hingga yang terbesar adalah mengganggu ketenangan umat manusia dalam pemaknaannya tentang Tuhan, manusia itu sendiri, alam semesta, dan kehidupan yang tengah berjalan. Sehingga sangat butuh suatu pemaknaan ulang dari setiap insan generasi muda yang merupakan sumber cadangan masa depan. Perlu diketahui, yang namanya makna hidup, tidak sekonyong-konyong bisa terjawab oleh filsafat yang hanya sampai batas mempertanyakan. Juga tidak bisa didapat hanya seminar motivasi yang sorak sorai dan gegap gempita dengan semboyan ‘kita bisa’. Pun tidak juga tidak juga bisa didapat dengan terus menerus menumpuk materi, menjadikannya parameter kesuksesan, dan menuhankannya. Karena konsep materialisme ini akan bertentangan dengan naluri yang dimiliki manusia berupa naluri untuk merasa diri rendah dan membutuhkan dzat yang segala maha untuk bersandar (ghorizah attadayyun) yang kesemuanya itu tidak mungkin disandarkan pada aspek materi semata. Ya, bagaimana pun menggilanya manusia dengan hiruk pikuk keduniawiannya, selalu saja terbersit rasa untuk bergantung pada Tuhan. Karena kekosongan aktifitas yang semata-mata hanya untuk urusan perut dan kelamin tidak menjanjikan kebahagiaan. Seperti dikutip dari buku the MODEL karya Nopiandi Hermadi, jawaban salah satu professional muda Singapura ketika ditanya apakah dia bahagia dengan hidupnya: “I don’t know I should survive here, I must work hard all day, from early Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 42
morning till night” Kurang lebih terjemahan bebasnya: saya tidak tahu, saya hanya bertahan hidup di sini, saya harus bekerja keras setiap hari dari pagi buta hingga malam suntuk.
Dan akhirnya di sini kita bicara vokal bahwa materialisme ini pada hakikatnya melangkahi manusia secara angkuh dan menghina, karena menafikan salah satu naluri yang dimiliki manusia yang imbasnya adalah kemantapan dalam mengambil sandaran dalam beragama dan berTuhan. Dari berputarnya pembahasan, telah sampai pada titik simpulan penegasan di mana pemecahan yang benar terhadap pemaknaan hidup tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Maka sebenarnya perspektif Islam dengan kerasionalannya dan kesyamilannya telah memberi jawaban melalui proses berpikir yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Berkaitan dengan proses berpikir untuk menemukan makna kehidupan, jika sosialisme memandang bahwa syarat berpikir itu hanya dua berdasarkan materialisme tadi, di mana hanya ada otak dan obyek berupa materi, lantas direfleksikan dan lahirlah pemikiran, maka sesungguhnya saya lebih condong pada apa yang diutarakan Taqiyuddin An-nabhani dalam bukunya At-tafkir bahwa yang menjadi syarat terjadinya proses berpikir dibutuhkan empat komponen. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 43
Empat komponen itu adalah: otak yang sehat, realita yang bisa terindra , a alat lat indra dan informasi-informasi sebelumnya. Lebih jauhnya saya utarakan komponen-komponen yang berkaitan dengan proses berpikir tersebut. a. Otak yang sehat
Dari sejak kecil kita telah dihadapkan pada pengertian tentang otak, yaitu adalah materi yang ada dalam tempurung kepala. Secara anatomi otak ini diliputi oleh tiga lapisan di mana dari celah-celahnya sel-sel menembus keluar bertemu dengan segenap indra dan seluruh wilayah tubuh. Serabut sel saraf dalam penyebaran dan penjangnya mencapai batas-batas yang nyaris tidak terhitung. Pada kenyata annya sel -sel pembawa darah yang trebagi -bagi pada seluruh wilayah tubuh panjangnya bisa mencapai kurang lebih 100.000 mil. Dan otak ini bisa mengontrol tubuh dengan 76 sel utama. Saya menukil penjelasan lanjutan dari syariah publication bahwa Berat otak manusia dewasa bisa mencapai 1200 gram. Otak ini mampu menghabiskan 25% oksigen yang tersedia melalui paru-paru dengan pengukuran arus listrik pada otak, para ilmuwan telah menetapkan bahwa otak ini organ berpikir pada manusia. Maka hasil penelitian sebagian sel -sel otak dengan pengukuran arus listrik, telah ditemukan arus listrik yang tredeteksi di atas kertas ketika manusia memusatkan pikirannya, atau ketika emosi bergejolak, atau ketika mendengar kegaduhan, atau ketika mengahadapi perhitungan yang komplek dan rumit. Akan tetapi para ilmuwan tidak Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 44
pernah menyimpulkan daerah mana pada otak yang mampu menghapal informasi yang masuk. Kenyataannya bahwa memusnahkan setengah otak sebagian para pasien yang diteliti tidak mampu menghilangkan daya ingat mereka. Memang ada sebagian ilmuwan yang memprediksikan bahwa infromasi-informasi sebelumnya pada ingatan semuanya menyamai tempat yang memuat 90 juta jilid yang penuh dengan informasi- informasi. b. Realita yang terindra
Adapun realita yang terdeteksi oleh indra, terkadang merupakan realita materi seperti bulan, buku dan kuda, terkadang merupakan pengaruh dari realita materi seperti suara angin, suara pesawat, dan bau bunga mawar. Atau terkadang berupa non-materi yang dapat dimengerti dari pengaruhnya seperti keberanian, kesatriaan, ketakutan dan kelemahlembutan. Segala sesuatu yang eksistensinya bisa dimengerti ini terkadang bisa dirasa dan disentuh seperti gunung, pohon, dan keledai. Terkadang bisa dirasa, tetapi tida bisa disentuh seperti rasa sakit dan senang. Atau terkadang tidak bisa dirasa tidak pula bisa disentuh, maka eksistensinya bisa d itenukan dari penampakan -penampakannya seperti naluri seksual, naluri mempertahankan diri dan naluri beragama. c. Indera
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 45
Penginderaan terhadap realita ini kemudian berpindah ke otak melalui panca indera atau sebagian indera, misalnya indera penglihatan beserta perangkatnya yaitu mata, indera pendengaran beserta perangkatnya adalah telinga, indera peraba dengan perangkatnya adalah kulit, indera perasa dengan perangkatnya adalah lidah, dan indera penciuman dengan perangkatnya adalah hidung. d. Informasi-informasi terdahulu
Unsur keempat dari unsur-unsur yang memenuhi syarat untuk berpikir, yaitu informasi- informasi terdahulu. Informasi-informasi terdahulu adalah pemikiran-pemikiran masa lampau tentang realita yang tersimpan dan terjaga di otak. Otak menyimpan informasi-informasi masa lalu itu untuk sewaktu- waktu dibutuhkan dalam akitivitas pemikiran. Informasi-informasi ini terdiri dari dua bagian: Bagian Pertama adalah pemikiran, pemikiran masa lalu tentang realita -realita terindera. Bagian ini dibutuhkan untuk menghukumi realita yang bertalian dengan informasiinformasi ini. Bagian kedua dari informasi-informasi terdahulu adalah informasi-informasi sebagai hasil dari respon otak karena penginderaan terdahulu yang bertalian dengan realita terindera. Respon ini diperoleh karena berulang-ulangnya penginderaan terhadap realita yang mempunyai pertalian dengan pemenuhan naluri -naluri dan kebutuhan jasmani secara langsung. Pada umumnya yang membentuk informasi-informasi terhadap realita ini, dilihat apakah bisa memenuhi atau tidak. Dan informasi-informasi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 46
semacam ini tidak layak dipergunakan untk memberikan status hukum terhadap realita. Informasi-informasi realita terdahulu adalah bagian yang sangat penting untuk aktivitas berpikir. Tanpa informasi-infromasi ini pemahaman terhadap realita tidak dapat terjadi. Setelah berbicara mengenai komponen yang memenuhi syarat berpikir, yang lebih dikenal dengan istilah akal ini, maka disengaja atau tidak setiap manusia dalam melangsungkan aktifitas berpikir ini akan menggunakan empat komponen ini. Ambil contoh saja ketika kita berpikir bahwa nol ditambah dengan nol akan menghasilkan simpulan nol juga ketika kita mengindra dengan mata bilangan nol yang ditambah dengan nol. Cahaya yang terefleksi dari bilangan yang tertulis nol itu diterima oleh kornea mata sampai ke retina, lalu retina ini menyampaikannya ke sel penglihatan yang berbentuk arus listrik sehingga cahaya tersebut sampai ke pusat penglihatan yaitu di otak belakang. Pada saat itulah kita bisa melihat angka nol untuk kemudian direfleksikan ke otak. Dan ternyata sampai sini kita tidak bisa melangsungkan proses berpikir ketika kita tidak mempunyai informasi awal berupa pemaparan guru kita di sekolah dasar yang menjelaskan bahwa garis melengkung yang saling bertemu ini disebut angka nol. Bagi yang jeli membaca, anda akan tercengang dan lagi-lagi dibuat buntu bagaimana sebenarnya proses adanya informasi yang paling awal untuk melangsungkan proses berpikir? Manusia sendirikah yang membuat? Atau dari hasil pemikiran kita yang melahirkan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 47
simpulan bahwa nol jika dijumlah dengan nol akan mengasilkan nol, itu berarti dunia yang awalnya tiada dengan pembuktian teori big big bang bang mampukah menciptakan manusia yang juga pada mulanya tiada? Lantas ketiadaan jika berkolaborasi dengan ketiadaan akan menghasilkan apa? Keberadaankah? Benarlah, untuk mencari makna hidup yang sangat sulit didapatkan ini harus melalui proses panjang dari tahapan berpikir yang rasional, yang tidak lagi menimbulkan keraguan. Menyingkirkan premis-premis keraguan, memilahnya, dan mengujinya. Karena yang timbul sekarang adalah ketika kebenaran dianggap relatif mengikuti kaidah relativitas yang terlahir dari aspek plural. Yang kemudian menjadi kegundahan saya adalah ketika kita memaklumi bahwa langkah prestisius dari pluralitas adalah kebenaran yang relatif. Yang mana yang benar? Semuanya!. Padahal bukankah kita telah membuktikan bahwa materialisme adalah guyonan ilmiah yang main-main terhadap makna hidup dan sangat tidak rasional? Jika pluralisme masih bercokol kuat atas dalih bahwa keekslusifan suatu keyakinan adalah penyebab utama perpecahan dan konflik, kemudian menawarkan konsep teologi inklusif yang salah satunya digelorakan oleh Cak Nur, bukan malah menimbulkan kemantapan dalam menjalani hidup. Seperti kritik yang diungkapkan Adian Husaini dalam buknya Penyesatan Opini bahwa keyakinan seperti ini malah terkesan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 48
‘genit’ atau ‘teologi iseng’ yang nyatanya dalam tataran praksis keyakinan seperti ini juga tidak jujur dengan dirinya sendiri. Soal relativitas kebenaran yang sering mengkambinghitamkan agama ini, coba pikirkanlah, akan seperti apa jadinya jika suatu masyarakat yang sedang sibuk memperbaiki bangsanya, namun karena dalam keyakinan menggunakan konsep pluralisme --di mana semua keyakinan dianggap benar--, maka bisa dipastikan dalam hal ideologi bangsa yang sekarat ini bisa mengadopsi kembali ideologi yang telah hampir membunuhnya, lalu bisa dipastikan mati terkubur bersama dengan apa yang telah diperbuatnya. Maka untuk mencari kebenaran yang absolut, alat yang wajib digunakan adalah akal, berupa pemikiran-pemiran yang rasional. Bukan hanya moralitas belaka ataupun filsafat yang hanya berfantasi terhadap premis-premis yang mengawangngawang dan tak jelas. Perasaan yang sifatnya subjektif dan emosional tidak akan menimbulkan keyakinan, pun demikian dengan filsafat yang tidak memiliki fakta/realitas yang rasional tidak bisa dikatakan berpikir, ini sejatinya hanya berfantasi dengan dalih pemuasan intelektual yang semu. Maka, untuk mengetahui dalamnya sebuah samudra, kita tak perlu menenggelamkan diri dengan segala resiko yang akan menimpa. Maksud saya, berpikir bijak tidak selalu harus mencoba segala sesuatu; Ketika kita menggunakan perasaan untuk mendapatkan kebenaran maka kita cukup belajar dari kaum nabi Musa yang merasa takjub dan beriman ketika Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 49
diperlihatkan mukjizat, dan ketika perasaan itu telah meredup karena ada ketakjuban lain pada Samiri, membangkanglah umat itu. Demikian pula dengan filsafat yang melenakan, kita tak perlu menyelam dalam kelacuran fakta yang tak bisa tergapai. Cukuplah bagi kita melihat bagaiman keringnya manusia yang terhanyut dalam filsafat Nietszche yang memploklamirkan “Tuhan telah Mati”, Nietszche dengan gagasannya telah membunuh hal-hal terkait dengan nilai ketuhanan, padahal dengan tidak sadar akan kebodohannya, ia telah membunuh salah satu naluri manusia, naluri bertuhan. *** Berbicara soal kebenaran adalah hal yang saat ini sangat relatif dan tak jelas. Sekelas sains dalam perkembangannya pun beberapakali mengalami ketidaktetapan, teori atom misalnya. Apalagi jika bicara terkait nilai sosial!. Kita akan dianggap seperti orang pandir ketika kita berkoar bahwa apa yang kita teriakan adalah kebenaran yang pasti. Ya ketidakjelasan ini cukup bisa kita tuntaskan ketika kita berbicara standar hidup yang digunakan. Maka hal yang paling utama adalah menemukan kebenaran standar hidup untuk lebih gayeng memaknai dan menikmati me nikmati hidup. Berbicara soal kebenaran untuk bisa lebih memaknai hidup, tentunya tidak cukup berpikir sebatas apa yang bisa terindra. Membuktikan siapa sang pencipta tidak bisa kita berpikir sebatas berfantasi tiada ujung atau pun menggunakan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 50
metode ilmiah dengan riset yang melahirkan hipotesis fiktif. Menaikan level berpikir bukan bermakna terus menerus menelaah banyak buku, mengarungi dengan gagah dunia filsafat, menghafal banyak istilah atau pun melakukan aktifitas riset. Pernahkah kita berpikir bahwa di dunia ini tidak semuanya akal bekerja dengan benda yang bisa dilihat dengan mata telanjang?. Di dunia ini ada banyak hal yang mesti juga dipikirkan ketika indra tidak bisa menjangkau fakta. Contohnya, bagaimana caranya anda tahu bahwa di gudang rumah anda itu ada sesosok makhluk yang selalu mengeluarkan desahan menyeramkan tanpa anda melihat terlebih dahulu?, bagaimana anda bisa mengetahui bahwa di balik tembok rumah anda ada kambing? Atau bagaimana menjadi seorang detektif seperti Shelock Holmes yang bisa mengungkapkan kasus tanpa ia sendiri melihatnya? Bagaimana mengungkapkan atau membenarkan sejarah padahal kita sendiri tidak mengalaminya?. Ketika kita dihadapkan pada persoalan yang di mana indra tidak dapat menjangkau fakta, atau lebih sering dikenal dengan istilah ‘ghaib’ anda tetap dituntut ditun tut untuk memecahkannya. Ghaib itu adalah: 1. sesuatu yang tersembunyi 2. sesuatu yang terhalang 3. sesuatu yang sudah lampau Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 51
4. sesuatu yang akan datang Sederhananya dalam meningkatkan taraf berpikir untuk mencapai keyakinan, maka kita akan akrab dengan istilah dalil/penunjuk. Karena indra kita yang tak bisa menjangkau fakta bagaimanapun tidak akan pernah mampu menghasilkan pemikiran, terlebih keyakinan, sedangkan bagaimana caranya kita berpikir tentang sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang terhalang, sesuatu yang sudah lampau dan sesuatu yang akan datang terus menuntut kita untuk berpikir melahirkan simpulan. Maka tidak ada pilihan lain kecuali kita menggunakan dalil/penunjuk. Jika ada yang mengatakan bahwa sejarah kehidupan Hitler dipenuhi dengan kebijaksanaan, kemudian kita berpikir tentang ‘benarkah Hitler itu bijaksana?’, maka berpikir di sini adalah menyandarkan pada penunjuk yang ada, baik itu buku karangan Hitler semisal Meint Kamp atau pun pada saksi sejarah yang masih bisa ditemui baik langsung maupun penuturan di surat kabar yang telah lalu. Jika kita menjawab pertanyaan ‘Mengapa kita bisa menyimpulkan bahwa Hitler bijaksana?’ dan kita dengan cepat menjawab karena kata dosen seperti itu, maka sebenarnya kita tidak sedang melangsungkan proses berpikir. Karena pada level berpikir hal-hal ghaib yang bersifat irasional ini tidak hanya disandarkan pada informasi awal semata, namun pada penunjuk yang bersifat tervalidasi. Berbeda halnya ketika dosen mengatakan bahwa Hitler adalah seorang yang Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 52
bijaksana, kemudian kita klarifikasi dengan pergi ke perpustakaan mencari buku-buku karangannya, menelusuri gagasan-gagasannya, kemudian berlanjut pada rujukan buku sejarah, dan ternyata kita menyimpulkan kebalikannya bahwa Hitler adalah rejim fasis, barulah hal ini bisa disebut dengan berpikir meskipun masih belum mendalam. Ketika kita telah mendapat hipotesis sementara dengan rujukan data berupa dalil/penunjuk yang cukup, maka kelangsungan berpikir harus terus dilanjutkan, kita harus menganalisa kemungkinankemungkinan dari penunjuk tadi, apakah buku yang ditulis itu berpihak pada hitler atau tidak?, atau penerbit menghilangkan dan merevisi naskah dari gagasan hitler atau tidak? Atau mungkin ini hanyalah pembohongan publik berupa penjaTuhan citra terhadap Hitler?. Karena ada suatu kaidah dalam memahami sejarah yang menyatakan bahwa sejarah adalah milik para pemenang di masa sekarang, maka nilai dari kemungkinan penunjuk tadi pasti ada tiga. 1. pasti benar 2. mungkin benar 3. pasti salah Kalau kita sudah mempunyai penunjuk yang pasti benar, maka Hitler memanglah benar sosok yang bijaksana, namun ketika kita hanya mempunyai satu penunjuk, itu masih memungkinkan salah, maka pasti akan membingungkan. Karena syarat wajib dalam berpikir terkait fakta yang tidak Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 53
bisa terindra ini yang kita harus miliki adalah pernyataan yang nilainya pasti benar. Lalu bagaimana dalam menghadapi kasus Hitler tadi? Jika tidak punya lagi penunjuk yang lain selain saksi sejarah, misalnya, karena semua buku karya Hitler telah dimusnahkan, maka akan sangat sulit untuk menyimpulkan, karena bisa dipastikan kita akan bergelut dan berpikir di alam fantasi. kita akan disibukkan menerka-nerka, berprasangka dan berpikiran yang aneh-aneh sehingga yang awalnya adalah membuktikan hal sederhana malah sibuk dengan fantasi-fantasi dan terawangan dalam khayalan. Satu-satunya cara untuk memecahkannya adalah langkahnya yang dibalik. Jika tadi mencari penunjuk berupa buku-buku karangan Hitler, informasi dari berbagai arsip media yang pernah menyeritakannya, kemudian menentukan penunjuk yang pasti benar, barulah kita bisa membuat pernyataan. Sekarang dibalik menjadi membuat pernyataan yang pasti benar terlebih dahulu. Cobalah anda buat pernyataan yang nilainya pasti benar soal penunjuk tadi. Yang tidak menimbulkan premis-premis lain. Maka jawabannya terkait pernyataan nilainya pasti benar mutlak adalah bahwa pasti Hitler pernah hidup sebagai manusia. Saya meyakini ini sebagai landasan berpikir yang paling rasional, konsep sederhana yang saat ini terkadang tidak digunakan. Berita yang berseliweran terkait opini dalam menimbang sebuah kasus, misalnya, tak jarang juga konsep yang tidak masuk dalam kategori berpikir ini dilontarkan oleh Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 54
para intelektual, hanya berupa dalil/penunjuk yang sifatnya tidak valid. Anda tahu, jika konsep ini adalah salah satu konsep jitu yang nilainya 100% benar?. Jika anda bergelut dalam alam fantasi, menerka-nerka terkait kepribadian Hitler dengan tanpa ada foto, video, atau pun sumber yang pasti benar, maka sebenarnya kita telah menghabiskan waktu untuk suatu hal yang sangat sulit dikatakan benar. Kita menghabiskan waktu untuk berfantasi, bukan berpikir! Konsep sederhana inilah yang dalam tataran praksis juga dipakai pihak kepolisian dalam menindak lanjuti suatu tindak kejahatan, di mana yang pertama dilakukan polisi adalah menangkap penjahat, kemudian diadili, atas dasar penunjuk yang berupa barang bukti dan saksi-saksi. Polisi tidak mungkin menerkanerka hal yang menimbulkan keraguan, yang pertama dilakukan adalah membuat pernyataan yang nilainya 100% benar. Bayangkan saja jika polisi berpikir pada hal yang tidak pasti dalam menindak lanjuti penjahat, efeknya adalah mungkin kita bisa jadi ditangkap, dituduh sebagai pencuri bahkan lebih dahsyatnya dituduh sebagai teroris. Otomatis jika konsep berpikir seperti ini ditinggalkan, maka kebenaran itu adalah sampah, dan hancurnya peradaban manusia adalah kepastian. Setelah berbicara tentang konsep berpikir, masihkah kita ingat pertanyaan medasar yang menentukan kita memaknai hidup dan mengambil sikap? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 55
1. dari mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini? 2. untuk apa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini diciptakan? 3. akan kemana manusia, alam semesta, dan kehidupan setelah ini? Pertanyaan ini tentunya akan tuntas dibahas ketika kita menggunakan konsep berpikir yang sebelumnya telah dipaparkan. Bicara tentang tiga pertanyaan ini akan tuntas ketika kita menjawab salah satu diantara ketiganya, karena keintegralan dari tiga pertanyaan ini bersifat perwakilan. Untuk mengetahui asal muasal manusia, alam semesta, dan sampai saat ini saya hanya menemukan tiga kemungkinan; pertama, dari orang tua, kedua, dari ketiadaan, kemudian muncul makhluk bersel satu yang terus menerus berevolusi, ketiga, adalah dari yang maha menciptakan, Allah SWT.. Soal inkarnasi saya tidak percaya karena tidak ada bukti yang bisa dipegang, selain hanya doktrin yang terus menerus diulang. Jawaban yang pertama jelas sangatlah tidak mungkin, karena jika kita ‘kekeuh’ menjawab bahwa manusia ini muncul dari orang tua, maka orang tua dari mana?. Dan ini akan terus berlanjut hingga menghabiskan waktu untuk membuka lembaran silsilah keluarga, menelusurinya dengan menghabiskan tenaga yang pada akhirnya mentok pada pertanyaan awal bahwa ‘asal muasal manusia ini dari mana?’. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 56
Jawaban yang ke dua juga jelas begitu ‘nyeleneh’ dan tidak rasional, saya sudah menyinggung di awal tulisan terkait awal penciptaan manusia menurut teori materialisme, dan anda bisa mencari bantahan lain terhadap teori evolusinya Darwin yang sampai saat ini begitu banyak muncul, semacam Harun Yahya, Zakir Naik, dan yang lainnya. Ketika kita telah kehabisan tenaga karena simpulan asal muasal manusia, alam semesta, dan kehidupan dari dua kemungkinan yang muncul dan tidak ada lagi kemungkinan lain telah dipatahkan, maka yang akan kita kaji adalah jawaban terakhir, dan inilah harga mati, yaitu bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan berasal dari dari Allah. Bagaimana bisa mengetahui bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berasal dari Allah, apa buktinya, dan mengapa Allah tak terlihat, ini sangat pas menggunakan teori berpikir rasional yang sedang kita bahas. Dari pernyataanpernyataan ini tentnya kita bisa mengkategorikan bahwa ini termasuk berpikir tentang hal ghaib yang menggunakan pisau analisis berupa dalil/penunjuk. Kembali saya mempersilahkan anda mengambil penunjuk dari apa yang sedang anda yakini sekarang. Namun saya sebagai seorang muslim tidak akan lepas dari identitas kemusliman saya dan tidak akan berani berpesta dengan kemabukan pluralism yang menganggap bahwa keyakinan itu benar semua, hanya karena perasaan sungkan atau pun iba hati kepada manusia. Bagi anda yang meyakini ideologi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 57
sosialisme lewat dialektika materinya atau mungkin kapitalisme yang beranak pinak melahirkan konsep sekulerisme di mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini dari Tuhan namun juga manusia berhak menentukan dan membuat peraturan dalam hidup sesuai kemauan dan berlandaskan asas manfaat belaka, silahkan mulailah membuktikan bahwa Tuhan yang anda yakini itu benar. Bagi saya sebagai seorang muslim, saya mengambil dalil/penunjuk berupa Al-Quran. Setelah ada penunjuk, kita buktikan bersama kevalidan dari penunjuk yang ada. Maka yang dulu muncul dalam benak saya adalah apa memang benar Al qur’an itu itu nilai kepastiannya mutlak? apakah penunjuk ini nilainya pasti benar, mungkin benar, atau pasti salah? Mengenai bukti bahwa Al-Quran itu datang dari Allah, saya dapat melihat dari kenyataan bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Lantas ketika melihat kenyataan seperti itu kita dituntut untuk membuat membuat pernyataanpernyataan kemungkinan. Dalam menentukan dari mana asal Al-Quran, anda pasti hanya menemukan tiga kemungkinan. 1. Al-Quran karangan orang arab arab dengan dalih bahwa AlQuran berbahasa arab. 2. Al-Quran adalah karangan nabi Muhammad Muhammad dengan dalih dalih bahwa Al-Quran keluar dari lisan nabi Muhammad. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 58
3. Al-Quran memang memang benar benar turun dari dari Allah SWT.. Sampai saat ini siapa pun ketika ditanya kemungkinan yang lain dari Al-Quran hanya ada tiga, tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Logikanya karena AlQuran itu berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya. Jika ada yang bilang bahwa Al-Quran itu karangan orang Arab, ternyata tidak bisa di terima. Karena Al-Quran sendiri sudah menantang habis-habisan orang arab, bahkan tidak hanya orang arab saja, orang manapun, siapapun, dari latar belakang bagaimanapun ditantang bikin karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat: “Katakanlah: ‘Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat) menyamainya”
(TQS. Hud [11]: 13). Di dalam ayat lain: “Katakanlah: (‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya”
(TQS. Yunus [10]: 38). Jika anda pernah baca sejarah dan mengamati fakta hingga saat ini, orang-orang Arab sudah berusaha mencobanya. Anda bisa membuktikan keotentikan Al-Quran dari awal nya ada hingga saat ini, tidak pernah berubah Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 59
bahkan satu ayat pun. Karena sampai saat ini tidak ada satupun yang bisa menyamai Al-Quran maka sudah jelas AlQuran bukan berasal dari perkataan orang arab. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa AlQuran itu karangan Muhammad SAW, juga tidak bisa diterima. Sebab, Muhammad SAW. adalah orang Arab juga. Bagaimanapun jeniusnya nabi Muhammad, tetap ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat bangsa arab. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad —yang juga termasuk salah seorang dari bangsa arab— arab— tidak mampu menghasilkan karya yang mirip Al-Quran. Karena itu, jelas bahwa Al-Quran itu bukan karangannya. Ditambah jika anda tau ada banyak haditshadits shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. namun setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Quran, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, di samping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya dari Allah melalui malaikat Jibril, dalam waktu yang bersamaan juga nabi Muhammad itu mengeluarkan hadits. Tetapi antara hadits dengan ayat Al-Quran tetap berbeda dari segi gaya bahasanya. Bagaimanapun seseorang berusaha untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa di setiap ia bicara, tetap akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain, Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 60
karena memang bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Tapi Al-Quran dan Hadits yang keluar dari mulut yang sama— sama—lisan nabi Muhammad— Muhammad—tapi sama sekali tidak ada yang mirip. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa AlQuran dengan gaya bahasa hadits, secara kesimpulan AlQuran itu bukan perkataan Nabi Muhammad SAW. Masingmasing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas dan jelas. Itulah sebabnya tidak seorang pun dari bangsa Arab — orang-orang yang paling tahu gaya dan sastra bahasa arab— arab— pernah menuduh bahwa Al-Quran itu perkataan Muhammad SAW, atau mirip dengan gaya bicaranya. Satu-satunya tuduhan yang orang arab dulu lontarkan adalah bahwa AlQuran itu disadur Muhammad SAW dari seorang pemuda Nasrani yang bernama Jabr. Tuduhan ini telah ditolak keras oleh Allah SWT dalam firman-Nya: “(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui mereka berkata: ‘Bahwasanya Al-Quran Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non-Arab), (non-Arab), sedangkan Al-Quran itu dalam bahasa arab yang jelas”
(TQS. An-Nahl [16]: 103). Kalau sudah terbukti Al-Quran itu bukan karangan bangsa Arab, bukan pula karangan Muhammad SAW, berarti Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 61
Al-Quran itu adalah perkataan Allah, yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya. Dan karena Nabi Muhammad SAW adalah orang yang membawa Al-Quran —yang merupakan kalamullah dan syariat Allah, dan tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan Rasul— Rasul — maka berdasarkan petunjuk yang paling masuk akal tadi bisa diyakini secara pasti bahwa Muhammad SAW itu adalah seorang Nabi dan Rasul. Sesuai dengan konsep dasar berpikir rasional yang sebelumnya telah saya jelaskan maka ini sudah mencapai tahapan final dan jawabannya sudah pasti benar. Jadi ketika ditanya tentang pernyataan mendasar bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berasal dari mana, maka saya sebagai seorang muslim tidak akan berkelit menciptakan fantasi berdalih ilmiah yang baru. Saya akan sangat yakin bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan itu sematamata dari Allah. Kenapa anda percaya dari Allah?, karena saya tahu lewat dalil/penunjuk berupa Al-Quran. Ketika ada pertanyaan lain yang munculpun saya tetap bisa menjawab dengan tidak ada bantaha, semisal ‘mengapa anda percaya AlAl Quran? Saya akan menjawab dengan tegas bahwa saya telah sampai pada analisis bersifat final mengenai kepastian AlQuran. Ketika Al-Quran ini benar, maka apa yang ada dalam Al-Quran harus kita percayai. Al-Quran menjelaskan tentang penciptaan manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 62
(TQS. Al-Mu’minuun:12) Al-Mu’minuun:12) Jadi jelaslah setelah membahas dan mengkomparasikan berbagai macam pemikiran tentang penciptaan manusia untuk teguh dalam memaknai hidup telah melahirkan simpulan pasti bahwa Allah yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan hal ini akan berlanjut pada dua pertanyaan setelahnya, yaitu untuk apa manusia, alam semesta, dan kehidupan ini diciptakan, dan akan kemana setelah semuanya tiada. Dalam menjawab pertanyan untuk apa manusia hidupdapat dengan mudah didapati dalam AlQuran yang sebelumnya telah kita uji. Karena Allah yang menciptakan manusia, maka manusia hidup harus sesuai dengan Allah, manusia hidup harus karena Allah. Ibaratnya jika anda membeli handphone, maka buku petunjuk supaya handphone itu hidup bekerja secara normal maka harus menggunakan buku petunjuk dari yang membuat handphone, jangan memakai petunjuk mesin m esin cuci. Karena jika begitu anda akan bersegera membasuh handphone, menaburinya dengan detergen, membilasnya hingga kesela-sela lubang pori, membilasnya, dan nasib terakhir bisa anda bayangkan sendiri. Jawaban terakhir t erakhir pun juga sama, karena manusia berasal dari Allah, hidup hanya untuk sesuai dengan ridho Allah, maka ketika matipun manusia, alam semesta, dan kehidupan ini akan kembali pada Allah, dzat yang menciptakan semua. Seperti yang sebelumnya telah diutarakan, ketika seseorang telah mencapai tarap keyakinan yang kokoh dan tak Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 63
bisa digoyahkan lagi dalam menjawab pertanyaan mendasar seputar kehidupan, maka dalam hal pemaknaan hidup, ketika keyakinan ini dipahami betul dan dimaknai secara mendalam akan menghasilkan tindakan yang lahir dari jawaban pemikiran tadi. Parameternya jelas, dan tindakannya tidak lagi mengarah pada pelacuran moral, intelektual, atau pun sosial. Dan kiranya sangat penting bagi saya untuk memaparkan salah satu dialog imajiner yang saya kutip dari pemaparan Dwi Condro Triono Phd. tentang bagaimana konsep berpikir yang melahirkan pemaknaan hidup ini bisa berimbas pada hal yang lebih besar namun tetap mendasar. Singkat cerita, dengan semena-mena, ada seorang pencuri tertangkap dan divonis divonis 2 tahun penjara. penjara. Ketika di pengadilan terjadilah perbincangan sengit dan menegangkan antara hakim dan pencuri. Hakim : Anda betul telah mencuri? Anda terima di hukum 2 tahun penjara? Apakah anda akan mengajukan banding? Terpidana : Saya tidak akan mengajukkan apapun, hanya ingin meminta jawaban, dan anda cukup menjawab dengan jelas dan tegas. Mengapa saya harus dihukum 2 tahun penjara pak hakim? Hukuman 2 tahun penjara itu benar apa salah? Hakim Terpidana
: Hukuman 2 tahun itu benar. : Jika benar dasarnya apa? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 64
Hakim pidana (KUHP)
: Dasarnya dari kitab undang-undang hukum
Terpidana : Mengapa harus mendasar pada KUHP? Apakah KUHP itu benar apa salah? Hakim Terpidana Hakim
: KUHP itu benar! : jika benar dasarnya apa? : dasarnya adalah UU peradilan.
Terpidana : mengapa harus mendasar pada UU peradilan ? UU peradilan itu benar apa salah? Hakim Terpidana Hakim
: UU peradilan itu benar! : jika benar dasarnya apa ? : dasarnya pada UUD 45.
Terpidana : mengapa harus mendasarkan pada UUD 1945 ? UUD 1945 itu benar apa salah ? Para hadirin dan keluarga terpidana yang menyaksikan itu tegang, berharap si terpidana tidak melanjutkan pertanyaan, karena mereka menganggap ketika mempermasalahkan UUD 45 akan lebih menambah berat hukumannya. Tetapi diluar dugaan, dialog antara hakim dan terpidana berlanjut. Malah semakin sengit. Hakim
: mendasarkan UUD 45 itu benar. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 65
Terpidana
: jika benar dasarnya apa?
Hakim : dasarnya adalah Pancasila. Kalau anda tidak setuju dengan pancasila keluarlah dari negara ini!, Negara ini landasan pokoknya pancasila, puncak tertinggi segala macam hukum! Terpidana : Saya tidak mempermasalahkan pancasila, tapi mohon jawablah pertanyaan saya pak hakim yang agung. Mengapa harus mendasarkan pada pancasila? Pancasila itu benar apa salah? Hakim Terpidana
: mendasarkan pada pancasila itu benar! : jika benar dasarnya apa pak hakim ?
Pak hakim menarik nafas panjang, matanya mengarah ke atas menandakan dia sedang mencari jawaban. Hakim : dasarnya adalah Dari kesepakatan para pendiri negara. Mereka yang telah berjuang untuk penegakan negara ini. Sungguh apakah kita akan melupakan mereka? Mereka itu para pahlawan pendiri bangsa. Terpidana : mengapa harus mendasar pada para pendiri negara (founding father). Mendasarkan pada pendiri negara itu benar apa salah? Hakim Terpidana
: mendasar pada pendiri negara itu benar! : jika benar dasarnya apa pak hakim? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 66
Pak hakim berkeringat, sesekali ia mengusap mukanya dengan kerah baju khas seorang hakim. Hakim
: dasarnya adalah Nilai Luhur Bangsa
Terpidana : mengapa harus mendasrkan pada Nilai Luhur Bangsa ? Nilai luhur bangsa itu benar apa salah? Hakim : Nilai Luhur Bangsa itu benar. Karna kita diatur oleh nilai luhur bangsa indonesia ini. Nilai luhur yang kaya akan segalanya, suku ras dan agama. Nilai luhur bangsa Indonesia ini adalah benar dengan konsep bhineka tunggal ika yangtidak ada duanya. Terpidana
: jika benar dasarnya apa?
Hakim : dasarnya adalah dari nenek moyang bagsa indonesia. Plis deh, Kalau kita tidak nurut ntar kuwalat. Bahaya kalau nenek moyang gak dituruti. Bisa kena musibah besar kita. Pak hakim mulai kehilangan akal sehat, perasaannya geram, namun ia harus tetap professional menyelesaikan masalah ini. Sementara terpidana tetap santai dan melanjutkan pertanyaan. Terpidana : mendasarkan pada nenek moyang itu benar apa salah? Jika benar dasarnya apa ? Hakim Terpidana
: dasarnya dari nenek moyangnya lagi. : nenek moyang lagi dari mana?
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 67
Hakim : dari nenek nenek nenek nenek moyang lagi. Wah pokoke ini bahaya kalo masih gak nurut. Terpidana darimana?
: nenek nenek nenek nenek moyang nya lagi
Cerdas! Diskusi berhenti sampai pertanyaan dari mana asal muasal manusia, alam dan kehidupan. Inilah yang dinamakan berpikir mendasar, berpikir tingkat atas yang tak ada lagi duanya, puncak dari semua proses berpikir. Tidak ada yang lebih mendasar lagi dari ini. Sang terpidana melanjutkan pertanyaannya ketika pak hakim tak bisa menjawab secara rasional. Kali ini yang dilontarkan terpidana sedikit berbeda. Terpidana kehidupan?
: pak hakim dari mana asal muasal manusia, alam dan
Pak hakim yang telah tergiring dan terbawa suasana, dengan tegas menjawab. Hakim : karena saya seorang hakim dan saya muslim yang berakal dan bisa berpikir dengan anak tangga pemikiran kedua maka saya tegas akan menjawab bahwa asal muasal manusia, alam, dan kehidupan adalah dari Allah swt Terpidana : apakah benar Allah swt? Kalau memang Allah. Apa tujuan Allah menciptakan manusia? Kalau memang Allah punya maksud tertentu, apakah manusia bisa bebas membuat peraturannya Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 68
sendiri ? Terus menurut Allah yg harus dilakukan jika saya mencuri itu apa?
Hakim : Jika demikian, manusia tidak berhak membuat hukum. Hukum yang digunakan haruslah dari Allah ta’ala, maka hukum yang tepat bagi anda adalah potong tangan. Terpidana : Alhamdulilah akhirnya pak hakim sadar. Maka terakhir yang akan saya tanyakan, bisakah pak hakim menghukum saya dengan hukum Allah, sementara Negara ini dalam kekacauan dan melenceng dari hukum Allah? Apa yang pak hakim akan lakukan? : Ya, Negara harus menjalankan hukum Allah, Hakim Negara harus kembali dengan aturan Allah, karena jelas, Indonesia ini milik Allah.
Inilah yang dinamakan berpikir mendasar yang tidak akan menimbulkan kegelisahan dan pemaknaan ganda terhadap kehidupan. Maka sudah pasti benar apa yang dikatakan Sayyid Quthb dalam Risalah Fi Ukhtil Muslimah. “Hanya orang-orang orang-orang kerdil saja, yang berkeyakinan bahwa diantara berbagai kekuatan yang punya aneka ragam penampilan itu terdapat pertentangan-pertentangan. Kemudian mereka memerangi ilmu dengan nama agama, atau memerangi agama atas nama ilmu. Mereka mencemooh seni dengan “teknologi”, atau memerangi vitalitas hidup yang berkobar-kobar dengan aqidah yang bersifat sufisme, karena mereka menganggap bahwa semua kekuatan tersebut, satu sama lain saling terpisah, bukan dari satu sumber Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 69
kekuatan tunggal yaitu kekuatan raksasa yang menguasai alam raya ini. Namun tidak demikian dengan para pelopor besar, mereka menyadari kesatuan itu, karena mereka senantiasa berhubungan dengan sumber yang murni itu dan dari sana mereka selalu mendapatkan alirannya” alirannya”.
Inilah kebenaran, menenangkan.
begitu
romantis,
memuaskan,
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
dan
| 70
Mahasiswa dan Realitas Kekinian
T
erkait posisi subjek dari sebuah bangsa yang merupakan motor penggerak peradaban, yang mampu mengentaskan kemandulan, dan bergerak untuk suatu perubahan, dalam pandangan saya yang saat ini berposisi sebagai mahasiswa, saya merasa terfitnah dan selalu merasa risih dengan tudingan bahwa mahasiswa adalah agent of change, agent of social control, iron stock, atau pun moral force. Saya tidak hafal dari mana istilah ini berasal, sebuah istilah yang mungkin makna sebenarnya adalah pengharapan, namun iba dan rasa bersalahlah ketika kita berkaca. Dirasa masih sama dengan generasi-generasi yang lalu, saat ini mahasiswa terlalu ke-PD-an bergerak, padahal sejatinya melacur, baik itu lacuran berupa pemaknaan yang gegabah mengomparasikan ideologi, lacuran akademis yang sukses membangun kosmos pribadi bernada ‘egomania’, lacuran moral berupa senggamanya pemuda dengan tabiat hewan dan binatang, maupun lacuran social yang dalam pemaknaan luas adalah apokalips kesejahteraan yang gagal. Dan mari kita mulai membaca tudingan-tudingan istilah yang dilontarkan kepada mahasiswa dengan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 71
pembacaan bijak untuk lebih dimaknai kembali tidak sebagai doa dan harapan, namun sebagai gelar kehormatan. Bualan Agent Of Change, Social Control, Moral Force, dan Iron Stock
Mestinya kita tidak perlu ndablek berbicara teori dari kata-kata ini, belama-lama bicara istilah yang definisnya malah bias melenakan. Sejatinya secara kasat mata pengertian dari gelar ini adalah ketika generasi muda menjadi pionir utama dalam sebuah arus besar revolusi yang pada saat ini masih sebatas kidung-kidung lawas yang diputar berulangulang, didoktrinkan pada masa ospek, dan teriakan ‘Hidup Mahasiswa!’ menjadi jargon sakti yang berpengertian lain, membelakangi, dan mengkhianati. Kita bisa melihat realita kekinian di mana para mahasiswa menyelupkan mimpi-mimpi masa depan dalam satu pengkerucutan konsep yang mainstream berupa penggandaan materi dan memperebutkan kesenangan hidup. Kita pun dengan mata telanjang bisa mengerti bahwa angka aborsi generasi muda semakin tinggi, seks bebas menjadi budaya, darah yang tumpah menjadi biasa, tiupan terompet untuk menyambut pemimpin baru semarak sekali, dan hujatan untuk melengserkannya ramai dilakoni hanya demi tiupan baru untuk pemimpin baru. Kegilaan ini semata-mata karena manusia lupa meletakan tujuan hidup yang terbelokan kepada aspek duniawi semata, yang memang karena manusia memiliki naluri akan sangat menarik dan menggairahkan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 72
sekali ketika ada sumbu yang membebaskan sebebasbebasnya dan membakarnya sehebat-hebatnya. Padahal, mengutip apa yang dikatakan Quthb dalam Beberapa Studi tentang Islam bahwa ‘saat jiwa seorang manusia telah sengaja merendahkan dirinya kepada salah satu ambisi nafsu tubuh, maka sejatinya akan menjadi lemah dan tidak berdayalah ia untuk bergantung di udara udara merdeka dan bebas’. Manusia yang seperti ini melekat pada tanah bumi dengan kecemasan besar ketika ada yang membicarakan kematian, namun menikmati tercebur kepada lumpur kotor yang bangga dengan hiruk pikuk kesibukan perut dan kelamin. Karena itu, apapun yang mendasari mimpi para mahasiswa jika masih berupa aspek materi sejatinya adalah budak. Tujuan-tujuan yang serempak disepakati ini akan laku ketika sebuah peradaban manusia telah kosong dari keinginan dan kemampuan untuk berjuang demi sebuah kebenaran. Kalau dunia ini telah menjadi dunia pelacuran ideologi dan bergumul dalam kehinaan materi, sungguh ini telah sampai pada kemerosotan berupa pengkerdilan suatu impian hakiki dan penghinaan realitas. Jangan tercengang, hanya dalam keadaan seperti inilah lahir di tengah-tengah bangsa, para penulis, intelektual, pebisnis, penyajak, sutradara, artis, dan politisi-politisi mengisi suatu dunia yang telah kosong akan pemaknaan terhadap kebenaran. Mereka inilah yang kembali menebarkan momok yang paling menakutkan; sejarah kelam umat Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 73
manusia ketika manusia saling membunuh hanya untuk pertarungan memperebutkan dengus babi besar --maksudnya, sibuk berebut ketidakpastian yang padahal sudah jelas keharamannya. Dan saat semua ini berjalan, hanya pada waktu inilah manusia mulai mendengarkan dan menonton para penulis, intelektual, pebisnis, penyajak, sutradara, artis, dan politisi-politisi ini tampil, karena mereka membantu rakyat untuk menjadi panutan dalam menggambarkan mimipi-mimpi mereka, perasaan mereka, dan menyajikan pada mereka bahwa melabuhkan hidup pada selangkangan dan kenyangnya perut itu lebih baik daripada melawan arus untuk merubah. Ya, mereka para penulis, intelektual, pebisnis, penyajak, sutradara, artis, dan politisi-politisi ini mengafirmasi rakyat bahwa lebih baik hidup dengan tenang dan tentram, mengikuti alur yang sudah ada, menunggu semua yang akan terjadi dengan menghabiskan seluruh umur yang tersedia dalam kekosongan, menjaga perut untuk tetap kenyang dan hidup awut-awutan dalam bingkai moral yang bejat dan keyakinan yang rapuh. Beruntung dalam penulisan buku ini kita mengandalkan batasan kerasionalan, termasuk dalam hal emosi. Ketika kekesalan sudah di ubun-ubun dikarenakan membaca setiap hari peristiwa getir yang melanda bangsa ini, ditambah sikap mahasiswa yang tetap miskin konsep, konsisten malas membaca, enggan menganalisis, terlebih bicara strategi, maka luapan emosi akan menjadi benar ketika yang disalurkan pada kejelasan konsep dan keselarasan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 74
dengan fitrah. Ya, kekesalan menjunjung ini tentang anggapan keblinger bahwa dirasa menjadi aktivis mahasiswa hanyalah masuk organisasi kemahasiswaan dan melakukan bakti sosial dan acara-acara besar semata, lantas apa beda antara organisasi mahasiswa sebagai pergerakan intelektual dengan LSM atau Event Organizer? Maka benarlah apa yang dikata Sithok dalam sajaknya ketika kondisi sebuah bangsa kolaps karena bingung, “Sungguh kasihan sebuah bangsa yang diam, bergerak ke kuburan, tidak menawarkan apapun selain kerunTuhan, dan tidak berontak ketika lehernya diletakkan antara pedang dan balok tatakan”
Bisakah semua ini dituntaskan hanya dengan mengadakan acara-acara hiburan di kampus? Atau pun mengasah nilai kemanusiaan lewat agenda bakti sosial dengan menapikan siapa sebenarnya yang memiskinkan, konsep politik yang seperti apa yang ideal, dan pengontrolan ketat yang akan menghasilkan perubahan? Maka menjadikan tudingan ini sebagai gelar bagi generasi muda Indonesia adalah suatu proses panjang dan berat. Kita harus berawal dari memerangi penyebabnya. Kita harus memerangi jiwa-jiwa budak yang terkapar hanya karena diiming-imingi sales atau agen MLM yang menawarkan segunung kekayaan. Kita harus melawan konsep hidup materialisme dan menggantinya dengan ideologi yang telah benar dibuktikan. Islam. Karena pada dasarnya manusia akan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 75
dikatakan manusia ketika ia dapat meninggikan diri dari penyembahan terhadap materi, pengagungan terhadap idola di televisi, menjadi hanya kepada Tuhan yang telah menciptakan kita, menjelaskan aturan-aturannya melalui kitab yang telah diturunkan, kemudian kita dengan segenap raga menjalankannya. Inilah yang disebut pembebas berbudakan yang sesungguhnya, sesuai dengan fitrah, memuaskan akaldan tidakmenimbulkan kegundahan. Ini semua ketika difahami setiap generasi muda akan meretaskan batas-batas perpecahan yang selama ini menjadi pemicu konflik dan pengkotakan kavling ‘national state’ untuk lebih mudah dijajah dan diperkosa oleh imperialis, adalah nasionalisme dengan sentimennya yang luar biasa hebat. Duduklah dalam kondisi semula
Peristiwa terdekat bagi para generasi muda, khususnya para mahasiswa adalah peristiwa yang memakzulkan mahasiswa sejajar dengan para pengisi yang memberikan warna pada negeri ini. Reformasi 1998.
Siang itu Harmoko tak lagi mendominasi televisi, sementara para mahasiswa berjubel merapat, berpegangan erat, dan saling percaya bahwa perubahan ada di depan mata. Budiman Sudjatmiko sebagai salah satu tokoh muda dengan PRD (Partai Rakyat Demokratik) nya mengancam Soeharto untuk lengser. Dita Sari yang ditahan di Surabaya terus Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 76
menyemangati kaum buruh dengan konsep Lenin-nya. Tak kalah hebat juga, Cak Nun sebagai budayawan, intens mengkritik dan membuat percikan-percikan euphoria perlawanan untuk tumbangnya rejim diktaktor. Dan yang pasti seluruh mahasiswa penjaga nurani mulai berteriak untuk reformasi, sejak itulah Habibie bersiap jadi presiden transisi, dan Suharto lengser malu-malu. Di bawah sinar matahari panas, di antara aroma bakaran ban, di antara dentuman senapan, dan di antara banyak korban berjatuhan bercampur haru dan keseganan yang mahasiswa peroleh dari rakyat. Dan kita, generasi muda, pernah tersenyum dengan ini. Tapi rasanya baru kemarin, pasca 1998 mulailah terjadi banyak rombakan. Kebekuan mulai muncul, kemandulan mulai nampak, dan mahasiswa sibuk dengan wara-wiri kegiatan kampus semata. Padahal saya masih merasakan keeksotisan mahasiswa sebagai generasi yang peduli dengan nasib bangsanya, ada genangan air mata dan rasa takdzim berlebih ketika saya baca penuturan dari Adriano Rusfi, salah satu pengurus masjid Salman ITB yang bertutur kondisi saatsaat reformasi. “Ada cemburu ketika barisan bis kota lewat di sebuah ruas jalan Jakarta. Ketika itu panas menghiasi bulan Mei di 1998. Betapa tidak, di dalam dan di atapnya berdiri gagah mahasiswa berjaket melambaikan bendera kesatuan aksinya, sedangkan saya terdiam di tepi jalan hanya sebagai penonton. Mereka pemain dan saya penonton. Mereka di tengah dan saya di pinggir. Mereka berjuang Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 77
meruntuhkan sebuah rejim, dan saya hanya tergopoh untuk sesuap nasi. Seorang pemuda mengepalkan tangannya dan berteriak ke arah saya. Tak jelas apa katanya. Tapi bagi saya terdengan seperti sebuah ejekan, ”Apa yang generasimu lakukan terhadap penguasa lalim?. Apa saja yang kau lakukan ketika ketika kau masih mahasiswa?” Ah, mungkin saya sekadar tak beruntung, menjadi mahasiswa yang hidup di jaman di mana NKK-BKK membelenggu tangan di punggung, jaman di mana api heroisme mungkin belum menyala. Tapi saya tetap cemburu, kenapa pekik perlawanan ini tak terjadi saat saya masih mahasiswa. Cemburu yang akhirnya membuat saya membeli pita reformasi di tepi jalan, dan mengikatnya di kepala, tepat 21 Mei 98, jam 9, di Senayan, Se nayan, saat sebuah rejim harus lengser. Dan sekali lagi, mahasiswa membuat perubahan besar. Mendaftarkan diri di catatan sejarah, menawarkan kesempatan bagi terjadinya sebuah perbaikan. Perannya dalam panggung sejarah memang masih diperdebatkan, apakah pembentuk rejim baru atau sekadar pemakzul rejim lama. Desainer dari sebuah bangunan sosial yang baru, atau hanya menjadi destruktor dari status quo karatan? Peran heroiknya tak terbantahkan. Tapi, mampukah mereka menjadi pemberadab?”
Bagi kita mungkin panasnya arus kegilaan yang mestinya ditindak tidak serta merta terasa, karena kita tidak pernah mau untuk belajar membaca. Dan sejatinya bahaya Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 78
yang terbesar bukan karena bahaya itu besar, Bunda Elly Risman, salah satu pakar psikologi anak, pernah berkicau dalam twit nya bahwa “bahaya yang paling besar yang dihadapi bangsa ini adalah karena kita tidak sadar ada bahaya” Lantas sudah sampai mana kita membaca? Sedikit saja membandingkan kontribusi kita dengan generasi muda sebelum kita? Atau janganlah terlalu berat, kita letakkan saja posisi sebenarnya antara kita dengan generasi sebelum kita, berapa jarak, minimal keterlibatan hati untuk benci terhadap kelaliman? Minimal simpati dan kecenderungan hati terhadap kebenaran?. Ketika kita benar-benar berkaca, ternyata ada banyak borok kotoran di mana-mana. Kediaman kita terhadap segala bentuk tindak kejahatan yang paling kejam beserta manifestasinya adalah bentuk lain dari setan bisu. Dua hal yang saya khawatirkan dari mandulnya generasi muda saat ini adalah terjadinya distorsi dan ketidaktepatan, atau lebih tepatnya sejenis ketidaktepatan yang timbul akibat generalitas masalah yang dipaksakan terlampau dogmatis atau penempatan fokus yang terlalu positif. Generalitas masalah yang dipaksakan secara dogmatis ini adalah bahwa di era sekarang penjajahan itu tidaklah ada, atau ungkapan bahwa perang dunia itu omong kosong yang tak akan terjadi di era saat ini. Sedangkan penempatan fokus yang terlalu positif ini adalah perasaan tanpa curiga disetiap komponen masyarakat, terlebih generasi muda terhadap negara-negara yang mengusung ideologi tertentu. Karena tanpa disadari atau Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 79
tidak, sifat sebuah negara yang memegang ideologi akan senantiasa bersifat massif untuk menyebarkannya dan tidak akan tinggal diam. Dari perasaan tanpa tendensi ini kefokusan terbentuk hanya pada sektor ekonomi semata, sedangkan pengontrolan dan pendidikan politik tidak diajarkan. Inilah kekhawatiran terbesar saya. Adapun terkait gambaran seberapa penting kepedulian generasi muda terhadap politik, meminjam kata-kata Bertoch Brecht, seorang sastrawan dan dramawan kelahiran jerman. Brech berujar bahwa “Buta terburuk adalah buta politik, orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya tergantung keputusan politik. Dia membangtidakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar: Aku benci Politik!! Sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia tak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar perampokan dan yang terburuk korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negara.” negara. ” Maka bacalah setiap fenomena dengan cerdas dan seksama!, Setelah kita mengetahui pemaknaan hidup yang tidak lagi sibuk bertanya, seharusnya sudah bisa membuat hentakan-hentakan baru membentuk poros-poros kekuatan dengan tujuan yang jelas. Kemudian merumuskan perlawanan dengan cantik dan aman, tidak menimbulkan kerusuhan yang bagi masyarakat biasa akan sangat menakutkan. Kita sebagai kaum muda yang telah panjang lebar mengurai kebenaran sudah seharusnya berkumpul
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 80
memersatukan dan menyadarkan jutaan pemuda lain yang sedang sinting keranjingan virus pemaknaan hidup abal-abal. Jangan sampai, ya, jangan jan gan sampai karena diamnya kita, kematian adalah hari pertama menyesal bahwa makna hidup sebenarnya adalah seberapa besar kontribusi kita dalam menegakkan kebenaran.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 81
Bagian II
IDEOLOGI
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 82
Sekilas Tentang Ideologi
D
alam sebuah komunitas, baik skala besar maupun skala kecil, problematika adalah hal yang niscaya. Namun timbulnya problematika ini kadang selalu tidak sejalan dengan solusi yang ditawarkan. Jika jeli, kita akan menemukan jejalan dan doktrinasi gagasan-gagasan yang terus diulang dengan gencar, namun secara bersamaan pula menenggelamkan gagasan lain yang padahal sudah terbukti sukses memecahkan segala bentuk permasalahan. Dari mereka –sebagai pelaku yang mestinya bertanggung jawab– jawab– munculah secara sekonyong-konyong istilah relefansi, ketidaksamaan situasi dan kondisi zaman. Artinya Islam tidak relefan dijadikan dasar. Mereka berdalih seperti itu secara sepihak tanpa ada sedikit pun kajian mendalam, koferhen dan komparatif. Seperti yang sudah dijanjikan dalam pengantar, bab ini akan membahas tentang ideologi. Perlu saya katakan bahwa saya memulainya bukan dalam balutan ego pribadi sebagai pengemban agama tertentu, dan berangkat secara terburuburu meninggalkan nilai-nilai keberagaman dalam memeluk keyakinan, saya tidak juga berangkat dari filsafat atau pun narasi scientific yang terombang-ambing oleh nilai ke-ilmiahan yang kadang kering dan sarat istilah dalam menukil banyak Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 83
pendapat. Saya hanya ingin bercerita saja, berbagi dengan pembaca tentang pengalaman sederhana, pengalaman saya dalam satu tahun terakhir ini. Semarang mempunyai kisah fantastis, pada 26 Mei 2014 Komunitas kiri yang berhaluan Sosialisme membakar bendera yang bertuliskan laailaahaillallah, sebuah bendera yang malamnya saya pasang bersama tim untuk acara bertajuk Konferensi Islam dan Peradaban 2014. Pegiat Zine Underground No Body Zine dan Cronos Zine yang beraliran sosialis atau Anrcho punk ini beralasan bahwa apa yang dilakukannya bermotif kecemburuan dan ketakutan terhadap dominasi ideologi Islam. Hal ini menarik untuk dibahas, karena; pertama, kejadian ini tidak akan pernah dimuat di media berhaluan Kapitalisme yang sejatinya saat ini menguasai hampir 80% media nasional, yang perbincangannya hanya kelacuran pada topik yang akan meraup keuntungan dan simpati publik, kalaupun benar dimuat hanya ketika ada keuntungan yang menjanjikan. Kedua, karena banyak dikalangan masyarakat, terlebih generasi muda, yang masih memandang ideologi dari definisi yang tak jelas yang hanya berdasarkan sebatas gagasan-gagasan yang tak memiliki langkah implementasi. Pentingnya kita mengurai pembahasan mengenai Ideologi ini untuk dipahami setiap generasi muda supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memandang fenomena, semisal simpulan konflik antar agama yang padahal kebanyakan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 84
adalah konflik Ideologi. Atau simpulan lain bahwa Islam itu adalah semata-mata agama bar-bar dan ekslusif yang tidak memberi ruang bagi agama lain untuk berkembang dan sebagainya. Di muka telah saya singgung sedikit mengenai definisi dari ideologi, bahwa ideologi ini adalah pemikiran menyeluruh tentang hidup, alam semesta, dan tentang manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Lebih jauhnya dalam mendalami ideologi, ideologi senantiasa akan selalu melahirkan peraturan, tidak bergerak dalam konsep semata, dan peraturan yang muncul selalu bersifat logis dan rasional. Kalau kita memahami betul makna ideologi, kita akan sampai pada simpulan bahwa ideologi di dunia ini hanyalah ada tiga; Sosialisme, Kapitalisme, dan Islam. Terkait sosialisme, sejak abad ke-19, sosialisme telah berkembang ke banyak aliran yang berbeda, kita cukup mengenal jika kiranya banyak membaca terkait Anarkisme, Komunisme, Marhaenisme, Marxisme, dan Sindikalisme yang muaranya adalah ideologi sosialisme. Konsep berpikirnya yang merujuk pada materialisme tulen, telah mengarahkan ideologi sosialisme ini untuk mampu menjawab definisinya. Pemikiran yang menyeluruh ini menghasilkan teori ekonomi, politik, sosial, bahkan sampai pada pemaknaan asal muasal manusia, kehidupan, dan alam semesta yang sebelumnya telah saya jelaskan hanyalah berlandaskan materi. Bagi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 85
mereka, tidak ada sesuatu yang berwujud kecuali hanya materi, bahkan menurutnya, berpikir pun merupakan cerminan/refleksi dari materi ke dalam otak. Materi adalah pangkal berpikir dan pangkal dari segala sesuatu. Dengan bergulirnya waktu, ideologi ini terus berkembang, salah satu tokoh yang berperan adalah Karl Marx. Kita dapat mengelompokan lagi Gerakan sosio-politik maupun intelektual dalam Marxis- Sosialis menjadi: Albanianisme, Komunisme konsiliasi, Juche, Castroisme, Komunisme kiri, Leninisme, Maoisme, Marxis humanism, Situasionisme, Stalinisme, Trotskyisme. Sedangkan rivalnya yaitu Kapitalisme, memiliki sejarah yang panjang dimulai sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Namun lebih jauhnya lagi Kapitalisme ini berkaitan juga dengan asas dasarnya lewat munculnya renaisence yang beranggapan bahwa manusia berhak mengatur dirinya sendiri, menapikan peran Tuhan dalam kehidupan individu. Sehingga ketika konsep ini diemban, karena tidak memiliki suatu value yang jelas maka yang menjadi asas adalah kemanfaatan semata. Apapun yang dilakukan, baik bejat atau menawan yang diutamakan tetaplah raupan keuntungan. Memang kapitalisme begitu luar biasa, sebuah sistem pengakumulasian modal yang menghajar apapun demi kelangsungannya sendiri. Segalanya dijadikan komoditi untuk dijual dan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 86
menghasilkan banyak profit, apapun meski komoditi tersebut adalah sesuatu yang paling tidak berguna sekalipun. Dan bisa kita saksikan contoh kecil di negara kita saat ini, bagaimana luar biasanya industri pornografi berkembang dan dilindungi negara lewat undang-undang pornografi. Ideologi kapitalisme ini sebenarnya terlahir karena sakit hati dari pihak filsuf dan cendekiawan pada kaum gerejawan yang menggunakan dalil Tuhan untuk menjarah rakyat. Padahal ternyata dalam langkah praksisnya kapitalisme justru bergerak lebih kejam. Jika dulu kapitalisme mencerca terhadap sistem teokrasi yang menggunakan dalil Tuhan untuk menekan rakyat, maka kapitalisme saat ini dengan sistem pemerintahan demokrasinya menggunakan dalil rakyat untuk menghabisi rakyat. Asas yang melanggengkan ideologi kapitalisme ini adalah keinklusifannya yang tidak memberikan peluang bagi Tuhan untuk mengatur kehidupan, yang mempersilahkan semua aturan dalam hidup ditumpah ruahkan pada manusia, istilah ini kemudian disebut sekulerisme. Sekulerisme berpengertian fashluddin anil hayah yaitu keyakinan yang dibangun atas dasar memisahkan agama dari kehidupan. Konsepnya yang masih mau mengakui bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan, berasal dari Tuhan dan akan dikembalikan pada Tuhan namun ia dengan sendirinya berujar bahwa Tuhan tidak punya pengaruh dalam kehidupan bersosial. Tuhan bagi mereka hanyalah pelipur lara semata Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 87
yang hanya jadi objek untuk memenuhi ghorizah at-tadayun (naluri bertuhan) saja yang sejatinya terdapat di semua manusia. Kita bisa melihat dalam kondisi kekinian bagaimana kapitalisme ini tengah menancapkan taringnya di setiap sendi kehidupan. Bagaimana bisa kita saksikan ideologi ini di luar kesadaran tengah membentuk poros-poros untuk lebih jauh meninggalkan Tuhan dalam setiap aktifitas manusia yang ada di bumi. bumi. Politik tidak perlu perlu memakai memakai Tuhan, ekonomi tidak perlu menggunakan Tuhan, karena katanya Tuhan tidak pamrih dan itung-itungan, begitu pun bekerja, belajar, dan segala aktifitas lain. Dalam kapitalisme Tuhan dipaksa pensiun dini dalam perannya mengatur kehidupan manusia. Tuhan hanya bisa ditemui di tempat ibadah, dipuja-puja didalamnya, dan kemudian ramai-ramai manusia menanggalkan pakaian ketakwaan selepas ritual keagamaan usai. Ya, sekali sekali lagi karena ideologi ideologi ini lahir dari sakit hati hati terhadap teokrasi, sehingga jika ada sebuah agama yang mengancam eksistensinya di panggung laga, dengan sentimentalnya mereka harus segera membasminya, meskipun sistem yang ditawarkan itu bukanlah teokrasi, namun ketika dibawa oleh salah satu agama maka kesinisan kaum kapitalis sangatlah membabi-buta. Namun yang menarik dari keduanya; Sosialisme dan Kapitalisme, meskipun berbeda dalam memaknai asal muasal manusia, alam semesta dan kehidupan, ada pengaminan p engaminan resmi yang menggelikan dari keduanya bahwa nilai yang terpuji dan diagung-agungkan adalah apa yang ditetapkan oleh manusia Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 88
itu sendiri. Bahwa manusia mampu mengatur dirinya secara mandiri. Bahwa manusia menetapkan kesenangan dengan nilai yang telah disepakati. Kalau bukan kesenangan jasmani apa lagi? Sedangkan Islam, sebagai agama dan juga mabda (ideologi) telah memimpin peradaban dunia selama kurang lebih 14 abad, lewat seperangkat konsep yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan, sebelum akhirnya tenggelam, kemudian dipaksa terkubur pada maret 1924 lewat Mustafa Kemal Attatruk. Akhir-akhir ini kita menyaksikan bagaimana percaturan antara ideologi Kapitalisme dan Islam begitu terasa dan menegangkan. Media kapitalis terus berkoar tentang seramnya ideologi Islam, seolah yang ada dalam Islam hanyalah kebar-baran. Para pengusung kapitalisme terus mempropagandakan berbagai macam kebohongan yang lebih mirip suara omprengan tua hanya untuk satu tujuan; Islamphobia effect. Dari masyarakat politis dalam ideologi kapitalisme muncul beberapa intelektual yang jujur dalam pemaknaannya terhadap ideologi, kemudian dari kejujurannya yang polos itu memberikan pemahaman terhadap kita bahwa benarlah apa yang sedang kita bicarakan sekarang ini. Kita bisa temui beberapa pernyataan mencengangkan ini, salah satunya yang dibuat Samuel P. Huntington. Dalam buku The Clash of Civilization (1996), Huntington menulis, “Bagi Barat, yang menjadi musuh utama bukanlah fundamentalisme Islam, tapi Islam itu sendiri”. sendiri”. Tidak hanya itu, senada dengan gagasan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 89
sebelumnya Samuel P. Huntington dalam bukunya Who Are We? (2004) mengatakan “Islam militan telah menggantikan posisi Uni Soviet sebagai musuh utama AS” AS”. Atau pun Willi Claes, mantan Sekjen NATO dengan pernyataan dalam sebuah forum mengatakan, “Muslim fundamentalis setidak-tidaknya setidak -tidaknya sama bahayanya dengan Komunisme pada masa lalu. Harap jangan menganggap enteng risiko ini.... Itu adalah ancaman yang serius karena memunculkan terorisme, fanatisme agama, serta eksploitasi terhadap keadilan sosial dan ekonomi". Begitulah hidup, kita belajar bahwa hidup adalah keteguhan di balik kecemasan-kecemasan. Ini terjadi hanya pada saat kita tak mau melacur pada ideologi lain selain yang kita yakini saat ini. Ideologi sejatinya memang bicara hitamputih, antara satu dengan yang lainnya saling melawan. Sebuah istilah yang saat ini menjadi olok-olokan para agamawan yang sering menyampaikan kebijaksanaan hidup namun sujud takdzim tidak pada tuhan, mereka teracuni ideologi penguasa. Jujur saja, saja, saya saya sangat benci pada para motivator, pengajar, tokoh masyarakat, ustadz, pendeta, atau pun rakyat biasa yang terkontaminasi kelacuran akibat keuntungan yang dirinya dapatkan dari penyembahan pada manusia. Sehingga merubah adalah satu kata sakral, satu kata yang bisa mengancam, bukan mengancam kemiskinan sirna dan tiada bukan pula mengancam bahwa ketakwaan akan sirna, tapi ambisi pribadi untuk tetap nyaman dalam pelacurannya.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 90
Antara agama dan Ideologi Ideologi
T
idak bisanya membedakan antara agama dan ideologi sangat meresahkan sekali. Terbukti banyak dikalangan umat Islam sendiri merasa risih ketika membawa agama mereka untuk dijadikan ideologi Negara. Kemudian ketidak enakkan ini dilabuhkanlah secara serampangan dalam filsafat barat yang sarat ke-ambigu-an. Baru-baru ini kita terkaget dengan berita bahwa UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai pencetak generasi muda bangsa, pada masa OSPEK mengangkat tema kontrofersial bertajuk “Tuhan Membusuk”. Saya hanya berkernyit dahi, mencoba menerjemahkan kata yang sangat tidak familiar ini, takutnya arus berpikir ini mengarahkan bangsa Indonesia dalam pelukan Nietszche (1844-1900), filosof Jerman yang ateis. Ya hampir senada dengan apa yang dilakukan para mahasiswa semasa ospek ini. Dalam kolom di media online pada 1 September 2014 yang ditulis Kholili Hasib cukup bisa memberikan gambaran bagaimana kaum muda beragama di Indonesia kebingungan karena interpensi orientalis sebagai salah satu langkah Kapitalisme barat dalam bermakar terhadap rivalnya, Islam. Hasib menulis “….Nietszche pernah memplokamirkan “Tuhan telah Mati”. Maksudnya, ia ‘membunuh’ hal-hal hal-hal terkait dengan nilai ketuhanan. Menghilangkan nilai Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 91
ketuhanan dalam pikiran manusia. Filosof Hegel (1770-1831) juga pernah mengatakan “Tuhan adalah tiran”. Maksud dibalik kalimat ini adalah agama (baca; Tuhan) mengebiri agama, sehingga harus ‘dibunuh’ dan boleh dihina. Inilah ateis modern. Gara-gara maksud kalimat dua filosof di atas, Barat menjadi sekuler bahkan ateis modern saat ini”. Lihatlah apa yang disampaikan Rahmad beserta rekannya para panitia ospek maba 2014 kepada Muslim Daily (30/8). “Sekarang tidak sedikit orang atau kelompok yan g mengatasnamakan Tuhan membunuh orang lain. Demi (membela) Tuhan, mereka rela mempertaruhkan nyawanya. Perilaku ini lazim dilakoni oleh kelompok yang mengklaim paling shaleh. Kelompok yang mengklaim paling Islami. Akibatnya, kelompok yang berbeda dengan mereka mereka dengan mudah dituduh ‘kafir’ yang darahnya halal.”
Kesimpang-siuran umat manusia yang tidak bisa membedakan antara agama dan ideologi cukup bisa membuat kita ketar ketir. Legitimasi penghakiman dengan istilah “agama terlalu suci untuk mengatur politik”atau ungkapan senada bahwa “Tuhan terlalu mulia untuk andil dalam pertempuran manusia” terlalu menggelikan dan sangat naïf. Bagaimana tidak? Seorang pencipta barang elektronik harus mengelurkan SOP dari produknya untuk menjamin keamaan produk, lantas bagaimana dengan Allah yang menciptakan manusia? Dari kesimpangsiuran yang masih belum banyak dipahami rakyat, terkait perbedaan agama dan ideologi, kita akan memulai dengan berangkat dari pembagian keyakinan. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 92
Jika kita klasifikasikan sesuai dengan pembagian Taqiyuddin tentang syiasi dan ruhiah, keyakinan itu ada dua. Pertama keyakinan politis yang menjadi dasar pengaturan urusan urusan keduniaan. Kedua keyakinan ruhiah yang menjadi dasar pengaturan urusan-urusan keakhiratan. Urusan keduniaan adalah segala urusan manusia sepanjang kehidupan di dunia sampai mati, misalnya urusan keluarga, ekonomi, pendidikan, politik dan sebagainya. Sementara yang dimaksud dengan urusan akhirat adalah segala urusan manusia yang ada pada fase sebelum dan sesudah hidupnya di dunia. Yakni, apa yang ada sebelum lahirnya manusia dan sesudah matinya manusia, misalnya urusan penciptaan alam semesta dan kebangkitan pada hari kiamat. Termasuk juga urusan akhirat, adalah urusan yang sebenarnya ada pada fase kehidupan di dunia saat ini, tapi tidak berkaitan dengan interaksi sesama manusia, melainkan hanya berkaitan dengan hubungan antara manusia dan Tuhannya dalam ibadah ritual. Jadi, keyakinan ruhiyah adalah keyakinan yang melahirkan beberapa pemikiran dan hukum yang berkaitan dengan masalah -masalah akhirat, semisal hari kiamat, pahala siksa, dan juga masalah-masalah ibadah ritual (seperti doa), termasuk pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum lain yang berkaitan dengan pemeliharaan masalah -masalah tersebut, seperti pemberian nasihat dan petunjuk, atau penyampaian ancaman dengan adanya adzab Allah serta pemberian dorongan untuk mendapatkan sebesar-besarnya pahala Allah. Sedangkan keyakinan politis adalah keyakinan yang Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 93
melahirkan berbagai pemikiran dan hukum yang berkaitan dengan persoalan-persoalan keduniaan seperti aspek pemerintahan, perdagangan, sewa menyewa, perkawinan, perseroan, warisan, atau yang masih berkaitan dengan persoalan tersebut, seperti kewajiban mengangkat pemimpin jamaah atau kelompok, ketaatan pada pemimpin serta kewajiban mengontrolnya, juga sanksi-sanksi pidana dan hukum-hukum perang. Dilihat dari pengertian di atas, maka Islam adalah keyakinan ruhiyah dan sekaligus politis. Islam tidak bisa lari dari dua kenyataan yang diembannya, juga tidak bisa dipisahkan antara dua klasifikasi ini. Karena keintegralan yang sangat fundamen ini, sangatlah logis jika setiap pemeluk Islam yang hafal akan senantiasa berusaha memenuhi kewajiban menjalankan dua klasifikasi keyakinan sekaligus sebagai bukti bahwa ia telah menjalankan agama secara utuh. Dari sini kita bisa menyatakan bahwa keyakinan agama nasrani, budha, dan yang lainnya hanyalah keyakinan ruhiyah. Alasannya bahwa pemikiran dan hukum yang lahir hanya berkaitan dengan persoalan keakhiratan. Dan kita bisa menyimpulkan keyakinan kapitalisme adalah keyakinan politis semata karena pemikiran dan hukum-hukum yang lahir dari keyakinan ini, berkaitan dengan persoalan dunia saja, seperti kebebasan (liberalisme/freedom) dan asas manfaat (utilitarianisme). Begitu juga dengan pemikiranpemikiran yang berkaitan dengan pemeliharaan persoalan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 94
keduniaan tersebut dan yang lahir dari keyakinan kapitalisme berkitan dengan urusan dunia seperti demokrasi dan peperangan. Demikian juga dengan keyakinan sosialisme, juga merupakan keyakinan politis karena pemikiranpemikiran serta produk hukum-hukum yang lahir dari keyakinan tersebut hanya berkaitan dengan persoalan kehidupan dunia seperti pembatasan dan pelarangan kepemilikan. Juga dengan pemikiran dan hukum-hukum yang berkaitan dengan pengaturan urusan kehidupan dunia seperti membatasi demokratisasi di kelas buruh dan diktaktor proletariat. Maka wajar jika Islam akan berbenturan dengan kapitalisme dan sosialisme, melahirkan momok ketakutan bagi barat dan timur. Namun menjadi tidak wajar jika masih ada yang beranggapan bahwa Islam berbenturan dengan agama lain. Saya rasa persoalan saat ini bukan lagi antar agama, namun Islam akan berbenturan dengan agama lain, ketika agama lain ini ditunggangi dan dikendalikan oleh kepentingan kapitalis atau sosialis lewat sentimen golongan dan ketakutan diganggunya hak berkeyakinan. Toh yang dibicarakan adalah koridor pengaturan sosial, bukan keyakinan ruhiyah. Ya, selama ini kita belum bisa peka dan meletakan dengan poporsional bahwa aturan kenegaraan yang berlandaskan Islam bersifat aturan sosial, bukan dalam hal agama. Semacam pengelolaan sumber daya yang dalam era kapitalisme-demokrasi saat ini banyak dideomplengi
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 95
penjarah, atau pun Politik yang saat ini sarat dagelan sandiwara dalam balutan kepura-puraan.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 96
Bergeraknya ideologi
S
ekarang saat semua menjadi kacau, banyak yang hebat pura-pura jadi keparat, tak sedikit yang bodoh berkamuflase untuk diakui kompeten. Jangan heran, inilah dunia pewayangan, penuh mitos, distori, dan banyak fantasi. Inilah buah ideologi kapitalisme demokrasi yang telah uzur dan batuk-batuk. Kita menyaksikan saat ini umat semakin kalut, frustasi dengan semua gagasan yang ditawarkan. Pemilu sebagai ritual khas dari sistem Demokrasi juga belum menghasilkan apapun selain hutang-hutang yang semakin menjulang dan kebijakan yang terus lahir dari pesanan asing. Kapitalisme, demokrasi, dan Sekulerisme sebuah paketan ekspor yang semakin mencokol dan membuat onar tidak juga sadar bahwa dirinya adalah sumber kerusakan. Jika dikatakan kepada mereka “janganlah kalian membuat kerusakan”, mereka sambil dzikir memuji asma Allah berkata: “innama nahnu muslihuun” sesungguhnya kita ini sedang mengadakan perbaikan, katanya. Padahal “alaa innahum humul mufsiduuna walakin laa ya’lamun”, mereka itu sebenarnya yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 97
Selebihnya, aksi akrobatik politik telah banyak dilakukan, membuat rakyat sudah terlalu lelah diikut sertakan. Kiranya cukuplah sedikit beri celah bagi mereka untuk menuntut penghasilan yang melebihi konsumsi perut sebulan. Toh bagaimana pun intimnya mereka menggauli opini dan menjadi jurkam parpol, bagi masyarakat sipil urusan perut selalu lebih utama. Tentang kefrustrasian ini saya hanya bisa lebih jauh menggambarkan bagaimana kampanye yang ndakik-ndakik itu lebih mirip menajajalkan dagangan daripada memberikan pengertian. Ambisi-ambisi dalam orasi lebih terlihat mencurigakan daripada meyakinkan. Maka sungguh, jika memang semua membaca bagaimana ideologi berjalan, berikanlah sedikit kesempatan bagi Islam. Tidak perlu memilah kata untuk menenangkan rakyat padahal membohonginya. Rakyat sudah terlalu curiga dengan pelacuran kata yang terselubung, lagi pula sudah lama rakyat tahu bahwa kata-kata indah yang menukik itu hanya milik Romeo dan Kahlil, sedikit juga di warisi Majnun. Namun hingga detik ini, ketika situasi mirip pantat wajan di tungku api, kita tidak menemukan suara mahasiswa yang biasanya bergelora bersama memori Ospek, terbang bersama jargon- jargon jargon ‘hidup mahasiswa’ yang sakti. Mahasiswa saat ini tidak tahu apa yang harus dilakukan, namun sebenarnya tahu bahwa saat ini kondisi tidak baik. Lalu kita merasa begitu sayang ketika mahasiswa tidak juga merasa penting bahwa mengemban ideologi Islam adalah
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 98
solusi dari keterpurukan. Padahal ini adalah pemaknaan hidup dan jawaban dari pertanyaan yang terus akan muncul. Berangkat dari semua ini, kepentingan pemahaman yang mendalam tentang ideologi menjadi perlu. Dan perlu diketahui, ketika sebuah ide secara logis telah memuaskan akal dan menentramkan hati, maka para pengembannya dengan secara sukarela akan massif menyampaikan. Karena perubahan yang mengarah pada revolusi sistem kehidupan yang hakiki tidak bisa tercipta ketika pengembannya tidak ada. Para pengemban ideologi inilah yang sejatinya menjadi martir untuk menggerakkan masyarakat. Fokus yang pertama untuk bisa membuat ideologi Islam ini berputar cepat, langkah awal kita mesti bekerja pada area pondasi, berupa pemaknaan keyakinan yang terus dipertebal, pemikiran yang terus diaktifkan, penghajaran terhadap rival yang terus dilancarkan, dan moralitas yang enak dipandang. Mengapa harus ideologi Islam? Mengapa bukan ideologi Kapitalisme atau Sosialisme? Sosialisme? Di sini kita bicara terkait potensi yang bisa dimiliki akal manusia. Ketika sebuah ideologi terlahir dari kejeniusan manusia, penemuanpenemuan yang baru lahir itu hanyalah berbicara pada manifesto keterbatasan akal yang tidak bisa menjangkau segala sesuatu yang nyata. Taqiyuddin dalam Nidzhomul Islam menjelaskan, … Di samping itu pemahaman manusia terhadap proses lahirnya peraturan selalu menimbulkan perbedaan, perselisihan, dan pertentangan, serta selalu Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 99
terpengaruh lingkungan tempat ia hidup. Sehingga membuahkan peraturan yang saling bertentangan, yang mendatangkan kesengsaraan bagi manusia. Karena itu, ideologi yang muncul dari benak seseorang adalah ideologi yang salah, baik dilihat dari segi keyakinanya maupun peraturan yang lahir dari keyakinan tersebut. Ketika ideologi Islam sudah tertanam dalam setiap sanubari pengembannya, maka membicarakannya dan mengangkatnya dalam bersosial adalah sebuah keutamaan. Moralitas akan timbul dengan sendirinya ketika kita sebagai kaum muda telah mampu melampaui capaian hakikat hidup, berupa melepaskan penghambaan kepada manusia dan aturan-aturan yang dibuatnya menuju dzat yang satu, yang maha menciptakan. Ingin sekali rasanya kita bersama menyaksikan bagaimana para mahasiswa menguasai forum dengan ide-ide Islam, baik itu seminar, presentasi dalam pembelajaran maupun obrolan informal seperti diskusi di warung kopi. Kemudian bicara dengan lantang, berbekal data valid dan bahasa yang menggelora bahwa Islam mempunyai solusi dari masalah anu, bahwa solusi islam seperti ini. Ide dasar yang bersifat menyeluruh yang telah dipahami betul akan menjadi asas, karena ide dasar tersebut menjadi keyakinan bagi bergeraknya ideologi. Keyakinan ini pula yang menjadi kaidah berpikir sekaligus sebagai kepemimpinan berpikir para pengembannya. Dengan landasan ini dapatlah ditentukan arah pemikiran manusia dan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 100
pandangan hidupnya. Dengan landasan ini pula dapat dibangun seluruh sendi-sendi pemikiran dan dapat dilahirkan seluruh pemecahan problematika kehidupan. Maka bergeraknya ideologi berawal dari pemahaman yang fasih dari setiap pengembannya, kemudian dari pemahaman ini muncul keyakinan untuk melangsungkan proses pemecahan dan metode pelaksanaannya pada segala macam problematika yang timbul; tentang bagaimana cara praktis pemecahannya, bagaimana cara memelihara/melindungi ideologi, bagaimana cara untuk menyebarluaskan ideologi. Jika ide dasar tidak mampu diaplikasikan maka ini hanya akan menjadi bentuk filsafat yang bersifat khayalan dan teoritis belaka, yang tercantum dalam lembaran-lembaran buku, hanya membebani dan memusingkan tanpa bisa mendapatkan makna untuk dapat memengaruhi kehidupan. Sendi-sendi pemikiran yang ditawarkan Islam saling terintegrasi antara semua komponen yang ada; manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dari keterkaitan ini munculah suatu fenomena besar ketika semua komponen masyarakat sadar. Yaitu kesadaran bahwa setiap individu adalah bagian dari kelompok besar. Tidak seperti kapitalisme yang mengagungkan Individualisme, atau pun sosialime yang memandang masyarakat sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, Islam adalah ideologi yang sejak mulanya memahami bahwa Individu adalah bagian dari jamaah/kelompok, tidak sebagai kesatuan yang menyeluruh
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 101
atau pun individu yang terpisah. Seperti hadits Rasulullah SAW: “Perumpamaan orang-orang orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan yang melanggarnya adalah seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu mereka berkata: ‘Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian bagi an kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami’. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang orang -orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semuanya”. (HR. Bukhari)
Sungguh suatu keniscayaan yang perlu diperjuangkan apabila kita ingin mengganti sistem peraturan kapitalisme ataupun sosialisme dengan peraturan Islam. Bergeraknya ideologi yang berawal dari pemaknaan hidup adalah suatu kepastian yang akan terjadi. Kita tidak bisa melepas diri untuk membicarakannya di mana pun dan kapan pun. Maka bergerak atas landasan kesadaran bahwa setiap individu adalah kebersatuan dari kelompok merupakan suatu yang harus dilakukan untuk mengembalikan Ideologi Islam.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 102
Ideologi Islam dalam Negara
“Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudra ke samudra lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun, dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan suku bangsa. Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum dikenal sebelumnya.”
-Chairman and Chief Executive Officer Hewlett-Packard Company diambil dari ceramahnya tanggal 26 September 2001 berjudul Technology, Business, and our Way of Life: What Next?
S
aat ini, kita diuji oleh keadaan, oleh situasi. Kita berada pada dua pilihan yang sama-sama sulit. Masih sebatas sulit, belum sampai pada tahap mustahil. Bahwasanya apakah generasi muda mampu membawa alam, manusia, dan kehidupan mencapai keadilan dalam pemaknaan dan kemakmuran dalam berjalannya, atau malah menyaksikan semuanya itu habis dilibas jaman. Kita dituntut memikirkan aspek detail dari pemaknaan asal muasal kehidupan, alam semesta, dan manusia. Kita dituntut memperbaiki semua, Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 103
bukan hanya agama,bukan hanya Indonesia, bukan hanya Jawa, bukan hanya diri sendiri, melainkan makna hidup yang y ang meliputi keberasalan semua, alasan berjalannya semua, dan berakhirnya semua secara utuh. Tidak terpisahkan di dalam pemahaman. Untuk itulah kerja keras menjadi solusi. Lebih keras bekerja ketimbang densus yang bekejaran dengan teroris, lebih keras bekerja daripada bush dan obama dalam mengekspansi negara jajahan. Kita berjuang untuk sebuah gagasan besar. Islam. Yang kita saksikan bersama bahwa sampai saat ini Islam selalu ditutupi. Jika dikenalkan media pembicaraannya selalu saja menyakitkan; terorisme, radikalisme, maupun intoleran. Paling mending adalah pengangkatan Islam sebagai tayangan ramadhan atau pun pengajian yang kebanyakan penuh candatawa tanpa makna, mengejar rating pemirsa untuk masuk ke kantong pemilik media. Dengan berbagai cara, ada banyak siasat dan tipu muslihat yang mencoba menguburnya dalam sekali. Mulai dari dagangan rasis SARA, sampai yang terbarukan dengan strategi marketing berlabel terorisme, fundamentalis, ekstrimis, dan penggencaran opini Islamphobia yang lainnya. Mereka berencana menjadikan mindset seluruh penghuni semesta sehingga tercipta pemikiran yang sama bahwa Islam adalah Ideologi Setan!. Bagi saya ini tak jadi soal. Manusia dengan naluri mempertahankan dirinya kadang dengan ego yang kelewatan bergerak tanpa pernah mengkonfirmasi. Dan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 104
saya cukup yakini saja bahwa Ideologi bukan dikhususkan untuk sebuah bangsa tertentu dan untuk umat tertentu. Ideologi Islam tidak untuk muslim dan arab saja, begitu pun kapitalisme-demokrasi kapitalisme-demokrasi yang tidak untuk barat saja. Kita mengenal bahwa setiap sentinya pergerakan ideologi selalu diikuti oleh sikapnya yang universal dan massif mengembangkan. Dan semua ini hanya bisa berjalan dengan adanya Negara. Begitu logislah bahwa Islam pun menginginkan Negara, layaknya pihak kiri (sosialis) yang saat ini banyak dikalangan penduduk Indonesia tengah gencar berkonsolidasi. Bagi muslim, negara dalam perspektif Islam bukan perkara mubah dan sunnah nafilah, juga bukan soal diperlukan atau tidak, tetapi esensinya merupakan kehidupan manusia itu sendiri. Meminjam kata-kata Imam al-Ghazali bahwa “agama dan negara itu saudara kembar” menandakan bahwa tidak ada kehidupan bagi Islam tanpa negara. Negeri yang di dalamnya terdapat komunitas muslim mayoritas tidak bisa disebut Negara yang Islami, sekalipun di dalamnya terdapat banyak masjid, masyarakatnya ta’at dan kualitas keimanannya tidak diragukan. Negara dalam pandangan Islam adalah sebuah wilayah yang menerapkan sistem Islam, meskipun didalamnya umat Islam hanya minoritas. Sedangkan bagi umat lain, Negara dalam perspektif islam bukan perkara agama dan keyakinan dalam menjalankan naluri bertuhan, melainkan seperangkat aturan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 105
social, berupa politik, ekonomi, pendidikan, hokum yang saat ini tengah banyak ditimbang oleh para professor dan para cendekiawan lain yang telah kehabisan cara dalam menyikapi kesemrawutan ini. Dengan berkaca pada sejarah ketika Islam dijadikan dasar dalam bernegara maka betul, apa yang mereka serukan untuk menolak, menginjak, menghinakan, dan mempropagandakan bahwa Ideologi Islam jika diaplikasikan begitu menyeramkan, SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami pihak borjulis yang tidak sedikit pun takut pada Allah, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN pada kami!, katanya, SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para koruptor, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di aktifitas kami!, katanya, SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para pelacur, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di ranjang kami! Katanya, SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi kami para mucikari, karenanya JANGAN COBA DITERAPKAN di perniagaan kami! Katanya, SERAMNYA NEGARA ISLAM bagi para pencuri, germo, penjudi, pemabuk, pendengki, dan Ahli maksiat. karenanya mereka siap berdemo dan berontak. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 106
Biarlah Islam menyeramkan bagi segala macam kemaksiatan dan kebiadaban, namun apalah yang lebih romantis ketika kita memperjuangkan kebenaran yang diyakini? Soal fanatik saya percaya bahwa kesuksesan itu berawal dari kefanatikan yang rasional, termaklumi, dan diyakini betul. Tentang ideologi Islam yang diterapkan dalam tataran Negara, saya merasa senang dengan kalimat Sayyid Quthb dalam Fi dhilal qur’an: “Islam merupakan agama yang realistik, yang membuktikan bahwa larangan dan nasihat saja tidaklah cukup. Juga membuktikan bahwa agama ini tidak akan tegak tanpa adanya negara dan kekuasaan. Agama adalah manhaj atau sistem yang menjadi dasar kehidupan praktis manusia, bukan hanya perasaan emosional yang tersemat dalam hati, tanpa kekuasaan, perundang-undangan, manhaj yang spesifik dan konstitusi yang jelas.”
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 107
Bagian III
PEMBACAAN SITUASI PENDOMINASIAN IDEOLOGI
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 108
Sekilas Tinjauan Ideologis Konflik Dunia
B
agi saya, tampaknya tolol jika kita berupaya menyuguhkan suatu pandangan konflik dunia dari teori yang bersifat naratif dan ensiklopedik tanpa pernah menarik benang merah atas dasar apa semuanya bermula. Pertama-tama karena, jika prinsip yang menjadi pedoman rujukan adalah gagasan-gagasan yang terlahir dari masyarakat politis dari negara-negara yang mengusung ideologi, maka praktis tidak akan ada batas bahan yang akan saya telusuri dan menjadikannya sebuah karya, karena teori bersifat naratif ini secara berjamaah mengambil sejumlah teori dasar untuk menghakimi sebuah ideologi yang berlawanan. Ini mirip sekali dengan gaya berpikir Orientalisme Orientalisme yang pada intinya menghakimi timur dari sudut pandang barat dengan tanpa berani mengubah kesan dari para pendahulunya yang ekstrim. Kedua, karena model naratif dan ensiklopedik ini tidak akan cocok dengan kepentingan deskriptif dan propaganda saya dalam menyebarkan ideologi Islam yang paripurna yang dengan nista dipaksa tertimbun lama. Maka lepas dari semua itu, saya berusaha untuk memandang konflik dari sudut pandang yang lain. Berangkat Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 109
dari kalimat Taqiyuddin An-nabhani dalam bukunya Konsepsi Politik Hizbut Tahrir, Taqiyuddin menjelaskan bahwa, "Konflik internasional sejak awal sejarah hinga Hari Kiamat nanti tidak keluar dari dari dua motif berikut: Pertama, cinta kepemimpinan dan kebanggaan. Kedua, dorongan dorongan di di balik balik manfaatmanfaat material. Cinta kepemimpinan bisa berupa cinta kepemimpinan terhadap umat dan bangsa seperti halnya Nazisme Jerman dan Fasisme Italia. . .".
Sangat penting sekali mengetahui bahwa manusia diciptakan beserta naluri, salah satu naluri yang dimilikinya yaitu naluri untuk mempertahankan diri (gharizah Al-baqa). Ini pula yang melahirkan dinamika antara satu manusia dengan manusia lain saling adu jotos untuk mengungguli. Memang sesuatu hal yang wajar, karena ketika naluri mempertahankan diri meningkat, ia akan spontan mencari cara untuk tetap bekerja secara aktif mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Mengutip apa yang dikatakan Taqiyuddin di atas, mengarahkan saya pada kesimpulan bahwa konflik manusia yang tak pernah usai ini dipacu oleh naluri mempertahankan diri (ghorizah Al-baqa). Ketika kita berbicara tentang dorongan dibalik manfaat-manfaat material, maka kita akan langsung ingat bahwa AS dengan manuver-manuvernya sebenarnya bergerak berlandaskan dorongan ini dengan mengusung ideologi kapitalismenya sebagai landasan keyakinan untuk bergerak. Adapun mekanismenya dilangsungkan dengan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 110
berbagai cara, baik itu invasi militer untuk menduduki pangkalan minyak sebuah negeri, menyebarkan gagasan demokrasi, membuat konflik dengan strategi politik pecah belah, atau pun membuat kebijakan skenario dagelan untuk menjerumuskan sebuah bangsa kejurang jeratan hutang. Dan fakta yang terpenting ketika semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah mereka rencanakan, maka raupan materi yang dihasilkan tidak akan pernah peduli sedikit pun dengan konflik yang dihasilkan. Penelusuran saya selama ini terkait pemicu konflik selain dari dorongan dari keuntungan materi, yaitu cinta kepemimpinan dan kebanggaan ini diataranya saya temui pada Mein Kampt nya Adolf Hitler. Ia secara jujur menuturkan bahwa ‘Jermanisme hanya dapat diselamatkan dengan penghancuran bangsa Austria, dan lebih lanjut, bahwa sentimen nasional tidak sama dengan patriotisme domestik; bahwa bagaimana pun juga House of Habsburg ditakdirkan untuk menjadi kemenangan bangsa Jerman’. Pada akhirnya slogan 'si vis pacem pera bellum' atau dalam redaksi lain berbunyi ‘Qui Desiderat Pacem, praeparet bellum’ yang berarti jika menghendaki perdamaian, bersiaplah untuk perang bisa dianggap benar ketika kita membaca konsep Hitler. Berangkat dari semua ini maka lahirlah beberapa teori tentang konflik. Teori konflik fungsional, yang menjelaskan bahwa konflik adalah suatu yang niscaya ada, yang disebabkan adanya sifat agresi dari dalam diri setiap manusia, Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 111
kerap pernah menjadi teori rujukan sejak 1955 melalui pemikir barat, Georg Simmel. Simmel dalam bukunya yang berjudul "Conflict & the Web of Group-Affilations" berusaha mengembangkan teori-teori yang dilandaskan pada bentukbentuk dasar proses sosial yang dikenal dengan pendekatan sosiologi formal. Juga tak kalah ramai dari konflik fungsional, teori konflik kelas yang diusung oleh Karl Marx pernah juga jaya yang pada akhirnya runtuh dan tidak lagi relevan dengan situasi abad 20. Dalam teori kelasnya Marx, konflik ini sematamata karena adanya kelas/strata kasta, maka tak ayal muncul konklusi bahwa perjuangan untuk menghilangkan kelas borjulis-proletar adalah revolusi abadi umat manusia. Berdasarkan pengamatan saya pada beberapa karya tulis yang khusus membahas konflik, saya lebih condong memandang bahwa konflik berasal dari sifat ‘ ashobiah’ yang tinggi, atau dalam istilah kita dikenal dengan sebutan berbangga terhadap kelompok, yang ini berlandaskan gejolak manusia dalam menyukupi naluri mempertahankan diri. Ashobiyah ini merupakan sebuah ikatan yang rapuh dan bisa jadi sangat sentimen dengan ke-egosentrisannya yang tak masuk akal, yang kebanyakan hanya menyandarkan pada kesamaan fisik, budaya, ras, silsilah, namun yang lebih banyak sekarang ini adalah kebanggaan terhadap kelompok yang berlandaskan kepentingan. Ketika letak permasalahan dipandang dari segi ashobiah maka teori Marx dengan Teori Konflik Kelasnya bisa dengan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 112
mudah dipatahkan. Pasalnya adanya kelas antara kaum borjulis-proletar ini disebabkan oleh adanya ashobiyah. Ini adalah secuil bagian dari hikmah mengapa nabi Muhammad melaknat ashobiyah. "Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah'” (HR. Abu Dawud).
Namun perlu diketahui sikap ashobiyah/berbangga terhadap kelompok ini tidak melulu muncul karena sikap hati dan moralitas. Terkadang konflik muncul yang disebabkan oleh ashobiyah ini adalah karena memang kondisi objektif kedua belah pihak yang berbeda. Misalnya dalam era kehidupan kapitalisme saat ini, jika dilihat dalam kacamata netral, berbagai protes yang terjadi dari kaum buruh bukan semata-mata karena kaum buruh iri hati terhadap kaum borjulis, atau sebaliknya, eksploitasi kaum borjulis terhadap kaum buruh bukan karena kaum borjulis serakah, karena fakta sebenarnya adalah bahwa setiap kelas sosial bertindak sesuai dengan kepentingannya yang ditentukan oleh situasi yang objektif. Kelas borjulis misalnya, berkepentingan untuk mengusahakan laba sebanyak mungkin bukan karena mereka rakus secara pribadi, melainkan hanya dengan mencapai keuntungan yang besar mereka dapat mempertahankan diri dalam persaingan di pasar, ya lagi-lagi ini terkait naluri mempertahankan diri ( ghorizah ghorizah Al-baqo).
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 113
Sampai sini kita mengerti bahwa konflik ini terjadi atas dasar ashobiyah atas dorongan ghorizah Al-baqo, maka langkah menghilangkannya adalah dengan meninggalkan ashobiyah. Adapun uraiannya adalah setelah kita mengetahui dengan sangat yakin bahwa ashobiyah ini adalah sumber konflik, pendekatan yang paling realistis di era saat ini adalah mendudukan secara benar mana yang terkategori ashobiyah dan mana yang tidak terkategori. Ketika melihat skema ashobiah level dunia dari segi historisnya, sejatinya terdeteksi muncul pada awal abad 20, sewaktu Kekhilafahan utsmani runtuh. Negara yang sedemikian besar itu dibagi-bagilah di bawah pengawasan Inggris dan Prancis. Kiranya sangat penting bagi saya untuk menyinggung hal ini. Karena kita bisa melihat bagaimana Kekhilafahan Utsmani yang jelas memegang Ideologi Islam dalam pemerintahannya telah melambangkan terror bagi Ingris dan Prancis. Cuplikan Edward Said, dalam bukunya, Orientalisme sangat membantu saya dalam menjelaskan. Said menyebut “bukan tanpa sebab bahwa Islam telah melambangkan Teror, pemusnahan, dan gerombolan orang barbar yang kesetanan dan patut dibenci. Bagi Eropa, Islam adalah Trauma abadi…” Said juga mengutip Jean-Baptiste-Joseph Jean-Baptiste-Joseph Fourier dalam Preface historique (1890), Description de l’Egypte yang mendukung karyanya, menyatakan bahwa “…jenius-jenius “…jenius-jenius eropa yang resah dan ambisius…yang tak sabar ingin segera menggunakan alat-alat alat -alat penyiksaan baru….
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 114
Saya pernah lama merasa ragu-ragu untuk angkat bicara mengenai salah satu ashobiah yang termaklumi, Nasionalisme yang santer dipropagandakan dan menjadi kebanggaan. Saya tahu bahwa pada awalnya gagasan ini lahir dari segelintir orang saja. Saya tahu bagaimana caranya gagasan yang terlahir dari hanya segelintir orang ini bisa menjadi heboh dan diamini semua penduduk bumi. Saya tahu bagaimana menyebarkan lewat opini propaganda. Namun yang saya tidak berani untuk menggali seberapa besar dana yang digelontorkan, seberapa tangguh orang-orang yang ada di belakang, dan seberapa besar pengorbanan yang dilakukan para pelopornya. pelopornya. Yang saya tahu bahwa konsep ‘nastional state’ adalah cara termudah bagi negara imperialis untuk menjarah, di samping mereka lebih bisa terfokus, kesibukan mengurus urusan internal sebuah negara juga bisa menimbulkan konflik dengan Negara yang siap disutradai untuk berperang. Ketika sentimen nasionalisme sudah mengakar, maka cukup mudah bagi para Negara imperialis yang oportunis untuk mencari kesempatan menjarah, cukup angkat satu tema, baik itu isu pencurian tarian, sepak bola, atau pun yang lainnya, gulirkan setiap hari, pantengin di media pemberitaan sehingga setiap masyarakat dengan isu murahan ini merasa terancam dan muncul bibit-bibit nasionalis yang fiktif, maka sudah pasti dua negara yang dirundung konflik tersebut akan siap angkat senjata. Yang paling menyakitkan adalah sang sutradara akan menyelinap, berpura-pura menjadi penengah, padahal sejatinya telah menyiapkan jutaan karung untuk menjarah. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 115
Karena dalam kajiannya yang mendalam, nasionalisme merupakan sebuah ikatan yang terjadi tatkala manusia menetap di suatu wilayah dan tak beranjak. Ketika itu terjadi maka naluri mempertahankan diri naik kepermukaan, sehingga siapa saja yang mengancam akan dihantam dan diusir. Ritual ini terjadi dalam dunia binatang, naluri mempertahankan diri akan muncul ketika gurita, cicak, landak, katak, ikan, ular, dan monyet terancam. Lagi pula saya tidak pernah menemukan kisah seorang pejuang yang bergerak dengan motif lain selain dari naluri mempertahankan diri, baik itu atas alasan mempertahankan bangsa, anak cucu, ataupun kekayaan. Jika bicara dengan kaum muda saat ini tentang nasionalisme juga tidak akan nyambung. Generasi muda saat ini hanya memahami nasionalisme sebatas upacara bendera, bulu tangkis, dan sepak bola. Berbeda dari nasionalisme, ikatan yang terbangun dari Ideologi nilainya tidak rendah dan disama ratakan dengan binatang, hanya karena dorongan naluri mempertahankan diri. Ikatan yang terbangun dari ideologi berawal dari kesadaran penggunaan akal yang sangat telaten dan mendalam, dimulai dari menjabarkan asal muasal kehidupan, manusia, dan alam semesta, hingga sampai pada mekanisme penyajian solusi dari semua problematika yang muncul. Sehingga ikatan yang timbul akan senantiasa kuat, terus berkembang, dan tidak hanya sebatas euphoria doktrinasi abal-abal yang tanpa nilai. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 116
Setiap pengemban ideologi kapitalisme tulen pastinya telah mengetahui bahwa nasionalisme dipakai untuk mempermudah inquisisi sebuah wilayah. Dan Islam telah menawarkan pilihan bahwa ashobiah adalah terlaknat. Tentunya sangat kontras bertentangan. Maka jika sudah begini akan sangat wajarlah penghantaman dan ajang adu jotos intelektual yang terlahir dari pemaknaan hidup yang berbeda, yang sebelumnya telah kita bahas, tidak semodel filsafat yang hanya sebatas mempertanyakan. Gaya seperti ini berperan untuk mengkritik, menghakimi, dan mengalahkan ideologi yang bersebrangan. Karena ini berdasar pada aspek keyakinan yang mendasar sekali dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena kita tidak bisa lepas dari konflik, maka konsep cinta, humanisme, kasih sayang, keprihatinan, kesejahteraan, tidak akan pernah muncul tanpa kita bisa mengusir bibit-bibit konflik, berupa menarik garis pembatas dari naluri mempertahankan diri yang keblinger lewat perlawanan terhadap dominasi Ideologi. Jika sudah begini, bukankah wajar dan masuk akal pengunggulan satu manusia terhadap manusia lain? atau pun pengunggulan suatu bangsa atas bangsa lain dengan catatan pertaruhan makna hidup? Ah, atau.... Mungkin saja. Mungkin saja dulu kita marah, kawankawan kita marah, pada dunia ini, bukan benar karena dunia Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 117
ini terasa tidak adil, melainkan karena sesungguhnya di lubuk hati yang terdalam, kita sadar dengan mengemas masa depan secara distopia bahwa kita tidak mampu, dan kita sadar bahwa kitalah yang pertama-tama akan tersingkir dari arena pertempuran dunia. Kita sebenarnya frustrasi, menikmatinya sangat dalam, yang menenggelamkan kita dalam kepasrahan untuk menerima nasib yang sebenarnya bukanlah penantian. Kita tidak siap, lemah keyakinan, susah dalam mengorganisir dan malas mendakwahkan ideologi ini. Kemudian kita marah karena kita takut, koar-koar bahwa revolusi adalah kotoran jijik, membuang muka untuk diajak diskusi. Masalahnya, hidup ini tidak bisa dijalani oleh para penakut, bukan? Semua ini harus kita tata dari awal, konsep hidup yang saat ini semakin hari semakin parah bisa menimbulkan konflik hebat yang berkelanjutan, bahkan dari hal sepele sekali pun. Maka cara yang paling rasional adalah memahamkan umat akan pentingnya kebersatuan yang tidak berlandaskan ashobiah, tentunya bagi kita yang telah membaca jauh adalah berlandaskan keyakinan atas pemaknaan hidup yang telah dipecahkan, yang dalam aplikasinya mampu menembus bahkan meloncati jauh batas-batas semu 'ashobiah'. Lewat keyakinan mendasar pula kita dituntut untuk bersatu, menjadi umat yang satu, tanpa membedakan warna kulit, bangsa, ras, atau pun sentimen nasionalisme. Tentu lewat semua ini Khilafah, sebagai pemersatu umat adalah di samping kewajiban juga menjadi keperluan bagi kita dalam menyelesaikan konflik. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 118
Maka wahai generasi muda, apa kabar? Bukankah hidup tidak menyediakan ruang untuk para penakut? Bukankah pepatah hidup mengajarkan bahwa mati di medan perang jauh lebih mulia dibanding menikmati hidup dalam kegelapan? Bukankah berperang dalam tataran Ideologi yang terkonsep menyelinap sanubari adalah kewajiban?
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 119
Dominasi Ideologi di Indonesia
S
alah satu aspek dari dunia yang telah mengalami masa revolusi informasi atau bisa dikatakan tatanan dunia pasca-modern yang elektronis dan teknologis ini adalah penguatan stereotif-stereotif yang dijadikan alat untuk menghakimi negara sasaran ekspansi, pelepasan nafsu negara imperialis untuk menjarah. Internet, televisi, film-film, dan semua sumber media baik koran elektronik, maupun koran cetak telah memaksa para penyajinya untuk berjamaah menyamakan konsep, dalam istilah Said:1978 adalah ‘semua sumber media telah memaksa informasi untuk mengambil pola yang makin lama-makin lama-makin terstandarisir’.
Soal pola yang terstandarisir ini, Adian Husaini pernah menyampaikannya secara gamblang bahwa opini publik, menurut Clyde L. King, pakar publisistik pada Universitas Pensylvania, adalah penilaian social ( social judgement) mengenai suatu masalah. Opini publik bukanlah kata sepakat dari orang-orang publik. Opini publik dapat merupakan mayoritas pendapat, tapi bukan mayoritas pendapat yang dapat dihitung secara numeric menurut jumlah. Jadi tidak bisa dikatakan kebenaran absolute ketika media berkoar bahwa Indonesia ini adalah negara yang sedang menuju proses berdikari, yang padahal komposisi masyarakat dan para Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 120
intelektual sebagian besar berpendapat sebaliknya, semisal dalam kisaran 55% yang tidak tersorot t ersorot media, akan tetap kalah dan tersembunyikan. Karena itu, opini publik bukalah suatu numerical majority, melainkan effective majority. Lebih jauhnya, Adian mengutip Lippman dalam bukunya, The Phantom Public, menyebut opini publik sebagai “hantu” yang suatu ketika dapat muncul tanpa diduga dan menghilang tanpa bekas. Berangkat dari ini Husain Matla dalam sebuah kolom di dakwahmedia.com tertanggal 27 agustus 2014 pernah bertanya secara argumentatif soal isu kemerdekaan yang santer menjadi opini publik. “Coba kita cermati, apakah Indonesia sekarang itu masih sebuah negara? apakah masih berbentuk kesatuan? apakah re-publik? dan apakah di tanah indah yang dikenal sebagai Nusantara ini masih ada kedaulatan dan kesatuan kehendak? adakah yang namanya politik luar negeri Indonesia, politik dalam negeri Indonesia, kebijakan pangan Indonesia Kayaknya semua orang akan menjawab seperti iklan sebuah partai biru tentang korupsi: TIDAAAKKK !!!”
Sebuah pertanyaan yang sederhana namun telah kehilangan argumen dari setiap anak bangsa untuk menjawab sebaliknya. Matla juga dengan nakalnya mendefinisikan kekinian bangsa ini dengan kalimat satire yang jujur dan bersahaja. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 121
“De facto: NKRI telah tiada. Yang ada hanyalah sebuah perkumpulan 400-an kabupaten dan kota, di bawah arisan kekuasaan kerajaan-kerajaan yang bernama partai politik, di dalam kendali penuh para konglomerat internasional. Dan Indonesia hanya men jadi sebuah tempat…, tempat adu kekuatan penjajahan puluhan korporasi besar, sebagaimana dulu menjadi tempat adu kekuatan penjajahan beberapa negara Eropa”
Maka ketika semua ini menjadi sangat jelas, kejujuran saya dalam memandang Indonesia masihlah cocok menggunakan kemasan dispesia, yaitu penggambaran nasib Indonesia ke depan dengan penggambaran begitu menyeramkan. Saya punya cerita menarik ketika sudut pandang saya seperti itu diketahui oleh beberapa kawan. Sudah banyak yang silih berganti masuk kost, duduk bareng, dan mengobrol panjang lebar, kemudian menasihati bahwa kita tidak boleh pesimis terhadap negeri ini, harus tertanam jiwa optimis, karena tanpa itu semua kita tak bisa bangkit dari keterpurukan. Tapi apa? Lepas semua ritual menggurui itu, mereka keluar kost dengan perasaan dan raut muka yang biasa, kemudian kembali masuk dalam rutinitas yang ter-plot dan memabukkan; mereka sibuk dengan game, nonton, pacaran, hangout sambil genjreng-genjreng main gitar dan tawa lebar yang bergumul diselimuti kartu remi di meja kafe. Bahkan saya masih sangat hafal basa-basi penolakan undangan untuk diajak dialog mengenai kebijakan yang bergulir setiap saat yang melintas di depan mata mereka. Saya Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 122
masih ingat betul beberapakali undangan mengenai kritik terhadap rancangan APBN, kenaikan BBM, TDL, dan LPG tidak pernah mendapat respon hingga kini. Jadi sudah jelas, bahwa pertaruhan nasib Indonesia tidak bisa dilakoni dengan hanya kepura-puraan argumen, menjelaskan kebohongan dengan balutan data yang memukau. Padahal dalam kurun waktu yang tak lama, lewat tangan merekalah rakyat telah dididik untuk terlalu curiga dengan pelacuran kata yang terselubung. Saya sampaikan lagi; sudah lama rakyat tahu bahwa kata-kata indah yang menukik itu hanya milik Romeo dan Kahlil, sedikit juga di warisi Majnun. Situasi dan kondisi kekinian Indonesia yang harus dilalui dengan pengkajian mendasar lewat pembacaan ideologis kiranya membutuhkan waktu dan tenaga. Dan saya hanya bisa memaparkan secara skematis saja, itu pun dengan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki. Siapapun yang pernah tinggal di Indonesia dan mengenyam pendidikan politik lewat pembacaan ideologis akan sampai pada kesimpulan kekeliruan bangsa Indonesia yang terlampau jauh. Ya, apabila dikatakan bahwa seseorang yang besar adalah ia yang mampu mengakui dan menerima kesalahannya, maka bukankah sebuah bangsa yang besar seharusnya adalah juga sebuah bangsa yang mampu mengakui dan menerima kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya di masa lalu? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 123
Kesalahan terbesar yang dilakukan bangsa ini adalah terlalu banyak kompromi, mengadopsi pemikiran-pemikiran yang terlahir dari barat yang lahir dari situasi pemaknaan hidup yang berbeda, kemudian melakukan coba-coba untuk diterapkan. Ketika satu teori dirasa gagal maka presiden lewat jubirnya akan mencoba lagi teori lain yang sudah dipastikan gagal pula, karena saat ini semua teori yang diadopsi adalah teori yang lahir dari ideologi Kapitalisme yang padahal saat ini tengah collaps dan hampir runtuh. Jika kita mau untuk kembali kembali membuka fragmen sejarah, sejarah menyatakan bahwa Indonesia, negeri yang terlintas pada garis katulistiwa dengan memiliki 13.466 pulau ini, lahir dari dorongan AS lewat tentara sekutunya dan Uni Soviet untuk melakukan revolusi melawan Belanda dan Jepang. Kita hilangkan sejenak aksi heroik yang diputar menjadi opini publik mengenai pahlawan Indonesia, semacam Soekarno, Syahrir, Hatta, dan yang lainnya. Kita sedikit beranjak meninggalkan subjek sejarah dan meletakan pembacaan ini dari kacamata skema konsepsi politik internasional yang lebih netral dan ilmiah. Singkat waktu ketika uluran kesempatan itu dimanfaatkan, Indonesia melancarkan revolusi yang sengit dengan dukungan Uni Soviet dan AS, meski sejatinya kedua negara besar ini saling bertentangan. Pada akhirnya Indonesia berhasil juga mengalahkan Belanda secara militer dan mengajukan permasalahan ini ke PBB. Indonesia lalu Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 124
mendapat dukungan dari AS, dan PBB pun kemudian memutuskan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian Belanda keluar dari Indonesia dan tidak memiliki jajahan lagi, kecuali Irian Barat. Namun Indonesia segera saja berupaya merebut Irian Barat dengan dukungan AS. Dan AS terus berada di balik Indonesia hingga Indonesia berhasil mengusir Belanda dari Irian Barat bahkan sampai saat ini. Adapun mengapa bisa perseturuan dua ideologi yang bertentangan, antara blok barat dengan Kapitalismenya dan blok timur dengan Sosialismenya bisa bekerja sama dalam memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk merdeka, itu bahasan lain. Yang pasti kita bisa lihat dalam arsip nasional berupa cuplikan pidato keberpihakan Soekarno lebih kepada Sosialisme dan sangat membenci barat dengan Kapitalismenya. Dengan gagasan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) yang diulang-ulang, seakan Soekarno ingin menjelaskan pada kita bahwa bagaimanapun kita mendeklarasikan gerakan non blok, toh pada dasarnya kita tak bisa berdikari soal hegemoni Ideologi dunia. Kapitaliskah, atau Sosialiskah? Memang tak bisa dibantah, bangsa ini dari dulu hingga sekarang adalah wilayah yang direcoki oleh banyak kubu. Dahulu saja pada abad ke 7 Indonesia menjadi wilayah perdagangan yang strategis, berbagai budaya, pemikiran, dan penjajahan mulai masuk. VOC yang datang membawa misi, diikuti portugis, belanda, dan jepang yang juga pernah Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 125
merongrong. Hingga sampai saat ini pun Indonesia adalah lahan strategis untuk tetap direcoki, meski dengan bentuk yang lebih rupawan dan halus karena dipoles masker bernama makar imperialisme. Dari seting seperti ini wajarlah bahwa bangsa Indonesia belum masuk pada tahap Negara yang berdikari, baik dari segi konsep, kepemilikan sumber daya, apalagi pemberdayaan manusiaanya. Indonesia adalah sebuah negeri yang menghimpun beberapa ide dari para pelancong yang menawarkannya. Dominasi IMF juga masih terasa dalam disetiap sendi-sendi anggaran belanja Negara hingga saat ini. Dari pembacaan yang singkat tadi, maka ada pemakluman yang besar bahwa pola hidup dari masyarakat yang terecoki akan menghasilkan kebingungan. Bahkan bukan hanya masyarakat biasa, Istilah Intelectual confuse juga menjangkit dikalangan kaum terpelajar. Sudah sepatutnya jangan bertanya lagi tentang kondisi masyarakat bingung. Inilah saat-saat terbaik untuk bermuhasabah membaca diri lewat rekam jejak sejarah yang tak kunjung berpihak pada kesejahteraan. Inilah saat-saat tepat saat semua menjadi kacau, saat kondisi masyarakat sangat frustrasi, kemudian menimbulkan efek domain dari dadu yang telah digulirkan; saat yang hebat pura-pura jadi keparat, tak t ak sedikit yang bodoh berkamuflase untuk diakui kompeten. Jangan heran, inilah dunia pewayangan, penuh mitos, distori, dan banyak fantasi. Mau apa kita? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 126
Diam dulu, Tariklah nafas, belajarlah, dan mari REVOLUSI. Yang terbaik dalam mengubah nasib bangsa adalah sadar akan kesalahan, dan sibuk untuk belajar, giat dalam beramal atas landasan bahwa kita semua tak bisa hidup tanpa adanya dzat yang maha menciptakan. Dari membaca dominasi Ideologi ini maka perubahan adalah suatu keniscayaan. Kita tidak perlu bergerak penuh ketakutan untuk menciptakan sebuah perubahan. Saya akan menutup dengan sebuah sajak dari Pepei Dwipanga yang ditulis pada tanggal 16 agustus 2014 di laman facebooknya, Saya menduga kuat, Pada masanya, Sebagian manusia di dalamnya berkata: Persia Harga Mati... Umayyah Harga Mati... Abbasiyah Harga Mati... Mongolia Harga Mati... Romawi Harga Mati... Ustmaniyah Harga Mati.. Sriwijaya Harga Mati...
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 127
Singosari Harga Mati... Majapahit Harga Mati... Demak Harga Mati... Hindia Belanda Harga Mati... Indonesia Harga Mati... Hingga pada kenyataannya, Semua itu telah Mati, Hancur bersisa Sejarah semata, Dan ini biasa dalam Peradaban Bumi.... *Ini bukan tentang Materialisme Historis
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 128
Berkenalan Dengan Musuh dan Makar
S
emakin canggihnya bentuk penjajahan membuat kita kesulitan mengklasifikasikan mana kawan dan mana lawan. Penggolongan musuh dan makar saat ini terselimuti oleh aliran kebatinan dengan gagasan fiantropi. Yaitu aliran cinta damai semu yang mulai kentara sejak beberapa dekade silam Unesco menyerukan agar dalam mempempelajari sejarah hendaknya dihilangkan rasa benci dan permusuhan. Saya hanya mencoba menyerukan bahwa kita tak boleh percaya dengan omong kosong itu semua. Maksud saya bahwa kita dengan keluguan sementara yang kita punya dalam memahami fakta, tidak boleh lepas dari pemaknaan kehidupan yang sebelumnya telah panjang lebar kita bahas. Ini tak lain supaya kita lebih hati-hati terhadap makar. Memang kenyataan saat ini masyarakat sudah terlalu benci dan merasa jijik dengan perang dan permusuhan. Kita telah banyak mengamati beberapa LSM, ormas, dan kelompok-kelompok telah medeklarasikan visi bersama untuk perdamaian dunia, berupa cinta, kerja harmonis, dan kasih sayang. Ini terlahir dari apa yang dimimpikan masyarakat. Di Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 129
saat angka kriminalitas sedang melambung di awang-awang, mulai dari penculikan, pemerkosaan, penjambretan, mutilasi, korupsi, sampai pada ‘yang katanya’ kebiadaban kemanusiaan bar-bar timur tengah yang selalu televisi doktrinkan, maka adanya tawaran itu begitu memancing perasaan masyarakat akan perdamaian, ketenangan, cinta, kasih sayang yang saban hari mereka impikan, ya, katanya supaya otak tidak setres. Ini belum seberapa, kita bisa lebih dikejutkan dengan konsep mereka dalam menjalani misi pergerakan. Jika kebanyakan teori shohih menyatakan bahwa dalam sebuah perkumpulan yang baik haruslah memiliki fikrah (pemikiran) dan thariqah (jalan), maka mereka akan cepat menyatakan diri: “kami tidak perlu pemikiran-pemikiran, pemikiran-pemikiran, strategi-strategi dan banyak bualan tentang cara-cara yang baku dalam menjalani hidup ini. Hanya cinta, cintalah yang bakal membangun sebuah peradaban indah”. Gila! Saya seakan sedang masuk dalam skenario sutradara bolywood. Sejak drama HAM menjadi lebih indah dari drama korea, sejak Liga Bangsa-Bangsa terlihat sebagai komunitas penuh cinta melebihi pesona Cleopatra, sejak itulah muncul banyak kegilaan. Dunia akan tetap sama dalam penderitaan selama mitos cinta dan Keluarga Internasional masih ada, selama negara-negara adidaya masih terus berkompetisi dan mencengkram dunia, dan selama imperialisme masih ada, meskipun bentuk-bentuk dan caranya berubah-ubah. Inilah fakta. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 130
Kita memohon bersama pada Allah agar apa yang kita pahami tidak termasuk perbuatan sia-sia dan buruk yang dianggap baik dan shohih. Di sini saya hanya menyandarkan pada analisis-analisis yang bolehlah dikata dagelan dan konyol tentang kecemasan-kecemasan yang tapi sangat masuk akal. Ketakutan demi ketakutan yang muncul dalam benak saya akhir-akhir ini adalah tentang perdamaian itu sendiri, tentang propaganda cinta kasih yang ditakutkan palsu dan menghina. Saya melihat kok fokus yang terlampau positif ini telah berputar pada satu putaran cepat yang tak terkontrol berupa inquisisi fakta dan pemakzulan terhadap penjajah. Maksud saya seperti di awal telah dikatakan bahwa penempatan fokus yang terlalu terlalu positif ini adalah perasaan tanpa curiga di setiap komponen masyarakat, terhadap negara-negara yang mengusung ideologi tertentu. Yang karena pembiaran ini para bandit merasa puas tertawa karena setiap tahun statistik hasil penjarahannya meningkat tajam. Pada kenyataan saat ini, kita mendengar banyak berseliweran opini sendu tentang kelirihan atas nama tuhan padahal adalah ketakutan terancam dan kepasrahan yang menyalahi takdir. Saya telah menemukan banyak opini bahwa makar dan musuh biarlah Allah semata yang tahu dan membalasnya, tanpa sedikit pun tergerak hati untuk membesarkan bola mata melihat kedzaliman yang nampak. Maka kiranya perlu bagi kita untuk membagi mana koridor keyakinan dan mana koridor amal sholeh. Dalam memahami makar, memanglah suatu kepastian bahwa yang bermakar Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 131
terhadap Allah, Allah sendiri yang akan membalasnya. Namun dalam koridor pencegahan supaya penistaan terhadap nilai kemanusiaan tidak terjadi, kita dituntut pula untuk beramal sholeh yang tentunya harus nyambung dengan topik masalah. Persis seperti pemahaman kita terhadap rezeki. Dalam hal keyakinan bahwa rezeki itu datang dari Allah adalah wajib kita yakini, namun untuk mendatangkan rizki itu kita dituntut beramal soleh yang nyambung berupa mencari nafkah yang halal. Maka demikian pula dalam melihat musuh dan makar, kita tidak bisa hanya meyakini dengan pasrah bahwa makar manusia akan dibalas oleh makar Allah yang lebih pedih, dengan menafikan dan pura-pura tidak melihat kedzaliman yang padahal peta konsepsi politik internasional telah ada di depan kita untuk kita baca sebagai ladang amal soleh yang harus kita garap. Berangkat dari pemahaman ini, saya punya cerita menarik. Semester tiga yang lalu saya mengadakan dialog yang dihadiri beberapa gelintir mahasiswa saja. Ini dilangsungkan untuk memperingati hari kebangkitan nasional yang katanya peran pemuda sangat vital pada masa itu. Kita telah melangsungkan pembicaraan panjang dalam membahas peran pemuda dan membenturkannya dengan realitas kekinian. Hantaman-hantaman kalimat menyakitkan yang saya rasakan adalah kebisuan mahasiswa kini. Dan saya sebagai salah satu peserta diskusi kemudian ikut andil berbicara dalam forum bahwa kita sebagai mahasiswa haruslah menata ulang kembali jalan yang ditempuh para Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 132
pendahulu berupa revolusi yang harus digulirkan ulang. Tibatiba salah satu peserta diskusi yang telat datang menimpal dengan tergesa. Ia menyatakan bahwa yang pertama harus kita kaji adalah siapa musuh kita. Pada masa lalu musuh kita semua sangat jelas, yaitu rejim tiran yang menyengsarakan, sedang saat ini?. Kemudian menutup pembicaraan dengan kalimat yang sebelumnya tak saya duga. Kurang lebih isinya “jangan asal revolusi, tentukan musuh dulu!”. Kemudian lepas itu ia pergi meninggalkan diskusi. Ada perasaan sayang, dan juga sedikit dongkol. Bukan terhadap peserta misterius dalam diskusi, namun terhadap jawaban yang belum terlontarkan yang mengganjal nanggung. Ini benar terjadi. Dari sinilah saya tergerak untuk menulis berupa penjelasan akan musuh yang sedikit sulit terdefinisi. Bahwa karena kecanggihan penjajahan membuat kita harus memakai kacamata yang lebih canggih pula. Ada banyak fenomena yang harus kita waspadai semodel kewaspadaan penjajahan yang dipahami sebagai demokrasi, ataupun eksploitasi yang dimaknai pembangunan. Dari fenomena yang harus kita waspadai ini saya melihat bahwa hulu ledaknya terletak pada ideologi yang menggerakkan aktifitas nista tersebut. Bahwa dengan makar yang cantik negara yang mengemban ideologi kapitalisme telah menebarkan benih kedamaian semu dan menghilangkan kecemasan saat barang sendiri dijarah bandit. Bahwa dengan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 133
makar yang tersembunyi Negara yang mengemban ideologi sosialis telah memberikan sinyal perang gerilya terhadap Kapitalis. Bahwa dengan tidak ada Negara yang mengemban ideologi Islam semakin membuat pedih luka yang diderita para pengembannya. Kita telah lama melupakan bahwa Negara yang mengemban ideologi kapitalisme sejatinya mengancam keberlangsungan kita, kita telah lupa bahwa sosialisme selalu menghantui dalam geraknya, kita telah lupa bahwa kualifikasi negara yang memegang ideologi dan yang tidak mengembannya itu sangat berbeda. Dan kita terlalu peduli mendengarkan suara-suara sumbing: Apa yang dapat kita lakuakan dari dominasi negara adidaya, sedang kita ini lemah tak berdaya? Setidaknya saya berpendapat bahwa radikal itu diperlukan. Bahwa jika ada yang menempeleng muka, minimal jagalah rasa benci kita yang suci. Ceritakanlah kepada keluarga, teman, dosen, professor, tokoh masyarakat, pemuka agama, bila perlu ceritakan pula pada tentara, densus, wakil rakyat, hingga presiden. Tentang landasan kebencian kita, tentang begitu bisa terbacanya musuh kita, tentang konsep yang kita tawarkan. Sekarang ini kapitalisme menginjak kita dengan manipulasi demokrasinya yang dalam kalimat Emha adalah manipulasi lewat sihiran kata-kata, gambar, warna, dan bunyi, ditelan oleh oleh egosentrisme dan kesepihakan, dipenjara Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 134
oleh ketidakmengertian, yang akhirnya dikonsumsi dan diyakini sebagai kebenaran. Sedangkan hari ini di sekolah negeri ini para pengajar mengajarkan pada anak-anak bangsa yang lugu lagi suci tentang kebesaran peradaban mereka yang agung, ide-ide mereka yang cerdas, idealismenya yang tinggi, atau pun ketentraman yang indah, padahal itu semua kebohongan total. Kemudian banyak di antara generasi kita kagum pada bandit yang telah menjarah itu, tergila-gila oleh hiburan vulgar yang dihasilkan, musik-musik yang dibuat, dan ketololan tayangan berita yang mengkhawatirkan. Ya, setidaknya setidaknya kita harus harus memelihara rasa benci yang suci, menjaganya tumbuh untuk dimiliki setiap anak bangsa. meski tuduhan radikal, fundamentalisme, dan teroris dituduhkan secara jelas pada kita. Yang kita sendiri kadang tidak pernah mengerti dengan definisi tuduhan yang mereka tujukan pada kita itu. Soal prinsip persaudaraan kemanusiaan, sesungguhnya ideologi Islam telah mengenal 14 abad lebih lama dari dari PBB. Ideologi Islam telah lama mengamalkannya baik pada para pengembannya maupun pada orang yang tidak mengembannya. Namun ideologi Islam telah mengajarkan kepada manusia bahwa kita mempunyai kewaiban untuk memerangi orang yang melakukan agresi terhadap kita. Kita jangan mempercayainya terlebih ter lebih melakukan kenistaan berupa syahdunya senggama bersama musuh. Seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an: Al-Qur’an: Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 135
“Allah hanya melarang kamu untuk bersahabat dengan orang-orang orang -orang memerangi kamu dalam agama, dan mengusir kamu dari kampung halaman kamu, dan orang-orang yang membantu mengusir kamu itu. Barangsiapa yang berteman dengan mereka, maka mereka ini adalah orang yang aniyaya.”
(Q.S. Al-Mumtahanah: 9) Musuh kita telah jelas, dan bisa kita baca seberapa banyak negara yang mengemban ideologi kapitalisme dan sosialisme. Inilah yang harus kita ingat setiap hari bahwa musuh kita telah jelas dan lugas.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 136
Bagian IV
MERENCANAKAN REVOLUSI
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 137
Percikan Api Itu Telah Ada
Senin, 25 Agustus 2014, Pukul 22.01 WIB saya dapat sms dari adik angkatan, “Mas, di rumah lagi ribut. Masalah ISIS dan ana kebawa2, kebawa2, untuk syabab di daerah ana kena semua”
Spontan saya langsung menelpon, suara parau dia cukup membuat saya sangat tertekan, dia bertutur bahwa pukul 03.00 dini hari dijemput dari kost oleh ayahnya, kepala desa, tokoh masyarakat untuk diklarifikasi Interpol. “Semua syabab pemalang kena” ujarnya terbata-bata dan sangat lirih di telepon. Seketika air mata yang ditahan-tahan malah membuat pikiran panas. Kali ini begitu se-sensitif inikah bicara Islam? Saya mengingat-ngingat bagai mana anak ini tingkah lakunya, perangainya, keinginannya. Adakah keterkaitan dengan ISIS dan semacamnya? Atau Al-Qaeda? Teroris? Jauh panggang dari api, saya kehabisan akal untuk mengait-ngaitkannya. Tapi mengapa tiba-tiba ia diciduk? Yang paling menyakitkan adalah sesudahnya bahwa ia dipaksa membuat surat pernyataan untuk tidak melanjutkan kuliahnya dengan alasan dalam masa pengawasan. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 138
Di tempat yang lain ada pedagang es, tukang becak, dan pemuda, yang mengalami hal serupa. Mereka diciduk tanpa alasan yang jelas, kemudian dibebaskan tanpa ucapan apapun dengan beban moral yang sudah tercedrai. Mereka kebingungan dengan kesalahan apa yang telah dilakukannya. Media menyorotnya, melambungkannya, menyimpan dalam kolom di headline news, sehingga ketakutan demi ketakutan yang diciptakan memberikan penegasan bahwa inilah saatsaat kita tak boleh bicara ideologi Islam. Inilah saat di mana kita tidak boleh bermimpi menjalankan kewajiban dalam beragama secara utuh, Inilah saat-saat kita bungkam, diam, dan cemas saja melihat penangkapan demi penangkapan yang tak jelas alasannya. Di tengah kelelahan mengurai kesemrawutan ini, masih ada juga dikalangan manusia yang tidak jujur dalam berbicara, yang tidak mau membaca berita, yang nyaman dengan ketidakmengertian fakta, kemudian melacur pada media yang tak mereka pahami tujuan-tujuannya. Dengan kebodohannya itu lalu mengolok-ngolok dan berkata: Benarlah apa yang dilakukan densus, terorisme harus dimusnahkan, Islam tidak mengajarkan radikalisme. radikalisme. Terorisme semodel apakah yang dimaksud?, hingga anak lugu pun dianggap teroris?, hingga Al-Quran pun dijadikan barang bukti?, hingga masyarakat yang tak mengeri apa-apa dibiarkan terhipnotis menganggap keyakinan yang sedang mereka anut adalah kesalahan?, hingga masjid-masjid Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 139
menjadi kosong?, hingga telunjuk yang diacungkan di acungkan saat sholat menjadi gamang untuk tegak?, hingga muncul kecemasan yang mendalam?, hingga pada akhirnya saya berkesimpulan tak terhinggalah kesintingan ini. Sedangkan Noam Chomsky saat ini sudah menjadi ibarat nabi bagi orang-orang kiri. Pergerakannya yang terus menghantam Kapitalisme dengan teratur sudah melahirkan anak didiknya masuk di roda pemerintahan. Sosialisme tercium dan ia baik-baik saja. Di lain kubu Obama selalu bersiap dengan penggenjotan opini yang lebih masif, warisan dari Bush tentang tentang konsep “war on terror” nya sambil sesekali engkang kaki mencomoti kekayaan alam di negara jajahannya. Demikianlah kesintingan ada di mana-mana. Kalau seandainya ideologi Islam tidak mempunyai suatu kekuatan yang tersembunyi, yang sebenarnya mampu membereskannya, maka Islam tidak akan tumbuh kembali. Tetapi saat ini kita masih hidup. Saat ini para pengembang ideologi ini masih bisa bicara. Kita tidak buta dan tidak tuli bahwa pasang surut Islam itu mulai nampak ke permukaan. Halangan-halangan yang digembor-gemborkan imperialis barat dan invasi yang mulai dimunculkan bangsa Simpanse memang telah sekuat tenaga mencoba menahannya. Lalu kedepan apa yang akan terjadi? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 140
Jawabannya catatannya:
sudah
diwakili
Quthb
dalah
salah
satu
Pasang itu akan terus naik. Bendungan-bendungan itu akan jebol. Para Simpanse akan dihanyutkan ombak dan gelombang. Di waktu itulah Islam akan sempurna. Bendera Islam akan berkibar tinggi. Islam yang benar.Islam yang mengatur seluruh kehidupan.
Ya, Percikan ini hanyalah akan membuat para pengemban Ideologi ini bersemangat.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 141
Pergerakan Tanpa Bayaran
M
enungulang pendapat Antonio Gramsci dalam membagi secara analitis perbedaan kelas masyarakat, antara masyarakat sipil dan politis, di mana masyarakat sipil terbentuk dari afilasi-afilasi sukarela yang lebih bersifat rasional dan tidak memaksa, seperti keluarga, sekolah, dan kumpulan-kumpulan lain; sedangkan masyarakat politis terbentuk dari pranata-pranata institusi yang peranannya adalah dominasi langsung (teori hegemoni budaya) sangatlah berguna bagi saya. Yang kemudian harus kita pahami adalah bagaimana meletakkan kita sebagai masyarakat politis yang tahu medan dan punya resistensi untuk tak mudah dibodohi. Adalah sesungguhnya masyarakat politis lahir dari pemahaman ideologi yang matang dan tidak semata-mata lahir dari pemikiran yang mengikuti alur, yang membebek dan membabibuta seperti taklidnya fans pada idola.
Ada dua alasan mengapa revolusi itu menjadi penting bagi mahasiswa. Pertama, sesungguhnya rakyat sebagai masyarakat sipil tidak tahu menahu tentang segala macam kerusakan yang terjadi, rakyat tidak pernah peduli dengan kata fiskal, faktual, fluktuasi atau pun kapital, kapitalis, dan kapitalisme. Mereka hanya hidup untuk ketenangan dan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 142
kecukupan makan setiap harinya, jika tidak bisa membeli, pilhannya adalah pinjam uang atau kredit barang. Sementara penjagal dengan tidak sepengetahuannya selalu mengacungkan arit dan parang di lehernya. Pun media masa, mereka hanya memberitakan sepersekian persen fakta yang ada, itu sudah ditambahi dengan kelacuran mereka dengan para penguasa dan pemilik modal. Kedua, dari ketiadaan masyarakat politis dari ideologi Islam, maka yang paling berpeluang besar adalah generasi muda. Alasannya (1) dimensi umur, di mana usia mahasiswa adalah usia produktif yang tak akan terlalu merasa lelah dan encok ketika banyak beraktifitas, (2) dimensi structural, yang mana mahasiswa masih berkemungkinan terhadap independensi dan idealism yang tinggi untuk memegang ideologi, (3) dimensi intelektual, yang mana mahasiswa selalu identik dengan sebutan kaum terpelajar/intelektual. Maka tampuk revolusi seluruhnya adalah milik kita, milik para pemuda yang menggunakan seluruh akal dan kepekaannya terhadap realitas yang ada. Sebuah tanggung jawab yang harus diemban diemban penuh. Penting untuk mendeklarasikan bahwa kita tidak sedang khawatir dengan nasib perut kita, kita tidak sedang berambisi untuk duduk memerintah dan menguasai, kita tidak sedang mencari muka untuk popular. Tapi ini sematamata adalah konsekuensi logis dari keyakinan untuk memuliakan manusia dan mengajaknya memegang ideologi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 143
Islam sebagai totalitas pijakan. Ini semua akan bermuara pada kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang pantas bagi suatu umat yang telah difirmankan Allah lewat alqur’an yang mulia: ”Kamu adalah umat yang terbaik, yang dilahirkan Allah untuk seluruh manusia…”
(Q.S.Ali Imran:110) Wahai para mahasiswa, Orang-orang di segala tempat bertanya tentang apa yang sedang kita teriakkan dan tak hentinya kita perbincangkan ini, tentang konsep politik kita, tentang kecenderungan kita. Banyak yang mencerca, tapi saat ini lebih banyak yang menyambut dengan sambutan hangat. Ketahuilah, bahwa sekarang ini seluruh pandangan masyarakat sedang melabuhkan harapan besar pada kita, disaat oprengan lawas media telah banyak berdusta. Kitalah yang diharapkan rakyat sebagai satu-satunya generasi yang sangat peduli dengan agamanya, dengan bangsanya, dan dengan apa-apa yang menyangkut permasalahan sosial yang menyebabkan kondisi sekarang kian mengenaskan. Kejelian menganalisis kondisi faktual, kejelian merumuskan kondisi ideal adalah aktifitas yang harus kita geluti tanpa bayaran. Kita tak perlu muluk-muluk bicara angan yang sempit tentang kecemasan kesejahteraan diri, yang sedang kita lakukan adalah memberikan kesejahteraan pada manusia, alam semesta, dan kehidupan itu sendiri. Kita harus bisa menjelaskan kondisi faktual berupa krisis multidimensial; ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan, korupsi, dll, adalah Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 144
buah dari sistem kehidupan kapitalisme-sekulerisme yang menimbulkan pola hidup masyarakat kacau dan frustrasi dengan jelas dan gamblang tanpa bayaran. Kita harus bisa menghimpun dua ratus tujuh puluh juta warga Indonesia untuk bersedia menerima ideologi Islam sebagai satu-satunya pilihan terakhir, juga tanpa bayaran. Maka semua hal yang kecil begitu pun hal yang besar yang kita lakukan sebenarnya diperhatikan semua orang. Kita tidak hidup untuk diri kita sendiri, tidak hanya hidup untuk tanah air kita, tanah air yang kecil yaitu Indonesia ini. Sekarang ini kita hidup di suatu alam yang tehampar luas sekali, yang dalam sejarahnya yang silam adalah negara adidaya yang menguasai 2/3 dunia, yaitu dunia Islam. Kita tidak dibayar. Masa depan itu adalah milik kita semua, milik Islam!, dalam pertempuran yang menentukan apa yang akan terjadi. Pertarungan pembebasan yang agung yang kita lakukan untuk diterapkannya ideologi Islam di seluruh penjuru dunia. Pertarungan yang sebagiannya sudah dilakukan di Suriah, Libanon, Bangladesh, Malaysia dan di banyak tempat di atas bumi ini. Perjuangan menentang para penjajah dengan segala bentuk dan manifestasinya, baik ia datang dalam bentuk tank baja, senapan, nuklir dan meriam, maupun dalam bentuk persetujuan dan perjanjian atau dalam bentuk perkumpulan dan kelompok-kelompok. Tapi ingatlah, kita tidak akan pernah untuk ikut andil untuk gambling di meja judi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 145
demokrasi yang dijadikan alat kaum kapitalis untuk merampok, dan demokrasi sesungguhnya tidak memiliki nilai jelas tentang kebenaran. Meskipun saat ini kita sangat susah membedakan mana teroris, mana pahlawan, mana penjagal, dan mana pejuang, namun bukankah kita telah lama tahu bahwa dulu pahlawan kemerdekaan adalah para pemberontak sejati bagi portugis, belanda, dan jepang? Bukakah kita tahu t ahu bahwa para pahlawan dulu adalah para teroris radikal yang fanatik dengan kemerdekaan dari penjajahan? Maka gelar untuk saat ini tidak perlu ditakutkan. Tidak perlu dipikirkan dan tidak penting. Suriah dan beberapa negara lain sekarang ini sedang bertempur pada batas suatu perjuangan yang menentukan dan telah pasti akan kita menangkan di masa depan. Kita tentu sudah hafal bahwa Amerika tidak sendirian dalam mencegat dan menghambat arus besar revolusi Islam. Di belakang mereka sesungguhnya terdapat kekuatan yang lebih besar, kekuatan negara-negara kapitalis, termasuk neo imperialisme yang tidak tampak jelas batang hidungnya di hadapan kita ini. Mereka bersekutu dan menyokong satu sama lain dalam menghambat revolusi ini. Para penjajah barat ini menyelundup ke dalam masyarakat dalam bentuk perkumpulan, lembaga-lembaga LSM yang dibiayai secara besar-besaran. Mereka juga memamerkan diri secara besarbesaran dan sudah tentu mereka tidak akan peduli jika ada yang bertanya dari mana datangnya kucuran dana yang sedemikian besar itu; dari perampokan atau rizki yang halal? Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 146
Wahai para mahasiswa! Sekali lagi kewajiban kita dalam perjuangan ini tidak bertepuk tangan hanya untuk Indonesia, namun dari tanah air inilah kita bisa memulai. Bukan hanya teriakkan dalam mengutuk Amerika dan Israel. Bukan! Bukan itu kewajiban kita. Kewajiban kita semua lebih besar dari itu semua. Kewajiban kita jauh melampaui batasbatas yang digariskan. Kita dan kalian harus merobek seluruh kepalsuan dan kebohongan ini. LSM dan lembaga-lembaga lacur harus kita bongkar habis-habisan yang bekerja untuk kepentingan para kaum kaum kapitalis yang dibiayai dibiayai dengan dana dana yang sangat besar sekali, dan mereka bekerja tanpa rasa segan dan malu. Kita harus mulai belajar menggali informasi sebanyak-banyaknya, mulai membentuk poros-poros kekuatan, bersatu untuk menyamakan persepsi dan melepas belenggu kesukuan dan kefanatikan sempit dari golongan mana kita berasal. Karena jika kita benturkan, tentunya asal kita dari Allah semata, Tuhan yang maha pengasih, yang dengan sifat ke-Maha-annya itu menciptakan kita lengkap dengan aturan untuk membuat kita supaya tetap baik. Kita melihat setiap harinya ratusan pemberitaan surat kabar cetak maupun online dikonsumsi di setiap tempat. Kita menyaksikan bagaimana berkicaunya televisi dalam mendiskriditkan Islam. Maka kewajiban kita sebagai mahasiswa yang di setiap kota jumlahnya ratusan ribu, disetiap kampus jumlahnya sangat banyak sekali, haruslah menjadi lidah penyampai ketegasan dan pembongkar makar dari segala macam bentuk penistaan dan penjajahan dengan Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 147
tidak dibayar, dengan menawarkan konsep yang jelas dan solusi yang pantas. Sekali lagi perlu diketahui kita tidak dibayar!. Kewajiban kita adalah untuk menjadi rival; lawan tanding yang sebanding dengan media masa sekuler yang dikonsumsi masyarakat sangat besar sekali. Kewajiban kita sebagai para pemuda yang berpendidikan, yang menggunakan akal adalah membentuk rapat-rapat agenda dan target, kajian-kajian analisis dan pemecahannya, dialogdialog yang lugas, yang kita bentuk di kampus-kampus, di tempat-tempat kita ada. Jangan kita kehilangan fokus, terbodohi oleh kalimat kerja nyata ketika pergerakan kita hanya bicara dan digelari “para pembual dan pembacot ulung”. Ya, saya melihat saat ini arus gerakan berpindah haluan. Dari yang semula mahasiswa murni berjuang untuk sebuah gagasan, lewat diskusi intelektual, menjadi pengawal dari berbagai kebijakan, dan sekuat-kuatnya menghimpun suatu gerakan besar, namun yang sekarang terjadi adalah menjamurnya gerakan mahasiswa yang berhaluan ke arah kegiatan amal, pembagian sembako, dan aksi tanggap bencana. Kita tidak sedang menghukumi benar atau tidaknya suatu perbuatan, tapi kita berbicara bagaimana menentukan skala prioritas untuk menentukan hal mana yang harus pertama kita ambil. Karena hal baik akan menjadi percuma ketika dilakukan pada saat yang tak tepat,dari sinilah skala prioritas menentukan berarti atau tidaknya sebuah tindakan. Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 148
Dewasa ini, banyak yang terjebak oleh usungan kata "kerja nyata" yang seolah telah berupaya menentramkan sesama tapi tak peduli pada pongkol masalah yang sebenarnya. Jika saya analogikan: ada suatu genangan air di ruang tamu dikarenakan atap yang bocor, ternyata, solusi yang diambil malah mengambil lap untuk menghilangkan genangan. Apa tindakan ini benar? Tentu bodoh dan kurang tepat! Solusi yang cemerlang adalah kita harus naik ke atas atap, tergopoh menaiki tangga, dan membenarkan genteng yang bolong. Secara otomatis ketika penyebab genangan telah ditiadakan maka genangan tidak akan terciptakan, dan bahkan bisa jadi genangan itu akan hilang dengan sendirinya. Ini pula yang terjadi dilingkungan mahasiswa. Banyak yang terjebak dalam tataran berpikir praktis, mereka disibukkan dengan kegiatan amal, mencoba meninggikan sisi perasaan dengan menghilangkan esensi manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal. Banyak dari kalangan kita sibuk mencari dana untuk menuntaskan kemiskinan yang padahal pihak yang memiskinkan tidak dihentikan. Bagi mereka kerja nyata lebih utama dibanding berdialog, berdiskusi, rembuk mencari solusi dan merumuskan kebaikan untuk negeri. Janganlah tertipu oleh arus gerakan mahasiswa amal yang hanya ingin lembut selembut coklat dalam genyaman. Maka jelaskanlah pada mereka, raihlah simpati mereka untuk bergabung bersama kita, dan lagi-lagi tanpa bayaran.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 149
Pergerakan tanpa bayaran adalah hal yang niscaya ada, ketika kita telah sadar akan pentingnya makna hidup. Lalu imbasnya kita akan menyaksikan bagaimana keadaan beberapa tahun ke depan bahwa masyarakat dan opini kita ini semakin melambung dan membesar.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 150
Strategi Membangun Poros Kekuatan
S
ebuah aktifitas yang mengarah pada perubahan tentunya harus matang. Tidak hanya berbekal semangat dan teriakan menggelora yang mudah luntur dan tak membekas. Kita tidak menginginkan sebuah pergerakan yang hanya bersifat kesungguhan semata tanpa memiliki suatu pola pakem yang tangguh. Karena jika melihat dari sisi historis pergerakan mahasiswa Indonesia banyak yang dulu bergerak hanya berbekal semangat berupa nilai-nilai kemanusiaan, kemudian setelah habis perbekalan itu mereka lelah, terhenti, dan akhirnya mati. Kemudian muncul lagi gerakan mahasiswa baru dengan semangat baru dan dengan orangorang baru. Berjalan dengan berbekal kesungguhan dan nilainilai kemanusian, lambat laun lelah, terhenti, dan akhirnya mati. Lingkaran kegagalan ini sangat wajar karena konsep lemah, kesadaran yang lemah, dan langkah-langkah yang lemah telah melandasinya sejak awal. Sejarah mencatat bahwa Boedi Oetomo lahir pada 5 oktober 1908, merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual. Kemudian bung hatta mendirikan perkumpulan yang kemudian dinamai Perhimpunan Indonesia pada tahun Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 151
1925. Sejarah terus berputar, berbagai macam pergerakan timbul tenggelam setelahnya. Pasca 1945 muncul PPMI, GMKI, PMKRI, GMNI, CGMNI, PMII, HMI, KAMMI, LMND dan yang lainnya. Hiruk pikuk pergerakan mahasiswa dengan tantangan yang dihadapi pada masanya memberikan pengertian bagi kita bahwa saat ini adalah masa-masa kritis menuju sekaratnya generasi muda ini. Kecemasan-kecemasan yang dulu dicetuskan Daoed Yusuf dengan kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 yang mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim, saat ini berevolusi lebih mengerikan lagi dengan adanya pembatasan masa kuliah menjadi 14 semester dan lagi menampar dengan munculnya kebijakan terbaru menjadi 10 semester. Sebenarnya tidak terlalu penting berbicara hambatan. Yang kemudian sangat penting adalah bagaimana merumuskan pola gerak untuk mendobrak kebekuan. Berbagai macam gerakan mahasiswa yang menginginkan perubahan ini, jika dibawa pada analisis Taqiyuddin dalam bukunya Pembentukan Partai Politik Islam adalah terletak pada aspek keorganisasian: 1. Gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas pemikiran yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 152
pemikiran tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni. 2. Gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui metode bagi penerapan pemikirannya. Bahkan pemikirannya diterapkan dengan cara-cara yang menunjukan ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan kesimpangsiuran. Lebih dari itu metode gerakangerakan tersebut telah diliputi kekaburan dan ketidakjelasan. 3. Gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran yang benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar. Bahkan mereka hanyalah orang yang berbekal keinginan dan semangat belaka. 4. Orang-orang yang menjalankan tugas-tugas gerakan tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dansejumlah slogan-slogan organisasi. Soal para pengemban ideologi Islam yang tengah siap dengan militansi dan keikhlasannya, kiranya tampak aneh jika kemudian dalam aktifitasnya tidak mau masuk dalam pergerakan dan meneguhkan independensi untuk tetap berdiri sendiri layaknya Cowboy dan Superman. Pemahaman tentang individualitas dalam bergerak dengan berasumsi bahwa kesemrawutan yang bertumpuk, tak terduga, dan problematis ini hanyalah bermula dari memperbaiki diri Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 153
sendiri, jika benar demikian ini akan mengundang resiko ketololan dan kehancuran. Kemudian persoalan lain yang terjadi dikalangan aktivis pengemban ideologi Islam ini adalah banyak dikalangan kita yang masih global dalam membicarakannya. Lebih parahnya banyak yang gagal paham kemudian sekonyong-konyong mencoba menginterpretasikan agar ideologi Islam sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini, memaksanya ideologi islam agar cocok dengan peraturan-praturan selain Islam, sehingga Islam seolah-olah sesuai dengan kondisi yang ada pada saat ini. Bahwa kapitalisme ini bagian dari ideologi Islam, bahwa demokrasi ini adalah sistem agung tertinggi yang juga disetujui oleh ideologi Islam. Ini semua tidaklah benar, kita hanya bisa menerka mungkin saja mereka tercampuri istilah relevansi yang berawal dari hermeunetik. Seperti ketidakmungkinan menggunakan Amadis of Gaul untuk memahami Spanyol abad ke enam belas ataupun saat ini, atau pun menggunakan Injil untuk mengetahui keberlangsungan umat kristian saat ini. Tapi ideologi Islam sangat berbeda. Ia tidak mengalami perubahan dari cara gerak karena konsepnya yang khas, mendasar dan oentik dalam kajiannya terhadap manusia, alam semesta, dan kehidupan, karena memang Islam bukanlah ideologi sempalan. Ya, Islam tidak main-main dengan metode pelaksanaan dalam perjalanannya menerapakan pemikiran ke setiap sendi-sendi kehidupan. Maka bagi para mahasiswa pengemban ideologi
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 154
ini sangatlah perlu memahami perjalanan panjang kesuksesan ideologi Islam dalam melahirkan peradaban mulia. Secara mendasar, fase-fase penerapan Islam melewati tiga tahapan. 1. Tahap pengkaderan para pengembannya, 2. Tahap berinteraksi dengan masyarakat, 3. Tahap penerapan Islam di setiap sendi kehidupan. Persoalannya yang sering ditanyakan adalah bagaimana bisa menarik titik temu antara tahap berinteraksi dengan masyarakat dengan terciptanya penerapan ideologi Islam secara totalitas, karena secara bersamaan pula kita dituntut untuk tidak mengambil demokrasi secara penuh. Sesuatu yang sangat mustahil pada saat ini. Ini menjadi sangat mungkin jika kita melihat bagaimana perjalanan nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke Madinah. Penguasa Madinah saat itu lewat diplomasi yang dilancarkan Mus’ab bin Umair rela menyerahkan kekuasaan penuh pada Rasulullah untuk diterapkannya Islam di madinah, ketika melihat antusiasme masyarakat yang telah banyak menginginkannya menginginkannya dan diplomasi Mus’ab bin Umair yang sangat meyakinkan. Hingga kemudian begitu nyatanya ideologi islam mampu menyejahterakan dunia hingga 13 abad lamanya. Ya, bagi kita para mahasiswa kiranya kita mesti siapkan kavling luas yang bisa menghubungkan tahap berinteraksi Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 155
dengan masyarakat dengan tahap penerapan Islam di setiap sendi kehidupan. Tentunya ini bisa kita raih dengan revolusi, bukan dalam pemaknaan kudeta ataupun people power. Revolusi di sini bisa kita dapatkan ketika gagasan telah menembus kepala para pemegang kekuatan kemudian para pemegang kekuatan tertinggi ini dengan sukarela menyerahkan kekuasaan dan menggantinya total dengan Islam. Ini sangat mungkin dan logis, dengan resiko yang sedikit dan tidak menimbulkan banyak darah. Membaca peta kekinian dunia kampus
Pokok persoalan yang saya coba ketengahkan di sini adalah bahwa realitas mahasiswa saat ini haruslah dipahami betul sebagai langkah maju untuk mengatur bagaimana strategi yang tepat dan langkah yang jitu. Bahwa bagaimana penjajahan dalam dunia kampus mulai masuk pasca Daoed Yusuf dengan kebijakan kebijakan NKK yang mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Kemudian saat ini berevolusi lagi lewat penjajahan baru berupa pemikiran-pemikiran barat yang terus disusupkan. Kita tidak sedang phobia dan anti dengan pengetahuan barat dalam bidang riset dan teknologi, namun di luar itu ada banyak gagasan-gagasan besar semisal humanisme kosong, orientalisme, nasionalisme sempit,
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 156
sekulerisasi pendidikan, dan liberalisasi pendidikan begitu mudah kentara dan menjalah bagai virus ebola. Di samping itu pembiayaan pendidikan yang seolaholah karena beasiswa, kita dituntut untuk tidak bertindak macam-macam menjadi momok menakutkan pula bagi sebagian besar mahasiswa. Ini sesungguhnya mudah untuk kita baca bahwa peta kekinian kampus sejatinya masih bercokol kuat dominasi pemikiran yang bertentangan dengan ideologi Islam dalam hal kurikulum pembelajaran. Adapun dengan subjeknya, berupa para mahasiswa, masihlah dipenuhi dengan ketakutan-ketakutan yang terdefinisi sebagai ancaman masa depan mereka. Membentuk poros-poros kekuatan
Berawal dari satu orang, gagasan yang meresap di dalam kepala manusia berkembang menjadi beberapa orang, dari beberapa orang menjadi ratusan, dari ratusan menjadi ribuan, dari ribuan menjadi puluhan ribu, dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu, dari ratusan ribu menjadi jutaan dan ini jumlah yang cukup untuk meyakinkan militer bahwa rakyat telah setuju dengan Islam. Karena pada dasarnya, kekuatan tertinggi yang dipegang oleh militer cenderung masih netral dan memihak pada rakyat jika memang itu adalah kepentingan terbesar. Maka poros-poros kekuatan yang
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 157
mahasiswa butuhkan adalah perangkap besar yang dibuat untuk opini yang satu. Ini semua bermula dari kajian kelompok-kelompok halqah yang membahas ideologi Islam secara mendalam. Tahap pengkaderan ini harus menggunakan langkah-langkah yang rasional, bukan doktrin buta yang tidak memberikan kepuasan akal dan ketenangan hati. Pengkaderan ini sesungguhnya ruh utama dalam pergerakan. Dimulai dari kelompok-kelompok halqah yang kecil ini terbentuklah sebuah kepribadian Islam dikalangan para pengkajinya. Jika dirasa telah cukup kuat pemikiran yang diemban, maka hadirkanlah berbagai macam diskusi, talkshow, atau pun forum-forum untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain. Jika perlu gunakan setiap kesempatan dalam presentasi pembelajaran susupkanlah pemahaman-pemahaman Islam di samping pemikiran-pemikiran sekuler yang merajai. Kita perlu dalam setiap pekannya massif mengadakan berbagai kajian kontemporer baik itu fenomena sosial maupun kebijakan pemerintah yang biadab untuk disebar luaskan pada setiap mahasiswa. Forum-forum yang digencarkan, opini-opini yang terus disebarluaskan lewat pamphlet, brosur, bulletin, atau pun dunia maya, secara sengaja atau tidak akan masuk dalam setiap benak mahasiswa yang membaca. Afirmasikan, lakukan berulang-ulang, dan terus berulang hingga kita lupa untuk keberapa kali kita melakukannya.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 158
Seruan kita adalah seruan yang jelas dan jelas, tidak menimbulkan makna ambigu yang membingungkan. Seruan kita adalah seruan yang jelas bahwa demokrasi itu batil dan buruk, bahwa kapitalisme itu rusak dan sinting, bahwa sekulerisme itu adalah kebodohan terbesar. Seruan kita adalah seruan yang jelas, seruan seruan yang tidak menimbulkan menimbulkan penafsiran penafsiran lain selain Islam yang menjadi solusi. Seruan kita adalah seruan jelas yang bukan hanya moralitas. Seruan kita adalah seruan yang jelas yang merekontruksi pemuda dengan ideologisasi yang memuaskan. Seruan kita adalah seruan yang jelas dengan ajakan untuk bergabung dengan pergerakan, menawarkan kajian yang mencerahkan, dan memunculkan letupan pergolakan yang mendasar. Seruan kita adalah seruan yang jelas yang bergerak tidak semata-mata karena semangat, tapi dikarenakan suatu transformasi ideologi yang sudah mengakar dan tak akan hilang. Seruan kita adalah seruan yang jelas yang tidak hanya berteriak “HIDUP MAHASISWA!”. Prinsip tanpa tanding yang kita gelorakan ini sematamata didasarkan pada dua landasan. Pertama adalah bahwa kita menciptakan pribadi-pribadi tangguh yang siap menjadi peluru untuk ditembakkan ke ulu hati musuh dengan proses ideologisasi yang masuk akal. Kedua kita menciptakan gerakan-gerakan yang dinamis, kuat dalam konsep, dan massif dalam bergerak.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 159
Lalu terjunlah wahai para mahasiswa, isilah jalan-jalan, kepunglah semua sudut dengan opini, acungkan tangan pertanda menantang, teriakan lantunan pembebasan, bersatulah, bergeraklah, tegakkan ideologi Islam!.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 160
Tahap Terakhir
S
udah lama saya bermimpi tentang kaum muda yang bersemangat dalam melancarkan perlawanan terhadap segala macam bentuk penjajahan. Sudah lama saya menantikan detik-detik di mana pemuda mengambil langkah yang bijak dalam setiap pergerakan. Revolusi adalah jalan panjang yang harus ditempuh setiap mahasiswa. Sudah sepatutnya para mahasiswa merapat, mengasingkan diri dari segala macam pelacuran, menghabiskan malam dengan dialog dan kajian keilmuan, merumuskan strategi untuk pertempuran abadi, merancang demonstrasi untuk meraih simpati, mengisi masjid, warung kopi, dan tempat lainnya untuk mengambil microphone dan berorasi menyalurkan gagasan dengan mantap. Dimana saja untuk satu tujuan; terciptanya suasana kondusif di kalangan masyarakat ketika Islam di terapkan. Tahapan terakhir bagi romantisme jalan revolusi ini adalah menunggu dengan perlawanan, menunggu dengan doa panjang pada Allah, dan menunggu dalam kesabaran dan kesadaran bahwa hidup adalah perjuangan. Karena perubahan itu tidak akan pernah disukai oleh orang-orang
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 161
yang lemah semangat dan akan dibenci oleh orang-orang malas.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 162
“Kebenaran itu sudah pasti, namun
nafsu dan egolah yang membantah”
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 163
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2012. Hakekat Berpikir. Pustaka Thoriqul Izzah. Bogor. Cetakan ke-5 An-Nabhani, Taqiyuddin. 2012. Nidzhomul Islam. HTI-Press. Jakarta. Cetakan ke-10 Said, Edward. 1985. Orientalisme. Penerbit Pustaka. Bandung Husaini, Adian. 2005. Penyesatan Opini. Gema Insani. Jakarta. Cetakan ke-2 Gie, Soe Hok. 1989. Catatan Seorang Demonstran. LP3ES. Jakarta. Cetakan ke-5 Siaw, Felix. 2012. Beyond the Inspiration. Khilafah Press. Bogor An-Nabhani, Taqiyuddin. 2001. Pembentukan Partai Politik Islam. HTI Press. Jakarta. Cetakan ke-4. Gurley, John G. 1988. Challenger to Capitalism, Marx, Lenin, and Mao. The Portable Standford. California An-Nabhani, Taqiyuddin. 2001. Mafahim Hizbut Tahrir . HTI press. Jakarta. Cetakan ke-6 Hitler, Adolf. 2007. Mein Kamfp. Narasi. Yogyakarta Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 164
Quthb, Sayyid. _____. Risalah fi uktil muslimah. ______. _____ Affandi, Hakimul Ikhwan. 2004. Akar Konflik Sepanjang Zaman, elaborasi pemikiran Ibnu kholdun. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Abdurrahman, Hafidz. 1998. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. Al Azhar Press. Jakarta Hermani, Nopriadi. 2014. The MODEL. SM Publishing. Quthb, Sayyid. ____. Beberapa Studi Tentang Islam.____. _____ Esposito, John dkk. 2004. Islam, Kekuasaan Pemerintahan, Doktrin Iman & Realitas Sosial. Inisiasi Press. Depok Triono, Dwi Condro. 2012. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara. Irtikaz. Yogyakarta. Cetakan ke-2 Sumber Internet:
http://Caknun.com/ http://Dakwahmedia.com/ http://Dw.de/
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 165
PROFIL PENULIS Aab Elkarimi. Pemuda kelahiran Sukabumi 18 Februari 1995 ini adalah seorang mahasiswa di Universitas Negeri Semarang angkatan 2012 Jurusan Teknik Sipil. Sebelumnya penulis menamatkan pendidikan tingkat menengah atas di SMKN 1 Sukabumi pada Jurusan Teknik Gambar Bangunan.
Backgroundnya yang terlahir di dunia teknik, menghasilkan tabiat yang tidak mau panjang lebar bicara mitos dan ketidakpastian, penulis selalu menyenangi hal-hal berbau strategi perancangan atau pun rekontruksi. Selain kegiatan utamanya sebagai mahasiswa, penulis juga menjadi salah satu pengkaji aktif ide-ide dari sebuah organisasi internasional dalam bidang politik Islam, aktif juga di Gerakan Mahasiswa Pembebasan dan BKLDK (Badan Koordinasi Lembaga Dakwah kampus). Selain itu disela-sela aktifitasnya penulis menjadi kontributor sebuah website dakwah di dakwahmedia.com untuk tulisan bidang kepemudaan.
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 166
Jika ingin lebih dekat dengan penulis bisa mengunjungi blog pribadinya, http://aabelkarimi.blogspot.com, atau lewat Twitter: @aab_elkarimi
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 167
Ramuan Jamu Revolusi Sebuah Proses Ideologisasi Mahasiswa
| 168