Promosi Kesehatan
PLANNING OF ACTION PENYAKIT INFEKSI ANEMIA Disusun Oleh :
NURLELA A. HALID 81141624 Kelas 3A
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo 2017
A. PENDAHULUAN
Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki, anemia secara khas ditetapkan sebagai tingkat hemoglobin yang kurang dari 13.5 gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai hemoglobin yang kurang dari 12.0 gram/100ml. Hemoglobin adalah pigmen merah yang memberikan warna merah yang dikenal pada sel-sel darah merah dan pada darah. Secara fungsi, hemoglobin adalah senyawa kimia kunci yang bergabung dengan oksigen dari paru-paru dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh. Oksigen adalah penting untuk semua sel-sel dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Pada saat terjadi anemia transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi. Darah juga mengangkut karbon dioksida, yang adalah produk pembuangan dari proses produksi tenaga ini, kembali ke paru-paru darinya ia dihembuskan ke udara. Pengangkutan karbon dioksida kembali ke paru juga dilaksanakan oleh hemoglobin. Karbon dioksida yang terikat pada hemoglobin dilepaskan di paru-paru dalam pertukaran untuk oksigen yang diangkut ke jaringan-jaringan tubuh. Sum- sum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain.Anemia pada dasarnya disebabkan oleh : 1. Pengurangan produksi sel darah merah atau hemoglobin, atau 2. Kehilangan atau penghancuran darah. Selain itu, bermacam-macam penyakit-penyakit sumsum tulang yang luas juga dapat menyebabkan anemia. Pada pasien dengan gagal ginjal mungkin kekurangan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow). Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi, etiologi, atau patofisiologi. Berdasarkan etiologinya, terdapat beberapa jenis anemia diantaranya anemia defisiensi
besi, anemia defisiensi vitamin B12 dan folat, dan anemia penyakit kronis. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan asupan makanan yang tidak mencukupi, absorpsi gastrointestinal yang tidak cukup, kebutuhan besi yang meningkat (mis. pada saat kehamilan), kehilangan darah, dan penyakit kronik. Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dapat disebabkan asupan makanan yang tidak mencukupi, absorpsi yang menurun, dan pemanfaatan yang tidak mencukupi. Anemia penyakit kronis merupakan anemia hipoproliferatif yang berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi kronis, kerusakan jaringan, atau kondisi yang melepaskan sitokin proinflamasi. Patogenesis berdasarkan waktu hidup SDM yang pendek, rusaknya respon sum-sum, dan gangguan metabolisme besi. Tanda-tanda dan gejala tergantung pada onset, penyebab anemia, dan individu. Anemia onset akut dikarakterisasi dengan gejala kardiorespatori seperti takikardia, kepala terasa ringan dan sesak napas. Anemia kronis dikarakterisasi dengan rasa lelah, letih, vertigo, pusing, sensitif terhadap dingin, pucat, dan hilangnya skin tone. Orang dewasa normal dapat mentoleransi anemia lebih baik daripada orang yang sudah tua. Anemia defisiensi besi dikarakterisasi dengan rasa tidak enak pada lidah, penurunan aliran saliva, pagophagia (compulsive eating of ice). ice). Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat dikarakterisasi dengan kulit pucat, ikterus, dan atropi mukosa gastrik. Anemia vitamin B12 dibadakan dari abnormalitas neuropsychiatric (mis. mati rasa dan parestesia), yang tidak terdapat pada pasien dengan anemia defisiensi folat.
B. ANALISIS SITUASI
Anemia umum terjadi pada orang dewasa tua yang akan terus meningkat kejadiannya seiring dengan usia usia oleh berbagai penyebab. Menurut laporan The National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES III) terhadap individu berusia ≥ 65 tahun ditemukan kasus anemia akibat penyakit kronik sebanyak 19,7%, anemia defisiensi besi 16,6%, anemia akibat penyakit ginjal kronik 8,2%, dan anemia defisiensi vitamin B12 sebanyak 5,9% (Weiss et al, 2010). Sedangkan kejadian anemia di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan,
13,1% laki laki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan di 17 provinsi di Indonesia meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, di Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. Kondisi anemia pada laki-laki juga ditemukan di 21 provinsi di Indonesia yaitu Nanggroe Nan ggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Sedangkan pada anak-anak dibawah usia 14 tahun didapatkan di 14 provinsi yaitu Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara (Riskesdas, 2007). C. Tujuan dan Masalah Tujuan Umum
1. Memiliki rencana program yang baik, terpadu dan terarah sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pengendalian penyakit anemia Tujuan khusus
1.
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama pada masyarakat yang menderita penyakit anemia
2. Mengurangi angka kematian pada penyakit anemia
Masalah
Hasil survey pendahuluan di Puskesmas Kartasura didapatkan jumlah ibu hamil pada tahun 2014 sebanyak 1460 orang. Dari bulan Januari hingga September 2014 jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 375 orang. Melihat dari jumlah data ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Kartasura, harus cepat mendapatkan penanganan oleh pelayan kesehatan agar pada tahun 2015 angka ibu hamil yang mengalami anemia tidak mencapai angka tinggi.jika masalah ini terus berlanjut dan di
biarkan begitu saja maka kasus ini bisa menjadi masalah yang paling serius apalagi jika terjadi pada ibu hamil karena hal ini secara secara langsung bisa berdampak pada meningkatnya angka kematian ibu dan anak. D. Kebijaksanaan Kebijaksanaan Pelaksanaan Dan Pokok Kegiatan
1. Survai Data Dasar (Baseline Survey) Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh ibu-ibu yang Ieiah mempunyai anak selama tiga tahun terakhir, pengetahuan perempuan usia subur yang berkaitan dengan komplikasi selama kehamilan dan melahirkan, pelayanan kesehatan k esehatan setempat, alai kontrasepsi, anemia dan konsumsi tablet tambah darah. Survai ini dilaksanakan pada bulan April- Juni 1996 alas kerjasama antara Kanwil DepKes Kalimatan Selatan, MotherCare, dan Kantor Statistik Propinsi. 2. Diagnosa Masyarakat (Community Diagnosis) Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan pengertian mendalam tentang masyarakat (ibu hamil) mengenai: a. persepsi dan sikap ibu tentang anemia an emia dan TID, b. derajat kepatuhan minum TID dan alasan mengapa tidak mau minum TTD; c. kesediaan membeli TTD dan harga yang dapat dijangkau; d. identifikasi jalur dan media komunikasi yang efektif (merupakan bag ian dari pengembangan media KIE). 3.
Pengembangan Strategi KIE Kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat dan mengembangkan media yang akan dipakai dan bagaimana pemanfaatan media tersebut.
4.
Produksi dan Distribusi Distribusi media KIE ·Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang anemia dan manfaat serta kepatuhan minum tablet tambah darah.
5. Komunikasi Inter-Personal Inter-Personal dan Konseling Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap bidan-
6. Penyediaan (suplai dan distribusi) tablet tam bah darah Kegiatan Kegiatan ini dimulai dengan melakukan 'inventory assessment' untuk mempelajari jalur-jalur suplai dan distribusi seluruh obat komersial yang beredar di Kalimantan Selatan. 7. Program Penanganan Anemia pada Calon Pengantin Kegiatan ini didasarkan pada adanya kesempatan untuk meningkatkan status besi ibu sebelum hamil, artinya para caJon pengantin yang potensial hamil sesudah beberapa bulan menikah harus · dalam keadaan sehat atau tidak anemia. 8. Post~urvey (evaluation) Kegiatan ini ditujukan untuk mempelajari besaran hasil-hasil yang telah dicapai selama proyek DepKes-MotherCare dilaksanakan selama 4 tahun. E. Organisasi Dan Penggerakan Pelaksanaan
Dalam melaksanakan planning of action (POA) tentunya membutuhkan kemitraan dengan organisasi dan juga penggerak pelaksana planning of action itu sendiri. agar kegiatan yang di lakukan dapat berjalan sesuai rencana. Pada pelaksanaan planning of action penyakit anemia kali ini organisasi dan penggerak pelaksana yang tepat adalah puskesmas. Puskesmas memiliki tujuan mewujudkan keadaan sehat fisik-jasmani, mental, rohani-spritual dan sosial bagi setiap orang diwilayah kerja Puskesmas agar dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Puskesmas juga memiliki program-program yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya selain itu juga puskesmas sebagai suatu penggerakan wujud wujud pelaksanaan planning of action yang dilaksanakan. dilaksanakan. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bisa bisa menjadi bentuk penggerak planning of action yaitu : 1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat). 3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA KIA dan KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). 5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat, 6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. F. Sumber Daya Yang Dimanfaatkan Agenda prioritas pembangunan pemerintah yang tertuang dalam nawacita salah satunya yaitu mewujudkan Indonesia sehat. Arah Kebijakan pembangunan kesehatan antara lain memfokuskan peningkatan status gizi masyarakat Indonesia. Fokus pemerintah dalam meningkatkan status gizi masyarakat yaitu berupaya menurunkan prevalensi anemia pada wanita utamanya ibu hamil. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah anemia misalnya pada ibu hamil di lakukan pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil. Selain itu pula masyarakat diberdayakan untuk menjaga pola makan yang teratur dengan menyajikan menu makanan yang cukup untuk angka kecukupan gizi (AKG) serta di adakan penyuluhan oleh tenaga kesehatan
sebagai wujud dari sumber daya tenaga kesehatan itu sendiri serta dana pembiayaan yang sesuai dan juga media sarana dan prasarana yang di sediakan menjadi sumber daya yang di butuhkan pula pada planning of action G. Perkiraan Factor Penunjang Dan Factor Penghambat a. Factor penunjang
1. Pemberian penyuluhan tentang program puskesmas yang menyangkut masalah anemia 2. Adanya program BPJS yang menjadi fasilitas masyarakat untuk berobat 3. Pemberian tablet tambah darah sering tidak dikonsumsi oleh ibu hamil dengan berbagai alasan, karena rasanya amis, menyebabkan mual dan lupa mengkonsumsi. Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil agar terhindar dari penyakit anemia b. Factor penghambat
1. Keberdayaan dan kesadaran masyarakat dalam menanggulangi masalah anemia masih rendah 2. Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan anemia selama ini hanya sebatas partisipasi oleh kader posyandu, itupun hanya sebatas pada tingkatan sekedar datang di posyandu atau tempat penyuluhan. 3. Pemberdayaan
masyarakat
dan
pemanfaatan
sumber daya
masyarakat untuk
menanggulangi masalah anemia masih belum optimal. H. Pengawasan Pengendalian Dan Penilaian a) . Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan
sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi.
b) Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan. c). Tranfusi Darah
Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh melalui selang infus. d) . Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk
mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi. e) . Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari. f). Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
Selain itu pula pengendalian pada penyakit Anemia
a) pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan seperti vitmin B12 atau B kompleks. b) Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan. c) Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,11,0 mg/hari. d) Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. e) Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen. Penilaian
Penilaian dari planning of action tentang penyakit anemia ini bisa di lakukan pada saat kegiatan ini di laksanakan. Misalnya pada berbagai uji hematologis untuk menentukan jenis dan penyebab anemia ,selain itu pula pada tahap penilaian ini perlu dilakukan pemeriksaan diagnotis untuk menentukan adanya penyakit akut atau kronis serta sumber kehilangan darah kronis
I. PENUTUP Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)
.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.: •
Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
•
Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
•
Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Kemungkinan dasar penyebab anemia: 1.Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.. 2.Kehilangan darah. 3.Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Saran
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita.Sehingga kita terjauh dari penyakit terlebih anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk memproduksi darah.