OLEH :
I NYOMAN SW SWARDYANA ARDYANA 1070121022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS WARMADEWA 2011
y
y
y
y
y
Fenitoin merupakan obat yang efektif digunakan untuk kejang parsial dan kejang tonik-klonik. Fenitoin termasuk golongan obat antikonvulsi yang digunakan untuk mengobati penyakit epilepsi. Penyakit Epilepsi merupakan suatu kumpulan gejala yang heter heterogen ogen dan suatu gangguan klinik yang ditanda oleh adanya kejang berulang. Kejang merupakan suatu disfungsi otak yang terbatas, yang timbul akibat cetusan listrik abno ab norm rmal al ne neur uron on se sere rebr bral al.. Pen engg ggun unaa aan n fen enit itoi oin n ha haru russ sa sang ngaat memperhatikan kadar dosis yang diberikan. Dalam beberapa keadaan terten ter tentu, tu, pem pemaka akaian ian fe fenit nitoin oin tid tidak ak dia dianju njurk rkan an unt untuk uk men mengh ghind indar arii kondisi kon disi-ko -kondis ndisii yang tida tidak k diin diingink ginkan. an. Dru rug g re relat lated ed pr probl oblem em dap dapat at dihi di hind ndar arii de deng ngan an ca carra me mene nerrap apka kan n kon onse sep p te terrap apii ras asio iona nall yan ang g mencangkup keefektifi fita tassan, kenyamanan, keamanan, dan keekonomisannya. Sel elai ain n it itu u da dala lam m pe pemb mber eria ian n re rese sep p ha hall-ha hall ya yang ng harus kita perhati perhatikan kan yaitu: pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis, tepat rute, dan dan tepat dokumentasi.
PENGERTIAN PHENYTOIN
F ARMAKOKINETIK F ARMAKODINAMIK
BENTUK SEDIAAN & DOSIS TERAPEUTIK
INDIKASI PHENYTOIN
INTERAKSI PHENYTOIN
EFEK SAMPING PHENYTOIN
y
Fhenytoin merupakan obat antiepilepsi nonsedatif tertua yang di perkenalkan pada tahun 1938. Fhenytoin merupakan obat yang efektif digunakan untuk kejang parsial dan kejang tonik-klonik. Fhenytoin termasuk golongan obat antikonvulsi yang digunakan untuk mengobati penyakit epilepsi.
bsorpsi Distribusi Metabolisme Ekresi A
y
A bsorpsi
fenitoin sangat berpengaruh pada formulasi bentuk dosis. Ukuran partikel dan zat aditif mempengaruhi laju dan jumlah absorpsi. A bsorpsi natrium fenitoin dari saluran cerna pada sebagian besar pasien hampir sempurna, meskipun waktu untuk untuk memcapai puncak berkisar antara 3-12 jam. Cara pemberian fenitoin melalui intramuskular tidak dianjurkan. Ini disebabkan karena dapat terjadi pengendapan obat dalam otot sehingga absorpsi tidak dapat diperkirakan.1
y
Fenitoin terikat sangat kuat dengan protein plasma. kadar plasma total menurun jika presentase fenitoin yang terikat menurun , seperti pada uremia dan hipoalbuminemia, namun hubungan kadar obat bebas dengan keadaan klinis tetap tidak jelas. Konsentrasi obat dalam cairan serebrospinal sebanding dengan kadar obat bebas dalam plasma. Fenitoin dapat menumpuk di otak, hati,otot, dan lemak.
y
Fhenytoin dibersihkan melalui mekanisme di hati, walaupun obat-obat ini memiliki rasio ekstraksi yang rendah. Sebagian besar diubah menjadi metabolit aktif yang juga dibersihkan oleh hati. Obat-obat ini umumnya tersebar dalam air tubuh keseluruhan. Bersihan plasma pada umumnya relatif rendah. Dengan demikian, sebagian besar antikonvulsan dapat dianggap memiliki kerja jangka menengah atau panjang. Beberapa obat memiliki waktu paruh melebihi 12 jam. Banyak obat-obat antikejang lama merupakan penginduksi aktivitas enzim mikrosomal hati yang kuat.
y
Fenitoin dimetabolisasi menjadi metabolit inaktif yang di ekresi melalui urine. Hanya sebagian kecil fenitoin yang dikeluarkan tanpa mengalami perubahan.
y
Fenitoin berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum pada SSP. Dosis toksis menyebabkan eksitasi dan dosisi letal menimbulkan rigiditas deserebrasi. Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan pada pengahambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian lain di otak. Efek stabilisai membrane sel oleh fenitoin juga terlihat pada saraf tepi dan membran sel lainya yang juga mudah terpacu misalnya sel sistem konduksi di jantung. Fenitoin mempengaruhi beberapa sistem fisiologik. Dalam hal ini khususnya konduktans na+, K+, Ca2+ neuron, potensial membran dan neurotransmitor neropinefrin, asetilkolin, dan GABA .
y
Fenitoin tersedia sebagai garam Na dalam bentuk kapsul 100 mg dan tablet kunyah 5 0 mg untuk pemberian oral. Sedangkan sediaan suntik 100 mg/2 ml. disamping itu juga tersedia bentuk sirup dengan takaran 125 mg/5 ml dan sirup untuk anak 30 mg/5 ml.kini juga tersedia fenitoin lepas dalam bentuk kapsul 200 mg dan 300 mg dan suntikan fosfenitoin 75 mg/ml yang dapat diberikan secara intramuskular ataupun intravena.2
y
Untuk pemberian oral, dosis awal untuk dewasa 300 mg, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan antara 300-400 mg, maksimumnya adalah 600 mg sehari. A nak diatas 6 tahun dosis awal sama dengan dosis dewasa. Sedangkan untuk anak di bawah 6 tahun, dosis awal 1/3 dosis dewasa. Dosis pemeliharaan ialah 4- 8 mg/kbBB sehari. Maksimal pemberiannya adalah 300 mg sehari.4 Dosis awal dibagi dalam 2-3 kali pemberian. Dosis pemeliharaan dapat
diberikan sebagai dosis tunggal harian tanpa mengurangi efektivitasnya. karena waktu paruh fenitoin cukup panjang, tetapi pemberian dengan dosis terbagi akan menghasilkan fluktuasi kadar fenitoin dalam darah yang minimal.
y
Fenitoin diindikasikan terutama untuk bangkitan tonik-klonik danbangkitan parsial atau fokal. Banyak ahli penyakit saraf di Indonesia masih menyukai penggunaan fenobarbital karena fenitoin memiliki batas keamanan yang sempit, efek toksis dan efek samping. Sekalipun ringan, sifatnya cukup menggangu terutama pada anak. Fenitoin juga bermanfaat bagi terhadap bangkitan parsial kompleks. Indikas lain fenitoin ialah untuk neuralgia trigeminal, dan aritmia jantung.
y
Interaksi obat yang melibatkan fenitoin terutama terkait dengan ikatan protein atau metabolismenya. Karena 90% fenitoin terikat dengan plasma.5 Kadar fenitoin
dalam plasma akan meninggi bila diberikan bersamaan dengan kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, dikumarol, dan beberapa sulfonamid tertentu, karena obat-obat tersebut menghambat biotransformasi fenitoin. Sedangkan sulfisoksazol, fenilbutazon, salisilat dan asam vlaproat akan mempengaruhi ikatan protein plasma fenitoin sehingga meninggikan kadar obat bebas dalam plasma. Teofinin menurunkan kadar fenitoin bila diberikan bersamaan. Diduga karena teofinin meningkatkan boitransformasi fenitoin dan menggurangi absorpsinya.
y
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh fenitoin adalah Nistagmus, hilangnya gerakan perburuan otot ekstraokular, Diplopia, dan ataksia. Pemberian
fenitoin pada ibu hamil tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kelainan congenital pada janin. Kelainan congenital tersebut meliputi bibir sumbing, sumbing langitan, penyakit jantung kongenital, pertumbuhan lambat, defisiensi mental, dan abnormalitas tulang pada neonateus.
Suatu pengobatan dikatakan rasional bila memenuhi kriteria tertentu. Kriteria tersebut meliputi : Ketepatan Indikasi Ketepatan Pemilihan Obat Ketepatan Cara Pemakaian dan Dosis Obat Sesuai dengan Kondisi Pasien Kesembuhan dan tindak lanjut efek pengobatan y
y
Fenitoin merupakan obat yang efektif digunakan untuk kejang parsial dan kejang tonik-klonik. Fenitoin termasuk golongan obat antikonvulsi yang digunakan untuk mengobati penyakit epilepsi. Fenitoin juga bermanfaat bagi terhadap bangkitan parsial kompleks. Indikas lain fenitoin ialah untuk neuralgia trigeminal, dan aritmia jantung. Dalam hal ini dokter harus benar-benar memahami penyakit pasien.
y
Fenitoin tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan sirup. Ketepatan pemilihan obat fenitoin dapat dilihat dari beberapa aspek. A spek tersebut meliputi manfaat, efek samping, kenyamanan, dan biaya. Oleh karena itu seorang dokter harus benar-benar memahami aspek tersebut. Sebagai contoh. Pasien yang berumur dibawah 6 tahun pada umumnya belum dapat meminum obat yang berbentu tablet. Oleh karena itu seorang dokter pada umumnya memberikan obat yang berbentuk sirup. Selain itu, ketepatan pemilihan obat ini dimaksudkan agar seorang dokter juga harus menjamin obat yang diberikan itu benar dan tepat. Obat dapat dikatakan benar apabila obat yang diberikan memang sesuai dengan indikasi atau kebutuhan pasien. Dan Obat dapat dikatakan tepat apabila dokter dapat memberikan obat yang sesuai dengan kondisi pasien, salah satunya tingkat ekonomi pasien sehingga mengurangi adanya kejadian yang tidak diinginkan terkait dengan terapi obat fenitoin.
y
Seorang dokter harus sangat berhati-hati dalam pemberian dosis. A p abila dosis yang di berikan
melebihi batas ( overdosis ) obat akan bersifat toksis. Sedangkan apabila dosis yang diberika terlalu rendah, maka efek obat tidak akan muncul. Oleh karena itu seorang dokter harus benar-benar mengetahui dosis obat fenitoin.
y
A pabila fenitoin yang digunakan berdasarkan
petunjuk dokter, maka kesembuhan pasien dan tindak lanjutnya harus diperhatikan. Ini bermanfaat untuk menjaga hubungan baik antara dokter dan pasien.
y
Fenitoin merupakan obat yang efektif digunakan untuk kejang parsial dan kejang tonik-klonik. Fenitoin termasuk golongan obat antikonvulsi yang digunakan untuk mengobati penyakit epilepsi. Fenitoin memiliki beberapa efek besar pada beberapa system fisiologik. Pemberian fenitoin seharusnya berdasarkan dengan konsep terapi rasional yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan cara pemakain dan dosis obat, dan kesembuhan dan tindak lanjut efek pengobatan.
y
y
Dari segi dokter. Dokter dalam memberikan resep
kepada pasien harus berdasarkan dengan konsep terapi rasional. Oleh karena itu seorang dokter harus benar-benar memahami tentang konsep terapi rasional dan menggunakan terapi rasional itu secara benar dan tepat Dari segi pasien. Pasien hendaknya mengikuti anjuran dari dokter dan taat terhadap waktu peminuman obat. A gar reaksi obat dapat benarbenar tercapai dan pasien dapat sembuh dari penyakitnya.
y y
y
y
y
y y
Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. 10th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. S yarif A , Estuningtyas A , Setiawati A , Muchtar A , A rif A , Bahry B, et al. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2009. p.179-85. Siraslewala S, Malik S, Joshi S, Kulkarni R , Thatte U. Bombay Hospital Journal 2008; 5 0: 572-76. Betteridge T, Fink J. The New Zealand Medical Journal 2009 september; 122: 102-04. Satyanarayan R B, Singhal S, Kamat V , Y eragani V , Kulkarni C. PhenytoinInduced Toxicity Due To R uginteractions. Journal of Clinical and Diagnostic R esearch 2007 June; 3: 205-08. Steven L, Khann, Phenytoin interacsion. J Clin Invest 1989 January; 84: 67. Theodore J, Hahn, Cheryl R , Scharp, Catherine A , R ichardson et al. Interaction of Diphenylhydantion (Phenytoin) and Phenobarbital W ith Hormonal Mediation of Fetal R at Bone R esorption In V itro. J Clin Invest 2001; 123: 401-14.