21
20
PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA KLIEN DEMAM TYPOID
DI RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2017
OLEH
RESKY
201201045
KEPERAWATAN A
PROGRAM STUDI NERS JENJANG STRATA SATU (S.1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penulisan 4
Manfaat penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Umum Tentang Demam Typoid 6
Tinjauan Umum Tentang Suhu Tubuh 17
Tinjaun Umum Tentang Kompres Air Hangat 19
BAB III KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep 20
Hipotesis 21
Definisi Operasional 21
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan penelitian 23
Populasi dan Sampel 24
Tem pat penelitian 24
Waktu Penelitian 24
Etika Penelitian 25
Alat Pengumpulan Data 26
Prosedur Pengumpulan Data 27
Analisi Data 29
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.
Draf Proposal ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Pengaruh Kompres Air Hangat Trehadap Penurunan Suhu Tubuh Pasa pasien Demam Typoid", yang kami sajikan dari berbagai sumber. Draf Proposal ini disusun oleh penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Riset Keperawatan yaitu bapak Dr.Ns.H.Basra, S.Kep,M.kes yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai akidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepeada pembaca. Walaupun Draf Proposal ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun, Terima kasih.
Pangkajene, 19 November 2017
Penyusun
Resky
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Demam dalah peningkatan suhu badan rectal minimal 38 derajat celcius. Demam umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau dapat juga disebabkan karena infeksi virus (Muscari, 2005 dalam Sri Hartini, 2014). Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh sentral diatas variasi normal harian dalam respon terhadap berbagai macam keadaan patologis yang berbeda. Hampir 30% kunjungan ke dokter dan lebih lima juta kunjungan ke emerjensi dengan keluhan demam (Gerna, 2012 dalam Hartini, 2014)
Penyakit demam typoid merupakan penyakit yang berada pada usus halus dan dapat menimbulkan gejala terus menerus, ditimbulkan oleh Salmonella thyposa. Pada tahun 2008 demam typoid diperkirakan 216.000- 600.000 kematian. Kematian tersebut, sebagian besarterjadi di Negara-negara berkembang dan 80% kematian terjadidi Asia. Kematian di rumah sakit berkisar antara 0-13,9%. Prevalensi pada anak-anak kematian berkisar antara 0-14,8%. (WHO, 2013). Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus demamtypoid 200.000 diantaranya meninggal dunia setiap tahun (WHO, 2014).
Demam typoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2010 Profil Kesehatan Indonesia typoid masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di rumah sakit inap typoid menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit diare, dengan jumlah penderita. Total kasus demam typoid mencapai 41.081 penderita yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan 274 penderita meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam typoid pada tahun 2010 sebesar 0,6% (Kemenkes RI, 2011). Indonesia merupakan Negar aendemik demam typoid diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya. (Widoyono, 2011)
Penyakit typhus berdasarkan Riskesdas tahun 2007 secara nasional di Sulawesi Selatan, tersebar di semua umur dan cenderung lebih tinggi pada umur dewasa. Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%
Situasi penyakit Typhus (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 suspeck penyakit typhus tercatat sebanyak 23.271 yaitu laki-laki sebanyak 11.723 dan perempuan sebanyak 11.548 sedangkan penderita demam typoid sebanyak 16.743 penderita yaitu laki-laki sebanyak 7.925 dan perempuan sebanyak 8.818 penderita dengan insiden rate (2,07) dan (CFR=0,00%), dengan kasus yang tertinggi yaitu di Kabupaten Bulukumba (3.270 kasus), Kota Makassar (2.325 kasus) Kabupaten Enrekang (1.153 kasus) dan terendah di Kabupaten Toraja Utara (0 kasus), Kabupaten Luwu ( 1 kasus) dan Kabupaten Tana Toraja (19 kasus )
Penyakit Typhus atau Demam Tiphoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau tipes dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhii terutama menyerang bagian saluran pencernaan.
Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-turun. hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh si penderita maupun keluarga si penderita. Untuk menurunkan demam dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu salah satunya adalah dengan mengompres air hangat dengan menggunakan suam suam kuku (air hangat) dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin (es) dapat menyebabkan kedinginan, menggigil, sedangkan alkohol dapat penyebabkan keracunan alkohol. Berikan kompres air hangat setelah pemberian antipiretik pada kasus demam yang cukup tinggi. (sodikin 2012)
Berdasarkan berbagai data dan informasi diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada penyakit demam typoid.
Rumusan Masalah
Apakah kompres air hangat berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh ?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam typoid
Tujuan khusus
Untuk mengetahui suhu tubuh sebelum dilakukan pemberian kompres air hangat
Untuk mengetahui suhu tubuh sesudah dilakukan pemberian kompres air hangat
Untuk mengetahui selisih suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres air hangat
Manfaat Penulisan
Bagi rumah sakit
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan demam typoid
Bagi institusi akademik
Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang
Bagi perawat
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan penderita demam typoid
Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan dengan demam typoid.
Bagi penulis
Draff Proposal ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis mengenai kasus tentang demam typoid
Bagi pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara merawat pasien dengan demam typoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Demam Typoid
Defenisi
Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan (Algerina, 2008 dalam Nurhasanah, 2014)
Demam tifoid adalah penyakit infeksi perut yang masih banyak ditemukan pada anak dan orang dewasa (Surininah, 2009)
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi (Widoyono, 2012).
Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri salmonella typhi. salmonella adalah bakteri gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagela, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu:
Antigen O (somatik),
Antigen H (flagela) dan
Antigen K (Selaput)
Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis bioserotipe paratif C. Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. paratyphi A, S. schottmuelleri, dan S. hirschfeldii (Mansjoer, 2007).
Beberapa faktor resiko yang diduga mempengaruhi terjangkitnya penyakit demam tifoid antara lain kesehatan lingkungan yang kurang memadai, kepadatan penduduk, penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, hegiene perorangan yang kurang baiktingkat social ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, (Hidayati, 2010)
Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita tifoid dapat menularkan kuman salmonella typhi kepada oeang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel retikuloendotetial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah
dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu (Padila, 2013).
Manifestasi klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodormal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas):( Mansjoer, 2007)
Perasaan tidak enak badan
Lesu
Nyeri kepala
Pusing
Diare
Anoreksia
Batuk
Nyeri otot
Menurut Surininah (2009) gejala tifoid adalah sebagai berikut:
Demam lebih dari satu minggu yang biasanya dimulai dengan demam ringan, yang berangsur-angsur meningkat, biasanya demam turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Bila penyakit berlanjut, demam akan terjadi terus-menerus baik pagi, siang atau malam.
Gangguan pada saluran pencernaan dapat berupa diare atau sembelit.
Anak tampak lemah, lesu, tidak mau bermain dan tidak mau makan.
Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor, ujung tepi lidah kemerahan.
Penatalakanaan
Pencegahan Primer
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2012).
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat.
Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :
Diagnosis klinik
Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis yang khas pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan pada penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena pada penyakit dengan demam beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis demam tifoid.
Diagnosis mikrobiologik/pembiakan
kuman Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positip dalam minggu pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan
25% berturut-turut positip pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama
Diagnosis serologik
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid. Antigen yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam tifoid.Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid.
Pada infeksi yang aktif, titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :
Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut
Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi
Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier
pengobatan
Istirahat tirah baring.
Habiskan antibiotika yang diresepkan sampai tuntas sesuai petunjuk.
Atasi demam dengan obat penurun panas.
Diet makan lunak seperti bubur atau nasi lembek.
Hindari makanan yang merangsang seperti asam, banyak serat, cabe. (Surininah, 2009).
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak. ()
Asuhan keperawatan
Pengkajian
Menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut:
Identitas
Riwayat Sesehatan Sekarang
Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit sistem pencernaan, sehingga menyebabkan penyakit demam tifoid.
Riwayat Tumbuh Kembang
Yang dimaksud dengan riwayat tumbuh kembang adalah kelianan kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang yang dapat mempengarui keadaan penyakit, misalnya pernah ikterus saat proses kelahiran yang lama atau lahir prematur. Kelengkapan imunisasi pada form atau daftar isian yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan tumbuh kembang.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Konjungtiva anemis, kondisi lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi lidah berwarna kemerahan), napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, dan hidung-hidung terjadi epistaksis.
Perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, dan nyeri tekan Sirkulasi bradikardi dan gangguan kesadaran. Terdapat bintik-bintik kemerahan pada kulit punggung dan ekstremitas.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakan diagnosis penyakit demam tifoid, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan-
pemeriksaan sebagai berikut:
Darah tepi
Terdapat gambaran leucopenia.
Limfositosis retalif.
Emeosinofila pada permulaan sakit.
Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.
Hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan penyakit secara tepat.
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer lebih dari 1/80, 1/160 dan seterusnya, maka hal ini menunjukan bahwa semakin kecil titrasi berarti semakin berat penyakitnya.
Pemeriksaan darah untuk kultur (Biakan Empedu).
diagnosa keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Suratun & Lusianah (2010) adalah sebagai berikut
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi
Intervensi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
Intervensi :
Kaji pola makan dan status nutrisi klien
Rasional : untuk mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
Berikan makanan yang tidak merangsang (pedas, asam dan mengandung gas)
Rasional : mencegah iritasi usus dan distensi abdomen
Berikan makanan lunak selama fase akut (masih ada panas/suhu lebih dari normal)
Rasional : mencegah terjadinya iritasi usus dan komplikasi perforasi usus
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : mencegah rangsang mual/ muntah
Berikan terapi antiemetik sesuai program medik
Rasional : untuk mengontrol mual dan muntah sehingga dapat meningkatkan masukan makanan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi :
Kaji suhu tubuh setiap 2 sampai 4 jam
Rasional : suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit infeksi akut
Observasi membran mukosa, pengisian kapiler, turgor kulit
Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi akibat panas
Berikan minum 2-2.5 liter sehari/24 jam
Rasional : kebutuhan cairan dalam tubuh cukup untuk mencegah terjadinya panas
Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak dan lipat paha
Rasional : kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah, sehingga mempercepat penguapan panas tubuh
Berikan terpai antipiretik sesuai program medik
Rasional : untuk menurunkan/ mengontrol panas
Pemberian antibiotik sesuai program medik
Rasional : untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi
Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital
Rasioanl : mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan
Monitor tanda-tanda kekurangan cairan (turgor kulit tidak elastis, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-pecah, pengisian kapiler lambat)
Rasional : tanda tersebut menunjukan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
Observasi dan catat intake dan output cairan setiap 8 jam
Rasional : untuk mendeteksi keseimbangan cairan dan elektrolit
Berikan cairan peroral 2-2,5 liter perhari, jika klien tidak muntah
Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
Berikan cairan parenteral sesuai program medik
Rasional : untuk memperbaiki kekurangan volume cairan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi
Intervensi :
Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas
Rasional : menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktivitas
Anjurkan klien untuk tirah baring selama fase akut
Rasional : untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus
Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan Rasional : untuk mengurangi peristaltik usus, sehingga mencegah iritasi usus
Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
Rasional : kebutuhan aktivitas klien terpenuhi, dengan energi minimal sehingga mengurangi peristaltik usus
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif kien dalam perawatan
Tinjauan Umum Tentang Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah Ukuran dari kemampuan tubuh untuk menghasilkan atau menyingkirkan hawa panas . Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Pada kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan relatif konstan. (Smeltzer, S. C., & Bare,2013).
Regulasi suhu adalah suatu pengaturan kompleks dari suatu proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Manusia pada dasarnya secara fisiologis digolongkan sebagai makhluk berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai yaitu pembentukan panas dan kehilangan panas. Kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus. Reseptor suhu yang paling penting dalam mengatur suhu tubuh. Banyak neuron peka terhadap panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus. Neuron ini meningkatkan pengeluaran impuls bila suhu meningkat dan mengurangi impuls yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas untuk membantu mengontrol suhu tubuh (Smeltzer, S. C., & Bare,2013).
Ada dua jenis suhu tubuh :
Core temperatur (Suhu inti )
Suhu pada jaringan dalam dari tubuh, seperti kranium, thorax, rongga abdomen dan rongga pelvis.
Surface temperatur
Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. suhu ini berbeda, naik turunnya tergantung respon terhadap lingkungan.
Pada manusia nilai normal untuk suhu tubuh oral adalah 37ºC , tetapi pada sebuah penelitian kasar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7º C dengan simpang baku 0,2º C. Dengan demikian, 95% orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu oral pagi hari sebesar 36,3 – 37,1ºC. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu yang berlainan, dan besar perbedaan suhu antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan bervariasi. Ekstremitas umumnya lebih dingin daripada bagian tubuh lainnya. Suhu rectum dipertahankan secara ketat pada 32ºC. suhu rectum dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (Core temperature) dan paling sedikit di pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Suhu oral pada keadaan normal 0,5ºC lebih rendah daripada suhu rectum.(Ganong, 2007 dalam Ridho 2012)
Tinjauan Umum Tentang Kompres Air Hangat
Defenisi
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2005 dalam Hartini, 2014 ).
Tujuan
Kompres air hangat membuat pembuluh darah melebar sehingga pori-pori kulit terbuka dan membuat panas yang terperangkap dalam tubuh bisa menguap keluar .
Adapun tujuan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa sakit atau nyeri, mengurangi perdarahan dan membatasi peradangan. Beberapa indikasi pemberian kompres adalah klien dengan suhu tinggi, klien dengan perdarahan hebat, dan pada klien kesakitan. Kompres hangat merupakan pemberian kompres pada area yang memiliki pembuluh darah besar menggunakan air hangat Suhu air yang digunakan dalam kompres hangat adalah 34 derajat Celcius sampai 37 derajat Celcius ( 93-98 0 F) (Wolf, 2007 dalam Ridho, 2012)
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep penelitian menghubungkan variabel-variabel dalam penelitian yaitu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompres air hangat . Sedangkan variabel dependen adalah penurunan suhu tubuh pada skema berikut dibawah ini:
Skema Kerangka Konsep
Variabel Dependen Suhu tubuhVariabel IndependenKompres air hangat
Variabel Dependen
Suhu tubuh
Variabel Independen
Kompres air hangat
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2007). Rumusan yang akan diuji dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:
Ha .
Ada pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada klien demam typoid
Ho
Tidak ada pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada klien demam typoid
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan tentang batasan atau ruang lingkup variabel penelitian, sehingga memudahkan pengukuran dan pengamatan serta pengembangan instrumen/ alat ukur (Notoatmodjo, 2012). Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut.
Variable
Definisi oprasional
Alat ukur
Skala ukur
Skor
Variabel independen terikat :
Kompres air hangat
Kompres air hangat membuat pembuluh darah melebar sehingga pori-pori kulit terbuka dan membuat panas yang terperangkap dalam tubuh bisa menguap keluar.
Lembar observasi
Nominal
Ada
Tidak ada
Variabel dependen terikat :
Suhu tubuh
Suhu tubuh adalah Ukuran dari kemampuan tubuh untuk menghasilkan atau menyingkirkan hawa panas.
Lembar observasi
Nominal
Ada
Tidak ada
BAB IV
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan sebab akibat atau variabel (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Exsperimental Design dengan bentuk rancangan One Group Pretest-Postest. Dengan observasi dilakukan sebelum exsperimen disebut pre-test, dan observasi sesudah exsperimen disebut post-test (Hidayat, 2012). Adapun skema rancangan bentuk penelitian adalah sebagai berikut :
Rancangan Penelitian
Post test Pre test
Post test
Pre test
Kelompok intervensi X ………. N ……Y
Keterangan :
X = Menilai tingkat suhu tubuh sebelum diberikan kompres air hangat (pada hari pertama)
Y = Menilai tingkat suhu tubuh setelah diberikan kompres air hangat (pada hari ketiga)
N = Pemberian kompres air hangat
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien demam typoid yang dirawat di Rumah Sakit X.
Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling yaitu semua pasien demam typoid yang dirawat di RS X menjalani proses perawatan dan pengobatan.
Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus:
n=NN+10,052
Ket :
n : sampel
N : populasi
Tempat Penelitian
Penelitian Dilakukan Di Rumah Sakit X
Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada November sampai dengan Desember tahun 2017
Etika Penelitian
Self determination
Responden diberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela dan tidak dengan tekanan.
Privacy/confidentiality
Responden dijaga kerahasiaannya yaitu dengan cara merahasiakan informasi-informasi, menghormati privacy dan kerahasian yang didapat dari responden hanya untuk kepentingan responden.
Anonymity
Selama kegiatan penelitian nama responden tidak digunakan. Sebagai gantinya peneliti menggunakan pengkodean dengan nomor responden.
Informed consent
Seluruh responden bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi subjek penelitian, setelah peneliti menjelaskan tujuan, manfaat terapi zikir, resiko atau ketidaknyamanan dari intervensi dan harapan peneliti terhadap responden serta telah memahami semua penjelasan yang diberikan yang diberikan oleh peneliti.
Protection from discomfort
Responden bebas dari rasa ketidaknyamanan. Peneliti menekankan bahwa apabila responden merasa aman dan tidak nyaman selama intervensi sehingga menimbulkan gejala atau masalah psikologis maka responden diajukan untuk memilih yaitu menghentikan sebagai responden atau terus melanjutkan dengan disertai intervensi psikologis dari keperawatan.
Justice
Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada semua responden diberikan kesempatan yang sama, namun berdasarkan alasan yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian.
Alat Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan alat pengumpul data lembaran instrumen pengkajian yang dirancang sendiri oleh peneliti. Instrumen penelitian tersebut berupa buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan kompres air hangat , lembar observasi.
Metode observasi dengan cara yang paling efektif adalah dengan melengkapi format observasi sebagai instrumen. Format berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2002).
Penelitian ini menggunakan instrumen untuk metode observasi pelaksanaan terapi beserta format pengkajian. Peneliti memberitanda pada item- item format observasi setelah peneliti terapi pada responden dan melakukan wawancara untuk mengkaji data-data yang berhubungan dengan karakteristik pasien. Tanda tersebut diatas berupa check list ( )pada tempat yang telah tersedia.
Strategi yang dilakukan peneliti terkait dengan reliabilitas adalah Peneliti latihan terus menerus, dimana latihan yang dilakukan peneliti setiap hari dengan total durasi waktu 15 menit untuk 3 kali siklus, dimana setiap siklus durasi waktunya 5 menit setiap Pemberian kompres air hangat .
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang pasien pasien demam typoid dan karakteristik responden dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi kompres hangat dilakukan oleh responden dengan anjuran dari peneliti .Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
Tahap persiapan
Persiapan instrumen
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa buku panduan, kuesioner karakteristik responden dan lembar observasi intensitas nyeri.
Persiapan administrasi
Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan tempat penelitian dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Sidrap yang ditujukan ke direktur Rumah Sakit X.
Tahap pelaksanaan
Pada tahap kedua ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
menyeleksi subyek penelitian
memberikan informasi penelitian dengan sejelas-jelasnya kepada subyek penelitian,
meminta persetujuan klien untuk menjadi subyek penelitian, selanjutnya, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Hari pertama peneliti menemukan subyek penelitian atau hari ke-0 peneliti mengisi kuesioner untuk diisi langsung oleh peneliti dengan menanyakan langsung dengan responden dan melihat rekam medis dan selanjutnya kontrak dengan pasien untuk pelaksanaan Kompres air hangat yang dilaksanakan tiga hari, sehari 3 kali
Pada hari pertama penelitian (pertama kali subyek diberikan kompres air hangat dengan panduan dari peneliti) dilakukan penilaian suhu tubuh, sebelum dan segera setelah dilakukan kompres air hangat, lalu dicatat pada format pengkajian yang tersedia sesuai dengan tanggal pelaksanaan.
Pada hari kedua sampai hari tiga penelitian (satu hari berikutnya dari hari pertama), dilakukan kompres air hangat pada waktu dan tempat yang sama dan kembali menilai suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan kompres air hangat.
Analisis Data
Data yang telah terkumpul, sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Editing
Editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap,terisi semua dan dapat terbaca dengan baik. Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisian dankelengkapan jawaban terhadap lembar kuesioner.
Coding
Memberi kode pada setiap variabel untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data antara lain jenis kelamin yang diberikan kode 1 = laki – laki dan 2= perempuan. Pengkodean ini diberikan untuk mempermudah dalam memasukkan data dan menganalisa data serta mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut jenisnya.
Tabulating
Data dikelompokkan menurut kategori yang telah ditentukan, selanjutnya data ditabulasi dengan cara setiap kuesioner dilakukan pengkodean untuk keperluan analisis statistik dengan menggunakan bantuan komputer.Semua data responden telah dikategorikan ke dalam beberapa kategori antara lain data laki – laki dan perempuan dikategorikan sebagai data jenis kelamin.
Entry data
Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program komputer. Peneliti memasukkan satu persatu data responden mulai dari jenis kelamin, usia, intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi .
Cleaning data
Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer dilakukan pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis. Peneliti memeriksa kembali semua data satu persatu data yang telah dimasukkan ke dalam program yang digunakan.
Peneliti tidak menemukan satu pun data yang hilang atau tidak dimasukkan dan data yang telah dimasukkan ke dalam program sesuai dengan data yang ada. Analisa data yang dilakukan meliputi :
Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi nilai rata-rata pada kelompok sebelum dilakukan pelakuan kompres hangat dan sesudah dilakukan pelakuan kompres hangat. (Sibagariang, 2010 dalam Nurhasanah,2014) Pada penelitian ini, yang dilakukan uji univariat berupa frekuensi dan persentase yaitu umur, jenis kelamin dan suhu tubuh. Uji univariat suhu tubuh berupa mean.
Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisa data yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pada analisa ini digunakan uji statistic uji T dikarenakan bahwa data berdistribusi normal (Sibagariang, 2010 dalam Nurhasanah,2014)