Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)
PENENTUAN FRAKSI AKTIF EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN Artocarpus communis Forst.) SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN ( Artocarpus Candida albicans DAN Microsporum DAN Microsporum gypseum Tina Rostinawati, Sulistiyaningsi, Desi Ariani Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran-Jatinangor ABSTRAK Artocarpus communis Forst.) secara empirik digunakan sebagai ramuan Daun sukun ( Artocarpus untuk mengobati penyakit kulit seperti bengkak atau gatal. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur penyebab penyakit kulit seperti Candida albicans dan Microsporum Microsporum gypseum. gypseum. Pemakaian obat antijamur yang berkelanjutan dapat menyebabkan resistensi obat. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian obat alternatif dari bahan alam. Menurut penelitian Permana (2008), ekstrak daun sukun Microsporum mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan Microsporum gypseum . Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun sukun mengandung senyawa flavonoid, tanin, polifenol, saponin, steroid/triterpenoid, kuinon, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan Microsporum Microsporum gypseum, Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) fraksi aktif tersebut, dan uji banding aktivitas dengan ketokonazol. Simplisia daun sukun diekstraksi dengan pelarut metanol selama 3 x 24 jam kemudian diuapkan sampai didapat ekstrak kental. Fraksinasi dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Vakum (KCV) menggunakan eluen gabungan n-heksana, etil asetat dan metanol dengan gradien kepolaran meningkat. Hasil fraksinasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan bercak yang terlihat pada pemantauan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Masing-masing kelompok fraksi ini diuji aktivitasnya terhadap C. albicans dan M. gypseum dengan metode difusi agar. Kelompok fraksi yang aktif menghambat pertumbuhan C. albicans adalah kelompok fraksi A, B, C, D dan E, dengan aktivitas terbesar diberikan oleh kelompok fraksi B. Sedangkan, pada uji aktivitas terhadap M. gypseum tidak ditemukan adanya kelompok fraksi yang aktif, dalam hal ini semua kelompok fraksi tidak dapat menghambat pertumbuhan M. gypseum. Konsentrasi hambat tumbuh minimum kelompok fraksi B terhadap jamur C. albicans sebesar 13%. Kesetaraan aktivitas terhadap C. albicans antara kelompok 2 fraksi B dan ketokonazol menunjukkan nilai 1.277.629 : 1, dengan R 0,970.
Kata kunci: Daun sukun, Candida albicans , Microsporum Microsporum gypseum, fraksinasi ekstrak, aktivitas antijamur.
56
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009
ABSTRACT Breadfruit leaves (Artocarpus communis Forst.) was used empirically as ingredient to treat skin disease such as abscess or itch. The skin diseases can caused by fungus that causing skin disease such as Candida albicans and Microsporum gypseum. The usage of anti fungus medicine continually can caused medicine resistance. By the way, it need conducted the searching of alternative medicine from natural matter. Following Permana (2008) study, breadfruit leaves extract able to obstruct the growing of Candida albicans and Microsporum gypseum. The result of phytochemical screening showed that breadfruit leaves contain flavonoids, tannins, polyphenols, saponines, steroids/triterpenoids, quinones, monoterpenoids and sesquiterpenoids. The purposes of this research are to determine methanol extract active fraction of breadfruit leaves that can inhibit the growth of Candida albicans and Microsporum gypseum, Minimum Inhibitory Concentration of the active fraction and the equivalent activity between the active fraction of breadfruit leaves and ketoconazole. The leaves extracted using methanol for 3 x 24 hours and evaporated. The extract separated by Liquid Vacuum Chromatography (KCV) using combination eluent of n-heksana, ethyl acetate, and methanol with increasing polarity gradient. The fractionation result classified based on spotted that appear during observation of Thin Layer Chromatography (KLT). Each group in the fraction then examined their activities on C. albicans and M. gypseum by diffusion method. The fraction group that actively inhibit C. albicans is fraction group of A, B, C, D and E and the largest activities provided by fraction group B. Whereas in activities test on M. gypseum not seem the fraction group actively. In these all of fraction group hadn’t inhibit the growth of M. gypseum. The Minimum Inhibitory Concentration of fraction group B on C. albicans is 13%. The equivalent activity between fraction group B and ketoconazole on C. albicans indicates rate 1.277.629: 1, with R 2 0,970. Keywords: Breadfruit leaves, Candida albicans, Microsporum gypseum, extracts fractionation, antifungal activities.
57
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R) menyebabkan candidiasis mulut (sariawan),
PENDAHULUAN
Tanaman
( Artocarpus
sukun
candidiasis
usus,
candidiasis
vagina
communis Forst.) merupakan suatu jenis
(vaginitis), candidiasis kulit dan candidiasis
tanaman yang tumbuh di daerah tropis.
sistemik (Tjay dan Kirana, 2002). Spesies
Tanaman sukun memiliki khasiat terapeutik
Microsporum
biasanya
pada beberapa bagian diantaranya; bagian
menyebabkan infeksi kulit dan rambut,
bunga dapat digunakan sebagai obat sakit
tetapi jarang menyebabkan infeksi kuku
gigi, kulit kayu dapat digunakan untuk
(Jawetz, et al., 1996). Jamur Microsporum
mencairkan
gypseum dapat ditularkan langsung secara
darah
bagi
wanita
setelah
melahirkan, sedangkan pada bagian daun
fomitis,
dapat digunakan untuk mengobati penyakit
mengandung jamur. Microsporum gypseum
kulit, jantung, ginjal maupun digunakan
menyerang kulit tubuh, dan lebih sering
sebagai obat radang (Heyne, 1987).
dialami oleh anak-anak. Infeksi kulit yang
Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat
minuman
untuk
obat
epitel,
dan
rambut
yang
disebabkan jamur ini terlihat membengkak
penyakit
seperti sarang lebah dengan gejala bercak-
tekanan darah tinggi, kencing manis, dan
bercak meradang yang tidak berambut yang
juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan
lama kelamaan dapat menjadi alopesia
obat penyembuh kulit yang bengkak atau
(kebotakan) permanen (Wicaksana, 2008).
gatal (Koswara, 2006). Abu daun yang
Menurut Prof. Dr. Saiful Fahmi
dibakar dicampur dengan sedikit minyak
Daili, SpKK, infeksi vaginal candidiasis
kelapa
sensitif terhadap sejumlah besar antijamur.
dan
kunyit
digunakan
untuk
mengobati penyakit kulit pada penduduk di
Obat
daerah
digunakan adalah golongan azol, seperti
Maluku.
Campuran
tersebut
antijamur
yang
flukonazol.
1987).
resistensi, namun di Indonesia flukonazol masih
efektif
dan
sudah
tetap
ada
banyak
dioleskan pada kulit yang sakit (Heyne,
Penyakit kulit dapat disebabkan oleh
Meski
paling
jadi
laporan
pilihan.
infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan
Ketokonazol merupakan obat pertama untuk
jamur (Sundari dan Wien, 2001). Candida
vaginal candidiasis, tetapi sekarang ini
albicans merupakan
penggunaannya mulai terbatas karena efek
bagian
dari
flora
normal selaput lendir di saluran pernapasan,
samping
saluran
Pemanfaatan
cerna
dan
vagina
dan
dapat
hepatotoksik bahan
(Andra,
alam
untuk
2007). tujuan 58
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009 pengobatan penyakit kulit akibat jamur
penguap, cawan petri (Pyrex), erlenmeyer
dikenal juga oleh nenek moyang kita,
(Pyrex), jangka sorong, labu ukur 100 ml
umumnya
(Pyrex), lampu UV 254 dan 366 nm (Camag
pemakaiannya
pengalaman;
karena
itu,
berdasarkan penilaian
dan
UV-Betrachter),
maserator,
mikropipet
pengkajian khasiatnya secara ilmiah perlu
volume 50 µL (Eppendorf), mortir dan
dilakukan baik secara invitro maupun invivo
stamper, ose, oven (Memmert), perforator
(Sundari dan Wien, 2001).
berdiameter
Dari
mm,
spatel,
timbangan
pendahuluan
analitik (Mettler Toledo), volume pipet
Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun
(Pyrex), dan alat-alat gelas yang umum
Sukun terhadap Jamur Candida albicans dan
digunakan di Laboratorium Kimia Bahan
Jamur
penelitian
8
Microsporum
gypseum
dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sukun
mempunyai
antimikroba Kesetaraan dengan
terhadap ekstrak
antibiotik
Alam Farmasi. Bahan
khasiat
sebagai
jamur
tersebut.
dalam penelitian ini adalah daun sukun yang
sukun
diperoleh dari daerah Jawa Barat. Daun
terhadap
sukun yang digunakan yaitu daun segar yang
etanol
daun
ketokonazol
jamur Candida albicans adalah 405:1 gram.
Bahan
tanaman
yang
digunakan
diproses menjadi simplisia.
Ekstrak etanol daun sukun mempunyai
Bahan kimia yang digunakan dalam
aktivitas terhadap Microsporum gypseum,
penelitian ini adalah amil alkohol, amonia,
sedangkan ketokonazol pada penelitian ini
antibiotik
tidak memiliki aktivitas pada konsentrasi
aquadest, asam klorida 2N (Bratachem),
312,5-4500 ppm (Sulistiyaningsih, 2008).
Dimethyl Sulfoxide (DMSO) (Merck), eter
ketokonazol
(Kimia
Farma),
(Bratachem), etil asetat (Bratachem), gelatin ALAT, BAHAN DAN METODE
1% (Bratachem), kalium hidroksida 5%
PENELITIAN
(Bratachem),
Alat yang digunakan pada penelitian
metanol
kloroform
(Bratachem),
(Bratachem),
NaCl
fisiologis
ini adalah alat kromatografi cair vakum
(Otsuka), n-heksana (Bratachem), pelat KLT
(KCV), alat penggiling, alat penguap vakum
silika GF254 (Merck), pereaksi besi (III)
putar/ rotary evaporator (Buchi), autoklaf
klorida,
(Hirayama),
Liebermann
bejana
pengembangan
kromatografi lapis tipis (Camag), cawan 59
pereaksi
Dragendorff,
Burchard,
pereaksi
pereaksi Mayer,
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) (Oxoid),
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R) serbuk magnesium (Bratachem), silika gel
Ekstraksi dan Evaporasi
G60 (Merck) dan vanilin 10% dalam asam sulfat pekat.
Serbuk
simplisia
daun
sukun
diekstraksi menggunakan metode maserasi
Mikroba uji yang digunakan dalam
dengan pelarut metanol, selama 3x24 jam.
Candida
Serbuk simplisia daun sukun dimasukkan ke
albicans dan Microsporum gypseum. Jamur
dalam maserator kemudian ditambahkan
ini ditumbuhkan dalam media Sabouraud
pelarut metanol sampai seluruh serbuk
Dextrose Agar (SDA).
terendam dan didiamkan selama 24 jam.
Metode Penelitian
Setelah 24 jam maserat ditampung dan pada
penelitian
ini
adalah
jamur
Metode penelitian yang dilakukan meliputi
pengumpulan
dan
proses maserasi diulang sebanyak dua kali,
determinasi, skrining fitokimia, ekstraksi
maserat yang diperoleh dipekatkan dengan
dan
ekstrak,
menggunakan rotavapor sampai terbentuk
Tipis
ekstrak kental, lalu diuapkan lagi di atas
(KLT), penyiapan jamur uji, uji aktivitas
penangas air pada suhu 40 C sampai berat
kelompok fraksi, penentuan Konsentrasi
ekstrak konstan.
Hambat
1.Fraksinasi Ekstrak
evaporasi,
pemantauan
bahan
residu ditambahkan pelarut metanol lagi,
fraksinasi
Kromatografi
Tumbuh
Lapis
Minimum
(KHTM)
0
kelompok fraksi aktif, uji banding aktivitas
Ekstrak
difraksinasi
kromatografi
Pengumpulan Bahan dan Determinasi
menggunakan fase diam silika gel G60 dan fase gerak gabungan n-heksana, etil asetat
penelitian ini adalah daun sukun yang
dan metanol dengan gradien kepolaran
diperoleh dari daerah Jawa Barat.
meningkat.
di
Laboratorium
digunakan
(KCV)
dalam
dilakukan
yang
vakum
cara
dengan ketokonazol.
Bahan
cair
dengan
Taksonomi,
Jurusan
Determinasi
Biologi,
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjara n.
2.Pemantauan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Skrining Fitokimia
Penapisan
fitokimia
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari
simplisia
meliputi pemeriksaan golongan alkaloid,
KCV,
kemudian
dipantau
dengan
flavonoid, tanin, polifenolat, monoterpenoid
kromatografi lapis tipis (KLT). Pada tahap
dan seskuiterpenoid, steroid, triterpenoid,
ini dilakukan optimasi pengembang yang
kuinon, dan saponin.
sesuai untuk kondisi pemantauan. Fraksi yang memiliki persamaan pola kromatogram 60
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009 pada
sinar
UV
254
dan
366
nm
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
dikelompokkan menjadi satu.
Minimum (KHTM)
3.Penyiapan Jamur Uji
Fraksi Aktif
Jamur Sabouraud
dibiakkan
Dextrose
pada
Agar
media
(SDA)
dan
Penentuan Tumbuh
Kelompok
Konsentrasi
Minimum
(KHTM)
Hambat kelompok
diinkubasi pada suhu 22-25ºC selama 2-3
fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun
hari. Biakan disuspensikan dalam larutan
dilakukan dengan metode pengenceran agar.
NaCl fisiologis steril sehingga didapatkan
Tahap
suspensi jamur C. albicans dan jamur M.
pembuatan variasi konsentrasi fraksi aktif,
gypseum .
yaitu 10%, 11%, 12%, 13%, 14% dan 15%,
Uji Aktivitas Kelompok Fraksi
dimana 1% adalah 1 gram dalam 1 mL
Sebanyak 20 ml SDA dicairkan dan dibiarkan mencapai suhu kurang lebih 45ºC,
sebanyak
50
dihomogenkan
µL.
Campuran
tersebut
dibiarkan
hingga
dan
menjadi padat, kemudian dibuat lubang dengan
menggunakan
Kelompok
fraksi
alat
dilarutkan
perforator. dengan
Dimethyl Sulfoxide (DMSO) agar didapat
konsentrasi 100%. Setelah mendapatkan konsentrasi
yang
diinginkan,
teteskan
sebanyak 50 µL fraksi ke dalam lubanglubang perforasi dan diinkubasi pada suhu kamar sekitar 22-25ºC selama 2-3 hari. Diameter hambat ditandai dengan adanya zona bening, kemudian diameter hambat diukur dengan menggunakan jangka sorong.
yang
dilakukan
adalah
pelarut, yaitu DMSO. Uji Banding Aktivitas dengan Ketokonazol
Uji banding aktivitas ketokonazol
kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril yang sudah berisi suspensi jamur
awal
dilakukan dengan cara menguji aktivitas ketokonazol
dalam
berbagai
konsentrasi
antara lain 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm dan 125 ppm yang dilarutkan dengan pelarut HCl 0,1 N dan kelompok fraksi aktif dengan konsentrasi 100%, 90%, 80% dan 70% yang dilarutkan dengan DMSO. Uji banding aktivitas dilakukan dengan metode difusi agar
menggunakan
teknik
perforasi.
Sebanyak 40 µL suspensi jamur dimasukkan ke dalam cawan petri berdiameter 20 cm, lalu ditambahkan 40 mL SDA yang masih cair
bersuhu
Setelah
45°C
memadat,
lalu
dihomogenkan.
dibuat
lubang-lubang
dengan menggunakan perforator. Sebanyak 50 µL ketokonazol dan kelompok fraksi aktif dari masing-masing variasi konsentrasi
61
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R) dimasukkan ke dalam lubang-lubang yang
respon
terdapat dalam satu cawan, lalu diinkubasi
metanol daun sukun yang memiliki aktivitas
selama 24 jam pada suhu 22-25°C. Adanya
tertinggi terhadap jamur yang sama.
aktivitas
antijamur
ditunjukkan
kelompok
fraksi
aktif
ekstrak
dengan
adanya daerah bening di sekitar lubang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diameter daerah bening tersebut diukur
Hasil Pengumpulan Bahan dan
menggunakan jangka sorong.
Determinasi
Nilai uji banding diperoleh dengan
Daun sukun yang digunakan dalam
membandingkan respon berupa diameter
penelitian
hambat pertumbuhan jamur dari kelompok
Jatinangor,
fraksi aktif ekstrak metanol daun sukun
dilakukan
terhadap
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
respon
diameter
hambat
ini
diperoleh
Jawa di
dari
Barat.
Laboratorium
Taksonomi,
Ilmu
kondisi
pengamatan
Padjadjaran. Hasil determinasi menunjukkan
ketokonazol dibuat dalam bentuk kurva
bahwa bahan yang diperoleh merupakan
linier dengan data logaritma konsentrasi
tanaman
(ppm) pada sumbu x dan diameter hambat
Forst.) dari famili Moraceae.
(mm) pada sumbu y, kemudian ditentukan
Hasil Skrining Fitokimia
sama.
Hasil
garis dan persamaan regresi liniernya. Kurva yang
menunjukkan
tehadap
diameter
respon hambat
ketokonazol pertumbuhan
sukun
Alam,
Determinasi
pertumbuhan jamur dari ketokonazol pada yang
Pengetahuan
daerah
( Artocarpus
Universitas
communis
Hasil skrining fitokimia simplisia daun sukun ( Artocarpus communis Forst. ) dapat dilihat pada Tabel 1.
jamur digunakan sebagai pembanding bagi
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.) Golongan Alkaloid Flavonoid Tanin Polifenol Saponin Steroid/Triterpenoid Kuinon Monoterpenoid dan seskuiterpenoid Keterangan : +: terdeteksi -: tidak terdeteksi
Hasil pemeriksaan + + + + + + +
62
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009
Hasil Ekstraksi dan Evaporasi
Hasil ekstraksi simplisia daun sukun
Hasil Fraksinasi Ekstrak
dengan pelarut metanol berupa ekstrak
Hasil
fraksinasi
ekstrak
berwarna hijau, dan berbau khas. Simplisia
menggunakan KCV dengan fase diam silika
daun sukun sebanyak 527,31 g diekstraksi
gel G60 dan fase gerak n-heksana : etil
menghasilkan
asetat secara gradien dari perbandingan
62,27
g
ekstrak
kental,
sehingga didapat rendemen sebesar 11,80%.
100:0 sampai perbandingan 0:100 serta etil asetat : metanol dengan perbandingan 90:10 dan
80:20
diperoleh
18
fraksi.
Hasil
fraksinasi dapat dilihat pada Tabel 2.. Tabel 2. Hasil Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.) Fraksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Eluen N-Heksana N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat N-Heksana : Etil Asetat Etil Asetat Etil Asetat : Metanol Etil Asetat : Metanol Bilasan Metanol Bilasan Metanol
Konsentrasi (%) 100 95 : 5 90 : 10 90 : 10 80 : 20 80 : 20 70 : 30 60 : 40 50 : 50 40 : 60 30 : 70 20 : 80 10 : 90 100 90 : 10 80 : 20 100 100 Fase diam
: silika gel GF254
Tipis (KLT)
Fase gerak
: 1. n-heksana : etil
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari
asetat (6 : 4) 2. n-heksana : etil asetat
Hasil Pemantauan Kromatografi Lapis
KCV dipantau dengan Kromatografi Lapis
(8 : 2) . Deteksi
Tipis (KLT) dengan kondisi sebagai berikut:
(visible), sinar UV 254 nm, sinar UV
63
: sinar tampak
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R) 366 nm dan H2SO4 10% dalam etanol.
Hasil pengelompokan fraksi-fraksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengelompokan Fraksi-Fraksi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.)
Fraksi
Eluen
Konsentrasi (%)
1
N-Heksana
100
2
N-Heksana : Etil Asetat
95 : 5
termasuk kelompok
3
N-Heksana : Etil Asetat
90 : 10
fraksi A
4
N-Heksana : Etil Asetat
90 : 10
B
5
N-Heksana : Etil Asetat
80 : 20
C
6
N-Heksana : Etil Asetat
80 : 20
D
7
N-Heksana : Etil Asetat
70 : 30
E
8
N-Heksana : Etil Asetat
60 : 40
Fraksi 8 dan 9 termasuk
9
N-Heksana : Etil Asetat
50 : 50
kelompok fraksi F
10
N-Heksana : Etil Asetat
40 : 60
Pengelompokan Fraksi 1,2 dan 3
Fraksi 10 dan 11 termasuk kelompok
11
N-Heksana : Etil Asetat
30 : 70
12
N-Heksana : Etil Asetat
20 : 80
13
N-Heksana : Etil Asetat
10 : 90
14
Etil Asetat
100
15
Etil Asetat : Metanol
90 : 10
16
Etil Asetat : Metanol
80 : 20
17
Bilasan Metanol
100
Fraksi 17 dan 18 termasuk
18
Bilasan Metanol
100
kelompok fraksi I
fraksi G
Fraksi 12, 13, 14, 15 dan 16 termasuk kelompok fraksi H
64
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009 gypseum dengan
Hasil Uji Aktivitas Kelompok Fraksi
Pengujian dilakukan terhadap jamur Candida
albicans
dan
konsentrasi
kelompok
fraksi 100% menggunakan metode difusi
Microsporum
agar.
Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Kelompok Fraksi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.) terhadap Candida albicans
Fraksi
Diameter Hambat (mm)
A
11,96
B
12,53
C
11,63
D
12,63
E
10,20
F
0
G
0
H
0
I
0
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
ditumbuhi
oleh
jamur
C.
albicans,
diketahui bahwa kelompok fraksi A, B, C, D
sedangkan pada zona hambat kelompok
dan E dengan konsentrasi 100% dapat
fraksi A, B dan C tetap bening. Oleh karena
menghambat
itu, untuk menentukan KHTM dan uji
C.albicans.
pertumbuhan Diameter
hambat
jamur terbesar
banding
aktivitas
digunakan
kelompok
diberikan oleh fraksi D sebesar 12,63 mm,
fraksi B yang mempunyai diameter hambat
dan diameter hambat terkecil diberikan oleh
terbesar kedua yaitu 12,53 mm. Hasil uji
fraksi E sebesar 10,20 mm. Tetapi pada
aktivitas kelompok fraksi ekstrak metanol
pengamatan selanjutnya, diketahui bahwa
daun sukun terhadap
setelah didiamkan selama 4 hari, pada zona
dapat dilihat pada Gambar 1.
hambat kelompok fraksi D dan E mulai
65
Candida albicans
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R)
(a)
(b)
Gambar 1.
Hasil uji aktivitas kelompok fraksi ekstrak metanol daun sukun ( Artocarpus communis Forst.) terhadap Candida albicans
Keterangan: (a) Hasil uji aktivitas kelompok fraksi A-E (b) Hasil uji aktivitas kelompok fraksi F-I Tabel 5. Hasil Uji Aktivitas Kelompok Fraksi Ekstrak Metanol Daun Sukun ( Artocarpus communis Forst.) terhadap Microsporum gypseum
Fraksi
Diameter Hambat (mm)
A
0
B
0
66
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009 C
0
D
0
E
0
F
0
G
0
H
0
I
0
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 100% semua
kelompok
menghambat
fraksi
tidak
pertumbuhan
jamur
dapat M.
Pengujian ini dilakukan terhadap jamur Candida albicans dengan berbagai konsentrasi
kelompok
fraksi
B
dengan
gypseum . Hal ini karena tidak adanya zona
menggunakan metode pengenceran agar,
hambat pada hasil pengamatan.
didapat hasil sebagai berikut:
Hasil Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) Kelompok Fraksi Aktif
Tabel 6. Hasil Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) Kelompok Fraksi B terhadap Candida albicans Konsentrasi Fraksi B (%)
Hasil
11
+
12
+
13
-
14
-
15
-
Keterangan: +
: Tumbuh jamur
-
: Tidak tumbuh jamur
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
pertumbuhan jamur C. albicans, sedangkan
diketahui bahwa kelompok fraksi B dengan
kelompok fraksi B dengan konsentrasi 13%
konsentrasi 12% belum dapat menghambat
sudah
67
dapat
menghambat
pertumbuhan
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R) jamur C. albicans. Jadi, nilai KHTM berada
Candida albicans dapat dilihat pada Gambar
pada konsentrasi 13%. Hasil penentuan
2.
KHTM
kelompok
fraksi
B
terhadap
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
Gambar 2. Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) kelompok fraksi B terhadap Candida albicans
Keterangan: (a) Fraksi B dengan konsentrasi 11% (b) Fraksi B dengan konsentrasi 12% (c) Fraksi B dengan konsentrasi 13% (d) Fraksi B dengan konsentrasi 14% (e) Fraksi B dengan konsentrasi 15%
68
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009 dengan berbagai konsentrasi pengenceran
Hasil Uji Banding Aktivitas Ketokonazol
dilakukan dengan menggunakan metode
terhadap Candida albicans
Uji banding aktivitas ketokonazol dilakukan
terhadap
jamur
C.
difusi agar, didapat hasil sebagai berikut:
albicans
Tabel 7. Hasil Zat Uji
Uji Banding Aktivitas terhadap Candida albicans
Konsentrasi (ppm)
Diameter Hambat (mm)
1000
40,53
500
37,50
250
35,23
125
33,93
1 x 10 (100%)
17,33
Ketokonazol
Kelompok Fraksi B
6
12,96
6
11,36
6
10,00
0,9 x 10 (90%) 0,8 x 10 (80%) 0,7 x 10 (70%)
Berdasarkan
pengamatan
dapat
Penetapan nilai kesetaraan aktivitas
ketokonazol
dapat
dilakukan dengan memasukkan data pada
C.
tabel 4.7 ke dalam persamaan regresi linier.
albicans . Maka dibuatlah kurva baku antara
Dengan memasukkan nilai diameter hambat
log konsentrasi ketokonazol dan diameter
kelompok fraksi B pada konsentrasi 10
hambat, sehingga diperoleh persamaan garis
(100%)
diketahui
hasil bahwa
menghambat
pertumbuhan
jamur
2
diperoleh
nilai
kesetaraan
lurus y = 7,331x + 18,11 dengan R sebesar
konsentrasi
0,970. Hasil uji banding aktivitas dapat
ppm. Nilai banding aktivitas sebagai berikut:
dilihat pada Gambar 4.9 Lampiran 6,
1.000.000 : 0,7827 = 1.277.629 : 1
sedangkan kurva baku dapat dilihat pada
Artinya 1.277.629 bagian kelompok fraksi B
Gambar 4.10 Lampiran 7. Nilai banding
setara dengan 1 bagian ketokonazol.
aktivitas
dapat
dihitung
persamaan: Nilai banding =
menggunakan Aktivitas
kelompok fraksi : aktivitas antibiotik 69
ketokonazol
6
sebesar
0,7827
Penentuan Fraksi Aktif... (Tina R) aktivitas terhadap Microsporum gypseum
SIMPULAN
Hasil
menunjukkan
tidak ditemukan kelompok fraksi yang
bahwa kelompok fraksi A, B, C, D dan E
aktif, dalam hal ini semua kelompok fraksi
dari ekstrak metanol daun sukun mampu
tidak dapat menghambat pertumbuhan
menghambat albicans
ditunjukkan
penelitian
pertumbuhan
dengan oleh
aktivitas kelompok
Candida
Microsporum gypseum.
terbesar
SARAN
fraksi
B
Dari hasil penelitian ini dapat
dengan konsentrasi 100%. Nilai KHTM
dilakukan penelitian lebih lanjut ke arah
kelompok fraksi B berada pada konsentrasi
isolasi senyawa aktif dari daun sukun
13%. Nilai banding aktivitasnya dengan
terhadap Candida albicans sehingga bisa
ketokonazol terhadap Candida albicans
dikembangkan menjadi obat antijamur.
sebesar 1.277.629 : 1. Namun pada uji DAFTAR PUSTAKA
Andra. 2007. Terapi Pilihan untuk Vaginal Candidiasis. Medikamentosa. 7(1): 1. Available at: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/onenews_print.asp ?IDNews=571.[Diakses tanggal 14 Mei 2009]. Backer, C.A. and Bakkuinzen R.C. Jr. 1965. Flora of Java. Vol. III. Groningen: WolterNoordhoff NV. Chiew, Y.F. 2007. Rapid Determination of Fluconazole Susceptibilities for Clinical Specimens with Possible Polymicrobial Candida spp . Available at: http://nzmj.org/journal/120-1255/2567/. [Diakses tanggal 19 Januari 2010]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia . Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 7. Garniswarna, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi . Edisi IV. Jakarta: UI Press. 661-672. Gritter, R.J., J.M. Bobbitt, and A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi . Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. 1,4,5,8. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. 6, 20, 27-28. Hardin Library for the Health Sciences University of Iowa. 2009. Microsporum gypseum. Available at: http://www.lib.uiowa.edu/Hardin/md/cdc/2936 .html. [Diakses tanggal 19 Januari 2010]. Hargono, D., Farouq, Sudiro S., Suwidjijo P., Titik R.R., Udin S.T., dan Sumarsono. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 8, 10, 16. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II (Diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan Jakarta). Jakarta: Penerbit Yayasan Sarana Wana J aya. 670-672. 70
Farmaka, Volume 7 Nomor 3, Desember 2009
Hostettmann, K., M. Hostettmann, and A. Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif: Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam (Diterjemahkan oleh Kosasih P.). Bandung: Penerbit ITB. 9-11,33-35. Hugo, W. B. and A. D. Russel. 1977. Pharmaceutical Microbiology. New York: Blackwell Scientific Publications. 116. Hutapea, J.R. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (IV). Jakarta: Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 15-16. Jawetz, Ernest, J. Melnick dan E. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran (Diterjemahkan oleh Edi N., R.F. Maulany). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 195-196,613. Koswara, Sutrisno. 2006. Sukun sebagai Cadangan Pangan Alternatif . Available at:http://ebookpangan.com/artikel/potensisukunsebagaicadanganpangannasional.pdf . [Diakses tanggal 12 Mei 2009]. th Madigan, M.T. 1997. Biology of Microorganisms. 8 Edition. New Jersey: Prentice Hall International. 119.
Mutschler, E. 1986. Dinamika Obat (Diterjemahkan oleh Mathilda, B.W). Edisi V. Bandung: Penerbit ITB. 4,100-101. Pelczar, M.J. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi (Diterjemahkan oleh Ratna S.H.). Cetakan 1 & 2. Jakarta: UI Press. 202-206. Permana, C. 2008. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sukun ( Artocarpus altilis [Parkins.] Fosbberg) terhadap Bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis dan jamur Candida albicans, Microsporum gypsium. [Skripsi]. Jatinangor: Fakultas Farmasi UNPAD. 32. Schunack, W. 1990. Senyawa Obat (Diterjemahkan oleh Dr. Jore R.W. M. Sc. dan Dr. Sriewoelan S.). Edisi II. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. 100. Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi . Bandung: Penerbit ITB. 3. Natural cure for yeast infection. Summer, S. 2009. Available http://productresearch.wordpress.com/. [Diakses tanggal 19 Januari 2010].
at:
Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur. Cermin Dunia Kedokteran. 130: 28. Available at:http://www. kalbe.co.id/files/cdk/files/11InformasiTumbuhanObatsebagaiAntiJamur130.pdf. [Diakses tanggal 6 Mei 2009]. Susilawati, Y., Moelyono M.W., Titi W.N., Ami T., dan Yoppi I. 2007. Panduan Praktikum Fitokimia. Jatinangor: Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. 11.
71