2. Meotode Pemecahan Masalah ( Problem Solving )
a. Pengertian Pemecahan Masalah ( Problem Solving ) 1
Menurut Gagne (dalam Mulyasa, 2009:111) jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada khirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun dalam banyak ban yak disiplin ilmu lainnya, terutama a gar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Depdiknas (2008:33) menyebutkan : Metode
problem
sol ving (metode
p emecahan
masalah)
buka n
hanya sekedar metode mengajar mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Sedangkan menurut menurut Sanjaya (2008:27) problem solving adalah ³teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah´. Pemecahan
masalah
sebagai
suatu
strategi
maka
kedudukan
pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat untuk memahami materi pembelajaran. Pada saat guru memberikan memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya
timbul
suatu
persoalan/masalah persoalan/masalah
yang
tidak
dapat
diselesaikan diselesa ikan dengan hanya penjelasa n secara lisan melalui melal ui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pemecahan pemecaha n masalah masa lah atau ata u problem pr oblem solving, sol ving, sebagai jalan keluarnya. Kemudian diakhiri dengan t ugas-tugas, ugas-tugas, baik individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Metode ini banyak menimbulkan kegiatan belajar siswa yang lebih optimal. Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau 1
-. -. Tersedia di http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0605996_chapter2.pdf . Diunduh pada 02 Januari 2011.
pertanyaan matematika (Tim PPPG Matematika, 2005:93)2. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi mereka. Pemecahan Masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar aturan. Dalam pemecahan masalah prosesnya terutama letak dalam diri pelajar. Memecahkan
masalah
dapat
dipandang
sebagai
proses
dimana
pelajar
menemukan kombinasi aturan ± aturan yang telah dipelajarinya terlebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang baru ( Dr. S. Natution, 1982 : 170 ). Sedangkan dalam bukunya bukunya ( Drs. Drs. Lukman Hakim, 2009 : 49 ) pemecahan masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dipercaya sebagai vehicle ( kendaraan/ alat ) untuk mengembangkan higher order thingking skills ( Depdiknas, 2004 : 2 ). Melalui proses problem solving, pada siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Adapun menurut Dr. Syaiful Bahri Djamalah ( 2002 : 103-104 ), bahwa adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan bahwa Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya, Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut seperti membaca buku ± buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dll., Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut maksutnya dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan data yang telah diperoleh melalui sumbernya, Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut maksudnya siswa berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul ± betul cocok dan untuk dapat menguji kebenaran jawaban itu diperlukan metode-metode demonstrasi, tugas diskusi, dll., Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
2
Rosyadi, Muhammad. 2010. Tersedia di http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/model-pembelajaran-problem solving/ . Diposting 28 Januari 2010 pukul 15.26 WIB
Menurut
Dr. S. Natution ( 1982 1982 : 171 171 ) Ada Ada beberapa memecahkan memecahkan
masalah dihadapi oleh setiap manusia dalam hidupnya, misalnya seorang saudagar menghadapi masalah jual ± beli, pemerintah menghadapi masalah pembangunan, guru menghadapi peningkatan mutu pendidikan, seorang ibu rumah tangga menghadapi masalah dengan pengeluaran. Ada masalah yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Bila kita berhasil dalam memecahkan setiap masalah, kita mempelajari sesuatu yang baru. Karena itu, memecahkan masalah merupakan suatu bentuk belajar. Di
dalam
pembelajaran
bagaimana
kita
dapat
membantu
anak
memecahkan masalahnya. Cara yang lebih baik adalah memberikan instruksi kepada anak secara verbal untuk membantu
anak memecahka memecahkan n masalah itu. itu.
Sedangkan cara terbaik adalah memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, tanpa merumuskan aturan itu secara verbal. Dengan menggunakan contoh : gambar- gambar dsb. Memecahkan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya ( dicovery ) tanpa bantuan khusus ( Dr. S. Natution, 1982 : 173 ) . Dengan memecahkan masalah pelajar menemukan aturan baru yang lebih tinggi. Menurut penelitian dalam memecahkan masalahnya sendiri memberi hasil yang lebih unggul. Karena itu pendidikan sangatlah penting untuk mendorong anak menemukan penyelesaian soal dengan pemikiran sendiri. Namun discovery atau penemuan sendiri bukan syarat mutlak untuk memahami aturan ± aturan yang lebih tinggi tarafnya. Banyak aturan yang dipelajari dengan memperoleh bimbingan yang lebih lengkap, bahkan dengan aturan- aturan itu sendiri. Akan tetapi ternyata, bahwa aturan yang ditemukan sendiri memberi kemampuan yang lebih tinggi dan akan diingat dalam jangka waktu yang lebih lama ( Dr. S. Natuti Natution, on, 1982 : 173 ) . Penemuan pada dasarnya tak berbeda dengan pemecahan masalah. Penemuan
terjadi
bukan
semata-mata
berdasarkan
kreativitas
melainkan
berdasarkan pengetahuan yang luas, penguasaan sejumlah hirarki aturan dalam berbagai disiplin, pemikiran atau mendalam dan mungkin lama, kemampuan
untuk menerapkan aturan-aturan tertentu atau mengkombinasikan aturan ± aturan dari dua atau beberapa disiplin. Dalam pemecahan masalah terutama belajar sering memerlukan insteruksi verbal yang dapat membimbingnya untuk menemui jawaban. Akan tetapi petunjuk itu dapat diberikan oleh pelajar itu sendiri kepada dirinya. Kemampuan memberi petunjuk kepada diri sendiri itu juga merupakan hasil belajar. Kemampuan itu disebut stategi pemecahan masalah. Misalnya mengajukan pertanyaan berkenaan dengan apa yang dibaca mempertinggi banyaknya bahan yang diingat. Ada macam- macam jenis strategi seperti stategi mengamati, strategi mengingat, strategi membentuk hipotesis, dsb.Pemecahan masalah dapat didefinisikan juga sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Untuk dapat memecahkan masalah, Langkah ± langkah yang dapat diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang telah dikemukakan oleh John Dewey ( 1910 : 171 ) yaitu Pelajar dihadapkan dengan masalah, Pelajar merumuskan masalah itu, Ia merumuskan hipotesis, Ia menguji hipotesis itu. Langkah pertama diatas merupakan peristiwa ekstern. Selebihnya merupakan proses intern yang terjadi dalam diri pelajar
b. K ondisi ondisi
Belajar
Kembali membahas tentang memecahkan masalah, kita pun perlu memerhatikan
kondisi
pelajar.
Kondisi
dalam
diri
pelajar
merupakan
kemammpuanya untuk mengingat kembali aturan ± aturan yang telah dipelajarinnya sebelumnya yang berkenaan dengan pemecahan masalah itu ( Dr. S. Natution , 1982 : 172 ) . Kemampuan itu bergantung pada pengalaman pelajar yang lampau khususnya untuk mengingat kembali aturan ± aturan tertentu. Untuk mengenai kondisi dalam situasi belajar yaitu kontiguitas diperlukan agar dapat menggunakan aturan ± aturan secara berturut ± turut. Untuk mendorong anak ± anak untuk mengingat kembali aturan memerlukan instruksi verbal. Instruksi verbal itu maksudnya membimbing atau menjuruskan pemikiran
pelajar itu kearah tertentu. Bimbingan ini diberikan oleh anak kepada dirinya sendiri dalam hal belajar sendiri. Sedangkan mengenai perbedaan waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah bergantung pada perbedaan individual yakni banyaknya aturan ± aturan yang yang dikuasai, kecepatan untuk mengingat kembali aturan ± aturan itu, kecepatan atau kelancaran pelajar memikirkan hipotesis ( kreativitas ), ketajaman pelajar membedakan konsep ± konsep, memandang masalah itu sebagai suatu hal dalam kategori yang lebih umum dan dengan demikian membuktikan kebenaran jawabannya. Dr. S. Natution (1982 : 172 ± 173) juga mengatakan bahwa ulangan tidak memegang peranan dalam pemecahan masalah. Sekali masalah itu dipecahkan, soal- soal lain yang bersamaan dapat juga dipecahkan.
c.
Langkah-langkah
Pemb elajaran
Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing masing-masing secara individua l. Hal ini bergantung bergantu ng kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan. dipecahkan. Langkah-langkah metode problem solving (Depdiknas, 2008:33) yaitu meliputi : 1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2)
Mencari
data
atau
keterangan
yang
dapat
digunakan
untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, buku-buku, meneliti, b ertanya dan lain-lain. 3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. 4)
Menguji kebenaran kebenaran jawaban sementara sementara tersebut. tersebut. Dalam langkah langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-
metode lainnya seperti demonstrasi, demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain. lain-la in. 5)
Menarik
kesimpulan. k esimpulan.
Artinya
siswa
harus
sampai
kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Adapun skenario pembelajaran pemecahan masalah ( problem ( problem solving ) yang dilaksanakan adalah : No.
1
K egiatan egiatan
Langkah
Pembalajaran
Pembelajaran
Kegiatan awal
Guru melakukan apersepsi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2
Kegiatan inti
Pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan metode
pemecahan
masalah,
langkah-
langkahnya yaitu : Guru menentukan dan menjelaskan masalah Guru dan siswa menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut. Siswa mengadakan identifikasi masalah. Siswa
merumuskan
jawaban
sementara
dalam
memecahkan masalah tersebut. Siswa
mengumpulkan
data
atau
keterangan
yang relevan dengan masalah tersebut. Siswa
berusaha
memecahkan
masalah
yang
dihadapinya dengan data yang ada baik secara
individu maupun kelompok. Setelah Setela h
selesai
siswa
ditunjuk
untuk
menjelaskan ke depan kelas hasil dari pemecahan
masalahnya.
3
Kegiatan penutup
Sebagai evaluasi metode pemecahan masalah, langkah pembelajarannya adalah : Siswa membuat kesimpulan pemecahan masalalah. Guru menutup pembelajaran.
Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam Hudojo, 2003:162), langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai b erikut: 1) Menyajikan masalah dalam bentuk umum. 2) Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional. 3) Menentukan strategi penyelesaian. penyelesaian. 4) Menyelesaikan masalah. Adapun penyelesaian problem problem solving yaitu sebagai sebagai berikut: berikut: 1) Pemahaman terhadap masalah. 2) Perencanaan penyelesaian masalah. 3) Melaksanakan perencanaan. 4) Melihat kembali penyelesaian. penyelesaian. Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian dari strategi belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey (dala m Hudojo, 2003:163), ada enam tahap: 1) Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah secara jelas. 2) Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut. 3) Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat dan alternatif penyelesaian. penyelesaian.
4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar. 5) Pembuktian
hipotesis:
cakap
menelaah
dan
membahas
data,
menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. 6) Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alternatif penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.
d.
K ele elebihan
dan
K ekurangan ekurangan
Metode Pemecahan Masalah ( Problem
Solving )
Tidak ada satupun metode yang sempurna diterapkan untuk semua mata pelajaaran. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan kondisi yang mempengaruhi mempengar uhi
metode. meto de.
Oleh Ol eh
karena
itu
masing-masing masin g-masing metode
past i
memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode pemecahan masalah (problem solving) ini pun memiliki beberapa kelebihan kelebihan diantaranya adalah (Djamarah dan Aswan Zain, 2006:92) : 1) Metode ini dapat membantu membuat me mbuat pendidikan pendi dikan di sekolah sekola h menjadi lebih relevan rel evan dengan kehidupan, ke hidupan, khususnya khusus nya dengan dunia kerja. 2) Proses
belajar
mengajar
melalui
pemecahan
masalah
dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil,
apabila
menghadapi
permasalahan
di
dalam
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. 3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, menyeluruh, karena karena dalam proses belajaranya, bela jaranya, siswa banyak menyoroti menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mecari pemecahan.
Selain Selai n memiliki kelebi han, metode pemecahan pemecaha n masalah juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu : 1) Menentukan Menent ukan suatu masalah yang tingkat ting kat kesulitannya kesulita nnya sesuai dengan tingkat
berpikir
siswa,
tingkat
sekolah
dan
kelasnya
serta
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. 2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan
waktu
yang
cukup
banyak
dan
sering
terpaksa
mengambil waktu pelajaran lain. 3) Mengubah menerima
kebiasaan informasi
siswa dari
belajar
guru
dengan
menjadi
mendengarkan
belajar
dengan
dan
banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Daftar
Pustaka
Rosyadi, Muhammad. 2010. Tersedia di http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/model pembelajaran-problem-solving/. Diposting 28 Januari 2010 pukul 15.26 Wib -. -. Tersedia di http://repository.upi.edu/operator/uplo http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0605996 ad/s_a0551_0605996_chapter2. _chapter2. pdf . Diunduh pada 02 Januari 2011.