Pembengkakan Jaringan Limfe karena Filaria
Florencia Sherlin 102013464 ( C10)
[email protected]
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061,
fax : (021) 563-1731
Pendahuluan
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di daerah
iklim tropis, kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau kaki gajah
lebih besar daripada didaerah yang beriklim sedang maupun dingin.
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau dikenal elephantiasis adalah penyakit
yang menyerang kelenjar, saluran limfe dan biasanya terdapat di bagian
ekstrimitas. Penyakit filariasis ini biasa disebabkan oleh parasit dari
golongan nematoda yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia
timori.. Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang 1 tahun,
penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa
tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis
yang bermakna. Sedangkan penularan penyakit ini melalui vektor nyamuk
sebagai hospes perantara, dan manusia atau hewan kera dan anjing sebagai
hospes defenitif.
Sesuai dengan skenario, seorang seorang laki-laki 45 tahun datang ke
dokter dengan keluhan bengkak pada tungkai kirinya sejak 1 bulan lalu.
Bengkak awalnya mucul mulai dari telapak kaki kemudian membesar sampai ke
tungkai dan lama-lama teras nyeri sampai menyebabkan sulit berjalan. Pasien
mengeluh sering demam naik turun setiap 3 hari namun tidak terlalu tinggi.
Pasien juga mengeluh saat BAK, urinnya berwarna putih seperti susu. Secara
sekilas penulis mempridiksi bahwa pasien menderita filariasis bancrofti.
Maka dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan
membahas tentang pasien tersebut mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis dan lain sebagainya.
Anamnesis
Menanyakan riwayat penyakit disebut 'Anamnesa'. Anamnesa berarti
'tahu lagi', 'kenangan'. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara
penderita dan dokter, peminta bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa
pertama-tama mengumpulkan keterangan yang berkaitan dengan penyakitnya dan
yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis. Mencatat (merekam) riwayat
penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian perkembangan gejala serta
keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas untuk
penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis
pasien dan membuat diagnosis banding. Selain itu, proses ini juga
memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga sebaliknya, serta
memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang sosial
pasien.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama,
alamat, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan),
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan tempat tinggalnya, apakah
bersih atau kotor, dirumahnya terdapat berapa orang yang tinggal
bersamanya, yang memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya
tersebut merupakan penyakit bawaan atau ia tertular penyakit tersebut.
Anamnesis yang dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai
berikut:
1. Keluhan utama, yang menjadi keluhan utama pasien atau apa yang
menyebabkan pasien datang berobat:
KU: Bengkak pada tungkai kirinya dan nyeri sehingga sulit
berjalan
Pelengkap: Sejak 1 bulan yang lalu bengkak awalnya muncul mulai
dari telapak kaki kemudian membesar sampai ke tungkai dan lama-
lama terasa nyeri sampai menyebabkan sulit berjalan
2. Keluhan tambahan, keluhan yang menyertai keluhan utama:
Terjadi demam yang sering naik turun setiap 3 hari namun tidak
terlalu tingi
Saat BAK kencingnya berwarna putih seperti susu
3. Keadaan lingkungan
Ditanyakan bagaimana keadaan lingkungan sekitar pasien apakah
pasien bertempat tinggal di daerah padat dan kumuh sehingga
memungkinkan terkena gigitan nyamuk pada malam hari
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebaiknya, ditanyakan penyakit filariasis limfadenitis yang
pernah diderita pasien karena penyakit filariasis mungkin sudah
ada sejak lahir.
5. Riwayat Keluarga
Perlu dipastikan apakah dari keluarga ada yang mengalami penyakit
filariasis yang sama.
6. Riwayat Obat
Apakah sudah minum obat sebelum datang ke dokter. Jika sudah,
jenis dan lama obat yang sedang/sudah diminum pasien harus
diketahui serta bagaimana efeknya apakah membaik/memburuk.
Filariasis bisa terjadi secara akut maupun kronis. Gejala akut
timbul ketika seseorang baru saja terinfeksi cacing filaria yang ditularkan
melalui nyamuk. Tanda-tandanya adalah demam hilang timbul selama beberapa
hari, timbul benjolan kemerahan di lipatan paha atau ketiak, terasa nyeri
dan panas. Rasa nyeri dan panas yang menjalar dari pangkal paha ke ujung
kaki atau dari pangkal lengan ke ujung jari. Biasanya berlangsung sekitar
satu minggu, tetapi dapat kambuh kembali. Selain itu, terjadi pembesaran
tungkai, lengan, payudara, buah zakar (scrotum) disertai nyeri dan panas.
Gejala kronis timbul akibat infeksi cacing filaria yang berlarut-larut.
Tanda paling khas adalah pembesaran kaki, tangan, buah dada, atau zakar,
tanpa ada nyeri atau panas. Karena itu, bentuk-bentuk pertanyaan dapat
ditambahkan dengan:
Apakah pasien sering merasa nyeri, panas disertai pembesaran pada
bagian tubuh tertentu?
Apakah nyeri juga terkena bagian alat kelamin pasien?
Apakah panas tinggi menggigil atau panas dingin?
Apakah pasien pernah periksa ke dokter? Apakah pernah minum obat?
Apakah ada keluarga pasien yang alami keluhan tersebut?
Pemeriksaan
Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik
yang ditemukan pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang
memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa
pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak memiliki gejala klinik
khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan pemeriksaan
laboratorium (diagnosis laboratorium).
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses
dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
klinis penyakit. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak
yaitu kaki dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien.
Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:
Suhu : 37,2oC
Nadi : 90x/menit
RR : 20x/menit
Tekanan darah : 110/80 mm Hg
Extremitas : edema non pitting di tungkai kiri
Nyeri tekan : (+)
2. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan
diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada pasien ini adalah pemeriksaan darah yang diambil pada waktu
malam dengan sediaan darah tebal dan kemudian diperiksa dibawah
mikroskop. Hal ini bertujuan untuk melihat adanya mikrofilaria yang
hidup dan bergerak aktif. Pemeriksaan darah dengan sediaan darah
tipis juga perlu dilakukan dengan pewarnaan Wright dan Giemsa, yang
bertujuan untuk melihat dan menetapkan spesies dari mikrofilaria yang
ada
Diagnosis
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
menangani suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan
seorang ahli kesehatan untuk menentukan jenis penyakit yang diderita oleh
pasien, kemudian menentukan diagnosis penyakit pasien tersebut sehingga
dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis penyakit (etiologik)
maupun gejalanya (simptomatik).2
Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat
dikenali dengan memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang
ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di
ukur dengan memperhatikan gejala klinis. Semua gejala yang teramati
kemudian dibandingkan dengan pengetahuan mengenai penyakit dan ciri-cirinya
yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut
dapat menentukan jenis penyakitnya.2
Diagnosis pada pasien ini dapat dipastikan dengan pemeriksaan:3
a. Diagnosis parasitologi
Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah,
cairan hidrokel, atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan
darah. Pengambilan darah hanya dilakukan pada malam hari (pukul
20.00) karena periodisitas microfilaria umumnya nokturna. Selain
itu teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi
parasit melalui DNA parasit dengan menggunakan reaksi rantai
polimerase. Teknik ini mampu memperbanyak DNA sehingga dapat
digunakan untuk mendeteksi parasit.
b. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan
kelenjar getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran
cacing yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini hanya dapat
digunakan untuk infeksi filarial oleh W.bancrofti.
c. Diagnosis Imunologi
Deteksi antigen dengan imunochromatographic (ICT) yang
menggunakan antibody monoclonal telah dikembangkan untuk
mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes
positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun microfilaria
tidak ditemukan dalam darah. Deteksi antibody dengan menggunakan
rekombinan telah dikembangkan untuk mendeteksi antibody subklas
IgG4 pada filariasis Brugia. Kadar antibody IgG4 meningkat pada
penderita mikrofilaremia. Pada stadium obstruktif, microfilaria
sering tidak ditemukan lagi di darah. Kadang-kadang microfilaria
tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada di dalam cairan hidrokel
atau cairan kiluria.
I. Differential Diagnosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang
dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan
tanda klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala
yang dialami pasien, pasien bisa dicurigai menderita beberapa penyakit
seperti:
Filariasis malayi dan timori
Gejala klinis filariasis malayi sama dengan filariasis timori.
Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya
mengenai kelenjar inguinal di satu sisi. Kadang–kadang peradangan
kelenjar limfe ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menimbulkan limfangitis retrograde.2 Pada stadium ini tungkai bawah
biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfadema. Limfadenitis
dapat berkembang menjadi ulkus, bila sembuh ulkus akan meninggalkan
jaringan parut. Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak
pernah terkena. Selain kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain
di bagian medial tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan.3
Limfadenitis Tuberkulosis (TBC)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.4 Limfadenitis terjadi bila kuman TB ada pada kelenjar getah
bening, maka akan terjadi radang kelenjar getah bening menahun,yang
ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening leher hanya di satu
sisi, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar.
II. Work Diagnosis
Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa
hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap
diagnosis kerja haruslah diiringi dengan diagnosis banding.5
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau
sakitnya adalah filariasis oleh cacing. Namun untuk lebih spesifik,
kemungkinan bahwa cacing yang menyebabkannya adalah Wuchereria bancrofti.
Hal ini dapat disimpulkan karena pada pasien, sistem limfe alat kelamin
juga terkena sehingga pada waktu BAK, urinnya berwarna putih seperti susu.
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai.
Limfedema tungkai ini dapat dibagi dalam 4 tingkat, yaitu : 1
Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal
(reversible) bila tungkai diangkat.
Tingkat 2. Pitting/non-pitting edema yang tidak dapat kembali normal
(ireversible) bila tungkai diangkat.
Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai
diangkat, kulit menjadi tebal.
Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada
kulit (elephantiasis).
Etiologi
Penyebab terjadinya filariasis bancrofti adalah oleh cacing Wuchereria
bancrofti. Cacing ini merupakan seekor cacing dewasa berwarna putih, kecil
seperti benang. Cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm, sedangkan cacing
betina berukuran dua kali cacing jantan yaitu 65-100 mm x 0,25 mm.
Mikrofilarianya hidup dalam darah dan terdapat dialiran darah tepi pada
waktu-waktu tertentu saja. Pada umumnya mikrofilaria W.bancrofti bersifat
nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat didalam darah tepi pada waktu
malam.3,6 Pada siang hari, mikrofilarianya terdapat dikapiler alat dalam
(paru, jantung, ginjal, dan sebagainya). Yang mempunyai gejala pada stadium
mikrofilaremia menyebabkan limfedema didaerah yang terkena, stadium akut
ditandai dengan peradangan ada saluran dan kelenjar limfe, berupa
limfadenitis dan limfangitis retrograde yang disertai demam dan malaise
serta stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah
hidrokel dan dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis.3,6
Kadang-kadang terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang
terjadi karena dilatasi pada pembuluh limfe pada sistem ekskretori dan
urinari.3,6
Penyakit filariasis bancrofti dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Vektor yang berperan dalam penularan filariasis bancrofti adalah
culex quinquefasciatus (daerah perkotaan), Anopheles/aedes (di
pedesaan).3,7 Parasit yang dapat menyebabkan filariasis bancrofti adalah
Wuchereria bancrofti. Di daerah pasifik, microfilaria W.bancrofti mempunyai
periodesitas subperiodik diurnal. Microfilaria terdapat di dalam darah
siang dan malam hari, tetapi jumlahnya lebih banyak pada siang hari.
Gambar 1. W.Bancrofti
Hospes pelantara dari filaria, yaitu nyamuk mendapatkan infeksi
dengan menelan mikrofilaria dalam darah yang diisapnya. Mula-mula parasit
ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I (L1)
dalam waktu 3 hari. Dalam waktu kurang lebih seminggu larva ini bertukar
kulit tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II
(L2). Pada hari ke 10-14 selanjutnya larva ini bertukar kulit sekali lagi
tumbuh makin panjang dan lebih kurus, disebut larva stadium III (L3) yang
merupakan bentuk infektif dan dapat dijumpai di dalam selubung probocis
nyamuk. Larva bermigrasi ke alat tusuk nyamuk dan masuk ke dalam kulit
hospes definitif melalui luka tusukan ketika sedang mengisap darah dan
bersarang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami
dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium 4 lalu stadium 5
atau cacing dewasa.
Patofisiologi
Hospes perantara, nyamuk, mendapatkan infeksi dengan menelan
mikrofilaria dalam darah yang dihisapnya. Dalam beberapa jam mikrofilaria
menembus dinding lambung, melepaskan selubung/sarungnya dan bersarang
diantara otot-otot toraks. Mula –mula parasit ini memendek menyerupai sosis
dan disebut larva stadium 1 (L1). Dalam kurang dari 1 minggu berubah
menjadi larva stadium 2 (L2), dan antara hari ke-11 dan 13, L2 berubah
menjadi L3 atau larva infektif (filiform). Bentuk ini sangat aktif, awalnya
bermigrasi ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. 3,4
Infeksi diawali pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva L3
akan keluar dari probosisnya kemudian masuk melalui bekas luka gigitan
nyamuk menembus dermis dan bergerak menuju sistem limfe. Larva L3 akan
berubah menjadi larva L4 pada hari 9-14 setelah infeksi dan akan mengalami
perkembangan menjadi cacing dewasa betina dan jantan dalam 6-12 bulan,
setelah inseminasi, zigot berkembang menjadi mikrofilaria. Cacing betina
dewasa akan melepaskan ribuan mikrofilaria yang yang mempunyai selubung ke
dalam sirkulasi limfe lalu masuk ke sirkulasi darah perifer. Cacing betina
dewasa aktif bereproduksi selama lebih kurang 5 tahun. Cacing dewasa
berdiam di pembuluh limfe dan menyebabkan pembuluh berdilatasi, sehingga
memperlambat aliran cairan limfe. Sejumlah besar cacing dewasa ditemukan
pada saluran limfe ekstremitas bawah, ekstremitas atas dan genitalia pria.
Filariasis tanpa mikrofilaremia merupakan keadaan tidak umum
Perubahan utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah bening akibat
inflamasi yang di timbulkan cacing dewasa, bukan mikrofilaria. Cacing
dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah
bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan
dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam
dan sekitar pembuluh getah bening yang mengalami inflamsi bersama dengan
poliferasi sel endotel jaringan penunjang menyebabkan berliku–berlikunya
sistem limfatik dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah
bening.4
Epidemiologi
Parasit ini tersebar luas di daerah yang beriklim tropis di seluruh
dunia. Terutama di daerah berhawa panas (daerah khatulistiwa). Parasit ini
ditularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektor. Tergantung vektornya
dengan tempat perindukan berlainan, filariasis bancrofti ada dua macam
yaitu filariasis bancrofti perkotaan (urban bancroftian filariasis) vektor
utamanya Culex fatigans yang hidup di dalam rumah, tempat perindukannya di
air kotor sekitar rumah dan filariasis bancrofti pedesaan (rural
bancroftian filariasis) vektornya nyamuk Aedes, Anopheles dan Mansoni.
Filariasis bancrofti dapat di jumpai di perkotaan atau di pedesaan.
Di Indonesia parasit ini lebih sering ditemui dipedesaan dari pada
perkotaan. Kelompok umur dewasa muda merupakan kelompok penduduk yang
sering menderita, terutama penduduk yang tergolong berpenghasilan rendah.3
Gejala Klinis
Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah
lanjut akan menimbulkan gejala obstruktif.
Perjalanan penyakit filariasis dapat dibagi dalam beberapa stadium : 3
1. Stadium mikrofilaremia
Pada penderita mikrofolaremia tanpa gelajah klinis, pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan saluran limfe. Cacing dewasa
hidup dan dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran
limfe disebut lymphangiekstasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan
lymphangiekstasia terjadi secara intensif, menyebabkan disfungsi system
limfatik. setelah itu, lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi.
Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu, sampai semua
saluran limfatik tertutup, menyebabkan terjadinya limfedema di daerah
yang terkena.
2. Stadium akut
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe,
berupa limfadenitis, disertai dengan dengan demam dan malaise. Gelajah
peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan
berlangsung beberapa hari sampai satu dua minggu lamanya.
3. Stadium menahun
Pada stadium menahun, paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula
dijumpai gejalah limfadema dan elephantiasis yang mengenai seluruh
tungkai, payudara dan vulva. Kadang-kadang terjadi kiluria, yaitu urin
yang berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi pada pembulih limfe
pada system ekskretori dan urinary.
Pengobatan
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obat–obat
yang di minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).
a) Medica mentosa
Pengobatan yang diberikan adalah obat dietilkarbamisin sitrat
(DEC). Obat ini merupakan obat pilihan terbaik untuk pengobatan perorangan
atau masal, karena DEC bersifat membunuh microfilaria dan cacing
dewasa pada pengobatan jangka panjang.3,4 Dosis yang dianjurkan adalah
6 mg/kg berat badan /hari selama 12 hari.4 Di Indonesia, dosis 6 mg/kg BB
memberikan efek samping yang berat, sehingga pemberian DEC di lakukan
berdasarkan usia dan dikombinasi dengan albendazol.8,9
Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selama bertahun-
tahun dan baru baru ini di coba digunakan sebagai anti-filaria. Dosis
tunggal albendazol tidak mempunyai efek terhadap mikrofilaria. Albendazol
hanya mempunyai sedikit efek untuk mikrofilaria jika digunakan sendiri.
Dosis tunggal 400 mg dianjurkan di kombinasi dengan DEC atau ivermectin
yang diberikan sekali setiap tahun selama 5-10 tahun pada penduduk di atas
usia 2 tahun efektif menghancurkan mikrofilaria.
Ivermectin
Ivermectin terbukti sangat efektif dalam menurunkan mikrofilaria pada
filariasis bancrofti di sejumlah negara. Obat ini membunuh 96% mikrofilaria
dan menurunkan produksi mikrofilaria sebesar 82%. Obat ini merupakan
antibiotik semisintetik golongan makrolid yang berfungsi sebagai agent
mikrofilarisidal poten. Dosis tunggal 200-400µg/kg dapat menurunkan
mikrofilaria dalam darah tepi untuk waktu 6-24 bulan. Dengan dosis tunggal
200 atau 400µl/kg dapat langsung membunuh mikrofilaria dan menurunkan
produksi mikrofilaria.
b) Non medika mentosa(Perawatan umum)
– Istirahat dari tempat tidur, bila dipindahkan ke tempat dengan suhu
yang lebih dingin akan mengurangi derajat serangan akut.
– Memberikan antibiotik untuk mengurangi infeksi sekunder dan abses.
– Pembendungan untuk mengurangi oedem.
– Memberi pengetahuan kepada pasien untuk menjaga kebersihan.
Operatif(Pembedahan)
Pembedahan dilakukan apabila sudah terjadi elephantiasis. Hasilnyapun
tidak akan menjadi seperti sediakala.
Komplikasi
Wuchereria bancrofti dapat menimbulkan beberapa komplikasi, dapat
berupa kiluria, yaitu urin berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi
pada pembuluh limfe pada system eksretori dan urinary, selain itu
filariasis bancrofti dapat menyebabkan Hidrokel.7
Prognosis
Pengobatan akan memberikan kesembuhan pada penderita mikrofilaremia,
stadium akut, limfadema stadium 1-2, kiluria, dan stadium dini
elefantiasis. Bila sudah mencapai hidrokel dan elefantiasis lanjut (kronik)
biasanya ditanggulangi dengan cara pembedahan.
Pada kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah
dari daerah endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian obat, serta pemberantasan vektornya. Pada kasus–kasus
lanjut terutama dengan edema prognosis lebih buruk.3
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan baik secara masal atau pencegahan
individu. Pencegahan secara massal dapat dilakukan dengan pemberian obat
dosis tunggal, sekali pertahun, 2 regimen obat (Albendazol 400 mg dan
ivermectin 200 mg/kgBB) cukup efektif.7 Hal ini merupakan pendekatan
alternatif dalam menurunkan populasinya.
Pencegahan individu dapat dilakukan mengurangi kontak dengan nyamuk
melalui penggunaan obat oles anti nyamuk, atau obat nyamuk bakar maupun
semprot, kelambu, memasang kasa pada ventilasi udara dan penyuluhan dampak
filariasis bancrofti.5,7 Selain itu tempat hidup vector bisa dibasmi dengan
menjaga kebersihan lingkungan sehingga vector tidap dapat hidup dan
berkembang biak.
Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik maupun penunjang akan
didapatkan beberapa diagnosis penyakit. Namun jika telah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
filariasis bancrofti yang disebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti. Bila
sudah mengetahui patofisiologi dan etiologi penyakit, pasien dapat segera
diberikan penanganan lebih lanjut seperti pemberian obat agar penyakit
tidak bertambah parah. Selain pengobatan yang dilakukan, harus pula
dilakukan tindakan pencegahan agar penyakit tidak menyebar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005.h.104.
2. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra
Lesatari; 2007.h.19.
3. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK. Parasitologi kedokteran. Edisi
ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.32-8.
4. Sudoyo AW, Alwi I, Bambang S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-
5. Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2230, 2931-6
5. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu kedokteran. Jakarta: Gramedia;
206.h.51.
6. Widoyono. Penyakit tropis. Jakarta: Erlangga; 2008.h.139-41.
7. Mubin H. Panduan praktis ilmu penyakit dalam. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2007.h.94-5