LO KHENG HONG, SANG VALUE INVESTOR YANG BEBAS FINANSIAL
MANAJEMEN KEUANGAN DOSEN: Dr. Zaenal Arifin, M.Si.
Disusun Oleh Nama : Toni Hartadi NIM
: 16919043
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2017
A. RINGKASAN KASUS
Informasi Umum
1.
Lo Kheng Hong adalah investor saham yang kerap disebut-sebut sebagai Warren Buffet-nya Indonesia. Kini 24 tahun sudah ia menjadi seorang investor saham, dan di usianya akan segera genap 55 pada tahun 2014.
2.
Lo Kheng Hong merupakan seorang Value Investor.
Awal Mula Investasi Lo Kheng Hong
1.
Lo Kheng Hong mulai menjadi investor saham pada tahun 1989 pada usia 30 tahun.
2.
LO Kheng Hong mengambil keputusan untuk berinvestasi di saham karena adanya potensi capital gain yang besar. Saat itu ada saham yang ketika IPO ( Initial Public Offering )
3.
Pada awal-awal berinvestasi saham, dia membeli saham saat IPO, hanya sedikit misalnya Rp 10 juta saja, hanya dapat beberapa lot. Dari sedikit lamalama jadi banyak.
Siklus Investasi Lo Kheng Hong
1.
Saham yang pertama kali dibeli Lo Kheng Hong adalah saham PT Gajah Surya Multi Finance saat IPO, tetapi waktu listing harganya turun, dan dia terpaksa menjualnya di harga lebih rendah dan mengalami kerugian
2.
Lo Kheng Hong membeli saham perusahaan Petrokimia dengan harga Rp 200, dan pada tahun 2008 turun jadi Rp 60. Tetapi dia tidak menjualnya, bahkan dia membeli lebih banyak di harga murah, akhirnya saham itu berbalik naik menjadi Rp 600 dan dia menjualnya.
3.
Kheng Hong juga dikabarkan sempat mengalami kerugian cukup besar hingga uangnya tinggal 15% saat terjadi krisis 1997 – 1998. Namun, ia tetap membeli saham dengan uang tersebut pada posisi yang rugi kemudian berbalik menjadi untung. Ia bahkan berhasil meningkatkan asetnya di saham hingga 150 ribu sejak 1998 sampai 2013.
4.
Pada tahun 2005 dia membeli saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia seharga Rp 250. Dia mendapatkan sekitar 6 juta saham MBAI atau sekitar 8,28% dari total saham MBAI yang beredar di pasar. Setelah dia simpan selama 6 tahun, harganya naik menjadi Rp 31.500 dan menjualnya di 2011. dia memperoleh untung 12.500%.
5.
Dia juga pernah memiliki 850 juta lembar saham PT Panin Financial Tbk (berkode PNLF). Dia membelinya di harga Rp 100 dan 1,5 tahun kemudian menjualnya di harga Rp 260. Setelah itu, harganya masih naik lagi ke Rp 300.
6.
Pada tahun 1993, Lo Kheng Hong membeli saham PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS), perusahaan pelayaran harga di Rp 800. Tidak sampai setahun, harga saham itu langsung naik, dan dia menjual di Rp 1.350. Dulu saham itu likuid, karena sat itu pasar modal memang sedang booming
7.
Sudah 20 tahun ini Lo Kheng Hong tidak membeli saham dari IPO. Dia hanya membeli saham yang telah diperdagangkan di bursa. Saat ini, banyak membeli saham perusahaan tambang batubara, karena harganya sudah jatuh banyak sekali dan sangat murah, salah satunya adalah PT Petrosea Tbk yang saat ini kepemilikannya mencapai sekitar 9%.
Strategi Investasi Lo Kheng Hong
1.
Tiap hari mencermati berita tentang emiten dan tren pasar modal Lo Kheng Hong mengkliping dan mem- filing sendiri artikel-artikel tentang pasar modal dari Koran setiap hari. Semuanya disimpan berdasarkan nama perusahaannya sesuai urutan alphabet dari A-Z. Dia juga menge- print keterbukaan informasi itu, lalu diarsibkan berdasarkan perusahaannya.
2.
Memburu saham yang ‘salah harga’ dipasar Mencari perusahaan yang ‘salah harga’ di bursa. Strategi investasi yang dilakukan adalah membeli saham perusahaan yang bagus dan murah, kemudian disimpan, menunggu dengan sabar, sampai suatu hari pasar sadar bahwa harga saham itu terlalu murah dan kembali naik ke harga wajarnya, dari sinilah dia mendapatkan keuntungan
3.
Tidak menetapkan target berapa lama saham harus dipegang Lo Kheng Hong tidak memiliki target investasi. Berinvestasi di bursa efek tidak bisa ditargetkan, karena kita tidak bisa tahu dengan pasti, apa yang akan terjadi di masa depan
4.
Mencermati laporan tahunan perusahaan yang sahamnya akan dibeli. Lo Kheng Hong tidak pernah membeli saham sebelum membaca annual report -nya, karena dengan membaca annual report bisa mengetahui bidang usahanya,
labanya,
keuangannya,
pemiliknya,
serta
direktur
dan
komisarisnya,
B. PROBLEM STATEMENTS
Pada dasarnya value investing yang dilakukan oleh Lo Kheng Hong dengan strategi yang diterapkan merupakan suatu cara yang umum digunakan oleh value investor. Namun terdapat pertentangan yang di sampaikan oleh Aidil Akbar Madjid, chairman IAFRC (International Association of Registered Financial Consultans), sehingga terdapat tiga hal yang patut dipertimbangkan oleh Lo Kheng Hong: 1.
Adanya kenyataan bahwa harga saham yang sudah dewasa “mature” kenaikannya tidak terlalu banyak, bahkan terkadang dalam 5 tahun harganya kembali lagi ke harga awal, sedangkan Lo Kheng Hong tidak menetapkan target berapa lama saham harus dipegang, sehingga diperlukan waktu yang tepat apabila hendak menjual kembali saham tersebut.
2.
Strategi investasi yang dilakukan Lo Kheng Hong adalah memburu perusahaan yang “salah harga”. Dengan membandingkan berapa nilai pasar perusahaan dan laba bersih perusahaan tersebut.
3.
Saham-saham yang diburu Lo Kheng Hong memiliki potensi dan fundamental yang bagus, namun namanya memang belum “terdengar” tidak seperti kategori bluechip. Sehingga saham tersebut memiliki risiko yang tinggi daripada saham-saham bluechip. Dalam pembelian saham PT Petrosea Tbk Lo Kheng Hong hanya mendasarkan pada harga saham yang murah, dan kurang memperhatikan pada aspek manajemen PT Petrosea Tbk.
C. ANALISIS PROBLEM
1.
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa Lo Kheng Hong pernah memiliki 850 juta lembar saham PT Panin Financial Tbk (berkode PNLF). Dia membelinya di harga Rp 100 dan 1,5 tahun kemudian menjualnya di harga Rp 260. Setelah itu, harganya masih naik lagi ke Rp 300. Hal tersebut menunjukkan bahwa Lo Keng Hong menjual saham PNLF pada momentum yang kurang tepat, sehingga
potensi
keuntungan
penjualan
saham
tersebut
tidak
bisa
dimaksimalkan. 2.
Pada tahun 2005 Lo Kheng Hong membeli saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), sekitar 6 juta saham MBAI atau sekitar 8,28% dari total saham MBAI yang beredar di pasar. Jumlah pasar MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta lembar. Jadi, nilai perusahaanya adalah Rp 250 dikali 75 juta lembar, yaitu Rp 18,75 miliar, padahal labanya Rp 106 miliar. Dengan kata lain, dalam mencari perusahaan yang “salah harga” Lo Keng Hong hanya memperhatikan rasio Earning Per Share (EPS) yang diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah laba bersih/ earning dengan jumlah lembar saham, sedangkan EPS bukanlah suatu cara untuk mengetahui nilai instrinsik suatu saham melainkan menggambarkan perbandingan antara jumlah earning (laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan. Sebagaimana diketahui bahwa analisis fundamental pada analisis rasio keuangan untuk mengukur valuasi/ nilai suatu saham diperlukan perhitungan Price Earning Ratio (P/E) dan Price/earnings to growth ratio (PEG) ratio serta Price to Book Value (PBV) ratio.
3.
Pada kepemilikan yang mencapai 9% pada saham PT Petrosea Tbk perusahaan tambang batubara yang harganya jatuh banyak sekali dan harganya sangat murah, Lo Kheng Hong perlu melakukan analisis fundamental pada sisi manajemen perusahaan tersebut, bukan hanya analisis pada nilai saham tersebut.
D. ALTERNATIF SOLUSI
Alternatif solusi untuk ketiga Problem Statement tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Untuk solusi masalah pertama terkait penjualan saham PT Panin Financial Tbk pada saat momentum yang kurang tepat perlu memperhatikan analisis teknikal untuk mengetahui waktu yang tepat untuk menjual saham. Analisis teknikal yang dimaksud adalah dengan mengamati grafik pergerakan saham secara berkala. Hal yang perlu diperhatikan adalah pergerakan harga dan volume saham harian/ mingguan, apabila pergerakan harga dan volume saham bergerak terlalu cepat. Maka perlu diperhatikan ada atau tidaknya faktor fundamental yang mempengaruhi pergerakan tersebut, untuk kemudian dapat di putuskan menjual atau mempertahankan saham tersebut.
2.
Untuk solusi masalah kedua terkait analisis fundamental pada analisis rasio keuangan, selain menghitung rasio Earning Per Share (EPS) maka perlu dilakukan perhitungan Price Earning Ratio (P/E) dan Price/ Earning to Growth Ratio (PEG) serta Price to Book Value (PBV) ratio. Pada dasarnya dua komponen EPS dan P/E diutamakan dalam analisis karena: a.
EPS dan P/E bisa dipakai untuk mengestimasi nilai instrinsik saham
b.
Deviden yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning.
c.
Adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
Namun demikian tidak semua saham yang hasil rasio P/E rendah layak dipilih sebagai value stock . Tidak ada patokan angka yang pasti untuk seberapa besar sebuah saham dianggap murah dari P/E nya. Perlu dibandingkan saham perusahaan tersebut dengan saham perusahaan lain dalam sektor yang sama. Ukuran lain yang dipakai dalam menentukan nilai instrinsik sebuah perusahaan adalah dengan PEG ratio, yang dihitung berdasarkan P/E ratio sebuah perusahaan dibagi dengan proyeksi pertumbuhan pendapatan/ earning sebuah perusahaan dari tahun ke tahun. PEG ratio mengukur valuasi/ mahal
murahnya nilai sebuah saham jika dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatannya. Nilai perusahaan dikatakan terdiskon/ undervalue apabila PEG ratio perusahaan tersebut kurang dari 1. Sedangkan Price to Book Value (PBV) ratio berarti bahwa semakin rendah PBV ratio, maka harga saham tersebut lebih murah atau berada di bawah harga sebenarnya, namun hal ini juga dapat berarti ada sesuatu yang salah pada perusahaan tersebut, khususnya pada kepemilikan asset dan hutang. Untuk mengetahui PBV ratio terlebih dahulu dicari Book Value Per Share Ratio (BVPS)/ nilai buku per lembar saham. Rumus perhitungan ketiga rasio:
3.
Earning Per Share (EPS)
=
Keuntungan bersih Jumlah saham beredar
Price Earning Ratio (P/E)
=
Harga saham EPS
Price/ Earning to Growth Ratio (PEG)
=
P/E ratio Pertumbuhan tahunan EPS
Price to Book Value (PBV)
=
Harga saham BVPS
Untuk solusi masalah ketiga terkait pembelian saham PT Petrosea Tbk hingga kepemilikan 9% pada saat harga saham perusahaan tersebut jatuh banyak sekali dan harganya sangat murah, Lo Kheng Hong perlu melakukan analisis fundamental pada manajemen PT Petrosea Tbk bukan hanya melakukan analisis fundamental pada analisis rasio keuangan saja. Analisis dimaksud adalah dengan menganalisa manajemen PT Petrosea Tbk untuk mengetahui bagaimana manajemen mengatur perusahaan tersebut agar terhindar dari kerugian, sebagaimana diketahui bahwa PT. Petrosea Tbk merupakan anak perusahaan dari PT Indika Energy Tbk sehingga PT. Petrosea Tbk sangat tergantung pada kebijakan PT Indika Energy Tbk, dan sangat dimungkinkan bahwa PT Petrosea Tbk bisa dirugikan sewaktu-waktu ole h PT Indika Energy Tbk sebagai perusahaan induknya.
Untuk diketahui bahwa; “PT Indika Energy Tbk ( INDY) melakukan refloat tersebut secara bertahap, hingga akhirnya pada tanggal 24 Februari 2012, INDY selesai me-refloat saham PT Petrosea Tbk (PTRO) dengan melepas total 28.75% saham PTRO ke publik, sehingga kini INDY hanya memegang 69.8% saham PTRO.” Sumber : http://www.teguhhidayat.com/2012/08/petrosea.html diakses pada 16 Mei 2017. Dengan demikian, Lo Kheng Hong yang hanya memiliki sekitar 9% saham PT Petrosea Tbk tidak cukup kuat untuk mempengaruhi kebijakan manajemen perusahaan. Untuk mengetahui seberapa bagus dan seberapa kuat manajemen sebuah perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisa 5 W, yaitu: a.
WHO : siapa orang-orang dibalik kemudi perusahaan, siapa CEO, CFO, CIO dan lain sebagainya.
b.
WHERE : dari mana asal-usul mereka? Apa latar belakang pendidikan dan latar belakang karirnya? Apakah latar belakang tersebut cocok untuk menjalankan industry tersebut?
c.
WHAT : apa yang menjadi visi dan filosofi dari manajemen terkait? Apa tindakan yang diambil para manajer tersebut sebelumnya?
d.
WHEN : berapa lama manajer tersebut mengendalikan perusahaan? Apabila manajemen selalu berubah-ubah/ restrukturisasi manajemen bisa dikarenakan buruknya performa, maupun menunjukkan perusahaan tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik.
e.
WHY : yaitu mengapa orang-orang tersebut terpilih menjadi manajer perusahaan? Apakah manajer tersebut memperoleh posisinya karena ditunjuk dan berprestasi, atau karena ia menunjuk dirinya sendiri atau mewarisi posisi tersebut?
E. IMPLEMENTASI SOLUSI
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penerapan rencana alternative solusi, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Value investing merupakan jenis investasi jangka panjang sehingga Lo Kheng Hong tidak menetapkan target berapa lama saham harus dipegang. Namun Lo Kheng Hong perlu mengamati pergerakan harga dan pergerakan volume saham PT. Panin Financial Tbk secara berkala dan melakukan analisa apabila pergerakan harga dan volume saham bergerak terlalu cepat, maka perlu diperhatikan ada atau tidaknya faktor fundamental yang mempengaruhi pergerakan tersebut, untuk kemudian dapat mengambil keputusan menjual atau mempertahankan. Sehingga penjualan saham dapat dilakukan pada momentum yang tepat, dan laba dari penjualan saham PT. Panin Financial Tbk bisa diperolah dengan sebesar-besarnya.
2.
Analisis fundamental pada analisis rasio keuangan hendaknya dilakukan lebih cermat lagi, dengan perhitungan rasio yang mampu memberikan gambaran nilai suatu saham.
3.
Lo Kheng Hong tidak bisa mempengaruhi manajemen PT Petrosea Tbk, mengingat saham yang dilepas PTRO ke public sekitar 28,75% sedangkan dia hanya punya kepemilikan saham sekitar 9%. Analisis fundamental pada ketiga aspek, ekonomi, industry dan rasio keuangan harus dilakukan Lo Kheng Hong untuk mengetahui potensi masa depan perusahaan tersebut. Untuk mengetahui secara kompleks, bagaimana permintaan pasar batu bara, kondisi internal manajemen PT Petrosea Tbk, dan perolehan laba perusahaan dari waktu ke waktu. Pada akhirnya Lo Kheng Hong dapat mengambil keputusan yang tepat terkait saham yang dimiliki apabila PT Petrosea Tbk terus tumbuh, ataupun sebaliknya.
F. KESIMPULAN
Value investing merupakan strategi investasi jangka panjang, dengan konsep mencari saham-saham yang dijual di bawah nilai wajarnya. Sebagai value investor Lo Kheng Hong hendaknya, tidak hanya semata-mata mencari saham
yang murah/ dibawah nilai wajarnya, melainkan harus mencari perusahaan dengan fundamental yang kuat. Analisis fundamental harus dilakukan pada analisis ekonomi, analisis industry, dan analisis rasio keuangan. Sebagai seorang value investor harus memiliki pemahaman bahwa, dengan membeli saham berarti membeli perusahaan dan menjadi pemilik perusahaan. Sehingga seorang value investor harus siap untuk berinvestasi dengan rentang waktu yang sangat lama. Namun demikian, apabila Lo Kheng Hong hendak menjual sahamnya maka harus dilakukan dengan cermat pada momentum yang tepat. Dapat dilakukan analisis teknikal terlebih dahulu, yaitu dengan melihat grafik pergerakan saham secara berkala. Apabila pergerakan harga dan volume saham yang terjadi tidak biasa, naik atau turun secara drastis dalam waktu yang dekat, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu. Apakah ada faktor fundamental yang mempengaruhi perubahan harga tersebut, untuk kemudian dapat digunakan sebagai pedoman menjual atau menahan saham pada saat itu.
DAFTAR PUSTAKA
May,Ellen. 2013. Smart Trader Rich Investor . Gramedia Pustaka Utama. Bandung
Teguh Hidayat. 2013. Contoh Value Stock Petrosea. Melalui : http://www.teguhhidayat.com/2013/12/contoh-value-stock-petrosea.html
Bagaimana
Menjual
Saham.
www.dailystockprice.net.
www.dailystockprice.net. (diakses Mei 15, 2017).
15
Mei
2017