BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Peer Assessment Assessment
Peer assessment adalah sebuah proses dimana seorang pelajar menilai
hasil belajar teman atau pelajar lainnya yang berada se- level (Isaacs, 1999; Bostock, 2000; Wilson, 2002; Zulrahman, 2007). Maksud dari se- level adalah jika dua orang atau lebih berada dalam level kelas yang sama atau subjek pelajaran yang sama (Issacs, 1999; Zulrahman, 2007). Peer assessment dapat digunakan baik dalam penilaian formatif untuk
mendapatkan feedback maupun dalam penilaian sumatif untuk kenaikan kelas (Bostock, 2000; Wilson, 2002; Isaacs, 2006; 2006; Zulrahman, 2007). Akan tetapi, Peer assessment lebih sering dianjurkan untuk digunakan dalam penilaian formatif
daripada sumatif (Lie dan Angelique, 2003; Zulrahman, 2007). Tujuan peer assessment adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sehingga dapat membuat penilaian mandiri (Wheater, et al., 2005). Menurut assessment adalah untuk melibatkan siswa Toohey (Wilson, 2002) tujuan peer assessment
dalam memberikan penilaian (mengkritisi, menaksir, atau mengevaluasi pekerjaan siswa lain) dan menerima penilaian (dikritisi pekerjaanya, ditaksir atau dievaluasi oleh siswa lain).
11 Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Menurut Wheater et al. (2005) peer assessment dapat digunakan untuk menilai presentasi, laporan, esai, hitungan, biliografi, kerja praktek, pameran poster, portofolio, dan lain-lain. Menurut Bostock (2004) ada beberapa keuntungan dalam penggunaan peer assessment, assessment, yaitu diantaranya : 1) membantu siswa untuk bertanggung jawab
dengan dilibatkan dalam penilaian; 2) mendorong siswa untuk kritis meneliti pekerjaan yang dilakukan rekannya; 3) memberikan umpan balik bagi siswa; 4) sebagai latihan bagi siswa untuk terjun di dunia kerja, dimana penilaian dilakukan oleh kelompok; 5) mengurangi beban guru; dan 6) meningkatkan motivasi siswa. Namun peer assessment juga memiliki kerugian dalam penerapannya. Menurut Bostock (2004) adapula kerugian dari penggunaan peer assessment, yaitu diantaranya : 1) siswa kurang mampu menilai rekannya; 2) hubungan persahabatan, persahabatan, perasaan perasaan tidak suka suka dan lain-lain mungkin akan mempengaruhi mempengaruhi penilaian; 3) siswa mungkin tidak suka dinilai oleh rekannya, karena kemungkinan kemungkinan ada diskriminasi, kesalah pahaman, dan lain-lain; dan dan 4) tanpa ada keterangan dari guru, kemungkinan siswa akan memberi keterangan yang salah terhadap rekannya. Sedangkan menurut Wheater et al (2005) ada beberapa kesulitan dalam pelaksanaan peer assessment yaitu: 1) pengajar harus mengatur kelompok penilaian yang memakan waktu; 2) ada perbedaan pemahaman; 3) ada perbedaaan respon gender; 4) ada perbedaan latar belakang siswa. Zulrahman (2007) menambahkan bahwa kesulitan lain dengan dilaksanakannya peer assessment adalah siswa masih memandang bahwa penilaian merupakan tugas guru, Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
kepercayaan diri siswa masih kurang dalam melakukan peer assessment dan ketidak mengertian siswa terhadap kriteria penilaian. Kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan peer assessment diatas dapat diminimalisir. Menurut Wheater et al.
(2005) kerugian-kerugian dalam
penggunaan peer assessment tersebut dapat diatasi dengan cara: 1) membuat kriteria penilaian untuk menyeragamkan persepsi siswa; 2) kriteria penilaian dibuat secara sederhana dan memiliki daya objektivitas yang tinggi; 3) menegosiasikan
dan
menjelaskan
kriteria
penilaian
terlebih
dahulu;
4)
menggunakan sebuah prosedur keluhan dan review sehingga siswa (penilai sesama) memberikan nilai yang dapat didiskusikan; 5) memberikan banyak waktu pada sesi penilaian sebaya; dan 6) memberikan umpan balik kepada siswa untuk menginformasikan nilai mereka apakah valid dan sama dengan nilai pengajar atau tidak. Lebih lanjut Wheater et al. (2005) mengemukakan bahwa tujuan dari pengembangan dan negosiasi adalah supaya siswa dapat memahami benar atau menyeragamkan tentang kriteria-kriteria yang akan dinilai. Walaupun tidak terdapat hubungan antara kontribusi siswa dalam mengembangkan kriteria dengan nilai kinerja siswa yang bersangkutan (Wheater et al., 2005). Parson (2003), mengemukakan penggunaan peer
assessment,
yaitu
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diantaranya:
1)
menceritakan
atau
menerangkan terlebih dahulu kepada siswa mengenai format dan aturan penilaian sebelum pelaksanaan pembelajaran; 2) memberikan praktik atau latihan karena pada umumnya siswa tidak mempunyai pengalaman dalam menilai pekerjaan
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
rekannya; dan 3) memberikan pengarahan bahwa penilaian ini sebagai bentuk umpan balik untuk menigkatkan keterampilan. Lebih lanjut Zulrahman (2007), mengemukakan bahwa penerapan peer assessment dapat efektif apabila dilakukan langkah-langkah berupa: 1)
penyampaian maksud dan tujuan peer assessment secara jelas kepada siswa, maupun yang akan menjadi penilai; 2) menerapkan peer assessment secara bertahap; 3) penjelasan kriteria penilaian yang jelas; 4) pelatihan yang intensif; dan 5) memonitor proses dan hasil penilaian peer assessmant tersebut.
2.2.
Prosedur Pengelolaan Peer Assessment
Terdapat beberapa langkah umum dalam mengelola peer assessment . berikut ini akan diuraikan prosedur penerapan peer assessment hasil rangkuman dari beberapa ahli. 2.2.1. Pemberian Motivasi Siswa
Siswa akan merasakan manfaat dari penggunaan peer assesment , apabila pada awal pembelajaran diberitahukan terlebih dahulu manfaat dari penggunaan peer assessment . Adanya pemberitahuan mengenai tujuan, manfaat dan teknik
dari peer assessment akan membuat siswa tidak merasa asing dan takut dalam memberikan
penilaian
terhadap
kekurangan
rekannya.
Sehingga
unsur
subjektifitas dapat diminimalkan (Bostock, 2000; Lie dan Angelique, 2003 dalam Ginanjar, 2008: 13). Selain itu juga memberi pengarahan bahwa penilaian ini untuk memperoleh feedback dan untuk meningkatkan keterampilan (Bostock, 2000; Ho, 2003; Wheater et al., 2005; Harris et al., 2007 dalam Ginanjar, 2008: Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
13). Kesimpulannya, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan motivasi pada siswa. 2.2.2. Pengembangan Kriteria dan Latihan
‘Sebagian besar siswa tidak memiliki pengalaman dalam melakukan penilaian, maka penting untuk dilakukan latihan peer assessment sebelum implementasi dalam pembelajaran’ (Isaacs, 1999; Bostock, 2000; Wilson, 2002; Ho, 2003; Lie dan Angelique, 2003; Weather et al., 2005; Zulrahman, 2007 dalam Ginanjar, 2008: 14). ‘Pada saat latihan tersebut, dilaksanakan pengembangan dan negosiasi kriteria. Pengembangan kriteria penting dilakukan bersama siswa agar siswa merasa lebih memiliki proses penilaian’ (Bostock, 2000 dalam Ginanjar, 2008: 14). Selain itu, siswa diharapkan lebih memahami kriteria penilaian jika mereka sendiri yang mengembangkannya. Dalam situasi lain, kriteria dapat ditentukan oleh guru. Selain itu, dapat juga guru memberikan contoh kriteria pada siswa untuk selanjutnya dikembangkan oleh siswa, atau siswa diberi lembaran kerja untuk memilih variasi standar kriteria (Isaacs, 1999 dalam Ginanjar, 2008: 14). Hal ini penting untuk meminimalkan subjektifitas penilaian akibat adanya perbedaan persepsi dari penilai. ‘Negosiasi kriteria penting dikakukan sebagai usaha untuk menyeragamkan persepsi siswa’ (Ho, 2003; Lie dan Angelique, 2003 dalam Ginanjar, 2008: 14). Siswa juga perlu diberikan pelatihan bagaimana caranya memberikan feedback yang efektif pada rekannya. ‘Pemberian efektif feedback dapat dilakukan
dengan cara memberitahukan “baik” atau “buruk” kinerja rekannya dan Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
memberitahu rekannya bagaimana cara yang mungkin bisa dilakukan untuk mulai memperbaiki kinerjanya’ (Isaacs, 1999 dalam Ginanjar, 2008: 14). 2.2.3. Implementasi Peer Assessment Dalam Pembelajaran
‘Langkah dalam melaksanakan peer assessment yaitu: sebelum memulai pembelajaran, terlebih dahulu dipersiapkan instrumen yang dibutuhkan seperti: daftar pertanyaan untuk siswa, form yang akan digunakan siswa saat peer assessment , dan form untuk guru yang digunakan untuk menganalisis dan
merekam hasil yang terjadi selama proses berlangsung’ (Ellington et al., 2005 dalam Ginanjar, 2008: 15) dan metode pengambilan data ( checklist, rating form, scoring key) (Zulrahman, 2007 dalam Ginanjar, 2008: 15). Selanjutnya lembar
penilaian diberikan kepada siswa, sebelumnya siswa telah diberi penjelasan siapa yang harus dinilai. Dalam pelaksanaan penilaian tersebut siswa diberikan waktu yang cukup untuk menilai. Setelah proses penilaian selesai, hasil penilaian dikumpulkan kepada guru (Isaacs, 1999 dalam Ginanjar, 2008: 15). Menurut Boud (Wheater et al. 2007 dalam Ginanjar, 2008: 15) ‘syarat peer assessment yang efektif adalah lingkungan pembelajaran harus mendukung. Siswa harus nyaman dan saling percaya dan harus jujur’. 2.2.4. Komunikasi Hasil Penilaian
‘Setelah hasil penilaian didapatkan, kemudian dicek oleh guru dan seandainya perlu diberi komentar. Selanjutnya, feedback didistribusikan kepada siswa’ (Isaacs, 1999 dalam Ginanjar, 2008: 15). Race, Magin & Helmore, dan Stefani (Wheater et al., 2005 dalam Ginanjar, 2008: 15) komunikasi hasil penilaian lebih utama dilakukan dengan lisan di depan kelas, selanjutnya diadakan Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
prosedur keluhan dan review sehingga hasil penilaian bisa diperdebatkan. Feedback diberikan kepada siswa dengan cara menginformasikan nilai mereka
apakah valid dan sama dengan nilai pengajar atau tidak. 2.2.5. Pemanfaatan Hasil Penilaian
Sebelum pelaksanaan peer assessment guru telah menentukan proporsi kontribusi hasil peer assessment terhadap nilai siswa. Misalkan jika total nilai yang diberikan maksimal 30 poin, 20 poin maksimal menjadi penilaian dasar yang diberikan guru dan 10 poin maksimal diberikan berdasarkan hasil peer assessment . Berikan penilaian total setiap kelompok, kemudian masing-masing
kelompok membagi skor total untuk setiap anggota kelompok berdasarkan kontribusinya pada tugas kelompok. Hasil penilaian perlu dimonitor, apakah hasil penilaian peer telah memiliki kesamaan dengan guru ataukah belum (Ellington et al., 2005 dalam Ginanjar, 2008: 16).
2.3.
Kegiatan Praktikum
Menurut Dahar (Agustinus, 2008: 9), ‘kegiatan praktikum merupakan suatu cara penyampaian materi kepada siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan yang dikenal dengan keterampilan proses IPA yang meliputi mengamati, menginterpretasi,
mengklasifikasi,
memprediksi,
mengkomunikasikan,
berhipotesis, menerapkan konsep atau prinsip, merencanakan percobaan, dan mengajukan pertanyaan’. Sutarno (Ariyanti, 2005: 17) mengemukakan manfaat dari kegiatan praktikum, antara lain: 1) memberikan kelengkapan teori yang telah diterima Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
sehingga antara teori dan praktikum menjadi dua sisi yang saling melengkapi; 2) memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa; 3) memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek dan lingkungan alam dan sosial; 4) menambah keterampilan dalam mempergunakan alat atau media yang tersedia untuk mencari dan menemukan jawaban; 5) memupuk rasa ingin tahu sebagai modal sikap ilmiah calon ilmuwan; 6) memupuk dan membina rasa percaya diri dalam proses kegiatan kerja laboratorium
.
Woolnough & Allsop (Rustaman, et al., 2003) mengemukakan beberapa alasan
mengenai
pentingnya
kegiatan
praktikum.
Pertama,
praktikum
mengembangkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran.
2.4.
Penilaian Kinerja Siswa
Kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1982) berarti sesuatu yang dicapai siswa, prestasi yang diperlukan siswa atau merupakan kemampuan kerja. Menurut Trespeces (Hari Setiadi, 2008) penilaian kinerja atau performance assessment adalah berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta
tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahamannya dan mengaplikasikan pengetahuan, serta keterampilannya dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sementara menurut Zainul (2001) pengertian dasar dari Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
penilaian kinerja adalah penilaian yang mengharuskan peserta didik untuk mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Penilaian kinerja merupakan salah satu bentuk dari penilaian proses pembelajaran yang merupakan bagian dari assessment alternatif karena dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan
kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran, bahkan assessment itu sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran (Zainul, 2001). Performance
assessment
merupakan
penilaian
yang
paling
direkomendasikan untuk pembelajaran sains (Wulan A.R, 2007). Performance assessment merupakan penilaian terhadap perolehan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses maupun produk (Wulan, 2007; Zainul, 2001). Menurut Marzano (Wulan, 2007) menyatakan performance assessment dapat menilai seluruh dimensi belajar berikut ini: 1) sikap dan persepsi belajar yang positif (attitude and perceptions); 2) perolehan dan pengintegrasian pengetahuan
( acquiring
and
integrating
knowledge);
3)
perluasan
dan
penghalusan pengetahuan ( extending and refining knoeledge); 4) penggunaan pengetahuan secara bermakna ( using knowledge meaningfully; 5) kebiasaan berfikir yang produktif (habits of mind ). Performance assessment memungkinkan siswa menunjukan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara “mengetahui bagaimana
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
melakukan sesuatu” dengan “mampu secara nyata melakukan hal tersebut” (Wulan, 2007). Langkah-langkah
utama
yang
perlu
ditempuh
ketika
menyusun
performance assessment yaitu: 1) menentukan performance outcomes; 2) memilih
fokus asesmen (menilai proses/prosedur, produk atau keduanya); 3) memilih tingkatan realisme yang sesuai (menentukan sebarapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata); 4) memilih situasi performance; 5) memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran (Wulan, 2007). Wiggins
(Iskandar,
2000)
menyatakan
bahwa
penilaian
kinerja
memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas dan situasi untuk memperlihatkan kemampuan dan pemahamannya dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya. Performance assessment memiliki keunggulan apabila dibandingkan
dengan penilaian tradisional yaitu: 1) siswa dapat mendemonstrasikan suatu proses; 2) proses yang didemonstrasikan dapat diobservasi langsung; 3) menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran, kemampuan
lisan dan keterampilan-keterampilan fisik; 4) adanya
kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas-tugas yang akan
dikerjakan;
5)
menilai
outcomes
pembelajaran dan keterampilan-
keterampilan kompleks; 6) memberi motivasi yang besar bagi siswa; 7) mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata (Zainul, 2001). Selain memiliki keunggulan, performance assessmen juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu: 1) Sangat menuntut waktu dan usaha; 2) Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Pertimbangan ( Judgement ) dan scoring performance sifatnya subjektif; 3) Membebani; dan 4). Mempunyai reliabilitas rendah (Zainul, 2001). Untuk dapat menilai aspek kinerja siswa, observasi digunakan sebagai alat evaluasinya. Agar dapat membuat keputusan yang tepat mengenai keterampilan siswa maka informasi yang mendasari keputusan harus berdasarkan data hasil observasi sistematis yakni observasi berdasarkan pedoman terperinci serta menggunakan format khusus untuk mencatat data hasil observasi. Oleh sebab itu, keterangan guru dalam memberikan penjelasan kepada siswa tentang kriteria kinerja yang diukur sangat diperlukan, agar siswa tidak salah dalam memberikan penilaian terhadap rekannya (Bostock, 2004).
2.5.
Rencana Pelaksanaan
Peer Assessment
Dalam Kegiatan Praktikum
Rangkaian Logika
Ada empat komponen yang terpenting dalam proses pengajaran rangkaian logika. Seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2009:30) bahwa “keempat persoalan (tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian) menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar-mengajar”. Keempat komponen tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 2.5.1. Tujuan Pengajaran
Menurut Sudjana (2009:61) yang dimaksud dengan tujuan pengajaran atau tujuan instruksional adalah rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah ia menerima proses
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
pengajaran. Tujuan pengajaran yang telah dirumuskan disajikan pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1. Pengembangan Tujuan Pengajaran Umum Menjadi Tujuan Pengajaran Khusus Tujuan Sub Pokok Bahasan Pengajaran Pokok Tujuan Pengajaran Khusus Umum Bahasan Siswa dapat mendefinisikan gerbang AND Siswa dapat menuliskan kembali simbol dan tabel AND Gate kebenaran gerbang AND Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi AND Siswa dapat mendefinisikan gerbang OR Siswa dapat menuliskan kembali simbol dan tabel OR Gate kebenaran gerbang OR Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi OR Gerbang logika Mengidentifikasi diidentifikasi Siswa dapat mendefinisikan gerbang logika sesuai gerbang NOTE fungsinya Siswa dapat menuliskan NOTE kembali simbol dan tabel Gate kebenaran gerbang NOTE Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi NOTE Siswa dapat mendefinisikan gerbang NAND Siswa dapat menuliskan NAND kembali simbol dan tabel Gate kebenaran gerbang NAND Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi AND Siswa dapat mendefinisikan NOR Gate gerbang NOR Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
EX-OR (ExlusiveOR)
EX-NOR
Menyederhanakan rangkaian logika
Rangkaian logika disederhanakan sesuai dengan kaidah penyederhnaan
Hukum dan Teorema pada Aljabar Boole
Product Of Sum
Sum Of Product
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Siswa dapat menuliskan kembali simbol dan tabel kebenaran gerbang NOR Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi NOR Siswa dapat mendefinisikan gerbang EX-OR Siswa dapat menuliskan kembali simbol dan tabel kebenaran gerbang EX-OR Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi EX-OR Siswa dapat mendefinisikan gerbang EX-NOR Siswa dapat menuliskan kembali simbol dan tabel kebenaran gerbang EX-NOR Siswa dapat mengidentifikasi persamaan Boolean untuk fungsi EX-NOR Siswa dapat membedakan macam-macam teori Aljabar Boole, antara lain: Teori Absorbsi • Teori Komunikatif • Teori Asosiatif • Teori Distributif • Teori De Morgan • Teori Identitas • • Sifat-sifat Absorbsi • Sifat-sifat Absorbsi Logika Siswa dapat memecahkan soal rangkaian product of sum dengan persamaan Booleannya Siswa dapat memecahkan soal rangkaian sum of product dengan persamaan Booleannya
24
2.5.2. Metode Mengajar
Dalam perencanaan proses pengajaran praktikum rangkaian logika, peneliti menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan tugas. Jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah seperti yang terlihat pada tabel 2.2 dibawah ini. Tabel 2.2. Jenis Kegiatan Belajar Mengajar No 1
Langkah Persiapan
2
Pelaksanaan
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
3
Evaluasi/tindak 1. lanjut 2. 3.
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar Membuka pelajaran dengan berdo’a bersama Mengkondisikan kelas Mengecek kehadiran siswa Mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (pembagian kelompok diskusi sebanyak 9 kelompok, mengatur tempat duduk siswa, dan pembagian modul dan jobsheet tiap kelompok) Pemberian motivasi kepada siswa Menuliskan topik yang akan dipelajari Menyebutkan indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam pembelajaran Siswa melakukan diskusi kelas: - Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. - Dalam kelompoknya, masing-masing anggota diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu topik yang berbeda. - Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok diskusi untuk aktif. - Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang penting Siwa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Guru mendemonstrasikan suatu rangkaian logika sederhana Memberi tugas kepada siswa untuk:
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
-
4
Melakukan praktikum mengidentifikasi gerbang logika dan menyederhanakan rangkaian logika sesuai dengan jobsheet yang diberikan oleh guru. Siswa mencatat hasil praktikum
Penutup
1. Mengkomunikasikan hasil penilaian praktikum kepada siswa. 2. Guru memberi tugas kepada siswa untuk mencari informasi mengenai materi untuk pertemuan berikutnya 3. Pembelajaran diakhiri dengan do’a. 2.5.3. Bahan Pelajaran dan Kegiatan Belajar Mengajar Selanjutnya peneliti menetapkan bahan pelajaran dan kegiatan belajarmengajar. Menurut Sudjana (2009: 67) mengatakan bahwa bahan pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Tabel 2.3 dibawah ini merupakan implementasi dari kegiatan belajar mengajar dengan bahan pelajaran mengidentifikasi gerbang logika: Tabel 2.3. Implementasi Dari Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan guru mengajar 1. Guru membagi siswa menjadi sembilan kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas empat orang siswa. 2. Dalam kelompoknya, masing-masing anggota diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu topik yang berbeda. - Siswa A mempelajari gerbang AND dan OR - Siswa B mempelajari gerbang NOTE dan NAND - Siswa C mempelajari gerbang NOR dan EX-OR - Siswa D mempelajari gerbang EXNOR 3. Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan pembahasan hasil diskusi kelompok dengan cara dipresentasikan. 4. Guru memberi penguatan dari hasil
Kegiatan siswa belajar 1. Siswa berkumpul sesuai kelompoknya masing-masing.
dengan
2. Dalam kelompoknya, masing-masing anggota mempelajari satu topik yang berbeda.
3. Siswa mempresentasikan pembahasan diskusi kelompok.
hasil
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
presentasi siswa serta membimbing siswa menyusun kesimpulan dari pembelajaran mengidentifikasi gerbang logika sebagai berikut: - AND merupakan gerbang logika dasar yang memiliki beberapa masukan dan satu keluaran. Gerbang AND akan menghasilkan sebuah keluaran biner tergantung dari kondisi masukan dan fungsinya. Total kombinasi yang n memungkinkan adalah 2 , dimana n merupakan jumlah input, dalam hal ini 2 n= 2 sehingga 2 = 4.
serta membuat kesimpulan dari pembelajaran mengidentifikasi gerbang logika.
Gambar 2.1. Simbol AND Dua Masukan Tabel 2.4. Tabel Benaran AND Dua Masukan INPUT OUTPUT A B L1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 - Gerbang OR merupakan salah satu gerbang logika dasar yang memiliki beberapa masukan dan sebuah keluaran. Gerbang OR akan menghasilkan keluaran logika 1 apabila salah satu atau semua masukannya berlogika 1.
Gambar 2.2. Simbol OR Dua Masukan - Gerbang NOT disebut juga gerbang inverter. Gerbang NOT akan selalu menghasilkan nilai logika yang berlawanan dengan kondisi logika pada saluran masukkannya.
Gambar 2.3. Simbol Gerbang NOT Tabel 2.5. Tabel Benaran Gerbang NOT INPUT OUTPUT Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
-
A F 0 1 1 0 Sebuah gerbang NAND (NOT AND) merupakan kombinasi dari gerbang AND dengan gerbang NOT dimana keluaran gerbang AND dihubungkan ke saluran masukan dari gerbang NOT seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.
A
F=A.B
B
Gambar 2.4. Simbol NAND Dua Masukan Tabel 2.6. Tabel Kebenaran NAND Dua Masukan INPUT OUTPUT A B L1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 -
Sebuah gerbang NOR (Not OR) merupakan kombinasi dari gerbang OR dengan gerbang NOT dimana keluaran gerbang OR dihubungkan ke saluran masukan dari gerbang NOT seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Simbol NOR Dua Masukan Tabel 2.7. Tabel Benaran NOR Dua Masukan INPUT OUTPUT A B L1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
1 -
1
0
Gerbang EX-OR merupakan rangkaian logika khusus yang sering digunakan dalam sistem digital, diantaranya sebagai rangkaian pembanding (comparator) rangakain penguji paritas (parity cheker), rangkaian penambah, rangkaian pengurang, dan lainnya.
Gambar 2.6. Rangkaian EX-OR Tabel 2.8. Tabel Kebenaran EX-OR INPUT OUTPUT A B L1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 -
Gerbang XNOR dikenal sebagai gerbang ekslusif NOR logika, apabila input A dan B ada dalam keadaan logika yang sama, maka output Y akan menghasilkan logika 1, sedangkan bila input A dan B ada dalam keadaan logika yang berbeda, maka output akan menjadi logika 0.
Gambar 2.7. Simbol Gerbang EX-NOR Tabel 2.9. Tabel Kebenaran EX-NOR A B Y 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5. Guru mendemonstrasikan suatu rangkaian logika sederhana menggunakan trainer. 6. Guru memberikan tugas kepada setiap siswa Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
untuk melakukan percobaan mengidentifikasi gerbang logika sesuai prosedur pelaksanaan peer assessment . Masing-masing siswa mendapatkan satu percobaan yang berbeda-beda. Misal siswa A melakukan percobaan 1 yaitu sebagai berikut:
1) Percobaan 1 Rangkaian
5. Siswa mengikuti/mengamati demonstrasi dengan baik. 6. Siswa melakukan praktikum sesuai dengan prosedur pelaksanaan peer assessment, yaitu sebagai berikut: Partisi Pertama Siswa A dan B melakukan praktikum selama 10 menit, sedangkan siswa C dan D memperhatikan praktikum (menilai kinerja) yang dilakukan oleh siswa A dan B. Partisi Kedua Siswa C dan D melakukan praktikum selama 10 menit, sedangkan siswa A dan B memperhatikan praktikum (menilai kinerja) yang dilakukan oleh siswa C dan D.
Gambar 2.8. Rangkaian Logika Prosedur / Langkah Kerja a. Buatlah rangkaian logika seperti pada gambar 2.8! b. Isilah tabel kebenaran sesuai dengan hasil percobaan anda! c. Tuliskan persamaan dari rangkaian logika di atas!
2.5.4. Alat Peraga Dalam Pengajaran
Agar terciptanya proses belajar mengajar yang efektif maka diperlukan sebuah alat peraga. Karena alat peraga memiliki peranan penting yaitu sebagai alat bantu dalam proses mengajar. Alat peraga berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami siswa. Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan alat peraga dua dimensi yaitu white board . Selain white board, peneliti juga menggunakan trainer dan kabel penghubung sebagai alat
peraga dalam kegiatan eksperimen atau kegiatan praktikum rangkain logika. 2.5.5. Penilaian Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
Kegiatan siswa yang dinilai adalah kinerja selama tahap persiapan alat dan bahan praktikum, tahap pelaksanaan kegiatan praktikum, dan tahap akhir kegiatan praktikum. Zulrahman (2007) berpendapat bahwa saat ini telah terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari teacher center menjadi student center . Kondisi tersebut tidak hanya membawa dampak pada perubahan metode pembelajaran tapi juga mempengaruhi penggunaan metode penilaian pembelajaran. Metode penilaian pembelajaran harus diupayakan lebih melibatkan siswa. Pada umumnya metode penilaian yang banyak digunakan guru dalam kegiatan praktikum adalah penilaian hasil laporan praktikum dan penilaian hasil tes. Hal ini senada dengan pernyataan Zainul (2001) yang mengungkapkan bahwa metode assessment yang sering digunakan untuk pengambilan keputusan nilai akhir siswa adalah dengan menggunakan tes tradisional. Race (1995) menambahkan bahwa tes tradisional memiliki banyak kelemahan. Siswa hanya mendapatkan sedikit umpan balik atau bahkan tidak sama sekali. Tes tidak membuat siswa belajar secara mendalam melainkan hanya “permukaannya” saja. Tes juga hanya berorientasi pada hasil atau hanya menitikberatkan pada bagaimana siswa menjawab pertanyaan bukan bagaimana siswa belajar (Agustinus,
2008).
Berdasarkan
hal
tersebut,
penilaian
alternatif
perlu
dikembangkan untuk mengatasi kelemahan tes. Mowl (Bostock, 2000) menyatakan bahwa peer assessment merupakan salah satu bentuk inovasi dalam bidang penilaian yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Adapun alasan peneliti menggunakan penilaian kinerja karena menurut Stiggins (Iskandar, 2000) yaitu: 1) ada beberapa kemampuan siswa yang tidak Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
dapat terdeteksi melalui tes tertulis yaitu keterampilan dan kreativitas. Kemampuan ini dapat muncul apabila dilakukan peragaan keterampilan yang dikuasainya melalui suatu karya dengan mengekspresikan kreativitas; 2) penilaian kinerja memberi peluang lebih luas bagi guru untuk mengambil keputusan secara tepat, sebab dalam kenyataannya tidak semua siswa dianggap kurang dalam tes tertulis, kurang pula dalam keterampilan dan kreativitas; 3) penilaian kinerja siswa bermanfaat dalam melihat sejauh mana siswa menguasai keterampilan selama pembelajaran tanpa harus menunggu pembelajaran berakhir. Penilaian dengan performance assessment harus mengacu pada standar. Standar diperlukan untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan (Wulan, 2007). Standar tersebut dikenal dengan istilah performance criteria atau rubric (Zainul, 2001). Selain rubric, komponen lain dari performance assessment yaitu task , task merupakan perangkat tugas yang menuntut siswa untuk menunjukan suatu performance tertentu. Sementara itu rubric dapat dinyatakan sebagai panduan
pemberian skor yang menunjukan sejumlah kriteria performance pada proses atau hasil yang diharapkan (Zainul, 2001). Rubrik kinerja pada penelitian ini berisi aspek-aspek kinerja yang diharapkan muncul selama tahap persiapan praktikum, tahap pelaksanaan praktikum sampai tahap akhir praktikum. Standar penilaian kinerja siswa dalam praktikum disajikan dalam tabel 2.10 dibawah ini. Tabel 2.10. Standar Penilaian Kinerja Siswa Dalam Praktikum No
Kriteria
Penilaian Ya
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tidak
32
1
Menyiapkan dan bahan praktikum
alat untuk
2
Mengecek kondisi alat dan bahan untuk praktikum
3
Menggunakan alat praktikum sesuai fungsinya
4
Menggunakan bahan praktikum sesuai fungsinya
5
Menyimpan alat ditempat yang sudah disediakan
6
Menyimpan bahan ditempat yang sudah disediakan
7
Tidak melakukan hal-hal yang lain selama pengamatan
8
Melakukan praktikum dengan serius dan tenang
9
Tidak mengganggu teman yang sedang praktikum
10
Melakukan praktikum sesuai dengan prosuder
11
Mencatat percobaan
hasil pada
Jika temanmu menekan tombol ON pada trainer dan menyiapkan kabel penghubung Jika sebelum melakukan praktikum temanmu mengecek kondisi trainer dan kabel penghubung Jika temanmu menggunakan trainer sesuai fungsinya Jika temanmu menggunakan kabel penghubung sesuai fungsinya Jika temanmu menyimpan trainer di tempat yang sudah disediakan Jika temanmu menyimpan kabel penghubung di tempat yang sudah disediakan Jika temanmu tidak melakukan hal-hal yang lain selama pengamatan Jika temanmu melakukan praktikum dengan serius, dan tenang Jika temanmu tidak menggangu teman yang sedang praktikum Jika temanmu melakukan praktikum sesuai dengan prosedur Jika temanmu mencatat hasil
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jika temanmu tidak menekan tombol ON pada trainer dan menyiapkan kabel penghubung Jika sebelum melakukan praktikum temanmu tidak mengecek kondisi trainer dan kabel penghubung Jika temanmu tidak menggunakan trainer sesuai fungsinya Jika temanmu tidak menggunakan kabel penghubung sesuai fungsinya Jika temanmu menyimpan trainer bukan di tempat yang sudah disediakan Jika temanmu menyimpan kabel penghubung bukan di tempat yang sudah disediakan Jika temanmu melakukan hal-hal yang lain (main-main), sewaktu melakukan pengamatan Jika temanmu melakukan praktikum tidak dengan mainmain, dan tergesa-gesa Jika temanmu menggangu teman yang sedang praktikum Jika temanmu tidak melakukan praktikum sesuai dengan prosedur Jika temanmu tidak mencatat hasil
33
tabel kebenaran
12
13
14
15
percobaan pada tabel kebenaran yang sudah disediakan
percobaan pada tabel kebenaran yang sudah disediakan
Jika temanmu mampu mengerjakan semua pertanyaan yang ada di jobsheet
Jika temanmu tidak mampu mengerjakan semua pertanyaan yang ada di jobsheet
Jika setelah selesai Membereskan praktikum temanmu kembali alat menekan tombol praktikum OFF pada trainer yang telah dipakai Jika setelah selesai praktikum temanmu Membereskan membereskan kembali bahan kembali kabel praktikum penghubung yang telah dipakai Jika setelah selesai Mengembalikan alat praktikum temanmu dan bahan pada mengembalikan tempatnya kabel penghubung pada tempatnya
Jika setelah selesai praktikum temanmu tidak menekan tombol OFF pada trainer yang telah dipakai Jika setelah selesai praktikum temanmu tidak membereskan kembali kabel penghubung yang telah dipakai Jika setelah selesai praktikum temanmu tidak mengembalikan kabel penghubung pada tempatnya
Mampu mengerjakan pertanyaanpertanyaan yang terdapat dijobsheet
2.6. Implementasi
Peer Assessment
Pada Kegiatan Praktikum Rangkaian
Logika
Pada saat melakukan simulasi/latihan pelaksanaan peer assessment , siswa diberitahukan terlebih dahulu bahwa dalam pengajaran nanti akan digunakan penilaian kinerja dengan menggunakan sistem penilaian teman sebaya (peer assessment). Dalam pelaksanaan peer assessment ini, masing-masing siswa
bertindak sebagai observer yang akan menilai kinerja dua orang rekannya dalam satu kelompok dengan menggunakan rubrik kinerja siswa (Lampiran B.2) selama pelaksanaan peer assessment .
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
Dalam
kegiatan
praktikum
mengidentifikasi
gerbang
logika
dan
menyederhanakan rangkaian logika ini pembagian kelompok (Lampiran C.7) ditentukan oleh peneliti, yaitu sebanyak sembilan kelompok, setiap kelompok beranggotakan empat orang. Siswa yang ditempatkan dalam satu kelompok bukan berasal dari latar belakang siswa yang berteman sangat dekat, sehingga diharapkan dapat meminimalisir unsur subjektivitas siswa dalam melakukan penilaian kinerja terhadap rekannya. Dalam pelaksanaan peer assessment , siswa diberi tugas untuk mengisi lembar rubrik kinerja yang telah disediakan oleh peneliti. Penilaian yang siswa amati mulai dari tahap persiapan praktikum, tahap pelaksanaan praktikum, sampai tahap akhir praktikum. Menurut Purwanto (Anggraeni D.S, 2006) untuk tetap menjaga adanya validitas dalam observasi hendaklah pencatatan di dalam observasi harus dilakukan segera dan secepat mungkin, sehingga peristiwa-peristiwa penting tidak terlupakan dan pencatatan dapat lebih objektif. Penilaian kinerja berlangsung selama kegiatan praktikum yang terbagi dua sesi, sesi pertama dua siswa melakukan penilaian terhadap dua siswa lainnya yang satu kelompok selama 10 menit. Sesi kedua penilaian dilakukan sebaliknya yaitu dua siswa yang barusan melakukan praktikum sekarang bertugas untuk menilai dua siswa yang akan melakukan praktikum selama 10 menit. Untuk lebih jelasnya alur penilaian dapat dilihat pada gambar 2.9 dibawah ini:
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
(Agustinus, 2008: 27) Gambar 2.9. Alur Penilaian Dalam Kegiatan Praktikum Selama melakukan penilaian siswa diberikan waktu yang cukup untuk menilai temannya yang satu kelompok. Setelah proses penilaian selesai, hasil penilaian dikumpulkan kepada guru pada saat akhir pembelajaran. Menurut Boud (Wheater et al. 2007) syarat peer assessment yang efektif adalah lingkungan pembelajaran harus mendukung. Siswa harus nyaman dan saling percaya dan harus jujur. Kemudian untuk hasil penilaian, akan diumumkan pada jadwal pelajaran MRED berikutnya. Pengkomunikasian ini dimaksudkan untuk memperoleh feedback dari siswa. Dalam pelaksanaan peer assessment , ada beberapa observer yang tugasnya sama dengan siswa yaitu melakukan penilaian kinerja terhadap dua siswa yang sedang melakukan praktikum menggunakan lembar penilaian. Penilaian ini, Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
nantinya dijadikan sebagai pembanding penilaian kinerja yang dilakukan oleh siswa. Selanjutnya data yang berupa kemampuan kinerja siswa dalam kegiatan praktikum diperoleh dari rubrik kinerja, data hasil rubrik pelaksanaan peer assessment , serta data mengenai tanggapan dan kendala yang dihadapi yang
diperoleh dari angket ini dianalisis dan diinterpretasikan untuk mendapatkan informasi mengenai penerapan peer assessment pada kegiatan praktikum rangkaian logika untuk menilai kinerja siswa kelas XI EPU 1 di SMK Negeri 12 Bandung. 2.7.
Alur
Kegiatan
Assessment
Alur
Belajar
Mengajar
Dengan
Menerapkan
Peer
Dalam Kegiatan Praktikum Rangkaian Logika
kegiatan
belajar
mengajar
dalam
proses
pembelajaran
mengidentifikasi gerbang logika dan menyederhanakan rangkaian logika dengan menerapkan peer assessment untuk menilai kinerja siswa disajikan pada gambar 2.10 dibawah ini:
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
Gambar 2.10. Alur Kegiatan Belajar Mengajar Dengan Menerapkan Peer Assessment Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
2.8.
Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.11 adalah hasil-hasil penelitian tentang penerapan peer assessment yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Tabel 2.11. Hasil Penelitian Terdahulu No
1.
Nama Peneliti
Subagja Agustinus (040277)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Peer - Peer Penerapan Assessment Assessment Pada Kegiatan Praktikum - Kinerja siswa Sistem Respirasi Dalam Menilai Kinerja Siswa SMA.
Hasil Penelitian
peer Skripsi Pelaksanaan assessment pada UPI 2008 kegiatan praktikum berjalan dengan baik. Kendala utama yang ditemukan adalah siswa kurang memberikan respon positif/memperlihatk an ketertarikan peer terhadap assessment , siswa kurang mengembangkan (memberi masukan) dan menegosiasikan kriteria yang harus dinilai dalam praktikum, sulit mencari waktu untuk melaksanakan diskusi dan memperdebatkan hasil peer assessment dan hasil peer assessment belum memberi kontribusi terhadap nilai akhir siswa. Kemampuan siswa dalam menilai temannya diketahui bahwa sekitar 77,50% siswa dikategorikan baik dan 22,50 % siswa ,
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber
39
dikategorikan cukup. 2.
Iwan Ginanjar (044390)
Peer - Peer Penerapan Pada Assessment Assessment Pembelajaran - Kecakapan Kooperatif Materi berkomunikasi Alat Indra Untuk Mengungkap Kecakapan Berkomunikasi.
3.
Taswa (0608559)
Penerapan Peer Assessment untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengungkap Kinerja Siswa Pada Kegiatan Praktikum Mata Pelajaran TIK
- Peer Assessment - Hasil belajar - Kinerja siswa
Farizal Amrullah, 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan peer assessment pada pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik. Kendala utama yang ditemukan adalah pelaksanaan yang memakan waktu, siswa yang lebih peduli pada nilai kognitif dan hasil peer assessment yang tidak termanfaatkan untuk nilai sumatif. Hampir seluruh siswa dipandang telah mampu melakukan peer assessment dengan baik. Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa peer penerapan assessment dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengungkap kinerja siswa pada kegiatan praktikum TIK dengan melihat nilai rata-rata gain sebesar 0,49 termasuk kategori sedang. Sedangkan kinerja siswa rata-rata nilai gain sebesar 0,41 termasuk kategori sedang.
Skripsi UPI 2008
Skripsi UPI 2011