PEDOMAN KOMITE PROFESI PROFESI KESEHATAN LAIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT. 011/004 Kel. Kosambi Timur (Pertigaan Kosambi Timur – Timur – Barat) Barat) Kec. Kosambi Tangerang (021) 29031299 / 70610735
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT 011/004 Kel. Kosambi Timur (Pertigaan Kosambi Timur – Timur – Barat) Barat) Kec. Kosambi, Tangerang Telepon : (021) 29031299/29031659 29031299/29031659
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN NOMOR : 222/SK-DIR/RSIABU 222/SK-DIR/RSIABUN/I/2018 N/I/2018 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE PROFESI KESEHATAN LAIN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN
Menimbang
:
a. Sesuai fungsi komite tenaga kesehatan lainnya bahwa guna menjamin tersedianya norma-norma praktik/asuhan/prosedur tenaga kesehatan lainnya dan bidan pelayanan serta aspek penting asuhan diseluruh area RSIA BUN. BUN. b. Bahwa untuk mencapai mencapai Struktur Organisasi yang memenuhi persyaratan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Anak Bun Tangerang c. Mengkoordinasi semua kegiatan mutu dan evaluasi tenaga kesehatan lainnya penanggung jawab pelaksanaan tentang pedoman-pedoman kesehatan lainnya lainnya dan bidan. d. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu per lu ditetapkan dalam surat keputusan Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang
Mengingat
:
1. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Keputusan
Menteri
1333/MENKES/SK/XII/1999
Kesehatan tentang
standar
Nomor pelayanan
Rumah sakit 4. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayann Minimal Rumah Sakit 5. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
147/MENKES/PER/I/2010 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit 6.
Peraturan
Menteri
kesehtaan
Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT 011/004 Kel. Kosambi Timur (Pertigaan Kosambi Timur – Timur – Barat) Barat) Kec. Kosambi, Tangerang Telepon : (021) 29031299/29031659 29031299/29031659
MEMUTUSKAN MENETAPKAN
:
PERTAMA
:
KEDUA
:
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE PROFESI KESEHATAN LAIN Surat Keputusan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini maka akan dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.
KETIGA
:
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan didalam surat keputusan ini, akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapakan di
:Tangerang
Pada Bulan
: Januari Januar i 2018
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun
dr. Yuli Riviyanti, MARS
Direktur
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT 011/004 Kel. Kosambi Timur (Pertigaan Kosambi Timur – Barat) Kec. Kosambi, Tangerang Telepon : (021) 29031299/29031659
Lampiran SK No : 222/SK-DIR/RSIABUN/I/2018 KETUA Rosmiati,S.Farm.,Apt
SEKRETARIS Rizki Disiplia,S.Gz
SUB KOMITE MUTU Fitri Nurjanah, S.Tr
SUB KOMITE KREDENSIAL Reni Yurinda,S.Si.T
SUB KOMITE ETIK Ita Allemina, Amd.Rad
Direktur RSIA BUN
dr.Yuli Riviyanti, MARS
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Kualitas dan mutu rumah sakit bukan hanya berasal dari fasilitas yang tersedia, melainkan juga tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu sumber daya yang ada adalah tenaga kesehatan lainnya. Pedoman komite profesi kesehatan lain adalah acuan untuk menilai tenaga kesehatan tersebut kompeten sesuai dengan profesionalisme kesehatan sehingga berdampak kepada kepuasan pasien. Sebagai salah satu dasar kualitas tenaga kesehatan, maka pedoman ini diharapkan dapat dengan seragam dalam melaksanakan penilaian kinerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Pedoman komite profesi kesehatan lain ini jauh dari sempurna, maka kami harapkan saran dan usulan guna peningkatan kualitas dan mutu di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun.
Tangerang, Januari 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
JUDUL KATA PENGANTAR ......................................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1
1.2 Ruang Lingkup ...........................................................................................................
1
1.3 Batasan operasional ....................................................................................................
2
1.4 Landasan Hukum ........................................................................................................
6
BAB II.KETENAGAAN KOMITE PROFESI ................................................................
7
2.1 Struktur Organisasi ..................................................................................................... 11 2.2 Kualifikasi Tenaga Komite.........................................................................................
12
2.3 Kebutuhan dan Distribusi Tenaga .............................................................................. 17 2.4 Pembinaan Teanga......................................................................................................
18
BAB III. STANDAR PROFESI KESEHATAN LAIN....................................................
19
3.1Ahli teknologi Laboratorium ....................................................................................... 19 3.2 Apoteker ..................................................................................................................... 20 3.3 Asisten Apoteker ........................................................................................................ 21 3.4 Bidan...........................................................................................................................
21
3.5 Gizi ............................................................................................................................. 22 3.6 Perekam medis............................................................................................................
23
3.7 Radiografer ................................................................................................................. 24 3.8 Sanitarian .................................................................................................................... 26 BAB IV STANDAR KOMPETENSI PETUGAS............................................................
28
4.1 Analis Kesehatan ........................................................................................................ 28 4.2 Apoteker ..................................................................................................................... 29 4.3 Asisten Apoteker ........................................................................................................ 31 4.4 Ahli Gizi ..................................................................................................................... 40 BAB IV.ETIKA................................................................................................................
60
BAB V.KESELAMATAN KERJA..................................................................................
70
BAB VI PENGENDALIAN MUTU ................................................................................ 82 BAB VII PENUTUP ........................................................................................................ 85
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komite profesi kesehatan lain yaitu perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola kewenangan klinik agar staf non keperawatan dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi para medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis. Komite profesi kesehatan lain terdiri dari berbagai profesi keilmuan diantaranya Analis Laboratorium, Radiografer, Sanitarian, Apoteker, Asisten Apoteker, Ahli Gizi, Rekam Medik dan bidan. Rumah Sakit merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan unit Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur rumah sakit. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan paripurna, pendidikan dan pelatihan, dapat juga melakukan penelitian, pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit menyelenggarakan fungsi: a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan paripurna tingkat sekunder dan tersier. b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan kesehatan. c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan. d. Pelaksanaan administrasi rumah sakit.
1.2 Ruang Lingkup
Komite Profesi kesehatan lain Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun mempunyai ruang lingkup Analis Laboratorium, Radiografer, Sanitarian, Apoteker, Asisten Apoteker, Ahli Gizi, Rekam Medik dan bidan.
1.3 Batasan Operasional 1
1. Komite profesi kesehatan lain adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. 2. Pembentukan Komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit, sekurang-kurangnya terdiri dari Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu dan Sub Komite Etik. 3. Komite profesi kesehatan lain berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit. 4. Komite profesi kesehatan lain dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit. 5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis Komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit setelah mendapat persetujuan. 6. Rumah sakit adalah unit pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 7. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment). 8. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya. 9. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege). 10. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut. 11. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis.
2
12. Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya. 13. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang di beri tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan radiologi diagnostik, imejing, intervensional, kedokteran nuklir dan Radioterapi pada Fasilitas pelayanan kesehatan. 14. Sanitarian adalah tenaga profesional yang bekerja dalam bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan dengan latar belakang pendidikan yang beragam dan yang telah mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus di bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan. 15. Profesi
keteknisian
elektromedis
adalah
suatu
pekerjaan
teknisi
elektromedis yang dilaksanakan berdasarkan ilmu, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. 16. Apoteker adalah suatu profesi yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. 17. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker. 18. Ahli gizi adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan funsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit. 19. Rekam medis dan informasi kesehatan adalah seseorang yang melakukan kegiatan penunjang secara professional yang berorientasi pada kebutuhan informasi kesehatan bagi pemberi layanan kesehatan, administrator dan managemen pada sarana pelayanan kesehatan serta instansi lain yang berkepentingan berdasarkan ilmu pengetahuan teknologi rekam medis. 20. Bidan adalah salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,puskesmas dan sarana kesehatan lainnya secara nyata telah membaktikan dirinya di indonesia.
3
21. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 22. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. 23. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. 24. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat. 25. Kompetensi
adalah
kemampuan
yang
dimiliki
seseorang
Tenaga
Kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktek. 26. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang Kesehatan. 27. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji Kompetensi. 28. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi. 29. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk menjalankan praktik.
4
30. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan kepada Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi. 31. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik. 32. Standar Profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku profesional yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi bidang kesehatan. 33. Standar Pelayanan Profesi adalah pedoman yang diikuti oleh Tenaga Kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan. 34. Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkahlangkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Standar Profesi. 35. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang melaksanakan tugas secara independen yang terdiri atas konsil masing-masing tenaga kesehatan. 36. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun tenaga kesehatan yang seprofesi. 37. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut. 38. Penerima Pelayanan Kesehatan adalah setiap orang yang melakukan konsultasi tentang kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga kesehatan.
5
1.4 Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan 2. Undang – Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. 3. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Petugas Radiasi. 4. Undang – Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ( Lembaga Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaga Negara Nomor 3893) 5. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/MENKES /SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 573/MENKES /SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Asisten Apoteker 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 373/MENKES /SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44/SK/PPIAI/V/2010 tentang Standar Profesi Apoteker 10. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
377/Menkes
/Sk/III/2007 tentang Standar Propesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 11. Keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
374/MENKES/SKIII/2007 tentang Standar Profesi Gizi 12. Keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan 13. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
376/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Radioterafi 14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 369/MENKES/SK/III/2007 Standar Profesi Bidan.
6
BAB II KETENAGAAN KOMITE PROFESI KESEHATAN LAIN
Untuk menjalankan tugasnya Komite profesi kesehatan lain
didukung
oleh tenaga professional di bawah jajaran tenaga fungsional non keperawatan. Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi. Komite profesi kesehatan lain merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Komite profesi kesehatan lain bukan merupakan wadah perwakilan dari staf fungsional non keperawatan. Komite fungsional non keperawatan dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Susunan organisasi komite medik sekurangkurangnya terdiri dari: a. Ketua b. Sekretaris c. Sub komite Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi profesi kesehatan lain sekurang-kurangnya dapat terdiri dari: a. Ketua dan sekretaris tanpa sub komite b. Ketua dan sekretaris merangkap ketua dan anggota sub komite. Keanggotaan komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dengan mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan perilaku. c. Jumlah keanggotaan komite profesi kesehatan lain disesuaikan dengan jumlah staf fungsional non keperawatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Ketua komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun dengan memperhatikan masukan dari staf fungsional non keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. d. Sekretaris komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun berdasarkan rekomendasi dari ketua komite 7
profesi kesehatan lain dengan memperhatikan masukan dari staf fungsional non keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. e. Anggota Komite profesi kesehatan lain terbagi ke dalam subkomite. Subkomite sebagaimana dimaksud terdiri dari: a. Subkomite kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf profesi kesehatan lain. b. Subkomite mutu profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi dan profesionalisme profesi kesehatan lain. c. Subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf profesi kesehatan lain. Komite
profesi
kesehatan
lain mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit dengan cara: a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf profesi kesehatan lain yang akan melakukan pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. b. Memelihara mutu profesi staf profesi kesehatan lain. c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku staf profesi kesehatan lain. Dalam melaksanakan tugas kredensial komite profesi kesehatan lain memiliki fungsi sebagai berikut: a.
Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian: 1. kompetensi. 2. kesehatan fisik dan mental. 3. perilaku. 4. etika profesi. c.
Evaluasi data pendidikan profesional
d. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis. e.
Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
f.
Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis kepada komite profesi kesehata n lain.
8
g. Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite profesi kesehatan lain. h. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan kli nis. Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi profesi kes ehatan lain memiliki fungsi sebagai berikut: a. Pelaksanaan audit fungsional non keperawatan. b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf profesi kesehatan lain. c. Rekomendasi
kegiatan
eksternal
dalam
rangka
pendidikan
berkelanjutan bagi staf profesi kesehatan lain Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. d. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf profesi kesehatan lain yang membutuhkan. Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf profesi kesehatan lain, komite profesi kesehatan lain memiliki fungsi sebagai berikut : a. Pembinaan etika dan disiplin profesi. b. Pemeriksaan staf
profesi kesehatan lain yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin. c. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. d. Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada fungsional non keperawatan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite fungsional berwenang: a. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege). b. Memberikan
rekomendasi
surat
penugasan
klinis
(clinical
appointment). c. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu. d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege). 9
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit profesi kesehatan lain. f.
Memberikan rekomendasi pendidikan berkelanjutan.
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring). h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin. Hubungan Komite profesi kesehatan lain dengan Direktur
Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bun : a.
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite profesi kesehatan lain.
b. Komite profesi kesehatan lain bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite profesi kesehatan lain dapat dibantu oleh komite ad hoc. a. Komite ad hoc ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun berdasarkan usulan komite profesi kesehatan lain. b. Komite ad hoc berasal dari staf profesi kesehatan lain yang tergolong sebagai mitra bestari. Setiap rumah sakit wajib menyusun peraturan internal staf profesi tenaga kesehatan non keperawatan dengan mengacu pada peraturan
internal
korporasi (corporate bylaws) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan internal staf profesi kesehatan lain disusun oleh profesi kesehatan lain dan disahkan oleh
komite
Direktur Rumah Sakit
Ibu dan
Anak Bun Tangerang. Peraturan internal staf profesi kesehatan lain berfungsi sebagai aturan yang digunakan oleh komite profesi kesehatan lain dan staf profesi kesehatan lain dalam melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang. Tata cara penyusunan peraturan internal staf medis dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Personalia komite profesi kesehatan lain berhak memperoleh insentif sesuai dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
10
Pelaksanaan kegiatan komite profesi kesehatan lain didanai dengan anggaran Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan komite fungsional non keperawatan dilakukan oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dan perhimpunan/asosiasi perumah sakitan dengan melibatkan perhimpunan atau kolegium profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk meningkatkan kinerja komite profesi kesehatan lain dalam rangka menjamin mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dilaksanakan melalui: a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis; b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan c. monitoring dan evaluasi.
2.1.
Stuktur Organisasi
KETUA
SEKRETARIS
SUB KOMITE KREDENSIAL
SUB KOMITE ETIKA & SUB KOMITE MUTU
DISIPLIN
BIDAN
11
2.2 Kualifikasi Tenaga Komite Profesi kesehatan lain 2.2.1. Ketua Komite Profesi kesehatan lain
Nama Jabatan : Ketua Komite profesi kesehatan lain Ihktisar jabatan :
Memfungsikan profesi kesehatan lain yang didukung oleh mantapnya mekanisme dan tata laksana organisasi.
Terlaksananya proses manajemen di lingkungan profesi kesehatan lain yang berdaya guna serta dilandasi oleh visi, misi dan etika rumah sakit maupun etika profesi.
Terlaksananya kelancaran staf profesi kesehatan lain dalam menjalankan tugas pelayanan medik yang didukung oleh profesionalisme yang tinggi.
Terciptanya suatu sistem informasi di lingkungan profesi kesehatan lain.
Terakomodasinya usulan program pelayanan baik dari poliklinik maupun di rawat inap.
Uraian Tugas: Bertanggung jawab atas terlaksananya semua program komite profesi kesehatan lain dan mempertanggungjawabkannya kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
Mewakili profesi kesehatan lain untuk tugas eksternal
Koordinasi internal dengan anggota profesi kesehatan lain
Bila berhalangan, secara otomatis diwakili sekertaris profesi kesehatan lain. Melaksanakan fungsi sebagai komite profesi tenaga kesehatan non
keperawatan , meliputi :
Mengambil keputusan
Memberikan alternatif pemecahan masalah untuk disampaikan kepada
Direktur Rumah Sakit.
Menyampaikan informasi ke arah vertikal maupaun horisontal.
Memberikan pertimbangan kepada Direktur Rumah Sakit.
Menangani masalah khusus yang muncul dalam masalah profesi kesehatan lain.
12
Melaksanakan fungsi managemen meliputi : Membuat
perencanaan
dan
mengadakan
evaluasi
atas
implementasi rencana. Tanggung Jawab : Terlaksananya semua program komite profesi kesehatan lain dan
mempertanggungjawabkannya kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang
Wewenang :
No
Mengajukan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit Syarat Jabatan : JENIS PENDIDIKAN
Minimal D III
1.
PELATIHAN
Memiliki STR dan SIK
PENGALAMAN
Pengalaman fungsional minimal 1 Tahun
2.2.2. Sekertaris
Nama Jabatan
: Sekertaris
Ikhtisar Jabatan
:
Bertanggung jawab atas tugas kesekretariatan komite
profesi kesehatan
lain Uraian Tugas :
Mewakili ketua jika ketua berhalangan melaksanakan tugas.
Membantu tugas ketua komite profesi kesehatan lain dalam perencanaan dan pelaksanaan program kerja Komite profesi kesehatan lain
Mengontrol penggunaan dana komite medik. Melaksanakan fungsi sebagai komite profesi kesehatan lain, meliputi :
Mewakili ketua jika ketua berhalangan melaksanakan tugas.
Melaksanakan fungsi managemen meliputi :
Melaksanakan pekerjaan administrasi pada komite profesi kesehatan lain.
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada ketua fungsional non keperawatan Wewenang :
Mengkoordinasikan penyusunan laporan triwulanan komite
profesi
kesehatan lain, Laporan Manajemen. 13
Mengkoordinasikan
kegiatan
komite
profesi
kesehatan
lain
dan
pengembangan sIstem informasi manajemen termasuk penyebarluasan informasi
Syarat Jabatan : No
JENIS PENDIDIKAN
Minimal D III
1.
PELATIHAN
Memiliki STR dan SIK
PENGALAMAN
Pengalaman fungsional minimal 1Tahun
2.2.3. Tim Kredensial
Nama Jabatan : Kredensialing Unit Kerja
: Komite profesi kesehatan lain
Ikhtisar Jabatan : Melakukan kredensial terhadap seluruh tenaga profesi kesehatan lain di rumah sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang. Uraian Tugas :
Merekomendasikan kewenangan klinis yang adekuat sesuai kompetensi yang dimiliki staf profesi kesehatan lain
Melakukan kredensial terhadap seluruh tenaga profesi kesehatan lain di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
Melakukan Re-kredensial secara periodik setiap 3 tahun satu kali
Menapis profesionalisme staf profesi kesehatan lain.
Bersama ketua komite profesi kesehatan lain menyusun garis besar kebijakan dibidang kredensiasi profesi kesehatan lain.
Melakukan review permohonan untuk menjadi anggota staf profesi kesehatan lain rumah sakit secara total obyektif, adil, jujur dan terbuka.
Membuat rekomendasi hasil review berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan staf profesi kesehatan lain di rumah sakit.
Membuat laporan kepada ketua profesi kesehatan lain apabila permohonan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Perturan Internal Staf fungsional non keperawatan (Medical Staff Bylaws ) di Rumah Sakit.
Melakukan review kompetensi staf profesi kesehatan lain dan memberikan laporan dan rekomendasi kepada ketua profesi kesehatan lain dalam
14
rangka pemberian clinical privileges, reapoinments dan penugasan staf profesi kesehatan lain pada unit kerja.
Membuat dan melaksanakan rencana kerja Sub Komite Kredensial.
Menyusun tata laksana dan instrumen kredensial
Melaksanakan
kredensial
dengan
melibatkan
lintas
fungsi
sesuai
kebutuhan.
Membuat laporan berkala kepada ketua profesi kesehatan lain.
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada ketua
profesi tenaga kesehatan non
keperawatan Wewenang :
Melaksanakan kegiatan keredensial secara adil, jujur dan terbuka secara lintas sektoral dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
Syarat Jabatan : No
JENIS PENDIDIKAN
Minimal D III
1.
PELATIHAN
Memiliki STR dan SIK
PENGALAMAN
Pengalaman fungsional minimal 1 Tahun
2.2.4. Mutu
Nama Jabatan
: Mutu
Ikhtisar Jabatan
:
Melaksanakan kebijakan Komite profesi kesehatan lain Di Bidang Mutu profesi kesehatan lain .
Uraian Tugas :
Bersama ketua profesi kesehatan lain menyusun garis besar kebijakan medis di bidang mutu profesi kesehatan lain
Membuat dan melaksanakan rencana /program kerja
Membuat panduan mutu pelayanan profesi kesehatan lai n
Melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan
profesi
kesehatan lain
Menyusun indikator mutu klinik (berkoordinasi dengan kelompok staf profesi kesehatan lain)
Melakukan koordinasi dengan komite peningkatan mutu rumah sakit
15
Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada komite medis.
Wewenang:
Melaksanakan kegiatan upaya peningkatan mutu pelayanan medis secara lintas sektoral dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
Syarat Jabatan : No
JENIS PENDIDIKAN
Minimal D III
1.
PELATIHAN
Memiliki STR dan SIK
PENGALAMAN
Pengalaman fungsional minimal 1 Tahun
2.2.5. Etik dan Disiplin Profesi
Nama Jabatan : Etik dan Disiplin Profesi Ikhtisar Jabatan :
Melaksanakan kebijakan komite medis dibidang etika dan disiplin profesi medis
Uraian Tugas :
Bersama ketua komite
profesi kesehatan lain menyusun garis besar
kebijakan bidang etika (bioetika) dan disiplin profesi
Membuat dan melaksanakan rencana kerja.
Menyusun sistem tatalaksana dan panduan pemantauan dan penanganan masalah etika dan disiplin profesi.
Melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin profesi.
Melakukan koordinasi dengan komite etik rumah sakit
Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala
Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab kepada Komite Medis.
Wewenang :
16
Melakukan pemantauan dan penanganan masalah etika profesi kesehatan lain dan disiplin profesi dengan melibatkan lintas sektor dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
Syarat Jabatan : No
1.
JENIS PENDIDIKAN
Minimal D III
PELATIHAN
Memiliki STR dan SIK
PENGALAMAN
Pengalaman fungsional minimal 1Tahun
2.3 Kebutuhan dan Distribusi Tenaga
Jumlah tenaga fungsional non keperawatan yang ada saat ini untuk menjangkau pelayanan tersebut berdasarkan pola ketenagaan diperlukan
Tabel 1. Pola dan kebutuhan Ketenagakerjaan Profesi
Jumlah Pemangku Jabatan
Kelebihan/ Kekurangan
4
0
1
0
4
2
1
0
Perekam Medis
2
0
Radiografer Sanitarian Kebidanan
1 1 10
1 1 1
Nama Jabatan
1. Ahli Teknologi Laboratorium Kersehatan
Pranata Lab Patologi Klinik
2. Apoteker
Apoteker Muda Asisten Apoteker Penyelia Nutrision
3. Asisten Apoteker
4. Gizi 5. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 6. Radiografer 7. Sanitarian 8. Bidan
2.4. Pembinaan Tenaga
Pembinaan tenaga dilakukan melalui penilaian kinerja, reward dan peningkatan kompetensi. Periode penilaian kinerja dilakukan secara bulanan dan tiga bulan. Unsur penilaian tersebut meliputi : Keterampilan, Inisiatif, Kerajinan dan kerjasama. Kinerja dinilai berdasarkan uraian tugas sesuai jabatannya. Besarnya nilai menentukan besarnya reward berupa jasa pelayanan. 17
Peningkatan kompetensi tenaga dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan sesuai prioritas. Pelatihan untuk peningkatan kompetensi tenaga bisa melalui inhouse training dan eksternal course. Inhouse training yaitu program pelatihan yang diselenggarakan oleh internal Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang. Pelatihan yang dapat diikuti oleh SDM adalah : pelatihan managemen meliputi membangun team work, managemen konflik, komunikasi organisasi, managemen perubahan, problem solving dan pengendalian bahaya kebakaran. Pelatihan perilaku berupa membangun komitmen dan service excellent. External course yaitu program pelatihan diluar rumah sakit yang diikuti sesuai dengan kebutuhan.
BAB III STANDAR PROFESI KESEHATAN LAIN 18
3.1 Ahli Teknologi Laboratorium 3.1.1 Definisi Ahli Teknologi Laboratorium
Ahli Teknologi Laboratorium Adalah Tenaga kesehatan dan ilmuwan berketerampilan
tinggi
yang
melaksanakan
dan
mengevaluasi
prosedur
laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya. 3.1.2 Tugas Ahli Teknologi Laboratorium
Tugas Ahli Teknologi Laboratorium adalah melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi, Imunologi-serologi,
Toksikologi,
Kimia
Lingkungan,
Patologi
Anatomi
(Histopatologi, Sitopatologi, Histokimia, Imunopatologi, Patologi Molekuler), Biologi dan Fisika. 3.1.2 Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium
a. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses specimen. b. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan specimen. c. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrument laboratorium. d. Mengevalusi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil uji. e. Mengevalusi teknik, instrument dan prosedur baru untuk menentukan manfaat kepraktisannya. f.
Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan efisien untuk menginterprestasikan hasil uji laboratorium.
g. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium. h. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik kelaboratoriuman. i.
Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesahatan.
3.2 APOTEKER 3.2.1 Definisi Apoteker 19
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasia n). Pendidikan apoteker dimulai dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun, ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. 3.2.2 Tugas Apoteker
a. Menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang mutu dan keabsahannya terjamin. b. Melayani dan mengawasi peracikan dan penyerahan obat. c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat, baik dengan resep dokter maupun penjualan bebas. d. Melaksanakan semua peraturan kefarmasian tentang apotek. e. Tidak terlibat konspirasi penjualan obat keras ke dokter praktek, toko obat, dan sarana lainnya yang tidak berhak. f.
Melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien
3.2.3 Fungsi Apoteker
a. Membuat visi dan misi. b. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja. c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur Operasional (SPO) pada setiap fungsi kegiatan di apotek. d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek. e. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja operasional dan kinerja keuangan apotek.
3.3 ASISTEN APOTEKER 3.3.1 Definisi Asisten Apoteker 20
Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.3.2 Tugas Asisten Apoteker
a. Melayani obat atau menarik obat untuk pasien sesuai dengan resep dokter. b. Memberi informasi tentang penggunaan obat secara tepat dan tentang khasiat obat kepada pasien dengan jelas. c. Mengatur penyimpanan atau pemasukan obat dari PBF dan juga pengeluaran oleh bagian peracikan. d. Memberi harga pada resep yang baru masuk 3.3.3 Fungsi Asisten Apoteker
a. Melaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. b. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh asisten apoteker dilakukan dibawah pengawasan Apoteker/pimpinan unit atau dilakukan secara mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.4. Bidan 3.4.1 Definisi Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal kebidanan dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan kebidanan atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.4.2 Tugas Bidan
Tugas fisioterafis adalah memberikan asuhan Bidan atau pelayanan Bidan, dengan standar pelayanan Bidan yang berlaku agar mutu pelayanan bisa dipertanggung jawabkan dan memuaskan.
3.4.3. Fungsi Bidan
Fungsi Bidan adalah 21
Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap.
Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap
Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul.
Menilai keadaan janin
Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan.
Mengkahji status nutrisi ibu hamil
Mengkaji kenaikan berat badanibu dan hubungannya dengan komplikasi kehamilan.
3.5 Gizi 3.5.1 Definisi
Ahli Gizi adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan akademi dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit. Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
3.5.2 Tugas
1. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 2. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan 3. Bersikap jujur, tulus dan adil 4. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi tidak membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar 5. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan 6. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya 22
7. Bekerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya dengan tetap memelihara pengertian yang sebaik-baiknya. 3.5.3 Fungsi
1. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik Fungsi : a. Mengkaji data dan mencirikan masalah gizi klinik b.Memberikan masukan kepada dokter tentang preskripsi diet c.Merancang pola diit klien berdasarkan preskripsi diet dari dokter d.Mengawasi pelaksanaan diit klien. 2. Penyedia sistim penyelenggaraan makanan rumah sakit Fungsi : a.Mengkaji data dan mencirikan masalah SPMI b.Memberi masukan kepada mitra kerja tentang masalah SPMI c.Merencanakan pelaksanaan SPMI d.Mengawasi pelaksanaan SPMI 3. Penyuluh/konsultan gizi Fungsi : a.Merancang penyuluhan, pelatihan, dan konsultasi gizi b.Melakukan penyuluhan, pelatihan dan konsultasi gizi 4. Pelaku praktik kegizian yang bekerja secara professional dan etis Fungsi : a.Melaksanakan kegiatan pelayanan gizi/praktik kegizian b.Memantau dan mengevaluasi pelayanan gizi/praktik kegizian
3.6 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 3.6.1 Definisi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan merupakan aspek penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu pengembangan sistem dan penerapannya didukung oleh tenaga profesi yang berkualitas. Karena Rekam Medis dan Informasi Kesehatan menyangkut kepentingan kerahasiaan pribadi pasien dan rahasia jabatan, maka Perekam Medis merasa perlu untuk merumuskan pedoman sikap dan perilaku profesi, 3.6.2 Tugas Perekam Medis dan Informasi Kesehatan 23
1. Di dalam melaksanakan tugas profesi, tiap Perekam Medis selalu bertindak demi kehormatan diri, profesi dan organisasi. 2. Perekam Medis selalu menjalankan tugas berdasarkan standar profesi tertinggi. 3. Perekam Medis lebih mengutamakan pelayanan daripada kepentingan pribadi dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. 4. Perekam Medis wajib menyimpan dan menjaga data rekam medis serta informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Perekam Medis selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau sosial. 6. Perekam Medis wajib melaksanakan tugas yang dipercaya pimpinan kepadanya dengan penuh tanggungjawab, teliti dan akurat. 3.6.3 Fungsi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Mampu menjalankan fungsi manajerial meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Mampu memenej peralatan dan fasilitas termasuk ergonomic ruangan dan manajemen pengelolaan rekam medic menjadi informasi kesehatan
3.7 Radiografer 3.7.1 Definisi Radiografer a. Radiografer adalah suatu propesi yang melakukan pelayanan kepada
masyarakat, bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan. b. Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan APRO/DIII Radiologi/ATRO
dan D IV Program peminatan tertentu di bidang radiologi. c. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imaging, kedokteran nuklir dan radioterafi di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. 3.7.2
Tugas Radiografer 24
a. Melakukan pemeriksaan secara radiografi b. Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi c. Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka di bidang kedokteran Nuklir d. Melakukan upaya-upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja e. Mengelola sarana dan prasarana peralatan radiologi dan radioterafi f.
Melakukan tindakan belajar mengajar
g. Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik ataupun ilmiah popular h. Mengembangkan profesionalisme secara terus menerus melalui pendidikan formal dan non formal i.
Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan radiologi.
3.7.3
Fungsi Radiografer
a. Mengerti dan memahami visi dan misi organisasi tempat kerja dan organisasi propesi b. Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan radiologi c. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja d. Meningkatkan upaya proteksi radiasi e. Meningkatkan teknik dan prosedur pemeriksaan f.
Meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi sumber radiasi
g. Meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi terhadap teknik dan prosedur kerja sumber radiasi h. Meningkatkan jaminan kualitas radiologi i.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya evalusi pelayanan melalui kotak saran
3.8 Sanitarian 3.8.1 Definisi Sanitarian
25
Sanitarian adalah tenaga profesional yang bekerja dalam bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan dengan latar belakang pendidikan yang beragam dan yang telah mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus di bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan. 3.8.2 Tugas Sanitarian
Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
Melakukan pengamatan kesehatan lingkungan
Melakukan pengawasan kesehatan lingkungan
Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan
Membuat karya tulis atau karya ilmiah di bidang kesehatan lingkungan.
Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya dibidang kesehatan lingkungan
Membimbing sanitarian di bawah jenjang jabatannya
Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis di bidang kesehatan lingkungan Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang kesehatan lingungan
Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang kesehatan lingkungan
Mengikuti seminar/lokakarya di bidang kesehatan lingkungan/kesehatan
Menjadi anggota organisasi profesi bidang kesehatan lingkungan
Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional sanitarian
Melaksanakan kegiatan lintas program dan lintas sektoral
3.8.3 Fungsi Sanitarian
Menentukan komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia untuk
Menganalisis
hasil
pengukuran
komponen
lingkungan
yang
komponen
lingkungan
yang
mempengaruhi kesehatan lingkungan,
Menginterprestasikan
hasil
pengukuran
mempengaruhi kesehatan manusia,
Merancang dan merekayasa Penanggulangan masalah Lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia,
Mengorganisir
Penanggulangan
masalah
kesehatan
lingkungan
dan
Mengevaluasi hasil.
26
BAB IV STANDAR KOMPETENSI PETUGAS FUNGSIONAL NON KEPERAWATAN 27
4.1 Analis Kesehatan NO 1
2
3
KOMPETENSI MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN 1.1. Hematologi & transfusi darah 1.2. Kimia Klinik 1.3. Serologi-Imunologi 1.4. Mikrobiologi 1.5. Toksikologi 1.6. Patologi Anatomi 1.7. Biologi Molekuler 1.8. Komputer 1.9. Manajemen 1.10. Virologi 1.11. Kesehatan Lingkungan MAMPU MEMBUAT PERENCANAAN / MERANCANG PROSES 2.1. Alur kerja proses pemeriksaan di laboratorium 2.2. Alur keselamatan kerja di laboratorium
2.3. Menyusun prosedur baku di laboratorium 2.4. Menyusun prosedur cara ukur keberhasilan proses 2.5. Menyusun program pemantapan mutu internal 2.6. Menyusun program pemantapan mutu eksternal 2.7. Merancang upaya keselamatan kerja di laboratorium MAMPU MELAKSANAKAN PROSES TEKNIS OPERASIONAL 3.1. Mengambil spesimen 3.2. Menilai kualitas spesimen 3.3. Menangani specimen (labeling,penyimpanan,pengiriman) 3.4. Memperhatikan bahan/reagensia 3.5. Memilih reagen & metode analisa 3.6. Mempersiapkan alat 3.7. Memilih/menentukan alat 3.8. Memelihara alat 3.9. Mengkalibrasi alat 3.10 Menguji kelayakan alat 3.11 Mengerjakan prosedur analisa bidang : a. Hematologi sederhana b. Hematologi khusus c. Kimia klinik d. Serologi-Imunologi sederhana e. Serologi-Imunologi komplex f. Mikrobiologi sederhana g. Mikrobiologi Komplex
JENJANG SMAK DIII S1
v v v v v v
v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v
-
v v
v v
-
v -
v v v v v
v v v
v v v
v v v
v v v -
v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v -
v v v v v v v
v v v v v v v
28
4
5
h. Toksikologi i. Patologi Anatomi j. Biologi Molekuler k. Virologi (riset) 3.12. Mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu 3.13. Membuat laporan administrasi MAMPU MEMBERIKAN PENILAIAN (JUDGMENT) 4.1. Mendeteksi secara dini keadaan specimen yang berubah 4.2. Mendeteksi secara dini perubahan kondisi alat/reagen/kondisi analisa 4.3. Mendeteksi secara dini bila muncul penyimpangan dalam proses teknis operasional
v v
v v v v v
v v v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
4.4. Menilai validitas rangkaian analisa atau hasilnya 4.5. Menilai normal tidaknya hasil analisa untuk untuk dikonsultasikan kepada yang berwenang 4.6. Menilai layak tidaknya hasil proses pemantapan mutu internal 4.7. Menilai layak tidaknya hasil proses pemantapan mutu eksternal 4.8. Mendeteksi secara dini terganggunya keamanan lingkungan kerja MAMPU DALAM PENGAMBILIAN KEPUTUSAN 5.1. Perlunya koreksi terhadap proses/alat/spesimen/reagensia 5.2. Perlunya koreksi terhadap proses pemantapan mutu internal 5.3. Perlunya koreksi terhadap proses pemantapan mutu eksternal
v v
v v
v v
-
v
v
-
-
v
-
v
v
-
v
v
-
v
v
-
-
v
4.2.Apoteker 1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara Profesional dan Etik
Menguasai kode etik yang berlaku dalam praktik profesi
Mampu menerapkan praktik kefarmasian secara legal dan professional sesuai kode etik Apoteker Indonesia.
Memiliki keterampilan komunikasi
Mampu komunikasi dengan pasien
Mampu komunikasi dengan tenaga kesehatan
Mampu komunikasi secara tertulis
Mampu melakukan konsultasi/konseling sediaan farmasi dan alat kesehatan. 29
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional
Mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien
Mampu monitoring efek samping obat (MESO)
Melakukan evaluasi penggunaan obat
Melakukan praktik Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
Mampu mendampingi pengobatan mandiri (swamedikasi)oleh pasien
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
Mampu melakukan penilaian resep
Melakukan evaluasi obat yang diresepkan
Melakukan penyiapan dan penyerahan obat yang diresepkan
4. Mampu mempormulasikan dan memproduksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai standar yang berlaku.
Mampu melakukan persiapan pembuatan/produk obat
Mampu membuat formulasi dan pembuatan/produk sediaan farmasi
Mampu melakukan Iv-Admixture dan mengendalikan sitostatika/obat khusus.
Mampu melakukan persiapan peryaratan sterilisasi alat kesehatan
Mampu melakukan sterilisasi alat kesehatan sesuai prosedur satndar
5. Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan
Pelayanan informasi obat
Mampu menyampaikan informasi bagi masyarakat dengan mengindahkan etika propesi kefarmasian
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan
masyarakat.
Mampu bekerjasama dalam pelayanan kesehatan dasar.
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar
yang berlaku
Seleksi sediaan farmasi dan alat kesehatan
Mampu melakukan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan 30
Mampu mendesign, melakukan penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan
Mampu melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai peraturan
Mampu menetapkan system dan melakukan penarikan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Mampu mengelola infrastruktur dalam pengelolaan sediaan farmasi dan alkes.
8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan
interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian
Mampu merencanakan dan mengelola waktu kerja
Mampu optimalisasi kontribusi diri terhadap pekerjaan
Mampu bekerja dalam tim
Mampu membangun kepercayaan diri
Mampu menyelesaikan masalah
Mampu mengelola konflik
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berhubungan dengan kefarmasian.
Belajar sepanjang hayat dan kontribusi untuk kemajuan profesi
Mampu menggunakan teknologi untuk pengembangan profesionalitas.
4.3 Asisten Apoteker
1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di unit kerja.
Memeriksa persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang mendekati kadaluarsa.
Membuat usulan penanganan obat yang mendekati kadaluarsa
2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kes ehatan di dunia kerja
Memesan
sediaan
farmasi
dan
perbekalan
kesehatan
berdasarkan
permintaan dari apotekker 31
3. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Menerima
sediaan
farmasi/perbekalan
kesehatan
dan
memeriksa
kesesuaian pesanan
Memeriksa keadaaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Membuat bukti penerimaan
Membimbing AA muda
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan golongannya
Verifikasi ruang dan alat
Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai bentuk sediaannya
Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat fisika dan kimia berdasarkan informasi pada kemasan
Membimbing AA muda
5. Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Melakukan pengelompokkan faktur pembelian dan resep sesuai dengan prosedur
Menyimpan fatur pembelian dan resep
Mengelompokkan resep yang akan dimusnahkan
Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stock
Membimbng AA muda
6. Menghitung / kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan :
Menghitung jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Menghitung biaya
Menginformasikan jumlah biaya
Dokumentasi
Membimbing AA muda
7. Melaksanaan prosedur penerimaan dan penilaian resep di apotek :
Menerima dan memeriksa resep
Memberikan usulan pemecahan masalah terkait adanya OTT fisika/kimia
Membimbing AA muda
32
8. Melaksanaan proses peracikan sediaan farmasi sesuai dengan permintaan dokter :
Menyiapkan sediaan farmasi sesuai dengan prosedur
Meracik sediaan farmasi dibawah pengawasan apotekker/pimpinan unit
9. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi :
Menulis etiket
Menempelkan etiket dan label pada kemasan
Melakukan pengecekan etiket dan label pada kemasan
10. Memeberikan pelayanan untuk obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan kesehatan :
Memantau kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di sekitar lokasi apotek
Menyiapkan obat dan perbekalan kesehatn yang diperlukan masyarakat sesuai protap
Menyerahkan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan masyarakat sesuai protap
Mencatat obat yang diserahkan kepada masyarakat
11. Berkomunikasi dengan oranglain :
Menerima dan klasifikasi perintah
Menerima dan meneruskan pesan
Menunjukan keterampilan pribadi yang benar
Memberikan informasi yang benar
12. Mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dalam pembuatan rrencana pengadaan :
Melakukan verifikasi kebutuhan
Membuat dokumentasi
13. Berperan serta melakukan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap :
Mencari data PBF/distributor seuai dengan kebutuhan
14. Melaksanakan prosedur penyerahan obat kepada pasien sesuai protap :
Menyerahkan obat kepada pasien
15. Melaksanakan prosedur pelayanan pengobatan mandiri/swamedikasi sesuai protap : 33
Melakukan komunikasi
Membuat dokumentasi
Pembuatan dokumentasi
16. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Membantu apotekker/pimpinan unit membuat dokumen perncanaan
Mengarsipkan dokumen
17. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
Mengumpulkan data vendor
Memonitor order pengadaan
18. Melaksanakan prosedur pencatatan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bersifat droping, hibah dan produksi :
Mencatat kebutuhan yang sudah ditetapkan
Membantu apotekker dalam produksi obat
Membantu persiapan pelaksanaan prosedur produksi sesuai protap
Melakukan produksi dibawah pengawasan apotekker
Mengirim produk ke gudang dan membuat dokumentasi
Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
19. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai protap :
Mengevaluasi kualitas fisik barang (sesuai protap)
Mencatat dalam buku penerimaan
Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang
Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
20. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi & perbekalan kesehatan sesuai protap :
Mengecek barang yang datang ke gudang
Melakukan penempatan barang sesuai protap
Membuat dokumentasi sesuai protap
Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
34
21. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari Gudang RS sesuai Protap :
Verifikasi barang yang harus didistribusikan
Mencatat persediaan barang yang fast moving
Menerima permintaan barang dari unit yang ada di RS
Mendistribusikan barang ke unit pemesanan sesuai protap
Membuat dokumentasi
Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
22. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat
Menghitung dosis/jumlah obat dalam resep yang akan diberikan
Menghitung harga obat dalam resep yang diberikan
Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir
Melakukan pencatatan
Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
23. Melaksanakan prosedur penyiapan sediaan farmasi di RS tipe D sesuai protap
Menyiapkan bahan obat / obat (sesuai protap)
Menyiapkan pengemas (sesuai protap)
Membantu pelaksanaan dispensing (sesuai protap)
Melakukan pencatatan
Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut
24. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dosen/resep individu dibawah pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit
Verifikasi kesesuaian resep dan obat yang diberikan (sesuai protap)
Melakukan penyerahan obat (sesuai protap)
Membuat dokumentasi
Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
25. Melaksanakan prosedur disribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk keperluan floor stock sesuai protap dibawah supervisi apoteker / pimpinan unit
Verifikasi dokumen permintaan barang
Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan
Pelaksanaan distribusi (sesuai protap) 35
Membuat dokumentasi (susai protap)
Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
26. Berkomunikasi dengan orang lain
Menrima dan klarifikasi perintah
Menerima dan meneruskan pesan
Menunjukan keterampilan pribadi yang benar
Memberikan informasi yang benar
27. Melaksanan prosedur dinpensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai protap dibawah supervisi apoteker / Pimpinan Unit :
Menyiapkan obat
Melakukan peracikan
Melakukan pengemasan
Memberikan etiket
Memeriksa kesesuaian obat dengan resep
28. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing dibawah supervisi apoteker / pimpinan unit :
Melakukan rekam farmasi
Melakukan pencatatan semua data
Penyimpanan dokumen
29. Mengusulkan konsep perencanaan pembelian barang atas permintaan dari PPIC :
Memilih bahan sesuai dengan spesifikasi dan deskripsi yang diminta
Melaksanakan kegiatan pernerimaan bahan baku, bahan pengemas maupun produk jadi
Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah barang terhadap delivery order
Dokumentasi penerimaan barang
Menyimpan barang di ruang karantina
30. Menyimpan barang di gudang berdasarkan standar penyimpanan GDP/ Cara Distribusi yang baik (FIFO & FEFO)
Memeriksa kesesuaian kondisi gudang terhadap standar yang berlaku
Menyusun barang sesuai sistem dan prosedur yang ditetapkan
Melaksanakan prosedur penyimanan produk jadi 36
Mendokumentasikan penyimpanan barang
31. Melaksanakan prosedur pengeluaran barang sesuai dengan dokumen permintaan bahan (untuk produksi) atau pesanan produk jadi
Mengeluarkan bahan baku atas permintaan untuk produksi
Melakukan penimbangan bahan baku untuk produksi
Mengeluarkan produk jadi atas pesanan
32. Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang obsolet dan pemusnahannya
Melaksanakan prosedur monitoring
Melaksanakan prosedur monitoring barang obsolet
33. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penanganan barang kembalian
Melaksanakan prosedur penerimaan barang kembalian
Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian
34. Menimbang bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi
Menyiapkan tempat dan peralatan untuk penimbangan
Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian
35. Melaksanakan prosedur penyimpanan dan pemindahan bahan baku, bahan pengemas, produk rumahan, produk antara dan produk jadi selama produksi sesuai protap :
Mengidentifikasi sifat fisika dan kimia bahan berdasarkan informasi pada label kemasan/wadah
Melakukan penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai prosedur
Melakukan pemindahan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai prosedur
36. Memeriksa Kualitas bahan pengemas :
Melaksanakan prosedur pemeriksaan kualitas bahan pengemas ( karton, plastik, alu foil, gelas dan alumunium )
37. Melaksanakan
pemantauan
kondisi
lingkungan
laboratorium
dibawah
supervisi apotekker :
Melaksanakan prosedur pemantauan kondisi laboratorium (suhu, tekanan, kelembaban)
38. Melaksanakan pemeriksaan peralatan sesuai protap : 37
Melaksanakan prosedur pembersihan peralatan gelas
Melaksanakan prosedur perawatan neraca
39. Melaksanakan prosedur pemeriksaan catatan bets :
Memeriksa kelengkapam data dalam catatan bets
Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pimpinan
40. Berkomuniakasi dengan orang lain :
Menerima dan klarifikasi perintah
Menerima dan meneruskan pesan
Menunjukan keterampilan pribadi yang benar
Memberikan informasi yang benar
41. Melaksanakan prosedur pembuatan sediaan padat tablet, kapsul, serbuk sesuai protap
Menyiapkan alat dn bahan sesuai protap
Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
Malaksanakan pencetakan tablet sesuai prosedur
Melaksanakan pengisian kapsil sesuai prosedur
Melaksanakan pengisisan serbuk ke dalam sachet sesuai dengan prosedur
Mendokumentasikan
42. Melaksanakan prosedur pembuatan sediaan kapsul lunak sesuai protap dibawah supervisi apotekker :
Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
Melaksanakan Pengisian ke dalam kapsul lunak sesuai prosedur
43. Melaksanakan proses pembuatan sediaan cair non steril sesuai protap di bawah supervisi apotekker :
Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
44. Melaksanakan proses pembuatan sediaan setengah padat sesuai protap di bawah supervisi apotekker :
Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur 38
Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
45. Melaksanakan prossedur pembuatan sediaan cair dan setengah padat steril sesuai protap di bawah supervisi apotekker :
Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
Melaksanakan proses sterilisasi sesuai prosedur
46. Melaksanakan prosedur pengemasan untuk sediaan tablet, kapsul, kapsul lunak, cairan/setengah padat non steril, cairan/setengah padat steril seuai protap :
Menyiapkan produk ruahan dan bahan pengemas sesuai prosedur
Melaksanakan pengemasan primer dan sekunder sesuai prosedur
47. Berperan serta dalam tim inspeksi diri :
Mempelajari rujukan protap atau daftar periksa inspeksi diri
Mengamati kesesuaian atara protap dan pelaksanaannya
Mencatat ketidaksesuaian yang terjadi
Melaporkan hasil pengamatan kepada ketua tim inspeksi diri
48. Melaksanakan prosedur perbaikan terhadap temuan dari inspeksi diri :
Melaksanakan prosedur tindak perbaikan terhadap temuan
Mencatat pelaksanaan tindak perbaikan
Melaporkan pelaksanaan tindak perbaikan kepada yang berwenang
49. Melaksanakan prosedur uji keseragaman sediaan, ukuran, kekerasan, waktu hancur, disolusi, kerapuhan dan volume terpindahkan :
Melaksanakan sampling & memproses sesuai formulir permintaan
Melakukan persiapan pengujian sesuai protap
Melakukan pengujian sesuai protap
Melakukan pengujian sesuai prosedur pengujian
50. Melaksanakan prosedur sampling dalam proses pemeriksaan produk jai yang beredar di pasaran :
Melaksanakan prosedur sampling produk jadi di pasaran sesuai protap
Mencatat, melapor dan mendokumentasikan hasil sampling
39
4.4 KOMPETENSI AHLI GIZI
a. DASAR PENDIDIKAN S1 GIZI NO KODE 1 Kes.Gz.01.01.01
2
Kes.Gz.01.02.01
3 4
Kes.Gz.01.03.01 Kes.Gz.01.04.01
5
Kes.Gz.01.05.01
6
Kes.Gz.01.06.01
7 8 9
Kes.Gz.02.07.01 Kes.Gz.02.08.01 Kes.Gz.02.09.01
10
Kes.Gz.02.10.01
11
Kes.Gz.02.11.01
12
Kes.Gz.02.12.01
13
Kes.Gz.01.13.01
14
Kes.Gz.01.14.01
15
Kes.Gz.02.15.01
16
Kes.Gz.01.16.01
17
Kes.Gz.01.17.01
18
Kes.Gz.02.18.01
19 20 21
Kes.Gz.02.19.01 Kes.Gz.01.20.01 Kes.Gz.02.21.01
22
Kes.Gz.01.22.01
23
Kes.Gz.02.23.01
JUDUL UNIT KOMPETENSI Melakukan praktek kegizian sesuai dengan nilai – nilai dan mode etik profesi gizi. Merujuk pasien/klien kepada professional N/D atau disiplin lain bila diluar kemampuan/kewenangan. Berpartisipasi dalam kegiatan – kegaiatn profesi. Melakukan pengkajian diri dan berpartisipasi dalam pengembangan profesi serta pendidikan seumur hidup. Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dalam dalam bidang pangan, ketahanan pangan, pelayanan gizi dan kesehatan. Menggunakan teknologi mutakhir untuk kegiatan komunikasi dan informasi. Mengawasi dokumentasi pengkajian dan intervensi gizi. Memberikan pendidikan gizi dalam praktek kegizian. Mengawasi konseling, pendidikan, dan atau intervensi lain dalam promosi kesehatan atau pencegahan penyakit yang di perlukan dalam terapi gizi untuk keadaan penyakit umum. Mengawasi pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran tertentu. Mengkaji ulang dan mengembangkan materi pendidikan untuk populasi sasaran. Berpartisipasi dalam penggunaan media masa untuk promosi pangan dan gizi. Menginterpretasikan dan memadukan pengetahuan ilmiah terbaru dalam praktek kegizian Mengawasi perbaikan mutu pelayanan gizi dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan. Mengembangkan dan mengukur dampak dari pelayanan dan praktek kegizian. Berpartisipasi dalam perubahan organisasi , perencanaan dan proses penetapan tujuan. Berpartisipasi dalam bisnis atau pengembangan rencana operasional. Mengawasi pengumpulan dan pengolahan data keuangan praktek kegizian. Melakukan fungsi pemasaran. Berpartisipasi dalam penggunaan sumber daya manusia Berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk pemilihan peralatan dan merancang ulang unit – unit kerja Mengawasi sumber daya manusia, keuangan, fisik, materi dan pelayanan secara terpadu. Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan 40
24
Kes.Gz.02.24.01
25
Kes.Gz.02.25.01
26
Kes.Gz.02.26.01
27
Kes.Gz.02.27.01
28
Kes.Gz.02.28.01
29 30 31
Kes.Gz.02.29.01 Kes.Gz.02.30.01 Kes.Gz.02.31.01
32
Kes.Gz.02.32.01
33
Kes.Gz.02.33.01
34 35
Kes.Gz.02.34.01 Kes.Gz.02.35.01
36
Kes.Gz.02.36.01
37
Kes.Gz.01.37.01
38
Kes.Gz.02.38.01
39
Kes.Gz.01.39.01
40 41 42
Kes.Gz.02.40.01 Kes.Gz.02.41.01 Kes.Gz.01.42.01
43
Kes.Gz.01.43.01
44
Kes.Gz.01.44.01
45 46
Kes.Gz.01.45.01 Kes.Gz.01.46.01
pedoman gizi, biaya dan daya terima klien. Mengawasi pengembangan dan atau modifikasi resep/formula Mengawasi penerjemahan kebutuhan gizi menjadi menu makanan untuk kelompok sasaran. Mengawasi rancangan menu sesuai dengan kebutuhan dan status kesehatan klien. Berpartisipasi dalam melakukan penilaian cita rasa (organoleptik) makanan dan produk gizi. Mengawasi sistem pengadaan, distribusi dan pelayanan makanan Mengelola keamanan dan sanitasi makanan Mengawasi penapisan gizi untuk individu dan kelompok Mengawasi penilaian gizi klien dengan kondisi kesehatan umum, (obesitas, hipertensi dll) Menilai status gizi individu dengan kondisi kesehatan kompleks (ginjal, gizi buruk, dll) Merancang dan menerapkan rencana pelayanan gizi sesuai dengan kesehatan klien. Mengelola pemantauan asupan makanan dan gizi klien. Memilih, menerapkan dan mengevaluasi stnadar makanan enternal dan parentral untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan termasuk zat gizi makro. Mengembangkan dan menerapkan rencana pemberian makanan peralihan. Mengkoordinasikan dan memodifikasi kegiatan pelayanan gizi diantara pemberi pelayanan. Melakukan komponen pelayanan gizi dalam forum diskusi tim medis untuk tindakan dan rencana rawat jalan pasien. Merujuk klien kepada pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih sesuai dengan kesehatan umum dan gizi. Mengawasi penapisan status gizi kelompok masyarakat. Melakukan penilaian status gizi kelompok masyarakat. Melakukan pelayanan gizi pada berbagai kelompok masyarakat sesuai dengan budaya, agama dalam daur kehidupan. Melakukan program promosi kesehatan atau program pencegahan penyakit. Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi masyarakat. Mengawasi pangan dan program gizi masyarakat. Berpartisipasi dalam penetapan biaya praktek pelayanan kegizian.
b. KOMPETENSI AHLI MADYA GIZI (DASAR PENDIDIKAN DIII G IZI) 41
NO 1
2 3 4
KODE Kes. AG. 01.01.01 Kes. AG. 01.02.01 Kes. AG. 01.03.01 Kes. AG. 01.04.01
5
Kes. AG. 01.05.01
6
Kes. AG. 01.06.01 Kes. AG. 02.07.01 Kes. AG. 02.08.01 Kes. AG. 02.09.01
7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22
Kes. AG. 02.10.01 Kes. AG. 02.11.01 Kes. AG. 02.12.01 Kes. AG. 01.13.01 Kes. AG. 01.14.01 Kes. AG. 01.15.01 Kes. AG. 02.16.01 Kes. AG. 02.17.01 Kes. AG. 02.18.01 Kes. AG. 01.19.01 Kes. AG. 02.20.01 Kes. AG. 01.21.01 Kes. AG. 02.22.01
JUDUL UNIT KOMPETENSI Berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi. Merujuk klien/pasien kepada ahli lain pada saat situasinya berada diluar kompetensinya. Ikut aktif dalam kegiatan profesi gizi
Melakukan pengkajian diri menyiapkan portofolio untuk pengembangan profesi dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan. Berpartisipasi dalam proses kebijakan legislatif dan kebijakan publik yang berdampak pada pangan , gizi dan pelayanan kesehatan. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi. Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi. Melakukan pendidikan gizi dalam kegiatan praktek tersupervisi. Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan terapi gizi untuk kondisi tanpa komplilkasi. Melaksanakan pendidikan dan pelatiha gizi untuk kelompok sasaran. Ikut serta dalam pengkajian dan pengembangan bahan pendidikan untuk kelompok sasaran. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam kegiatan pelayanan gizi. Ikut serta dalam peningkatan kualitas pelayanan atau praktek dietetik untuk kepuasan konsumen. Berpartisipasi dalam pengembangan dan pengukuran kinerja dalam pelayanan gizi. Berpartisipasi dalam proses penataan dan pengembangan organisasi. Ikut serta dalam penyusunan rencana operasional dan anggaran institusi. Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi. Ikut serta dalam pemasaran produk pelayanan gizi. Ikut serta dalam pendayagunaan dan pembinaan SDM dalam pelayanan gizi. Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana pelayanan gizi. Meneyelia sumberdaya dalam unit pelayanan gizi meliputi keuangan, SDM, saran prasarana dan pelayanan gizi. Menyelia produksi makanan yang memenuhi kecukupan gizi, biaya dan daya terima. 42
23
Kes. AG. 02.23.01
24
Kes. AG. 02.24.01
25
29
Kes. AG. 02.25.01 Kes. AG. 02.26.01 Kes. AG. 02.27.01 Kes. AG. 02.28.01 Kes.AG.02.29.01
30
Kes.AG.02.30.01
31
Kes.AG.02.31.01
32
Kes.AG.02.32.01
33
Kes.AG.02.33.01
34
Kes.AG.02.34.01
35 36
Kes.AG.02.35.01 Kes.AG.01.36.01
37
Kes.AG.01.37.01
38
Kes.AG.02.38.01
39
Kes.AG.02.39.01
40
Kes.AG.02.40.01
41
Kes.AG.01.41.01
42
Kes.AG.01.42.01
43
Kes.AG.02.43.01
26 27 28
Mengembangkan dan atau memodifikasi resep/formula (mengembangkan dan meningkatkan mutu resep dan makanan formula). Menyusun standar makanan (menerjamahkan kebutuhan gizi ke bahan makanan/menu) untuk kelompok sasaran. Menyusun menu untuk kelompok sasaran. Melakukan uji citarasa/uji organoleptik makanan. Menyelia pengadaan dan distribusi bahan makanan serta transportasi makanan. Mengawasi/menyelia masalah keamanan dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan (industri pangan). Melakukan penapisan gizi (nutritional screening) pada klien/pasien secara individu. Melakukan pengkajian gizi (nutritional assessment) pada pasien tanpa komplikasi (dengan kondisi kesehatan umum, misalnya hipertensi, jantung, obesitas). Membantu dalam pengkajian gizi (nutritional assessment) pada pasien dengan komplikasi (kondisi kesehatan yang kompleks, misalnya penyakit ginjal, multi-sistem organ failure, trauma). Membantu merencanakan dan mengimplementasikan rencana asuhan gizi pasien. Melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi/makan pasien. Berpartisipasi dalam pemilhan formula enteral serta monitoring dan evaluasi penyediaannya. Melakukan rencana perubahan diit. Berpartisipasi dalam konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan terapi dan rencana pemualangan klien/pasien. Merujuk pasien/klien ke pusat pelayanan kesehatan lain. Melaksanakan penafisan gizi /screening status gizi populasi dan atau kelompok masyarakat. Membantu menilai status gizi populasi dan/ atau kelompok masyarakat. Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan dan kepercayaan dari berbagai golongan umur (tergantung level asuhan gizi kelompok umur) Berpartisipasi dalam program promosi kesehatan / pencegahan penyakit di masyarakat. Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi dan masyarakat. Melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan program pangan dan gizi masyarakat. 43
44
Kes.AG.01.44.01
Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi.
4.5 Perekam Medis 1. Klasifikasi & Kodifikasi Penyakit, Masalah-masalah Yang Berkaitan Dengan Kesehatan dan Tindakan Medis.
Deskripsi Kompetensi: Perekam Medis mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.
No
1.
2.
Kode Unit Kompetensi
Judul Unit Kompetensi Kompetensi
MIK.KK.01.001.01
Menentukan nomor kode diagnosis pasien sesuai petunjuk dan peraturan pada pedoman buku buku ICD yang berlaku ICD yang berlaku (ICD-10 ( ICD-10 Volume 2)
MIK.KK.01.002.01
Mengumpulkan kode diagnosis pasien untuk memenuhi sistim pengelolaan, penyimpanan data pelaporan untuk untuk kebutuhan analisis sebab tunggal penyakit yang dikembangkan dikembangkan Mengklasifikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan informasi
3.
4.
5.
MIK.KK.01.003.01
MIK.KK.01.004.01
MIK.KK.01.005.01
morbiditas dan sistem pelaporan morbiditas dan sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan Menyajikan informasi morbiditas dengan akurat dan tepat waktu bagi kepentingan k epentingan monitoring KLB epidemiologi dan lainnya Mengelola indeks penyakit dan tindakan guna kepentingan laporan medis dan statistik serta permintaan informasi pasien secara cepat dan terperinci
6.
MIK.KK.01.010.01
Menjamin validitas data untuk registrasi penyakit Mengembangkan dan
7.
MIK.KK.01.011.01
mengimplementasikan petunjuk standar koding dan pendokumentasian.
44
2. Aspek Hukum Dan Etika Profesi Profesi Deskripsi Kompetensi:Perekam Medis mampu melakukan tugas dalam
memberikan pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan yang bermutu tinggi dengan memperhatikan perundangan dan etika profesi yang berlaku.
No
Kode Unit Kompetensi
Judul Unit Kompetensi Kompetensi
Memfasilitasi pelepasan informasi 1
MIK.HE.02.001.01
2
MIK.HE.02.002.01
Menyiapkan informasi pasien kepada pihak yang berhak.
3
MIK.HE.02.003.01
Menjaga keamanan alur permintaan informasi kesehatan pasien.
4
MIK.HE.02.004.01
Memelihara kerahasiaan informasi pasien.
5
MIK.HE.02.005.01
Mengidentifikasi faktor resiko tinggi dalam kerahasiaan informasi kesehatan.
6
MIK.HE.02.006.01
Mengevaluasi faktor resiko dalam pendokumenstasian dan kerahasiaan informasi kesehatan.
7
MIK.HE.02.007.01
Melaksanakan kebijakan dan prosedur akses dalam pelepasan informasi.
8
MIK.HE.02.008.01
Melaksanakan kebijakan dan prosedur terkait dengan peraturan dokumentasi.
9
MIK.HE.02.009.01
Mengkoordinasikan kegiatan komite keamanan informasi kesehatan.
MIK.HE.02.010.01
Membuat pedoman training, peraturan dan proseudr yang terkait dengan informasi pelayanan pasien.
10
kesehatan kepada pasien maupun pihak ketiga.
3. Manajemen Manajemen Rekam Medis Dan Informasi Informasi Kesehatan Deskripsi Kompetensi:Perekam Medis mampu mengelola rekam medis dan informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medis, administrasi
dan kebutuhan informasi kesehatan sebagai bahan pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
No
1.
Kode Unit Kompetensi
MK.SR.03.001.01
Judul Unit Kompetensi Kompetensi
Meregistrasi atas semua kunjungan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan (registrasi pendaftaran pasien rawat jalan 45
dan rawat inap)
MK.SR.03.002.01
Memberikan nomor rekam medis secara berurutan dan sistematis berdasarkan sistim yang digunakan (penomoran seri, unit, seri unit)
3.
MK.SR.03.003.01
Menulis nama pasien dengan baik dan benar sesuai dengan sistem yang digunakan
4.
MK.SR.03.004.01
2.
5.
MK.SR.03.005.01
Membuat indeks pasien (kartu atau media lainnya) Menyusun (assembling) rekam medis dengan baik dan benar berdasarkan SOP yang ada Menganalisis rekam medis secara kuantitatif dengan tepat meliputi
6.
MK.SR.03.006.01
. Kebenaran identifikasi . Adanya laporan-laporan yang penting . Autentikasi . Pendokumentasian yang baik Menganalisis rekam medis secara
7.
8.
MK.SR.03.007.01
MK.SR.03.008.01
kualitatif guna konsistensi isi dan mutu rekam medis Menyimpan/menjajarkan rekam medis berdasarkan sistem yang digunakan (Straight Numerical, Middle Digit dan Terminal Digit Filing System)
MK.SR.03.009.01
Mengambil kembali (retrieval) dengan cepat rekam medis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan asuhan pasien dan berbagai kebutuhan lainnya lainnya
10.
MK.SR.03.010.01
Melakukan penyusutan (retensi) rekam medis berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang yang berlaku
11.
MK.SR.03.011.01
Mendisain formulir rekam medis
9.
4. Menjaga Mutu Rekam Medis Deskripsi Kompetensi:Perekam Medis mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menilai mutu rekam medis.
No
Kode Unit Kompetensi Kompetensi
Judul Unit Kompetensi Kompetensi 46
1
MIK.MU.04.001.01
Melaksanakan program kegiatan menjaga mutu (QA) rekam medik
2
MIK.MU.04.002.01
Melakuakan pemeriksaan ulang (quality review) MIK/rekam medik
MIK.MU.04.003.01
Menyelenggarakan analisa untuk mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (“SWOT”) MIK/rekam medik
3
Menyelenggarakan kegiatan yang 4
MIK.MU.04.004.01
merupakan prioritas sasaran mutu pelayanan MIK/rekam medik Melakukan penilaian dan memberikan
5
MIK.MU.04.005.01
solusi terhadap sistem komputerisasai pelayanan MIK/rekam medik Mempersiapkan laporan untuk badan
6
MIK.MU.04.006.01
akreditasi, lisensi dan sertifikasi dalam memenuhi standar akreditasi dan kebijakan yang terkait dangan Perekam Medis (Perekam Medis)
7
MIK.MU.04.007.01
Memonitor kesesuaian kebijakan dan prosedur agar tetap relevan dengan manajemen data klinis
8
MIK.MU.04.008.01
Meningkatkan kualitas data klinis dalam proses menjaga mutu MIK/rekam medik
5. Statistik Kesehatan
Deskripsi Kompetensi :Perekam Medis mampu menggunakan statistik kesehatan untuk menghasilkan informasi dan perkiraan (forcasti ng) yang bermutu sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan.
No
1
Kode Unit Kompetensi
MIK.SK.05.001.01
Judul Unit Kompetensi
Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan
2
MIK.SK.05.002.01
Mendesain formulir untuk tahap pengumpulan data kesehatan
3
MIK.SK.05.003.01
Mengumpulkan data untuk manajemen 47
mutu, manajemen penggunaan, manajemen resiko dan penelitian lain yang berhubungan dengan asuhan pasien 4
MIK.SK.05.004.01
Mengelola data untuk penyusunan pe nyusunan laporan efisiensi pelayanan pada sarana pelayanan kesehatan
5
MIK.SK.05.005.01
6
MIK.SK.05.006.01
Melakukan analisis statistik sederhana Mendemonstrasikan atau presentasi data dan laporan keberbagai pihak
MIK.SK.05.007.01
Menggunakan aplikasi komputer untuk pengumpulan, pengolahan pengolahan dan penyajian informasi kesehatan
MIK.SK.05.008.01
Memberi kontribusi penggunaan fungsi data klinis, administrasi dan data eksternal
9
MIK.SK.05.009.01
Mengumpulkan dan Menganalisa data untuk (kebutuhan khusus) proyek riset klinis
10
MIK.SK.05.010.01
7
8
11
12
Menerapkan rencana manajemen kualitas data (menjaga konsistensi data)
MIK.SK.05.011.01
Monitoring pelaksanaan kebijakan dan prosedur manajemen sumber data organisasi
MIK.SK.05.012.01
Mengelola Kualitas Data di Sarana Pelayanan Kesehatan
6. Manajemen Unit Kerja Manajemen Informasi Kesehatan / Rekam Medis
Deskripsi Kompetensi :Perekam Medis mampu mengelola unit kerja yang berhubungan dengan perencanan, pengorganisasian, penataan dan pengontrolan unit kerja manajemen informasi kesehatan (MIK) / rekam medis (RM) di instalansi pelayanan kesehatan. No
1
2
Kode Unit Kompetensi Kompetensi
Judul Unit Kompetensi Kompetensi
MIK.UK.06.001.01
Memprediksi kebutuhan informasi dan teknik dalam sistem pelayanan kesehatan di masa yang akan datang
MIK.UK.06.002.01
Melaksanakan rencana strategis, goal dan objektif untuk area tanggungjawabnya 48
3
MIK.UK.06.003.01
Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana unit kerja MIK/RM untuk memenuhi kebutuhan kerja
4
MIK.UK.06.004.01 MIK.UK.06.004.01
Menyusun anggaran / budget
5
MIK.UK.06.005.01 MIK.UK.06.005.01
Menggunakan anggaran / budget
MIK.UK.06.006.01
Menerapkan program orientasi dan latihan staf bagi yang terkait dalam sistem data pelayanan kesehatan
MIK.UK.06.007.01
Menyusun kebijakan dan prosedur tentang sistem MIK / RM yang sesuai hukum, sertifikasi, akreditasi, dan kebutuhan setempat
MIK.UK.06.008.01
Mengembangkan kebijakan dan prosedur tentang MIK / RM yang sesuai hukum, sertifikasi, akreditasi, dan kebutuhan setempat
MIK.UK.06.009.01
Mengimplementasikan kebijakan dan prosedur tentang sistem MIK / RM yang sesuai hukum, sertifikasi, akreditasi, dan kebutuhan setempat
10
MIK.UK.06.010.01
Mengevaluasi kebijakan dan prosedur tentang MIK / RM yang sesuai hukum, sertifikasi, akreditasi, dan kebutuhan setempat
11
MIK.UK.06.011.01
Menyusun analisa jabatan dan uraian tugas Perekam Medis/ Perekam Medis
MIK.UK.06.012.01
Menyusun kebijakan dan prosedur antar unit kerja tentang arus informasi setempat
MIK.UK.06.013.01
Mengembangkan sistem MIK / RM sebagai bagian dari perencanaan sistem informasi dalam sistem pelayanan kesehatan
MIK.UK.06.014.01
Memecahkan masalah pengembangan, solusi, pembuatan keputusan dan rencana strategi unit kerja MIK/ RM
MIK.UK.06.015.01
Menyajikan informasi hasil kerja penyelenggaraan MIK / RM guna evaluasi kinerja unitnya
MIK.UK.06.016.01
Memonitor keadaan staf, produktifitas dan arus kerja untuk tujuan pengawasan
6
7
8
9
12
13
14
16
49
17
MIK.UK.06.017.01
Melaksanakan dokumentasi unit kerja MIK / RM Meningkatkan pelayanan prima sarana
18
MIK.UK.06.018.01
pelayanan kesehatan sesuai harapan pasien
19
MIK.UK.06.019.01 MIK.UK.06.019.01
Menyiapkan profil rumah sakit
20
MIK.UK.06.020.01
Mengoperasikan komputer guna penyelenggaraan sistem MIK / RM
7. Kemitraan Profesi Deskripsi Kompetensi :Perekam Medis mampu berkolaborasi inter dan intra
profesi yang terkait dalam pelayanan kesehatan.
No
Kode Unit Kompetensi Kompetensi
Judul Unit Kompetensi Kompetensi
MIK.MP.07.001.01
Melaksanakan komunikasi efektif dengan semua tingkatan.
2
MIK.MP.07.002.01
Mengikuti berbagai kegiatan sosialisasi antar profesi kesehatan, non kesehatan, dan antar organisasi yang berkaitan dengan profesi.
3
MIK.MP.07.003.01
Memberikan informasi database MIK dengan efektif dan efisien
1
4
MIK.MP.07.004.01
Mengidentifikasi kebutuhan informasi bagi pelanggan baik internal dan eksternal.
5
MIK.MP.07.005.01
Melaksanakan komunikasi dengan teknologi muktahir (internet, e-mail, fax, dll)
6
MIK.MP.07.006.01
Melaksanakan negosiasi dan advokasi tentang pelayanan MIK / rekam medis.
MIK.MP.07.007.01
Memberikan konsultasi dalam pengelolaan informasi kesehatan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
7
Menjalin kerjasama dengan bagian 8
MIK.MP.07.008.01
9
MIK.MP.07.009.01 MIK.MP.07.009.01
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) dalam pengembangan teknologi baru. Memberi konsultasi pandidikan dan 50
latihan bagi pengguna layanan Informasi.
4.7 Radiografer 4.7.1. Kompetensi Untuk Fungsi Pelaksana a.K elompok Unit Kompetensi Radiodiagnostik Konvensional
1. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Atas (Ext. Superior); 2. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Bawah (Ext. Inferior); 3. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Perut / Abdomen; 4. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Dada / Thorax; 5. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Belakang / Columna Vertebralis; 6. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Kepala/Schedel; 7. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Wajah/Facial Bone; 8. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Panggul/Pelvis; 9. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Bone Survey; 10. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Gigi Geligi dan Panoramic; 11. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pernapasan/Tr. Respiratorius; 12. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pencernaan/Tr. Digestifus; 13. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Perkencingan/Tr. Urinarius; 14. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Reproduksi/Tr. Genitalia; 15. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Persyarafan/Tr. Neurologis; 16. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Hormon/Tr. Billiaris;
51
17. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem Pembuluh Darah Arteri/Arteriografi; 18. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem Pembuluh Darah Vena/Venografi. 19. Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi 20. Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
g.Kompetensi Untuk Fungsi Manajerial/Pengelola 1. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radiografi Konvensional 2. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan CT Scan 3. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan MRI 4. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan USG 5. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radioterapi 6. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Kedokteran Nuklir 7. Unit kompetensi melaksanakan pengelolaan Upaya Proteksi Radiasi 8. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Implementasi QA/QC
h. Kompetensi Untuk Fungsi Pendidik dan Pembimbing
1. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang Radiografi Konvensional 2. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang CT Scan. 3. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang MRI 4. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang USG 5. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang Radioterapi 6. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang Kedokteran Nuklir 7. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang Upaya Proteksi Radiasi 8. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang Implementasi QA/QC i. Kompetensi Untuk Fungsi Peneliti dan Penyuluh 52
1. Unit
Kompetensi
melaksanakan
penelitian
bidang
Radiografi
Konvensional 2. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang CT Scan 3. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang MRI 4. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang USG 5. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Radioterapi 6. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Kedokteran Nuklir 7. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Upaya Proteksi Radiasi 8. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang QA/QC
j. Kompetensi Untuk Fungsi Kewirausahaan
1. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi Konvensional 2. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi CT Scan 3. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi MRI 4. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi USG 5. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi Radioterapi 6. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi Kedokteran Nuklir
4.8 SANITARIAN
NO
Unit Kompetensi
1
Melakukan Pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair Melakukan Pemeriksaan sampel kualitas fisik air dan limbah cair Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair
Jenjang pendidikan Sanitarian D D D1 S1 III IV
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
53
2
3
4
5
6
Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair Melakukan Pengambilan sampel kualitas kimia air dan limbah cair Melakukan pemeriksaan sampel kimia air dan limbah cair Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi air dan limbah cair Melakukan pengambilan sampel mikrobiollogi air dan limbah cair Melakukan pengiriman sampel mikrobiologi air dan limbah cair Melakukan pemeriksaan sampel mikrobiologi air dan limbah cair Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikrobiologi air dan limbah cair Melakukan pemeriksaan kualitas fisik udara/kebisingan /getaran kelembaban udara/ kecepatan angin dan radiasi Melakukan pengambilan sampel kualitas fisik udara /kebisingan/ getaran/ kelembaban udara/kecepatan angin dan radiasi Melakukan pengiriman sampel kualitas fisik udara/kebisingan/getaran/kelembaban udara/kecepatan angin dan radiasi Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat Melakukan analisis hasil kualitas fisik udara/kebisingan/getaran/kelembaban udara/kecepatan angin dan radiasi Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia udara Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas kimia udara Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia udara Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia udara Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara Melakukan pengambilan sampel kualitas mikrobiologi udara Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
54
kualitas mikrobiologi udara Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi udara Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikrobiologi udara Melakukan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat Melakukan analisis hasil pemeriksaan pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah padat Melakukan pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan kualitas kimia kimia tanah dan limbah padat Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah padat
V
V
V
V
V
V
V
V
V
7
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V
V V
V V
V
V
V
V
V
8
V V
9
Melakukan periksaan kualitas mikrobiologi & para-sitologi tanah dan limbah padat Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi & parasitologi tanha dan limbah padat Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi & parasitologi tanah dan limbah padat kualitas kimia kimia tanah dan limbah padat Melakukan analisi hasil pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah dan limbah padat Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
10
V
V
55
Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik makanan dan minuman Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas fisik makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman Melakukan pengiriman sampel pemeriksan kualitas kimia makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia makanan dan minuman Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi dan parasitologi sampel usap alat makanan minuman dan rectum Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman Melakukan pemeriksaan sampel kualitas mikrobiologi parasitologi sampel usap makanan dan minuman Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas mikro biologi parasitologi sampel usap alat makanan dan minuman Melakukan Survei vektor dan binatang penggangu Melakukan analisis hasil survei vektor dan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
11
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
12
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
13
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
14
V
V
56
15
binatang pengganggu Melakukan pengukuran kuantitas (debit) air dan air limbah Melakukan Analisis hasil pengukuran kuantitas (debit) air dan air limbah Mengidentifikasi makro dan mikro bentos di badan air Melakukan pengambilan sampel makro dan mikro bentos di badan air Melakukan pengiriman sampel makro dan mikro bentos di badan air Melakukan pemeriksaan sampel makro dan mikro bentos di badan air kualitas Melakukan analisis hasil pemeriksaan makro dan mikro di bentos di badan air Melakukan pemeriksaan sample toksikan dan biomonitoring Melakukan pengambilan sampel toksikan dan biomonitoring Melakukan pengiriman sampel toksikan dan biomonitoring Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan biomonitoring Melakukan analisis hasil pemeriksaan toksikan dan biomonitoring Melakukan analisis dampak kesehatan Lingkungan Mengelola program hygiene industri, kesehatan dan keselamatan kerja Merancang, mengoperasikan dan memelihara peralatan pengelolaan sampah Mengoperasikan alat pengeboran air tanah Melakukan pengeboran air tanah untuk pembangunan sarana air bersih Melakukan pendugaan air tanah Mengkalibrasi dan memelihara peralatan pengujian Mengoperasikan alat alat aplikasi pengendalian vektor Mengelola alat-alat pengambil sampel udara Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan (komunikasi) Mengawasi sanitasi pengelolaan linen Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai jenisnya Melakukan Pengendalian vektor dan Binatang Pengganggu Melakukan pengelolaan pembuangan tinja
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V V
V V V
V
V V
V V
V
V
V
V
V
V V
V V
V V
V V
V V
V V
V
V
V
V
V
V
V
V
16
V
17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
V
V V
V V
57
32 33 34 35 36
37 38 39
40
41 42 43
44
45
46
Mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) Melakukan surveilance penyakit berbasis lingkungan Berwirausaha dibidang kesehatan pelayanan kesehatan lingkungan Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lingkungan Menilai kondisi kesehatan perumahan(kepadatan hunian, lantai, dinding, atap, ventilasi, jendela dan penataan ruangan/bangunan) Menerapkan prinsip sanitasi pengelolaan makanan Menerapkan HACCP dalam pengelolaan makanan dan minuman Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, penjualan, penyimpanan, pengangkutan & penggunaan pestisida Mengawasi Sanitasi tempat tempat umum, industri, pariwisata, pemukiman dan sarana transportasi Melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan Merancang tekonologi tepat guna dan ramah lingkungan Melakukan intervensi administratif sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah, makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu Melakukan intervensi teknis sesuai hasil analisi sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman , vektor dan binatang pengganggu Melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu Mengelola klinik sanitasi Total unit kompetensi
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
70
V 93
V 93
V
41
58
BAB IV ETIKA
4.1 Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
1. Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih) 2. Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal) 3. Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan) 4. Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya. 5. Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
59
6. Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi. 7. Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi. 8. Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur 9. Amanah serta penuh integritas 10. Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab 11. Penuh semangatdan pengabdian 12. Kreatif dan tekun 13. Menjaga harga diri dan jujur 14. Melayani dengan penuh kerendahan hati 15. Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku 16. Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi. 17. Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi. 18. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional. 19. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak. 20. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat 21. Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat. 22. Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada masyarakat. 23. Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan stan dar norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan masyarakat.
4.2 Apoteker
60
1. Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah/janji Apoteker. 2. Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia. 3. Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya. 4. Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya. 5. Di dalam menjalankan tugasnya seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. 6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. 7. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. 8. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan per undangundangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.
4.3 Asisten Apoteker 1. Seorang Asisten Apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara
martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya. 2. Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan
pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi. 3. Serorang Asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya
sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku dank ode etik profesi. 4. Serorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjaga profesionalisme dalam
memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.
61
5. Seorang Ahli Farmasi Indonesia memandang teman sejawat sebagaimana
dirinya dalam memberikan penghargaan 6. Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa menghindari perbuatan yang
merugikan teman sejawat secara material maupun moral 7. Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa meningkatkan kerjasama dan
memupuk keutuhan martabat jabatan kefarmasiaqn,mempertebal rasa saling percaya didalam menunaikan tugas 8. Seorang
Asisten
Apoteker
harus
bertanggung
jawab
dan
menjaga
kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien/pemakai jasa secara professional 9. Seorang Asisten Apoteker harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia
kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak 10. Seorang Asisten Apoteker harus berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat
atau teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil yang akurat atau baik. 11. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagi suri teladan ditengah-tengah
masyarakat 12. Seorang ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya memberikan
semaksimal mungkin pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki 13. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan khususnya dibidang kesehatan khususnya dibidang Farmasi 14. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam usaha –
usaha pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan 15. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai pusat informasi sesuai bidang
profesinya kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan 16. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus menghindarkan diri dari usaha- usaha
yang mementingkan diri sendiri serta bertentangan dengan jabatan Farmasian. 17. Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa harus menjalin kerjasama yang
baik, saling percaya, menghargai dan menghormati terhadap profesi kesehatan lainnya.
62
18. Seorang Ahli Farmasi Indonesia harus mampu menghindarkan diri terhadap
perbuatan
-
perbuatan
yang
dapat
merugikan,menghilangkan
kepercayaan,penghargaan masyarakat terhadap profesi kesehatan lainnya.
4.5 Gizi
1. Ahli gizi berkewajiban untuk meningkatkan keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat. 2. Ahli gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi, dengan menunjukkan sikap, perilaku dan budi luhur, serta tidak mementingkan kepentingan pribadi. 3. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya menurut ukuran yang tertinggi. 4. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya dengan bersikap jujur, tulus, dll. 5. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk senantiasa berdasarkan
prinsip
keilmuan,
informasi
terkini,
dan
dalam
menginterpretasikan informasi, hendaknya secara objektif tanpa bias individu dan mampu menunjukan sumber rujukan yang benar. 6. Ahli
gizi
berkewajiban
untuk
senantiasa
mengenal
dan
memahami
keterbatasannya sehingga bisa bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 7. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa berusaha menjadi pendidik rakyat yang sebenarnya. 8. Ahli gizi dalam bekerjasama dengan para profesional lain, baik di bidang kesehatan maupun lainnya, berkewajiban untuk senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya. 9. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu untuk senatiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau dalam masyarakat umum. 10. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya, baik ketika klien masih atau sudah tidak berada dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia.
63
11. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, serta tidak melakukan diskrimi nasi dalam hal suku, agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak melakukan pelecehan seksual. 12. Ahli gizi berkewajiban sentiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, akurat terutama kepada klien yang menunjukkan tanda-tanda ada masalah gizi/gizi kurang. 13. Ahli gizi berkewajiban untuk memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien agar mengerti dan bersedia mengambil keputusan sendiri berdasarkan informasi tersebut. Dan apabila dalam melakukan tugasnya ada keraguan atau ketidakmampuan dalam memberikan pelayanan, maupun informasi yang tepat kepada klien, ia berkewajiban untuk senantiasa mengatakan tidak tahu dan berusaha berkonsultasi atau membuat rujukan dengan ahli gizi lain maupun ahli lain yang mempunyai kemampuan dalam masalah tersebut. 14. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi masyarakat umum, khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang keliru, dan praktik yang tidak etis berkaitan dengan gizi dan pangan, termasuk makanan dan terapi gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi yang faktual, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 15. Ahli gizi berkewajiban untuk senatiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi, melakukan pemantaun atau pengukuran status gizi dalam masyarakat secara teratur dan berkesinambungan, sehingga dapat mencegah terjadinya masalah gizi dalam masyarakt serta dapat merehabilitasi secara cepat pada masyarakat yang menderita masalah gizi. 16. Ahli gizi ketika melakukan promosi gizi dalam rangka meningkatkan dan memelihara status gizi optimal dari masyarakat, berkewajiban untuk senantiasa bekerjasama, melibatkan, dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja dalam masyarakat. 17. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan organisasi atau disiplin ilmu/profesional sejenis, yang 64
terkait dengan upaya peningkatan status gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat. 18. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa loyal dan taat asa di organisasi tempat di mana ahli gizi dipekerjakan. 19. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. 20. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan. 21. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta mengaku salah bila memang salah, dan senantiasa menunjukkan kerendahan hati untuk bersedia menerima pendapat orang lain jika memang pendapat tersebut benar atau memiliki manfaat yang luas. 22. Ahli gizi berkewajiban untuk bisa mengukur kemampuan dan keterbatasab diri sendiri, serta mengenal kebutuhan diri sendiri untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan ketrampilannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan.selain itu, ahli gizi harus mampu melakukan prediksi kejadian di masa yang akan datang. 23. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan sepengetahuan klien/masyarakat 24. Ahli gizi berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan yang bersifat me muji diri sendiri dan memaksa orang lain melanggar hukum. 25. Ahli gizi berkewajiban untuk memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar mampu bekerja dengan baik. 26. Ahli gizi berkewajiban untuk melayani masyarakat umumtanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang. 27. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, boleh mencantumkan namanya untuk sertifikasi bagi institusi yang akan memberikan pelayanan gizi, selama ahli gizi yang bersangkutan memang betul-betul memberikan pelayanan gizi. 65
4.6 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
1. Didalam melaksanakan tugas profesi, setiap perekam medis selalu bertindak demi kehormatan diri, profesi dan organisasi PORMIKI. 2. Perekam medis selalu menjalankan tugas berdasarkan standar organisasi teringgi. 3. Perekam medis lebih mengutamakan pelayanan daripada kepentingan pribadi dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu. 4. Perekam medis wajib menyimpan dan menjaga data rekam medis serta informasi yang terkandung didalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Perekam medis selalu menjujung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau sosial. 6. Perekam medis wajib melaksanakan tugas yang dipercaya pimpinan kepadanya dengan penuh tanggung jawab, teliti dan akurat.
4.7 Radiografer
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak diizinkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya. 2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu memakai standar profesi. 3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan keuntungan pribadi. 4. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya, selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar profesi Ahli Radiografi. 5. Ahli Radiografi harus menjaga dari menjunjung tinggi nama baik profesinya.
66
6. Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan radioterapi atas permintaan Dokter dengan tidak meninggalkan prosedur yang telah digariskan. 7. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya untuk melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan Radioterapi. 8. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan perencanaan dosis Radioterapi. 9. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga penderita dan mas yarakat pada umumnya. 10. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik terhadapnya. Bila ia tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atau Ahli lainnya. 11. Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien, karena kepercayaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa. 12. Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan aturan kebijakan yang telah digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang kesehatan. 13. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan anggota lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan profesin ya. 14. Setiap Ahli Radiografi wajib membangun hubungan kerja yang baik antara profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap masyarakat 15. Setiap Anggota Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya. 16. Setiap Anggota Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan terhadap masyarakat.
67
4.8 Sanitarian
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya. 2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi. 3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. 4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri. 5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. 6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif. 7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan. 8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau masyarakat. 9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hakhak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat. 10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya. 11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
68
12. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut. 13. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bert anggung jawab. 14. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara tuntas dan keseluruhan. 15. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya. 16. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian pelayanan. 17. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah. 18. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, at au berdasarkan prosedur yang ada. 19. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik. 20. Seorang
sanitarian
harus
senantiasa
mengikuti
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang bidang lain yang terkait.
BAB V KESELAMATAN KERJA
A.Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun 69
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
70
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.
1. Faktor - faktor Kecelakaan
Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur 71
kecenderungan
kecelakaan
harus
menggunakan
data
dari
situasi
yang
menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen. Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri. 2. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. 3. Usaha-usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja
Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan. Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur. Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di 72
tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%). Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi. Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis. Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu: 1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental. 2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja 3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
73
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya. 5. Penggunaan pakaian pelindung 6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising. 7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan keluar. 8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali. 9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan kebutuhan. 10. Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.
5.KONSEPSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja. b) Beban Kerja
74
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres. Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases). c) Sebab – Sebab Kecelakaan
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu : 1. Manusia. 2. Manajemen ( unsur pengatur ). 3. Material ( bahan-bahan ). 4. Mesin ( peralatan ). 5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ). Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu si stem tersendiri. Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan menimbulkan kecelakaan / kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan unsur 5M tersebut.: 1. Unsur Manusia, antara lain :
Tidak adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerj a maupun dengan pimpinan.
Kurangya pengetahuan / keterampilan.
ketidakmampuan fisik / mental.
Kurangnya motivasi.
2. Unsur Manajemen, antara lain : 75
Kurang pengawasan.
Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat.
Kesalahan prosedur operasi.
Kesalahan pembinaan pekerja.
3. Unsur Material, antara lain :
Adanya bahan beracun / mudah terbakar.
Adanya bahan yang mengandung korosif.
4. Unsur Mesin, antara lain :
Cacat pada waktu proses pembuatan.
Kerusakan karena pengolahan.
Kesalahan perencanaan.
5. Unsur Medan, antara lain :
Penerangan tidak tepat ( silau atau gelap ).
Ventilasi buruk dan housekeeping yang jelek.
e)Pencegah Kecelakaan
Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu : Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pencegahan
dan
pengendalian
kecelakaan
adalah
dengan
pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu : 1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain : a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya. b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan pekerjaannya. c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan keperluan perusahaan. d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas. e. Pengawasan dan disiplin yang wajar. 2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain : a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja. 76
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku. c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja. d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan. e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia. 3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level manajemen, antara lain : a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safet y policy. b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab. c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi sistem/prosedur kerja yang benar. d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya. e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang terpadu. f.
Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.
B.Tinjauan Tentang Tenaga Kesehatan 1.Pengertian Tenaga Kesehatan
Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya. Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat pelayanan kesehatan.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan 77
khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pe kerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya. Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan tentang pendayagunaan tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan sektor lain, seperti: kebijakan sektor pendidikan, kebijakan sektor ketenagakerjaan, sektor keuangan dan peraturan kepegawaian.
Kebijakan
sektor
kesehatan
yang
berpengaruh
terhadap
pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain: kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan kesehatan, kebijakan tentang pelayanan kesehatan, kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan kebijakan tentang pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan, yaitu: desentralisasi, globalisasi, menguatnya komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan harus memperhatikan semua faktor di atas.
2.Jenis Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.
C. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Korban Kecelakaan Kerja
78
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi ( lost benefit ) suatu perusahaan atau negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan global. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasuskasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Diha rapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama. Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi.
Salah
satu
upaya
dalam
perlindungan
tenaga
kerja
adalah
menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional. 79
Untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli tehnik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh. D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi : 1. Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang
calon/pekerja
(petugas
kesehatan
dan
non
kesehatan)
mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.Anamnese umumüPemerikasaan kesehatan awal ini meliputi: a.Anamnese pekerjaan b.Penyakit yang pernah diderita c.Alrergi d.Imunisasi yang pernah didapat e.Pemeriksaan badan f.Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu : -Tuberkulin test -Psiko test
80
2. Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara
berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
4. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan seba gainya.
BAB VI PENGENDALIAN MUTU 7.1
Pengertian 81
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas artinya setiap pelayanan harus mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indicator dan standarnya. 7.2
Indikator Mutu Pelayanan dan Standar Mutu
Mutu terkait dengan input, Proses, Output. Pengukuran mutu pela yanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yaitu : 1. Indikator mutu input Ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan diantaranya tenaga, fasilitas, peralatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.Indikator input diperlukan agar managemen dapat mengevaluasi sejauh mana kemampuan managemen memenuhi sumber daya di setiap unit profesi diantaranya mencakup kelengkapan alat, kelayakan peralatan dan ketersediaan SDM. Penjelasan masing-masing indicator sebagai berikut : 1.1
Kelengkapan peralatan
Tujuannya untuk menilai sampai sejauh mana managemen berhasil memenuhi kelengkapan minimal peralatan medis pada masing-masing unit pelayanan.
Cara mengukur : ∑ Bobot peralatan yang ada ∑ Bobot peralatan sesuai standar
1.2
Sumber data daftar inventaris Rumah Sakit
Waktu pengukuran : Akhir tahun buku
Petugas pengukur : Petugas
Pemilik indicator bidang pelayanan medis
Standar 80 %.
Kelayakan peralatan
Tujuannya untuk memenuhi sampai sejauh mana managemen berhasil memenuhi kelayakan minimal peralatan medis pada masing-masing unit pelayanan.
Cara mengukur ∑ Peralatan yang memiliki sertifikat kalibrasi X 100 % ∑ Per alatan yang wajib kalibrasi 82
∑ Peralatan dengan kondisi baik
X 100 %
∑ Peralatan yang ada
1.3
Sumber data berasal dari laporan hasil inventarisasi peralatan
Waktu pengukuran : Akhir tahun anggaran
Petugas pengukur : Masing-masing unit pelayanan
Pemilik indicator : IPSRS
Standar : 80 %
Ketersediaan SDM
Tujuannya yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana managemen berhasil memenuhi kelengkapan minimal luas ruangan pelayanan medis sesuai Rumah Sakit Type C pendidikan
Cara mengukur :
∑ luas ruangan per unit pelayanan
X 100 %
∑ luas ruangan sesuai standar
Sumber data : Daftar inventaris gedung
Waktu pengukuran : Akhir tahun anggaran
Petugas pengukur : IPSRS
Pemilik indicator : IPSRS
Standar : 80 %
2. Indikator proses Proses ialah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan konsumen. Proses ini merupakan variable pelayanan dengan mutu yang penting.
a. Dilaksanakanya audit mutu internal setahun 2x, sesuai dengan prosedur mutu audit mutu internal b. Dilaksanakannya audit mutu eksternal maksimal sesuai dengan ketetapan ISO. 83
c. Dilaksanakannya survey akreditasi tiap 3 tahun sekali sesuai dengan jadwal servey akreditasi d. Dilaksanakannya evaluasi kegiatan pelayanan Instalasi Radiologi dan diagnostik elektromedik tiap bulan 3. Indikator output Out put ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan alat untuk menilai mutu pelayanan. Sasaran mutu tertuang dalam manual mutu. Tabel berikut adalah indicator mutu yang merupakan salah satu jenis pelayanan dari indicator mutu pelayanan rumah sakit.
BAB VII PENUTUP
Era globalisasi menuntut perkembangan pengetahuan dan teknologi disegala bidang termasuk bidang kesehatan. Profesi kesehatan lain di Rumah 84