MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
Tugas Makalah Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Zaini, Lc., M.S.I
Disusun oleh :
Kelompok 3
ABDILLAH FAIZ 1340120004
MASLEKHATUL JUNBURIYYAH 1340120006
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI / BIMBINGAN KONSELING ISLAM
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegang teguh kepada doktrin ajaran Al-Quran dan Al-Hadits secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama.
Pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat melemahkan iman. Berbagai analisis tentang penyebab kurang diterimanya filsafat dikalangan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya adalah karena pengaruh pemikiran Al-Ghozali yang dianggapnya sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Namun pendapat ini telah dibantah oleh pendapat lain yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah sebab-sebab yang belum jelas.
Tampaknya kita sulit membedakan antara Filsafat dan Sejarah Filsafat antara; Filsafat Islam dan Sejarah Filsafat Islam. Biasanya, kita korbankan kajian filsafat, karena kita selalu dihantui oleh trauma sejarah abad pertengahan; ketika sejarah filsafat Islam diwarnai oleh pertentangan pendapat dan perhelatan pemikiran antara Al-Ghozali dan Ibn Sina. Al-Ghazali mewakili golongan Ahli Sunnah, yakni pendukung setia Asy'ariyah, sedangkan Ibn Sina mewakili pandangan para filosof muslim. Meskipun orang sering mensitir ungkapan (hadits) bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat merupakan rahmat,tetapi ternyata kita tidak terbiasa menghadapi pertentangan pendapat dengan kepala dingin. Kita lebih terbiasa berpegang pada pendapat bahwa pemahaman kita atas suatu pandangan hidup dan cara berpikir sebagai sesuatu yang "mutlak" dan "steril" yang tidak bisa diganggu gugat.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM
Dari segi bahasa, filsafat terdiri dari gabungan kata filsafat dan kata Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Selanjutnya kata Islam berasal dari Bahasa Arab aslama, yuslimu, islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan sentosa. Kata tersebut berasal dari kata salima yang berarti selamat, sentosa, aman dan damai.
Pengertian Filsafat Islam menurut beberapa pendapat:
Musa Asy'ari mengatakan bahwa Filsafat Islam merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah, serta sebagai kegiatan yang bercorak islami. Hal ini diperlukan pendekatan historis terhadap Filsafat Islam yang tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi yang lebih penting adalah memahami proses dialektik pemikiran yang berkembang melalui kajian-kajian tematik atas persoalan-persoalan yang terjadi setiap zaman.
Amin Abdullah mengatakan "Meskipun saya tidak setuju untuk mengatakan bahwa Filsafat Islam tidak lain dan tidak bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang ditempeli begitu saja dengan konsep Filsafat Yunani, namun sejarah mencatat bahwa mata rantai yang menghubungkan gerakan pemikiran Filsafat Islam era kerajaan Abbasiyyah dan dunia luar di wilayah Islam, tidak lain adalah proses panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan Yunani lewat karya-karya filosof Muslim.
Damardjati Supadjar berpendapat bahwa dalam istilah filsafat islam terdapat dua kemungkinan pemahaman konotatif. Pertama filsafat islam dalam arti filsafat tentang islam, dalam hal ini islam menjadi bahan telaah objek material suatu studi dengan sudut pandang atau objek formalnya, yaitu filsafat. Jadi disini Islam menjadi genetivus objectives. Kemungkinan kedua yaitu suatu filsafat yang islami. Disini Islam menjadi genetivus subjektivus, artinya kebenaran Islam terbabar pada dataran kefilsafatan.
Ahmad Fuad Al-Ahwani mengatakan bahwa Filasat Islam ialah pembahasan meliputi alam semesta dan bermacam-macam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, Filsafat Islam dapat diketahui melalui lima ciri sebagai berikut;
Dilihat dari segi sifat dan coraknya, filsafat Islam berdasar pada ajaran Islam yang bersumber Al-Quran dan Hadits.
Dilihat dari segi ruang lingkup pembahasannya, filsafat Islam mencakup pembahasan bidang fisika atau alam raya yang selanjutnya disebut bidang kosmologi, masalah ketuhanan dan hal-hal yang bersifat non materi disebut metafisika; masalah kehidupan di dunia, kehidupan di akhirat, masalah ilmu pengetahuan, kebudayaan dan lain sebagainya, kecuali masalah zat Tuhan.
Dilihat dari segi datangnya, Filsafat Islam sejalan dengan perkembangan ajaran Islam itu sendiri, tepatnya ketika bagian dari ajaran Islam memerlukan penjelasan secara rasional dan filosofis.
Dilihat dari segi yang mengembangkannya, filsafat Islam dalam arti materi pemikiran filsafatnya, bukan kajian sejarahnya, disajikan oleh orang-orang yang beragama Islam. Seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Tufail, Ibn Bajjah.
Dilihat dari segi kedudukannya, filsafat Islam sejajar dengan bidang studi keislaman lainnya seperti fiqih, ilmu kalam, tasawuf, sejarah kebudayaan islam dan pendidikan Islam.
MODEL – MODEL PENELITIAN FILSAFAT ISLAM
Model M. Amin Abdullah
Dalam rangka penulisan disertasinya, M. Amin Abdullah mengambil bidang penelitiannya pada masalah filsafat Islam. Hasil penelitiannya ia tuangkan dalam bukunya berjudul The Idea of Universality Ethical Norm In Ghazali and Kant. Dilihat dari segi judulnya, penelitian ini mengambil metode penelitian kepustakaan yang bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan kajiannya pada berbagai sumber baik yang ditulis oleh tokoh yang diteliti itu sendiri (sumber primer), maupun sumber yang ditulis oleh orang lain mengenai tokoh yang ditelitinya itu (sumber sekunder). Bahan-bahan tersebut selanjutnya diteliti keotentikannya secara seksama, diklasifikasikan menurut variable yang ingin ditelitinya, dibandingkan, dideskripsikan, dianalisis dan disimpulkan.
Dilihat dari segi pendekatan yang digunakan M. Amin Abdullah kelihannya mengambil pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan studi komparasi antara pemikiran kedua tokoh tersebut (Al Ghazali dan Immanuel Kant), khususnya dalam bidang etika. Hasil penelitian Amin Abdullah dalam bidang Filsafat Islam selanjutnya dapat dijumpai dalam berbagai karyanya baik yang ditulis secara tersendiri, maupun gabungan dengan karya-karya orang lain. Penelitian yang polanya mirip dengan Amin Abdullah tersebut dilakukan pula oleh Sheila McDonough dalam karyanya berjudul Muslim Ethics and Modernity: A Comparative Study of the Ethical Thought of Sayyid Ahmad Khan and Mawlana Mawdudi.
Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry dan Harun Nasution
Dalam bukunya berjudul History of Muslim Philosophy yang diterjemahkan menjadi Para Filosof Muslim, Otto Horrassowitz telah melakukan penelitian terhadap seluruh pemikiran filsafat Islam yang berasal dari tokoh-tokoh filosof abad klasik, yaitu Al-Kindi, Al-Razy, Al-Farabi, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Bajjah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd, dan Nasir Al-Din Al-Tusi. Dari Al-Kindi dijumpai pemikiran Filsafat tentang Tuhan, keterhinggaan, ruh dan akal. Dari Al-Razi dijumpai pemikiran filsafat tentang teologi, moral, metode, metafisika, Tuhan, ruh, materi ruang dan waktu. Selanjutnya, dari Al-Farabi dijumpai pemikiran filsafat tentang logika, kesatuan filsafat, teori sepuluh kecerdasan, teori tentang akal, teori tentang kenabian, serta penafsiran atas Al-Quran. Dari Ibn Miskawaih dijumpai pemikiran filsafat tentang moral, pengobatan rohani, dan filsafat sejarah. Ibn Sina mengemukakan pemikiran filsafat wujud, hubungan jiwa dan raga, ajaran kenabian, Tuhan dan dunia. Dari Ibn Bajjah dijumpai pemikiran filsafat tentang materi dan bentuk, psikologi, akal dan pengetahuan, Tuhan, Sumber Pengetahuan, politik, etika, dan tasawuf. Dari Ibn Tufail dikemukakan pemikiran filsafat tentang akal dan wahyu yang dapat saling melengkapi yang dikemas dalam novel fiktifnya berjudul Hay Ibn Yaqzan yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia: tujuan risalah, doktrin tentang dunia, tuhan, kosmologi cahaya, epistemology, etika, filsafat, dan agama. Selanjutnya dari Ibn Rusyd, dikemukakan pemikiran filsafat tentang hubungan filsafat dan agama, jalan menuju Tuhan, jalan menuju pengetahuan, jalan menuju ilmu dan jalan menuju wujud. Dari Nasir Al-Din Tusi dikemukakan tentang pemikiran filsafat tentang akhlak nasiri, ilmu rumah tangga, politik sumber filsafat praktis, psikologi, metafisika, Tuhan, creatio ex nihilo (penciptaan dari ketiadaan), kenabian, baik dan buruk serta logika.
Selain mengemukakan berbagai pemikiran filosofis sebagaimana tersebut diatas, Horrassowitz juga mengemukakan mengenai riwayat hidup serta karya tulis di masing-masing tokoh tersebut. Dengan demikian jelas terlihat bahwa penelitiannya termasuk penelitian kualitatif. Sumber kajiannya pustaka. Metodenya deskriptis analitis, sedangkan pendekatannya historis dan tokoh, yaitu bahwa apa yang disajikan berdasarkan data-data yang ditulis ulama terdahulu, sedangkan titik kajiannya adalah tokoh. Penelitian serupa itu juga dilakukan oleh Majid Fakhry, dalam bukunya berjudul A History of Islamic Philosophy dan diterjemahkan oleh Mulyadi Kertanegara menjadi Sejarah Filsafat Islam, Majid Fakhry selain menyajikan hasil penelitiannya tentang ilmu kalam, mistisisme, dan kecenderungan-kecenderungan modern dan kontemporer juga berbicara tentang Filsafat. Khusus dalam bidang filsafat, ia berbicara tentang Al-Kindi, Ibn Al-Rawandi,Al-Razi, Abu Hayyan Al-Tauhidy, Ibn Miskawaih, Yahya bin 'Adi, Ibn Massarah, Al-Majrithi, Ibn Bajjah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd, Al-Suhrawardi dan Shadr Al-Din Al-Syirazi.Majid Fakhry selain mengemukakan riwayat hidup dan karya-karya dari masing-masing tokoh tersebut juga mengemukakan pemikirannya dalam bidang flsafat.
Penelitian tersebut tampaknya menggunakan campuran. Yakni melalui pendekatan historis, ia mencoba meneliti latar belakang munculnya berbagai pemikiran filsafat dalam Islam. Sedangkan melalui pendekatan kawasan, ia mencoba mengelompokkan para filosof ke dalam kelompok Timur dan Barat (dalam hal ini Spanyol). Dan dengan pendekatan substansi, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang dihasilkan dari berbagai tokoh tersebut.
Harun Nasution juga melakukan penelitian filsafat dengan menggunakan pendekatan tokoh dan pendekatan historis. Bentuk penelitiannya deskriptif dengan menggunakan bahan-bahan bacaan baik yang ditulis oleh tokoh yang bersangkutan maupun penulis lain yang berbicara mengenai tokoh tersebut. Dengan demikian penelitiannya bersifat kualitatif.
Model Ahmad Fuad Al-Ahwani
Ahmad Fuad Al-Ahwani termasuk pemikir modern dari Mesir yang banyak mengkaji dan meneliti bidang filsafat Islam. Salah satu karyanya dalam bidang filsafat berjudul Filsafat Islam. Dalam bukunya ini selain menyajikan problem filsafat Islam juga menyajikan zaman penerjemahan, dan filsafat yang berkembang dikawasan Masyriqi dan Maghribi. Di kawasan Masyriqi ia kemukakan nama Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibn Sina. Sedangkan di kawasan Maghribi ia kemukakan Ibn Bajjah, Ibn Tufail dan Ibn Rusyd. Selain mengemukakan tentang riwayat hidup juga dikemukakan jasa serta pemikirannya tentang filsafat dari masing-masing filosof.
Dengan demikian, metode penelitian yang ditempuh Ahmad Fuad Al-Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh. Melalui pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbulnya pemikiran filsafat dalam Islam, sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosof menurut tempat tinggal mereka, dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.
Penelitian tersebut belum berhasil mengangkat dasar pemikiran yang membentuk filsafat itu sendiri. Pengkaji filsafat biasanya terbiasa dengan diskusi dan perbincangan yang begitu mendalam tentang uaraian-uraian dan kutipan filosofis, hampir seolah-olah kutipan-kutipan filosofis itu baru saja dihasilkan dan seolah-olah tidak mengalami kesulitan interpretasi yang melelahkan.
Selain tiga tokoh diatas, masih ada para ahli di bidang filsafat islam, misalnya Ahmad Hanafi, M.A. ia berpendapat bahwa filsafat itu menggambarkan suatu bagian penting yang murni dalam pemikiran manusia karena ia berada dalam ambang antara masa purba dan masa modern. Namun, berhadapan dengan agama Islam, filsafat itu menciptakan suatu situasi yang berbahaya untuk dirinya sendiri. Dalam doktrin-doktrin filsafat actual tidak terlalu banyak menerangkan pekerjaan-pekerjaan keduniaan yang berbahaya, namun dipergunakan dalam beberapa kebijaksanaan putusan pengadilan agama dan merupakan implikasinya terhadap syariah.
Dewasa ini tahap demi tahap pemikiran filsafat Islam atau berfikir secara filosofis sudah mulai diterima masyarakat. Berbagai kajian di bidang keagamaan selalu dilihat dari segi filosofisnya, sehingga makna subtansial, hakikat, inti, dan pesan spiritual dari setiap ajaran keagamaan tersebut dapat ditangkap dan dihayati dengan baik. Tanpa bantuan filsafat, masyarakat akan cenderung terjebak kedalam bentuk ritualistik semata-mata tanpa tahu apa pesan filosofis yang terkandung dalam ajaran tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari segi bahasa, filsafat terdiri dari gabungan kata filsafat dan kata Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Selanjutnya kata Islam berasal dari Bahasa Arab aslama, yuslimu, islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan sentosa. Kata tersebut berasal dari kata salima yang berarti selamat, sentosa, aman dan damai.
Filsafat Islam merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah, serta sebagai kegiatan yang bercorak islami. Filasat Islam ialah pembahasan meliputi alam semesta dan bermacam-macam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
Filsafat Islam dapat diketahui melalui lima ciri yakni dilihat dari segi sifat dan coraknya, dilihat dari segi ruang lingkup pembahasannya, dilihat dari segi datangnya, dilihat dari segi yang mengembangkannya, dilihat dari segi kedudukannya.
Berbagai model penelitian filsafat Islam diantaranya yang dilakukan oleh M. Amin Abdullah, Otto Horrassowitz, Majid Fakhry dan Harus Nasution, serta Ahmad Fuad Al-Ahwani.
Dewasa ini tahap demi tahap pemikiran filsafat Islam atau berfikir secara filosofis sudah mulai diterima masyarakat. Berbagai kajian di bidang keagamaan selalu dilihat dari segi filosofisnya, sehingga makna subtansial, hakikat, inti, dan pesan spiritual dari setiap ajaran keagamaan tersebut dapat ditangkap dan dihayati dengan baik. Tanpa bantuan filsafat, masyarakat akan cenderung terjebak kedalam bentuk ritualistik semata-mata tanpa tahu apa pesan filosofis yang terkandung dalam ajaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo, 2013, hal. 251-257.
A. Mustofa, Filsafat Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1997.
8