21
MAKALAH
KURIKULUM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (KURIKULUM 2013)
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika
Disusun Oleh:
Rina Triani
172151031
Sylvia Nurisalia Hadani
172151159
Fajar Ramadhan Permana
172151103
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas izin dan ridha-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Kurikulum Pembelajaran Matematika" sebagai salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika (Dr. H. Ebih Abdul Rachim Arhasy, Drs., M.Pd.) yang telah memberikan bimbingan, teman-teman yang telah memberikan dukungan serta semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Tasikmalaya, 24 september 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan 4
Manfaat 4
BAB II TINJAUAN TEORETIS
Pengertian dan Komponen K13 5
Kerangka Dasar dan Struktur K13 7
Implementasi K13 Pada Pembelajaran Matematika 8
BAB III PENUTUP
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAPORAN HASIL PRESENTASI 22
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu, jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah dan perguruan tinggi. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, matematika juga memrlukan pemahaman konsep yang baik, karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya.
Matematika yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah matematika sekolah (Erman Suherman, dkk, 2003:55). Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006:346) salah satu tujuan matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman konsep tersebut perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk dibangku sekolah dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Disana mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi bekal dalam memperlajari matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Agar penguasaan siswa dalam matematika dapat tercapai dengan baik, maka siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep dalam matematika tersebut. Pemahaman konsep merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, hal ini sesuai dengan jenjang kognitif tahap pemahaman menurut Bloom, dkk, sehingga untuk memahami prinsip dan teori terlebih dahulu siswa harus memahami konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori tersebut. Karena itu hal yang sangat fatal apabila siswa tidak memhamai konsep-konsep matematika, jika mereka ingin menguasai matematika dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dapat dilihat dari hasil dalam laporan hasil belajar siswa.
Aspek-aspek yang dilaporkan kepada orang tua siswa tentang hasil belajar siswa adalah (1) pemahaman konsep, (2) penalaran dan komunikasi, (3) pemecahan masalah. Berarti pemahaman konsep disini sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan.
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai program pendidikan yang dikehendaki. Sebagai sarana, kurikulum tidak akan berarti jika tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang diperlukan seperti sumber-sumber belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan tenaga pengajar, metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan dicapai.
Pelaksanaan suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan suatu masyarakat. Perkembangan kurikulum di Indonesia pada zaman pasca kemerdekaan hingga saat ini terus mengalami perubahansesuai dengan tuntutan zaman serta terus akan mengalami penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan structural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau system penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum. Dalam perjalan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun pra-75, 1984, 1994, 2004, 2006 dan tak ketinggalan juga kurikulum terbaru yang diterapkan di tahun ajaran 2013/2014 yaitu Kurikulum 2013. Sebelum pelaksanaan penerapan kurikulum 2013, pemerintah melakukan uji publik untuk menentukan kelayakan kurikulum ini dimata publik. Kemudian mulai tahun ajaran baru 2013/2014 kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap.
Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan menghasilkan insan Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya. Merupakan hal yang menarik apabila kita dapat mengetahui tingkat pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Melihat latar belakang diatas maka dalam pembelajaran khususnya matematika diperlukan analisis pemahaman konsep matematika siswa setalah diterapkan kurikulum 2013, sehingga dapat diketahui bagaimana pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika dengan diterapkan kurikulum 2013.
Proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan kompetensi guru, siswa, kurikulum serta sarana dan prasarana pendukungnya. Pemerintah memalui departemen pendidikan dan kebudayaan melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Lebih lanjut Kunandar mengatakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut : (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya); (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif; (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran berbasis missal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak; dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan langkah yang berkesinambungan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penyempurnaan kurikulum sebagai langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum dilakukan sebagai salah satu langkah mengatasi berbagai persoalan kualitas moral bangsa, kualitas sumber daya manusia, dan tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut kemampuan guru dalam penguasaan konsep esensial dan kemampuan pedagogik guru. Kurikulum 2013 menekankan pada domain sikap (spiritual, sosial), domain pengetahuan dan domain keterampilan. Keempat aspek ini selanjutnya akan menjadi dasar untuk penyusunan kompetensi dasar (KD). Dalam kurikulum 2013, panduan pembelajaran dan buku ajar sudah ditetapkan dari pusat. Namun demikian guru dituntut untuk tetap dapat mengemas pembelajaran yang berorientasi pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :
Apakah pengertian kurikulum 2013 dan komponen kurikulum 2013?
Bagaimana perubahan dari kurikulum sebelumnya ke kurikulum 2013?
Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan tujuannya yaitu :
Agar dapat mengetahui kurikulum 2013
Agar dapat menerapkan kurikulum 2013 di setiap jenjang sekolah
Manfaat
Dapat memberikan pandangan mengenai kurikulum 2013 yang digunakan pada pendidikan Indonesia
Dapat menerapkan kurikulum 2013
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
PENGERTIAN DAN KOMPONEN KURIKULUM 2013
Pemahaman kita tentang kurikulum saat ini adalah susunan mata pelajaran yang akan diajarkan di setiap jentang pendidikan. Pemahaman ini tidak keliru, namun masih kurang lengkap. Pemahaman kita tentang kurikulum harus diperluas karena ketika membahas tentang nama-nama mata pelajaran pada suatu kurikulum, kita akan terjebak dengan banyak istilah.
Saat ini guru harus mempelajari Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata pelajaran lalu dijejerkan satu dengan yang lain. Setelah itu dicari satu kata yang bisa menaungi semua KD dalam bentuk tematik. Memang tidak dapat dipungkiri, alasan kita melaksanakan pembelajaran tematik adalah agar guru lebih kreatif dan juga mengakomodasi keragaman potensi dari setiap satuan pendidikan di tanah air.
Oleh karena itu, para ahli mencoba memahami persoalan kurikulum dengan memperluas pengertiannya. Murray Print (1993) menyatakan bahwa: kurikulum adalah semua kesempatan belajar yang direncanakan untuk peserta didik di sekolah dan institusi pendidik lainnya. Selain itu, kurikulum juga dapat dimaknai sebagai rancangan pengalaman yang akan diperoleh peserta didik ketika kurikulum tersebut diimplementasikan. Kurikulum juga dapat diartikan sebagai langkah kegiatan perancangan kegiatan interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya yaitu interaksi dengan dirinya sendri sebagai guru dengan sumber belajar dan lingkungan belajar lainnya rancangannya selalu disusun dalam dokumen tertulis dan dilaksanakan serta dikendalikan oleh guru.
Murray print (1993) menggarisbawahi empat hal penting dalam definisi kurikulum yang diajukannya yaitu adanya:
Planned learning experiences
Offered within educational institusional
Represented as a document
Includes experiences resulting from implementing that document
Dari definisinya Murray Print tidak menyebut kurikulum sebagai kumpulan dari nama-nama mata pelajaran tetapi menyebutnya sebagai pengalaman belajar. Nama suatu mata pelajaran bisa mengambil dari istilah keilmuan (misalnya mata pelajaran Matematika, Bahasa, Geografi, Biologi, dan lain-lain) atau bisa juga dengan menggunakan istilah dan tema yang dikenal di masyarakat.
Point kedua adalah bahwa kurikulum merupakan suatu tawaran program yang diajukan oleh institusional tertentu. Dalam hal ini pemerintah akan meneruskan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebaiknya sekolah memanfaatkan sebagai bentuk tawaran program terbaiknya. Sekolah sebaiknya memiliki visi dan misi unggulan sehingga masyarakat dapat memilih jenis tawaran program dari setiap sekolah.
Point ketiga dan keempat merupakan suatu program pembelajaran yang berlaku di sekolah tidak dapat dikatakan sebagai kurikulum yang akuntabel manakala tidak direncanakan secara sistematis dan terukur. Oleh karena itu perlu didokumentasikan sebagai wujud dari tanggung jawab sosial bagi pihak guru dan sekolah.
Untuk memperjelas arti atau pengertian kurikulum, sebaiknya melihat terlebih dahulu komponen kurikulum. Nasution (1993) menyebut empat komponen pokok kurikulum yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian. Subandijah yang dikutip Abdullah Idi (2007) menyebutkan komponen kurikulum atas lima komponen ditambah komponen penunjang, yaitu tujuan, isi materi, organisasi atau strategi, media dan proses belajar mengajar. Adapun komponen pendukungnya adalah administrasi dan supervisi, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi. Abdullah Idi (2007) sendiri menyebutkan enam komponen kurikulum yaitu komponen:
Tujuan,
Isi dan struktur program,
Media atau sarana dan prasarana,
Strategi pembelajaran,
Proses pembelajaran, dan
Evaluasi atau penilaian.
Tujuan kurikulum merupakan komponen penting dari setiap sistem kurikulum. Untuk keperluan teknis, komponen tujuan dalam kurikulum dibedakan menjadi tiga yaitu: aims, goals, dan objectives (Murray Print, 1993). Aims merupakan rumusan tujuan yang bersifat umus dan biasanya dirumuskan pada tingkat tujuan pendidikan nasional. Goals merupakan tujuan yang lebih spesifik. Tujuan diarahkan kepada gambaran prestasi peserta didik dengan menekankan pada konten berupa pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan objectives adalah tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum denan pernyataan yang lebih spesifik lagi dari goals yaitu menyatakan dalam bentuk tuntutan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam kurikulum 2013 lebih identik dengan tingkat Kompetensi Dasar.
Isi dan struktur program yaitu "bahan" yang akan dipelajari oleh peserta didk. Dalam makna ini, isi dan struktur program adalah kumpulan mata pelajaran atau bahan pembelajaran lainnya. Isi dan struktur program merupakan komponen kurikulum yang banyak diperbincangkan setiap saat merumuskan nama mata pelajaran. Dalam kurikulum 2013 kita mengenal isi kurikulum yang bernama seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Materi kurikulum bersumber dari masyarakat lalu diajarkan sebagai fungsi dari pemeliharaan budaya masyarakat (fungsi konservatif). Adapun materi yang berasal dari peserta didik artinya pertimbangan perumusan materi berasal dari kebutuhan peserta didik.
Komponen media atu sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor pendukung dalam implementasi kurikulum. Pemakaian media sangat strategis dalam pembelajaran karena dapat dijadikan instrumen akselerasi pencapaian tujuan kurikulum.
Pemilihan strategi pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan dan isi materi kurikulum. Jika tujuan dan bahan ajar memiliki tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor maka pemilihan strategi dan proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan isi kurikulum.
Komponen penilaian ini diperlukan untuk mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum. Evaluasi kurikulum dilakukan untuk menilai rumusan tujuan kurikulum, isi ataupun materi kurikulum, media atau sarana dan prasarana pembelajaran, strategi dan proses pembelajaran, dan sistem evaluasi kurikulum itu sendiri. Dalam proses evaluasi kurikulum ada yang bersifat pre-ordinate yaitu kriteria evaluasi dipersiapkan sejak awal dan ditetapkan berdasarkan indikator umum; fidelity yaitu kriteria dipersiapkan sejak awal tetapi ditetapkan dari keadaan kurikulum yang dikembangkan; dan pendekatan process yaitu kriteria penilaian bersifat naturalistic inquiry, kualitatif, dan fenomenologi yaitu peduli terhadap masalah yang sedang dihadapi untuk segera diatasi (Hamid Hasan, 2008).
KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM 2013
Kerangka dasar kurikulum yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 67, 68, 69 tahun 2013 mengkaji tentang Landasasan Filosofis, Teoretis, dan Yuridis.
Landasan Filosofis kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa indonesia yang beragam dan diarahkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Proses pendidikan pada kurikulum 2013 memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Peranan pendidikan adalah untuk mengemabangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu, kemampuan soft skills yaitu kemampuan berkomunikasi, peduli, bertanggung jawab, dan berpartisipasi dalam membangun masyarakat dan bangsa yang lebih baik.
Landasan Teoretis kurikulum 2013 mengacu pada "pendidikan terstandar" dan "berbasis kompetensi". Pendidikan terstandar adalah pendidikan yang menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara. Sedangkan pendidikan berbasis kompetensi dirancang untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik secara total.
Landasan Yuridis kurikulum 2013 adalah semua perundang-undangan yang terkait dengan pendidikan. Berikut adalah perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis kurikulum 2013, yaitu UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; UU Nomor 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Meengah Nasional; dan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 32 tahun 2013.
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Hakikat matematika yang merupakan ilmu yang akhirnya bersifat abstrak, bagi kebanyakan siswa matematika masih merupakan momok. Bagi para guru tidak mudah untuk memilih strategi, pendekatan, metode, teknik pembelajaran yang tepat sehingga materi matematika mudah dipahami siswa, siswa bisa terampil serta siswa tertarik untuk mempelajarinya.
Penerapan kurikulum 2013 merupakan penerapan kurikulum dengan menekankan pada pembentukan karakter, yang bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 menyangkut empat elemen perubahan kurikulum, yaitu sebagai berikut:
Penyempurnaan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang lebih memperhatikan pengembangan kognitif, keterampilan dan sikap serta penghayatan juga pengamalan agama.
Perubahan Standar Isi, dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran dengan pendekatan tematik-integratif.
Perubahan Standar Proses, yaitu perlunya perubahan strategi pembelajaran. Pentingnya para guru untuk merancang pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Dengan strategi pembelajaran yang tepat peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, mencipta dan menyimpulkan.
Perubahan Standar Evaluasi. Dalam hal ini penilaian tidak hanya mengukur hasil kompetensi, tetapi penilaian yang otentik yaitu penilaian yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Penilaian otentik ini diharapkan mampu untuk mengukur kemampuan siswa sesuai dengan performa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat diuraikan dari point-point diatas, yaitu sebagai berikut:
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) terdiri dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi inti merupakan terjemah atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif dan psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian kompetensi dasar.
Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung dan pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan Kompetensi Inti-3 (KI-3) dan penerapan pengetahuan Kompetensi Inti-4 (KI-4).
Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk semua setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Standar Isi (SI)
Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013, Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi terdiri dari kompetensi dan sarana prasarana. Standar isi merupakan turunan dari SKL (Standar Kompetensi Lulusan) terdiri dari KI dan KD.
Perubahan Standar Isi, dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran dengan pendekatan tematik-integratif.
Pembelajaran tematik integratif sering juga disebut sebagai pembelajaran tematik integrasi aslinya dikonseptualisasikan pada tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran ini awalnya dikembangkan untuk anak-anak yang berbakat dan bertalenta, anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut:
Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi pelajaran yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna.
Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuh utuh kegiatan pemelajaran yang termuat dalam kurikulum.
Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak dipadukan tidak perlu dipadukan.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai pasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses mata pelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konseop-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain
Ada tiga pembelajaran integratif yang dipilih dan dikembangkan di program pendidikan guru sekolah, yaitu model keterhubungan, model laba-laba, dan model keintegratifan. Model keterhubungan (connected) adalah model pembelajaran yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Robert Maynard Hutchins.
Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran integratif menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimuali dengan menentukan tema. Tema bsia ditetapkan dengan negoisasi antara guru dan siswa tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Tokoh yang mengembangkan modle ini adalah Lyndon B. Johnson.
Model keintegratifan (integrated), model ini merupakan pembelajaran integratif yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Modle ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pertamakali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semster dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi. Tokoh yang mengembangkan modle ini adalah John Milton.
Standar Proses
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Kurikulum 2013 secara garis besar mengembangkan dua strategi pembelajaran yaitu startegi pembelajaran langsung dan tidak langsung. Strategi pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Strategi pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaraan tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, semua kegiatan yang tejadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara integrasidan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu:
Mengamati;
Menanya;
Mengumpulkan informasi;
Mengasosiasi;
Mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran poko tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya.
Lamgkah-langkah pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Kompetensi yang dikembangkan
mengamati
Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa alat atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran yang kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan informasi
Melakukan eksperimen
Membaca buku lain selain buku teks
Mengamati objek/kejadian/aktivitas
Wawancara dengan narasumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan beljar dan belajar sepanjang hayat
Mengasosiasikan
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mebgumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta dedkutif dalam menyimpulkan
mebgkomunikasikan
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lsan, tertulis, atau media lainnya
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistemats, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan sejas, dan mengembangkan kemampaun berbahasa yang baik dan benar
Strategi pembelajaran merupakan taktik yang digunakan guru agar pembelajaran terlaksana secara tepat sasaran. Strategi pembelajaran secara aplikatif dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu strategi langsung dan strategi tidak langsung. Strategi mana yang digunakan sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat tepat sasaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Agar siswa lebih cepat memahami materi biasanya digunakan strategi langsung. Sedangkan strategi tidak langsung jenis kegiatannya tidak langsung menyentuh materi pembelajaran.
Dalam konteks Kurikulum 2013 ada 5 model pembelajaran yang merupakan model inti. Pelaksanaan model pembelajaran mana yang dipilih diorientasikan agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam proses pembelajaran yang aktif kreatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan kritis dan terampil berkomunikasi maka para guru pegang peranan yang penting. Kelima model pembelajaran tersebut adalah: Model Pembelajaran Proses Saintifik, Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi, Model Pembelajaran Multiliterasi, Model Pembelajaran Multisensori, dan Model Pembelajaran Kooperatif. (Abidin, 2014). Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut.
Model Pembelajaran Proses Saintifik
Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut beraktivitas seperti ahli sains. Dalam prakteknya siswa melakukan aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan metode ilmiah, yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. Tidak semua materi dalam matematika bisa diterapkan model pembelajaran ini. Karena model pembelajaran proses saintifik sebagai proses pembelajaran untuk memecahkan masalah yang mebutuhkan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, juga analisis yang teliti untuk menghasilkan kesimpulan. Siswa perlu dibina kepekaannya terhadap fenomena. Karakter keilmuan dari setiap materi pelajaran tidak sama demikian pula untuk mata pelajaran matematika langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah ada perbedaan. Untuk mata pelajaran matematika langkah-langkahnya yaitu: mengamati (mengamati fakta matematika), menanya (berfikir divergen), mengumpulkan informasi (mencoba, mengaitkan teorema), mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan), mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep baru). Penjelasan tentang mengamati, menanya, mengumpilkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan diuraikan sebagai berikut.
Mengamati
Pengamatan fakta matematika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan,
Pengamatan obyek matematika.(Kemendikbud, 2014).
Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan dalam mata pelajaran matematika sering digunakan dalam membahas materi tingkat dasar, pengamatan seperti ini cocok untuk pemahaman konsep yang akan diturunkan dari suatu proses induktif. Pengenalan konsep dengan proses induktif adalah dari hal-hal yang khusus atau dari contoh-contoh ke hal yang umum. Misalnya dalam membahas materi volume, untuk menemukan volume bola dapat dilakukan pengukuran dengan menghubungkan volume kerucut dengan volume setengah bola. Siswa melakukan percobaan dan pengamatan secara langsung terhadap obyek bendanya. Tetapi untuk sekolah menengah pada kelas tinggi tidak cukup pembuktian secara induktif perlu dibuktikan dengan pemahaman melalui proses deduktif.
Menanya
Kelemahan dari proses menghafal jika tidak disertai dengan pemahaman yang mendalam, banyak siswa yang gagal menyelesaikan suatu masalah matematika jika soal matematika diubah sedikit saja. Para guru seharusnya sadar kenyataan ini bahwa kegagalan siswa bisa disebabkan karena siswa terbiasa menghafal algoritma atau prosedur tertentu tanpa ditekankan paham prosesnya. Untuk itu perlunya dibangkitkan pemikiran yang divergen, pemikiran divergen dapat ditimbulkan adanya pertanyaan. Perlunya pertanyaan pancingan. Apabila dengan suatu pertanyaan siswa belum bisa menjawab maka guru tidak diperkenankan memberitahu jawaban. Misalkan dalam membahas materi fungsi naik dan fungsi turun berikut ini. Tentukan interval-interval fungsi fx=2x2-3x+1 bilamana naik dan bilamana turun!. Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang perlu dibangkitkan supaya timbul pemikiran yang divergen?
Mengumpulkan Informasi
Pengertian mengumpulkan informasi dalam pelajaran matematika tidak harus benda konkret yang dikumpulkan. Informasi dapat berupa konsep-konsep, teorema atau sifat-sifat yang mendukung. Jadi informasi tidak harus hasil percoban atau hasil pengamatan. Misalnya untuk membuktikan rumus-rumus untuk tg (a +b) atau tg (a - b) diperlukan konsep tangen, sinus, cosinus dsb.
Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan)
Pengertian asosiasi dapat bermakna penalaran atau akibat (reasoning) (Kemendikbud:2014). Bisa penalaran induktif (dari hal yang khusus ke hal yang umum) atau penalaran deduktif (dari hal yang umum ke hal yang khusus).
Mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep lain)
Secara sempit pengertian mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menunjukkan atau membuktikan yang dituangkan dalam bahasa tulis (presentasi). Secara luas menyimpulkan dapat diartikan pengaitan dengan materi lain. Pengaitan bisa vertikal (matematika vertikal), bisa horizontal (matematika horizontal). Matematika vertikal misalnya mengaitkan konsep dalam matematika itu sendiri, sedangkan matematika horizontal misalnya mengaitkan konsep yang diperoleh dengan dunia nyata.(Kemendikbud:2014).
Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi
Merupakan model pembelajaran yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu dan dikemas berdasarkan perbedaan siswa. Dalam model ini metode yang harus dikuasai guru adalah pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran berbasis proyek. Dalam Kemendikbud:2014 dijelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PjBL) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Dengan langkah-langkah: penentuan pertanyaan mendasar, mendesain pertanyaan proyek, menyusun jadwal, memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, menguji hasil, mengevaluasi pengalaman.
Model Pembelajaran Multiliterasi
Dalam meningkatkan pemahaman, keterampilan dan sikap dari berbagai disiplin ilmu Model Pembelajaran Multiliterasi mengoptimalkan konsep literasi berbahasa yang meliputi kegiatan membaca, menulis, menyimak, berbicara. Misalnya untuk sekolah tingkat dasar atau menengah terdapat soal-soal bentuk cerita. Untuk menyelesaikan soal-soal bentuk cerita perlunya memahami soal yaitu paham apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, menyusun kalimat matematika dan menyelesaikan kalimat matematikanya.
Model Pembelajaran Multisensori
Dalam memahami materi model pembelajaran ini mengoptimalkan panca indera, baik indera penglihatan, pendengaran, pembau, pengecap dan peraba. Dalam pembelajaran matematika tidak semua materi dapat diperagakan dengan benda konkret. Jadi penggunaan ke lima indera ini tidak harus bersama-sama.
Model Pembelajaran Kooperatif
Siswa dalam belajar dengan model pembelajaran kooperatif ini penekanannya adalah kerja sama. Untuk ini diperlukan pembagian tugas yang jelas. Misalnya pembagian tugas antar kelompok. Dalam Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Kooperatif menjadi wadah bagi model-model yang lain. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran ada tiga istilah yang berbeda tapi sering diperkirakan sama, yaitu istilah pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Dalam Abidin (2014) dijelaskan bahwa pendekatan dalam konsep pembelajaran dipandang sebagai a way of beginning something yang berarti cara memulai sesuatu. Dalam proses pembelajaran pendekatan merupakan suatu pedoman yang dapat memunculkan tahapan belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran bersifat aksiomatis, melahirkan sejumlah metode pembelajaran, memberikan pedoman bagi metode pembelajaran, lahir dari sejumlah asumsi/teori/prinsip tertentu. Misalkan pendekatan konstuktivistik yang sering digunakan dalam proses pembelajaran. Dari pendekatan pembelajaran akan menghasilkan sejumlah metode pembelajaran.
Menurut Richards dan Rodgers Dalam Abidin (2014) menyatakan bahwa "Method is an overall plan for the orderly presentation of material, no part of which contradicts, and all of which is based upon, the selected approach. An approach is axiomatic, a method is procedural. Within one approach, there can be many methods" yang berarti metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan ajar secara rapi dan tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya didasarkan pada pendekatan terpilih.Jika pendekatan bersifat aksiomatik maka metode bersifat prosedural. Jadi kalau metode diartikan sebagai cara adalah kurang tepat, sebab pada metode pembelajaran mencakup beberapa tahap, yaitu mulai dari penentuan tujuan pembelajaran, peran guru, peran siswa, materi sampai tahap evaluasi.
Implementasi metode pembelajaran mata pelajaran matematika diperlukan teknik pembelajaran yang tepat. Apa yang disebut teknik pembelajaran? Dalam Abidin (2014) dijelaskan bahwa teknik pembelajaran merupakan cara yang secara langsung diterapkan guru untuk menyampaikan materi kepada siswanya selama proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang mencakup aktivitas kelas, tugas dan pengujian.Agar tujuan pembelajaran tercapai guru diharuskan menggunakan bermacam-macam teknik pembelajaran. Jadi dalam satu kali proses pembelajaran matematika, misalnya membahas materi matematika kelas X SMA tentang eksponen dapat digunakan bermacam-macam teknik pembelajaran yang dapat langsung diamati. Misalnya guru sedang ceramah, adanya tanya jawab, siswa sedang berdiskusi, siswa sedang mengerjakan tugas. Penentuan teknik pembelajaran sangat erat sekali dengan materi matematika yang akan dibahas.
Standar Evaluasi
Dalam hal ini penilaian tidak hanya mengukur hasil kompetensi, tetapi penilaian yang otentik yaitu penilaian yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Penilaian otentik ini diharapkan mampu untuk mengukur kemampuan siswa sesuai dengan performa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan isntrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian ontetik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, uian tingkta kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran.
Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflekif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan ernitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perorangan atau kelompok di dalam atau di luar kelas khususnya pada sikap dan keterampilan.
Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
Ulangan Tengah Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pwncapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semster meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Ulangan Akhir Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk emngukur pencapaian kompetensi peserta didik di ahkir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ujian Tingkat Kompetensi merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan KI pada tingkat kompetensi tersbut.
Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan KI pada tingkat kompetensi tersebut.
Ujian Nasional yang disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Pendidikan Nasional, yang dilaksanakan secara nasional.
Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diajukan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Halimah, S. (2014, Oktober 08). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Matematika . Seminar Ilmiah Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Padangsimpuan, Sumatera Barat, Padang, Padangsidimpuan.
Heleni, S., & Zulkarnain. (2017). pelaksanaan kurikulum 2013 pada bidang studi matematika di sekolah menengah pertama negeri kota pekanbaru tahun pelajaran 2016/2017, 02-05.
Idi, A. (2014). Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakek. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Majid, A. (2014). IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013. Bandung: interes Media.
Piliang, N. (2013, Oktober 24). Google Chrome . Diambil kembali dari slideshare.net: https://www.slideshare.net/mobile/nia258/
Sajalah, D. (2016, Oktober Rabu, 05 ). analisis kurikulum 2013 revisi pada mata pelajaran matematika. Diambil kembali dari https://dekha-sajalah.blogspot.com/2016/10/analisis-kurikulum-2013-revisi-pada.html?m=1
Tresnaningsih, S. (2014). pembelajaran matematika dalam impelementasi kurikulum 2013. strategi pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 , 05-06.
Turmudi. (2008). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika (Berparadigma Exploratif dan Investigatif). Jakarta: Lauser Cita Pustaka .
Yani, A. (2014). Mindset Kuikulum 2013. Bandung: ALFABETA, CV. .
ii
22