MAKALAH EVOLUSI
SPESIASI
Disusun oleh: Lailatus Sa’diyah NIM. 15030244040 15030244040
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Evolusi adalah perubahan populasi makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu yang lama (skala geologis). Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup secara berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Pemikiran tentang teori evolusi terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Pada masa evolusi modern konsep evolusi dikembangkan dengan tinjauan struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan bahwa ada mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa pemahaman yang lebih baik pada proses perubahan organisasi makhluk hidup. (Campbell, et.al 2008). Timbulnya spesies baru merupakan suatu mekanisme evolusi. Sebagai contoh apabila dua varietas dari spesies tertentu menghuni dua tempat yang sangat berbeda, sehingga tidak dapat melakukan hubungan reproduksi, maka varietas tersebut akan mengalami perubahan dan akhirnya menajadi dua atau lebih spesies yang berlainan. Seperti diketahui bahwa keanekaragaman muncul melalui cladogenesis (Widodo, dkk,2003). Cladogenesis merupakan bentuk penyimpangan dari perbedaan genetic dari nenek moyangnya. Perbedaan genetic ini disebabkan karena adanya variasi genetic dalam satu keturunan. Variasi ini sebagai hasil meiosis dan rekombinasi pada fertilisasi organisme. Jadi fertilisasi organisme merupakan factor yang sangat penting dalam proses terjadinya variasi ini. Pindah silang, translokasi, dan aberasi kromosom merupakan rekombinasi selanjutnya. Semakin bervariasi, semakin beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak spesies baru yang bermunculan. Organisme yang hidup di sekitar kita telah mengalami tahap-tahap isolasi menuju pembentukan spesies baru. Terjadi adaptasi melalui proses mikro evolusi, yakni perubahan pada individu dalam populasi secara bertahap untuk membentuk spesies baru. Spesies merupakan unit dasar dalam pengklasifikasian
makhluk
hidup.
Terbentuknya
beberapa
spesies baru yang berasal dari satu nenek moyang inilah yang disebut dengan spesiasi. Untuk dapat memahami lebih jauh mengenai spesiasi, maka disusunlah makalah berjudul “Spesiasi” ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan spesiasi? 2. Apa saja syarat spesiasi? 3. Bagaimana bentuk model-model spesiasi? 4. Bagaimana mekanisme terjadinya spesiasi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian spesiasi. 2. Mengetahui syarat terjadinya spesiasi. 3. Mengetahui model-model spesiasi. 4. Mengetahui mekanisme terjadinya.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi. Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya. Namun di sisi lain pertanyaan tentang “apa itu spesies telah menimbulkan perdebatan berkepanjangan sementara konsep-konsep spesies baru terus bermunculan. Riyanto dalam Mayden ( 1997) dan Ariyanti (2003) mengatakan bahwa saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefenisikan spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang spesies. Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan yang mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pendapat tentang spesiasi yang merupakan proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli evolusi, tetapi juga memikat perhatian dari berbagai disiplin ilmu biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies adalah hasil proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas
area akan meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun. Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
2.2 Syarat Spesiasi
Untuk terjadinya spesiasi maka ada beberapa syarat agar terjadinya suatu spesiasi yakni: 1. Adanya Peruabahan Lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi. Contohnya, bencana alamdapat menyebabkan timbulnya kepunahan massal di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau akibat pergesaran benua, dan proses- proses lainnya menyebabkan perubahan global yang menyebabkan timbulnya kepunahan missal di muka bumi. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung kosong yang dalam waktu lama relung-relung tersebut baru terisi. Apabila tidak ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagisuatu spesies untuk mengalami proses spesiasi.
2. Adanya Relung (Niche) yang Kosong
Relung merupakan tempat hidup dan interaksi suatu organisme. Suatu spesies selalumenempati relung tertentu. Suatu relung umumnya hanya dapat ditempati oleh satu jenisspesies saja. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung kosong yang akanmenyebabkan relung-relung baru terisi kembali dalam jangka waktu yang
panjang. Apabila relung tersebut kosong (tidak ada organisme yang menempatinya), maka akan ada banyakorganisme yang berusaha menempati relung tersebut. 3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba mengisi relung yang kosong.Keberhasilan suatu organisme mengisi relung ditentukan oleh seberapa besar kecocokanorganisme tersebut dibandingkan dengan persyaratan relung yang kosong
2.3 Model-Model Spesiasi
Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: A. Spesiasi Allopatrik
Kata Allopatrik berasal dari bahasa latin allos yang artinya berbeda, dan patria yang artinya daerah asal (Starr dan Taggart, 1984: 492). Odum (1993, 297-298) menyatakan bahwa pengertian alopatrik adalah spesies-spesies yang terdapat di daerah-daerah geografis yang berlainan (atau dipisahkan oleh adanya barier ruang). Spesiasi allopatrik yaitu pembentukan jenis baru yang terjadi melalui pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dalam geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi allopatrik ini. Proses spesiasi allopatrik didahului oleh pemisahan suatu populasi menjadi dua group (subpopulasi) yang dikarenakan adanya barier ruang. Selanjutnya kedua subpopulasi tersebut akan menempuh rute evolusi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan membentuk subpopulasi yang berbeda antara satu dengan lainnya pada akhirnya.
Sehingga pada saat kedua subpopulasi tersebut bertemu
kembali di suatu wilayah, mereka tidak dapat melakukan perkawinan (tidak dapat melakukan pertukaran gen-gen) (Wallace, 1992: 266). Contoh dari spesies yang mengalami spesiasi allopatrik adalah burung-burung finches di kepulauan Galapagos. 2 jenis “ground finches” (Geopisa) yang terdapat pada beberapa pulau-pulau yang lebih kecil (terisolasi secara geografis) mempunyai kemiripan dalam ukuran dan bentuk paruhnya dan tupai Abert dan Kaibab yang berasal dari Grand Canyon (Wallace, 1992: 266).
Gambar 1. Model Allopatrik B. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi reproduktif pada populasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54). Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis. Meski hanya terhalang sungai, setelah spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin. Meyr menyebutkan seleksi parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.
Gambar 2. Model Parapatrik C. Spesiasi Simpatrik
Kata Simpatrik artinya adalah daerah asal yang sama (Starr dan Taggart, 1984: 493). Pada spesies simpatrik terdapat pemisahan morfologi yang sangat kuat, sehingga dapat dengan mudah dibedakan antara satu dengan yang lainnya (Odum, 1993: 298). Jadi Spesiasi Simpatrik yaitu terbentuknya jenis b aru yang terjadi karena tinggal/terdapat pada daerah yang sama. Dalam hal ini perbedaan-perbedaan yang dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat dibedakan dengan mudah. Mekanisme terjadinya spesiasi simpatrik adalah diawali dengan adanya suatu populasi. Selanjutnya bagian dari populasi tersebut mengalami perbedaan genetik. Dari perubahan genetik tersebut maka terjadilah isolasi reproduksi. Salah satu model spesiasi simpatrik adalah spesiasi poliploid. Poliploidi terjadi karena penggandaan perangkat komosom secara keseluruhan. Dalam hal ini individu-individu yang tergolong diploid dapat muncul turunan yang triploid maupun tetraploid. Fenomena poliploidi lebih sering dijumpai pada spesies tumbuhan daripada hewan, tetapi pada kelompok amphibi dan pisces poliploidi masih lazim terjadi (Corebima, 2000: 116). Pada poliploidi dengan jumlah kromosom homolog yang seimbang (jumlah kromosom genap) lebih berpeluang fertil daripada spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang (jumlah kromosom ganjil). Spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang (jumlah kromosom ganjil) umumnya bersifat steril, sehingga tidak dapat dijumpai pada spesies yang bereproduksi secara generatif (Corebima, 2000: 118). Sebagai contoh spesiasi simpatrik adalah 2 burung kicau (Nuthatches) yang memiliki perbedaan yang sangat kuat dalam hal morfologi sehingga mereka dapat dibedakan dengan mudah. Pada 1 jenis, paruhnya dan garis muka hitam menjadi membesar, sementara jenis yang lain mengecil. Perbedaan yang ditonjolkan tersebut bertujuan untuk mengurangi tumpang tindih relung makanan. Perbedaan yang nyata dalam garis muka meningkatkan pengenalan jenis dan menghalangi terjadinya pembastaran.
Gambar 3. Model Simpatrik
Selain 3 model spesiasi diatas, ada pula satu jenis model spesiasi tambahan yaitu:
Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi dalam sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik secara genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru berpisah dari populasi induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke terbentuknya evolusi.
Gambar 4. Model Peripatrik
Gambar 5. Perbedaan Macam-macam Model Spesiasi
2.4 Mekanisme Terjadinya Spesiasi
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun. A. Isolasi Geografis Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat bahwa faktor awal yang mempengaruhi spesiasi adalah pemisahan geografi, karena selama populasi dari spesies yang sama masih berhubungan secara langsung atau tidak, gen flow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada pertukaran susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan berlangsung sendiri-sendiri. Semakin lama kedua populasi tersebut akan semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan caranya sendiri. Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari sistem populasi akan mengalami penyimpangan, sebabnya adalah sebagai berikut: a)
Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen permulaan yang berbeda. Jadi, jika dua populasi memiliki potensi genetik yang berbeda
sejak awal pemisahannya, sudah barang tentu akan menempuh jalan yang berbeda. b) Mutasi terjadi secara random. Pemisahan dalam dua sistem populasi tersebut mungkin disebabkan adanya mutasi. c)
Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling setelah mereka menempati posisi pemisahan yang berbeda.
d) Pergeseran susunan gen (genetic drift). Ini berpeluang bagi terbentuknya koloni baru.
B. Isolasi Reproduksi Isolasi geografis di atas dapat dikatakan sebagai faktor luar (ekstrinsik) yang menjadi penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya, dalam rentang waktu yang lama akan terjadi mekanisme isolasi intrinsik, dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah inbreeding jika kedua populasi itu berkumpul lagi setelah batas pemisahannya sudah tidak ada. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan adanya penghambat (barier) luar yang menjadikan dua sistem populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda). Namun keadaan ini belum sempurna sampai populasi ini mengalami proses intrinsik yang menjaga supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama). Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan. a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier) Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari: 1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi
lain
berada,
mereka
dapat
mengalami
perubahan
pada
perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka. Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas daerah sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005). 2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral) Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan) dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah: a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan, burung,
dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005). b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik untuk tiap spesies. c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina
membuat
individu
jantan
melakuakn
aktivitas
sebagai
wujud
responnya terhadap adanya feromon tersebut. 3) Isolasi Sementara (temporal) Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius ini tidak akan saling mengawini
karena S.
gracilis kawin
pada
akhir
musim
panas
dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari yang berbeda. 4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah yang besar. 5) Isolasi Gametis (gametic) Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi antigenik,
menjadi
immobilitas,
dan
mengalami
kematian
sebelum
mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila virilis dan D. americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang sama. b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier) Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui: 1) Kematian zigot (zygotic mortality) Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid) seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga zigot
tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa berhibridisasi.
Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian. 2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown) Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang, keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah. 3) Sterilitas hibrid Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Spesiasi adalah proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi.
2.
Syarat terjadinya spesiasi antara lain adanya perubahan lingkungan, adanya relung (niche) yang kosong dan adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme.
3.
Model spesiasi ada 4, antara lain allopatrik, parapatrik, simpatik dan peripatrik.
4.
Spesiasi terjadi karena adanya isolasi suatu spesies secara geografis dan reproduksi
(sebelum
perkawinan
maupun
setelah
perkawinan)
yang
menyebabkan perubahan genetika.
3.2 Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan secara mendalam. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga penulis memperbaki pada penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Corebima, A.D. 2000. Genetika Mutasi dan Rekombinasi. Malang: UM Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemhan Tjahjono Samingan. Edsis ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM. Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Prees. http://www.botany.wisc.edu/courses/botany_400/Lecture/0pdf/11Speciation.pdf http://pub.ist.ac.at/~payne/ch18_speciation.pdf http://www.nicholls.edu/biol-ds/biol370/Lectures/Speciation%202.pdf