BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun lalu, Mc Donalds mengumumkan akan mengganti wadah styrofoam dengan kertas. Para ahli lingkungan menyebutkan keputusan itu sebagai ”kemenangan lingkungan” karena styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Keputusan ini menyusul hal serupa oleh perusahaan-perusahaan makanan siap saji lainnya. Namun bukan berati styrofoam (polystyrene) jadi (polystyrene) jadi berkurang dan hilang. Malahan di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan makin menjamur. Sangat mudah menemukannya dimana-mana. Mulai dari restoran cepat sampai ketukang-tukang makanan di pinggir jalan, menggunakan bahan ini untuk membungkus makanan mereka. Alasannya, ingin praktis dan tampil lebih baik. Padahal di balik kemasan yang terlihat bersih itu ada bahaya besar yang mengancam. Dalam industri, styrofoam sebenarnya hanya digunakan sebagai bahan insulasi. Bahan ini memang bisa menahan suhu, sehingga benda didalamnya tetap dingin atau hangat lebih lama dari pada kertas atau bahan lainnya. Karena bisa menahan suhu itulah, akhirnya banyak yang ‘salah kaprah’ menggunakannya sebagai gelas gelas minuman dan wadah makanan. Styrofoam banyak dipilih digunakan di masyarakat sebagai pembungkus makanan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Tetapi dari penilitian yang sudah banyak dilakukan, Styrofoam mempunyai dampak terhadap lingkungan, kesehatan, global warming. Dari dampak Styrofoam tersebut, harus dipikirkan solusi untuk mengurangi Styrofoam. Salah satunya adalah dengan dilakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Masalah jajanan kuliner bisa dikatakan terus menjamur di masyarakat. Di banyak tempat terutama di daerah wisata, perumahan, maupun sekolah, sangatlah mudah ditemukan penjual
jajanan kuliner ini. Biasanya penikmat kuliner mengkonsumsi jajanan tersebut langsung ditempat ataupun dibawa pulang. Bagi pembeli yang ingin membawa makanannya pulang, penjual selalu menyiapkan wadah pembungkus untuk makanan jualannya tersebut. Biasanya penjual menggunakan Styrofoam sebagai pembungkus karena praktis, ringan, harganya murah, dan untuk mendapatkannya sangat mudah. Tetapi dibalik segi positifmya tersebut, ternyata Styrofoam memiliki potensi buruk bagi kesehatan masyarakat. Sayangnya, masih banyak di masyarakat yang kurang menyadari akan bahaya yang ditimbulkan pada penggunaan Styrofoam sebagai pembungkus makanan. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat mnginformasikan bagaimana bahaya yang ditimbulkan pada Styrofoam sebagai pembungkus makanan. Dari dampak Styrofoam tersebut, harus dipikirkan solusi untuk mengurangi Styrofoam. Salah satunya adalah dengan dilakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). B. Rumusan masalah 1. Apa saja bahaya yang ditimbulkan penggunaan styrofoam bagi kesehatan tubuh ? 2. Bagaimana dampak penggunaan Styrofoam pada lingkungan? 3. Zat-zat apa saja yang terkandung dalam Styrofoam? 4. Bagaimana cara menanggulangi limbah Styrofoam? C. Tujuan 1. mengetahui bahaya yang ditimbulkan
penggunaan styrofoam bagi kesehatan
tubuh. 2. Mengetahui dampak penggunaan Styrofoam pada lingkungan. 3. Mengetahui zat-zat apa saja yang terkandung dalam Styrofoam. 4. Mengetahui bagaimana cara menanggulangi limbah Styrofoam. D. Manfaat Dapat memberi informasi mengenai bahaya yang ditimbulkan penggunaan Styrofoam bagi kesehatan, lingkungan serta bagaimana cara menanggulangi limbah styrofoam
BAB II PEMBAHASAN A. BAHAYA STYROFOAM BAGI KESEHATAN TUBUH
Styrofoam dianggap berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana (alias benzene). Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit. Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat. Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization’ s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan karsinogen (bahan yang dapat menyebabkan kanker). 1.1 Bahan kimia yang terkandung dalam Styrofoam a. Benzena
Styrofoam adalah wadah yang komponennya terdiri dari benzena. Benzena ini biasanya dihasilkan dari bahan bakar minyak dan benzena merupakan salah satu dari faktor penyebab penyakit kanker pada manusia. b. Mikroplastik
Mikroplastik adalah suatu masalah yang sangat signifikan bagi kelangsungan satwa air. Pasalnya, styrofoam yang dibuang secara tidak layak – dibuang ke sungai, akan menyebabkan pecahnya styrofoam menjadi plastik-plastik dalam bentuk yang sangat kecil tak kasat mata. Kemudian, mikroplastik yang telah tersebar di perairan akan
dimakan oleh ikan dan satwa air lainnya. Ikan yang tercemar oleh mikroplastik ini jika dimakan manusia, maka akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia tersebut.
1.2 Makin Berlemak Makin Cepat
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan. Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak.. Malahan ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Terbayang’kan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhi rnya masuk ke dalam tubuh kita.
B. BURUK BAGI LINGKUNGAN
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
1. Satwa air tercemari Sampah styrofoam yang dibuang sembarangan akan sangat merusak lingkungan karena ia sulit untuk terurai secara alami. Styrofoam dapat terurai dengan sempurna menghabiskan waktu yang sangat fantastis, yaitu sekitar 500 tahun. Seperti poin sebelumnya, styrofoam lama kelamaan akan terurai menjadi bentuk yang sangat kecil, yang disebut mikroplastik. Mikorplastik ini akan termakan oleh ikan dan satwa air lainnya, satwa air tersebut akan mati seketika. Ikan yang sudah tercemar oleh mikroplastik ini juga dapat dimakan oleh burung, kura-kura, dan lainnya. Beberapa kasus pernah terjadi menyangkut tercemarnya air dengan styrofoam. Kasus tersebut adalah kematian masal satwa air dan binatang-binatang kecil lainnya. Kematian ini disebabkan oleh adanya plastik di dalam perut ikan-ikan tersebut. 2. Global warming Pembuatan styrofoam menghasilkan limbah yang sangat banyak di dunia. Styrofoam terbuat dari gas dan polister dengan menggunakan agen blowing seperti CFC (freon) yang dapat merusak lapisan ozon bumi. Lapisan ozon yang bolong akan sangat mudah cahaya matahari masuk tanpa disaring lebih dulu. Akibatnya, suhu bumi akan menjadi lebih panas. Panas yang terjadi di bumi akan mencairkan es di kutub utara dan selatan, naiknya permukaan laut, dan masalah global warming lainnya. C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERPINDAHAN ZAT KIMIA PADA STYROFOAM KE DALAM MAKANAN
1. Suhu yang tinggi semakin panas suatu makanan suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan 2. Kadar lemak tinggi bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak(fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. 3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan
4. Lama kontak semakin lama makanan disimpan dalam wadah styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan. D. PENANGGULANGAN LIMBAH STYROFOAM
Styrofoam atau gabus sudah dikenal lama sebagai pembungkus tambahan pada produk produk tertentu yang gunanya sebagai peredam getaran dan benturan agar tidak berdampak pada kerusakan pada barang yang dimaksud. Selain itu juga sebagai tempat makanan dan minuman yang saat ini menimbulkan kontroversi akibat dari efek negative dari penggunaan Polystiren atau lebih dikenal dengan istilah Styrofoam. Namun yang lebih berbahaya lagi adalah sampah Styrofoam itu sendiri pada makhluk hidup. Dan lingkungan karena selain tidak dapat hancur secara alami layaknya sampah (walau membutuhkan waktu yang lama ) juga pencemaran sungai dan laut sehingga membahayakan ekosistem yang hidup di air. Pengelolaan limbah Styrofoam,bisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan metode ekstrusi. Ekstrusi yaitu suatu proses pembentukan material dengan cara dipanaskan hingga mencapai titik leleh material yang kemudian dialirkan ke cetakan dengan bentuk cetakan (die). Kapasitas mesin pengolah limbah Styrofoamini hanya sebesar 0,4 kg/jam dengan efisiensi alat atau hasil pelumatan terhadap bahan baku sebesar 60%. Adapun penanganan limbah Styrofoam dengan cara kimiawi seperti akan dijelaskan pada uraian di bawah ini: Adrienne Trinovia Sulistyo dan Vici Riani Tedja ,siswi grade XII IPA SMU Santa Laurensia,Alam Sutra,Tanggerang, berhasil mengharumkan nama bangsa lewat proyek penelitian mereka yang berjudul “Pengelolaan limbah Styrofoam melalui proses kimiawi Sulfonasi
dan
proses
Ringkasannya,penelitian
biologi mereka
Tradisional
berhasil
dengan
membuktikan
ekstrak bahwa
kulit
kulit jeruk
jeruk”. dapat
dimanfaatkan untuk menghancurkan sampah dari bahan Styrofoam. Hebatnya , ini bisa dilakukan tanpa teknologi yang rumit. Ide awal penelitian ini berawal dari keprihatinan kita melihat semakin banyaknya tumpukan sampah Styrofoam. Styrofoam sangat umum digunakan untuk berbagai hal.
Adapun tekhnik khusus cara ini yakni kulit jeruk dihaluskan dengan blender lalu diperas untuk mengeluarkan ekstrak yang mengandung dlimonene tersebut. Kemudian cairan ekstrak kulit jeruk ini dipakai untuk merendap Styrofoam yang telah dipotong kecil-kecil. Selama perendaman , Styrofoam perlahan mengecil sampai akhirnya lumer dan air ekstrak jeruk mengental. Styrofoamyang telah lumer itulah yang sudah aman dibuang ke lingkungan karena bisa diurai oleh mikroorganisme.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Styrofoam dianggap berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana (alias benzene). Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Styrofoam dapat merusak lingkungan. Styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada styrofoam ke dalam makanan: -
Suhu yang tinggi semakin panas suatu makanan suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan
-
Kadar lemak tinggi bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak(fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
-
Kadar alkohol dan asam yang tinggi bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan
Pengelolaan limbah Styrofoam,bisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan metode ekstrusi. Ekstrusi yaitu suatu proses pembentukan material dengan cara dipanaskan hingga mencapai titik leleh material yang kemudian dialirkan ke cetakan dengan bentuk cetakan (die). B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu diharapkan saran dari pembimbing/dosen demi kelancaran penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Aditya Rifqi. 2015. Dampak negative penggunaan styrofoam. Geologi universitas Indonesia Fajri Muhammad. 2008. Bahaya Styrofoam Bagi Kesehatan. Jakarta https://www.rappler.com/indonesia/149920-bahaya-styrofoam-kesehatan-lingkungan http://banuasehat.com/tips-kesehatan/bahaya-styrofoam-bagi-kesehatan-dan-lingkungan/ http://geoscienceui15.blogspot.co.id/2015/10/dampak-negatif-penggunan-styrofoam.html