MAKALAH KONSEP ALAM: RELASI HUKUM ALAM DAN HUKUM ISLAM Diajukan untuk memenuhi salahsatu salahsatu tugas pada pada mata Kuliah Agama
Disusun Oleh : Ardi Renaldi (432007006140221)
Irna Nurlaela (432007006140151)
Fityan Atqia Rahman (432007006140179)
Randi Rustandi (432007006140211)
Igi Ligina Durahman (432007006140157)
Rifqi Abdul Baary (432007006140185)
Ica Melawati (432007007140018)
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Jl. RE Martadinata No. 272 A Tlp. (0265) 310830 31 0830 – 7010610 7010610 Tasikmalaya
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang meneguhkan pendirian kami dan hati kami atas haq dan penolong orang-orang mukmin sepanjang zaman. Berkat pertolongan Allah dan irodah-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan kendatipun masih belum sesempurna yang diekspektasikan. Penyusunan
makalah
ini
didasarkan
atas
kesadaran
atas
perlunya
memperhatikan studi terkait hukum alam yang telah umum di telinga masyarakat dan relasinya dengan hukum islam didasarkan pada landasan teologi dan ideologi yang valid. Terlepas dari awal penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Agama. Makalah yang masih perlu penyempurnaan lebih lanjut ini diharapkan dapat memberikan nilai-nilai spriritual untuk melengkapi kekosongan nilai yang kiranya melompong di antara kita sekalian. Akhirul kalam kepada seluruh pihak yang sudah berkontribusi dalam selesainya penulisan makalah ini kami ucapkan, Jazakumullahu khairan katsiera. Allahu ya’khudzu biaidina ila ma fiihi khairun lil-Islami wal-muslimin
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2 1.4 Metode Penulisan ....................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN ......................................................................... 4
2.1. Arti Konsep Alam dan Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran .................................................................................... 4 2.2. Landasan Teologi Hukum Alam/Kausalitas .............................. 5 2.3. Contoh Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran .................. 6 2.3.1 Gravitasi, Orbit, Atom dan Partikel .................................. 6 2.3.2 Manfaat Buah Tin dan Zaitun ........................................... 9 2.4. Evaluasi terhadap Relasi Hukum Alam dan Hukum Islam ....... 11
BAB III
PENUTUP ................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan ................................................................... 12 3.2.Saran ............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk mengatur keberjalanan alam semesta, Allah SWT menurunkan beberapa aturan yang dikenal dengan hukum, di antaranya hukum alam dan hukum agama. Hukum alam atau hukum K auni’ah adalah segala aturan yang berlaku pada alam, tidak tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an dan berfungsi untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan alam yang kita kenal secara fisik. Contohnya saja hukum alam pada air seperti air selalu bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, air membeku pada temperatur 0 ⁰C dan akan mendidih pada temperatur 100 ⁰ C. Hukum alam yang berlaku pada semua benda bermassa yaitu hukum gravitasi, sangat bisa dirasakan dampaknya oleh semua umat manusia yang ada di bumi, seperti benda yang dilempar keatas akan selalu terjatuh ke bawah, kita bisa berjalan dengan bebas di permukaan bumi tanpa merasa takut akan terhambur ke luar angkasa, pasang surut air laut merupakan dampak dari interaksi hukum gravitasi bulan dan bumi. Bahkan pada tubuh manusia pun berlaku hukum-hukum alam yang berlaku pula pada unsur-unsur pembentuk
tubuh.
(https://ceritagdkayu.wordpress.com/pengajian-sabtu-
dhuha/januari/aqidah-i-hubungan-hukum-alam-dan-hukum-agama/ - diakses pada tanggal 25 September 2015)
1
2
Hukum agama, dalam hal ini agama Islam seyogyanya mengakomodir dan memberi penjelasan spirituil akan hukum alam. Keterangan secara teologis mutlak adanya untuk dapat menjelaskan terkait perkara ini. Berangkat dari pembacaan akan hal tersebut maka kami mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah makalah berjudul “Konsep Alam: Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran”. Wallahu a’lam bish-shawab
1.2 Rumusan Masalah
Untuk menghindari generalisasi dalam pembahasan dan tulisan, maka kami membatasi pembahasan makalah ini pada masalah: 1. Apa arti konsep alam dan relasi hukum alam dan hukum Al-Quran? 2. Sejauh manakah relasi antara hukum alam dan hukum islam berdasarkan landasan teologi?
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah dirumuskan masalah yang akan dibahas di atas, maka tidak lain tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui arti konsep alam dan relasi hukum alam dan hukum Islam 2. Sejauh mana relasi antara hukum alam dan hukum Islam berdasarkan landasan teologi.
3
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan teknik bibliografi (studi kepustakaan) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah pertama
: Mengumpulkan bahpan-bahan yang sesuai dengan bahasan
Langkah kedua
:
Mengklasifikasikan bahan.
Langkah ketiga
:
Menganalisa
bahan-bahan
yang
membuat kesimpulan dan saran.
ada,
kemudian
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Arti Konsep Alam dan Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran
Konsep menurut KBBI berarti: rancangan atau buram surat dsb, ide atau pengertian yg diabstrakkan dr peristiwa konkret. (Sugono, 2008: 802) Kemudian selanjutnya, alam berarti: dunia,kerajaan atau daerah atau negeri, segala yg ada di langit dan di bumi, segala sesuatu yg termasuk dalam satu lingkungan, segala daya (kekuatan dsb) yg menyebabkan terjadinya dan seakanakan mengatur segala sesuatu yg ada di dunia ini, yang bukan buat manusia. (idem: 35) Relasi memiliki arti: hubungan, hubungan pertalian, kenalan, langganan (idem: 1286) Hukum berarti: peraturan yg dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang dalam suatu masyarakat (negara), undang-undang, peraturan, untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat, patokan (kaidah, ketentuan) mengenai suatu peristiwa yg tertentu. (idem: 599) Alquran berarti:
firman-firman Allah yg diturunkan kpd Nabi Muhammad
saw dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia; Kitab suci umat Islam (idem: 44) Maka dari arti masing-masing kata tersebut terciptalah makna baru yang padu secara terminologi, rancangan ide alami (yang bukan buatan manusia), hubungan
4
5
antara kaidah alam dan kaidah yang tercatat dalam kitab suci agama Islam (AlQuran). Konsep ini dapat dipahami sebagai konsep hukum kausalitas dan hubungannya dengan hukum islam. Artinya kita disini mencari titik kesamaan yang padu dan saling mengakomodir ketika hukum kausalitas dijalankan seiringan dengan hukum Islam.
2.2. Landasan Teologi Hukum Alam/ Kausalitas
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati" (QS. Fushilat: 11)
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya; Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan; Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya; Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS. Al-Qari’ah: 6-9)
6
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (QS. AlQamar:49)
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu (QS. Al-Hijr: 21)
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu (QS. AL-Fath: 23)
2.3 Contoh Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran a.
Gravitasi, Orbit, Atom, dan Partikel
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Al-Qur'an menaruh perhatian besar terhadap alam semesta. Di banyak tempat di dalamnya banyak yang menganjurkan bahkan memerintahkan agar manusia mengeksplorasi alam. Di surah Fusshilat (41) ayat 43 bahkan Allah telah menjanjikan akan memperlihatkan tanda-tandanya di segenap ufuk, bahkan pada diri manusia sendiri sehingga manusia menjadi yakin bahwasanya Al-Qur'an itu benar datangnya dari Allah. Dengan cara bagaimana ? dengan cara mencocokkan kesesuaian isi Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, karena agama dan ilmu tidak boleh bert entangan. Ayatayat didalam Al-Qur'an yang seringkali dianggap sepele karena belum diketahui makna tersirat di jaman-nya, ternyata mampu memberikan informasi yang
7
bersesuaian dengan ilmu pengetahuan saat ini, Salah satunya adalah surah AtTakwiir (81) ayat 15-16:
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang; yang beredar dan terbenam (QS. At-Takwiir: 15-16) Pada terjemahan bahasa indonesia di atas, al-khunnas di terjemahkan sebagai bintang-bintang, dan al-khunnas diterjemahkan sebagai terbenam. al-khunnas secara literal memiliki arti “menarik” and al-kunnas secara literal memiliki arti “bersembunyi/tersembunyi/menghilangkan/membersihkan/menetralkan”. Bintang sendiri dalam bahasa arab adalah al-najm, dan planet adalah kawkaban, bukan alkhunnas. Melihat /al-jawaari/ dan /al-kunnas/ berada di dalam satu ayat, yang berbeda dengan /al-khunnas/, maka tidaklah salah apabila surah At-Takwiir (81) ayat 15-16 di atas memiliki dua entitas, yaitu benda "yang menarik" dan benda yang "beredar dan menghilangkan". Dalam hal ini karena surah at-takwiir secara umum membicarakan mengenai langit, maka dengan segera dapat kita lihat bahwa di ayat menerangkan mengenai bintang-bintang, termasuk matahari, dengan gaya gravitasinya yang menarik, dan ayat 16 menerangkan mengenai planet-planet dan objek-objek lain yang mengelilingi bintang/matahari tersebut, dimana planet planet tersebut beredar di orbitnya dan melakukan r otasi untuk "menetralkan" atau "menghilangkan" pengaruh gaya tarik bintang/matahari tersebut. Tidak hanya terbatas pada bintang dan matahari sebagai "penarik", tapi sumpah Allah juga meliputi planet-planet beserta bulannya, dan objek-objek lain
8
yang memiliki gravitasi. Faktanya, setiap objek memiliki apa yang dinamakan dengan atom. Semuanya sesuai dengan yang diterangkan oleh surah at-Takwiir (81) ayat 15-16 di atas, di mana sumpah Allah tidak hanya dimaksudkan untuk bintang-bintang, tapi cakupannya lebih luas lagi, sampai pada subtansi pembentuk materi, atom. Atom dan Partikel yang Lebih Kecil Dari Atom
Istilah atom diperkenalkan pertama kali oleh Democritus dari Yunani dengan istilah atomos, sekitar tahun 450 SM. Atomos yang berarti "tidak dapat dibagi bagi" mengacu kepada teori adanya elemen terkecil yang membentuk suatu materi. Istilah ini kemudian menyebar ke wilayah-wilayah lain dengan penyebutan yang berbeda-beda. Di arab, hal ini dikenal dengan sebutan dzarrah. Dzarrah secara spesifik disebutkan di dalam Al-Qur'an, bahkan diterangkan pula bahwa dzarrah atau atom dapat dibagi-bagi dan terdapat partikel-partikel yang lebih kecil daripada atom.
Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar dzarrah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (QS. Yunus:61)
9
Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat dzarrah (atom) pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata. (QS. Saba: 3) Kenyataannya, saat ini diketahui bahwa tidak saja atom dapat dipecah-pecah menjadi elemen-elemen pembentuknya yaitu proton, elektron dan neutron, akan tetapi telah diketahui pula bahwa partikel-partikel pembentuk atom tersebut dapat dipecah-pecah kembali menjadi sub-partikel yang lebih kecil lagi, yaitu apa yang dinamakan kelompok sub-atomik partikel atau partikel dasar (elementary particle/fundamentalparticle), yaitu : fermion (quark dan lepton), serta bosonic. Tidak hanya itu, surah Saba' (34) ayat 3 di atas juga menyatakan bahwa atom memiliki berat. Tidak hanya atom yang memiliki berat, tapi partikel-partikel yang lebih kecil daripada atom pun memiliki berat. Hal yang baru diketahui dimasa ini telah disebutkan oleh Al-Qur'an 15 abad yang lalu. b.
Manfaat Buah Tin dan Zaitun
Maha Suci Allah yang telah menciptakan buah Zaitun dan buah Tin yang terbukti secara ilmiah mengandung manfaat yang sangat luar biasa. QS 3:191 sebagai bahan renungan bahwa Allah tidak akan menciptakan sesuatu di alam semesta ini dengan sia-sia.
10
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (QS. AliImran: 191)
Dalam QS. An-Nahl ayat 11, Allah berfirman :
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS. An-Nahl: 11) Buah Tin, yang namanya tercantum dalam Al-Qur`an disamping Buah zaitun.
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun (QS. At-Tin:1)
Ayat diatas menandakan betapa besar manfaat yang dapat didapat dari Buah Tin ini. Jauh sebelum manusia mengadakan penelitian tentang Buah Tin dan Buah
11
Zaitun, Allah telah memberi petunjuk lewat ayat ini. Sungguh Maha Besar Allah SWT yang telah menciptakan semua yang ada di Bumi ini tanpa ada yang sia-sia . Sebagian orang percaya kalau Buah Tin (Bahasa Latin:
Ficus carica)
adalah
buah suci dari taman surgawi. Sedangkan literatur sejarah mencatat kalau Buah Tin berasal dari Arab dan sudah ada semenjak 4000 tahun sebelum masehi. Sekarang pohon Tin telah banyak tumbuh dan dibudidayakan secara moderen di negara-negara Timur Tengah, daerah Mediterania bahkan di Indonesia. (arifnma.com/life/back-to-nature/buah-zaitun-buah-tin/ - diakses pada tanggal 1 Oktober 2015)
2.4 Evaluasi terhadap Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran
Semua hukum Allah, baik hukum Kauniyah maupun Qur'aniyah bersifat absolut memiliki sifat yang sama yakni: 1) Pasti (exact ). Allah menjelaskan : "Sesungguhnya Aku menciptakan sesuatu menurut ketentuan yang pasti (QS. 54 : 49). 2) Objektif , yaitu berlaku kepada apa dan siapa saja (QS. 15:21). 3) Tetap, yakni tidak berubah sepanjang waktu (QS. 48 : 23). Karena hukum Allah bersifat pasti, objektif dan tetap, maka bisa dibuat rumus. Apabila hukum berubah-ubah maka tidak mungkin bisa dibuat rumus-rumus hukum alam maupun rumus hukum Agama. Kalau sesekali ada perubahan hukum Alam seperti nabi Ibrahim dibakar api tidak mati karena apinya menjadi dingin, itu adalah sunnatullah yang khusus yakni gabungan
12
hukum alam (hukum fisika) dan hukum spiritual, sebagai upaya Allah SWT untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya. Pada
kejadian
berikutnya
tetap
mengikuti
hukum
alam
murni.
mengesampingkan hukum Absolut lantas mengambil hukum relatif produk akal manusia. Seharusnya, manusia sebagai bagian dari alam yang secara fisikal diatur oleh hukum alam yang absolut, maka perilakunya pun harus diatur oleh hukum perilaku yang absolut pula, yakni Al-Qur’an. Azas Kesatuan antara aturan Agama dan Aturan Alam : Hukum alam adalah ciptaan Allah, hukum Al-Qur’an (Quraniyah) pun ciptaan Allah. kalau begitu, secara logika tidak mungkin kedua hukum itu bertentangan. Apa-apa yang dilarang oleh Al-Qur’an pasti bagus menurut hukum Alam, sebaliknya apa-apa yang dilarang oleh Al-Qur’an pasti buruk menurut hukum Alam. Apa yang dianggap berbahaya menurut hukum Alam pasti oleh Al-Qur'an diharamkan. Sebaliknya apa-apa yang baik menurut hukum Alam, pasti dianjurkan oleh AlQur'an. Karena hukum Allah terbagi dua maka Ilmu-ilmu Allah pun terbagi dua yakni Ilmu Kauniyah seperti Matematika, Fisika, Biologi, Geologi, Kedokteran serta Ilmu- illmu Qur'aniyah seperti Ulumul Qur'an, Ulumul Hadits,dan Syari'ah, Kedua gugusan ilmu itu mustahil bertentangan. Kalau ada pertentangan antara keduanya pasti konklusi salah atau kedua ilmu itu ada yang salah. Dengan demikian sebenarnya tidak ada dikotomi ilmu. Apabila manusia berpaling dari hukum Allah yang absolut, lantas mengambil hukum produk berfikir filosofis manusia yang oleh Allah dikatagorikan sebagai
13
hukum Jahiliyah, yang bersifat relatif (mudah berubah), maka pasti manusia akan mengalami
kehidupan
yang
sempit
dan
menyesakkan.
(ramaridho777.blogspot.ca/2012/02/konsep-alam-dalam-islam.html?m=1
–
diakses pada tanggal 25 September 2015) Ketika menyebutkan kata “hukum alam” kita tidak bisa mereduksi makna tersebut terbatas pada alam semesta. Akan tetapi hukum alam yang kita kenal hukum kausalitas ini, menjelaskan sebab akibat. Jika saya berbuat A maka saya akan mendapatkan yang pantas atas perbuatan A tadi, dan seterusnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qariah:6-9, telah disebutkan pada landasan teologi di atas. Sehingga dari hipotesis-hipotesis di atas tentang relasi hukum alam dan hukum Al-Quran, maka terciptalah konklusi yang tidak hanya dogmatis, tapi empiris bahwa, hukum alam, kausalitas merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin terelakkan. Allah Maha Adil atas segala keputusannya, dan tidak mungkin kita ingkari itu. Maka sejauh mana pun hukum alam dan hukum Islam ini berjalan bahkan berlari, maka sejauh itu pun kedua hukum ini akan beriringan sejajar. Sejatinya tidak semestinya terjadi dikotomi dua hukum ini, karena merupakan integral dari muara yang sama yaitu hukum Allah. Akan tetapi mengikuti perkembangan zaman, disiplin ilmu dikelompok-kelompokkan atas pertimbangan sub-studi yang lebih khusus agar lebih sistematis dalam pembelajarannya.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: Konsep Alam dan Relasi Hukum Alam dan Hukum Al-Quran adalah rancangan ide alami (yang bukan buatan manusia; dalam hal ini hukum kausalitas), hubungan antara kaidah alam dan kaidah agama Islam (agama yang diajarkan Nabi Muhammad saw). Hipotesis-hipotesis tentang relasi hukum alam dan hukum Al-Quran, maka terciptalah konklusi yang tidak hanya dogmatis, tapi empiris bahwa, hukum alam, kausalitas merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin terelakkan. Allah Maha Adil atas segala keputusannya, dan tidak mungkin kita ingkari itu. Maka sejauh mana pun hukum alam dan hukum Islam ini berjalan bahkan berlari, maka sejauh itu pun kedua hukum ini akan beriringan sejajar.
3.2. Saran
Sebagai penutup dari penulisan karya tulis ini, penulis memberikan saransaran: 1. Selayaknya orang yang beriman tidak meragukan akan ke-Maha Adilan Allah, salahsatunya dengan mengimani hukum alam yang telah Allah tetapkan. Karena baik disadari ataupun tidak, ini akan membangun pribadi kita sebagai seorang yang beriman untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan harga diri kita di hadapan Allah SWT. 12
13
2. Kepada pembaca, untuk mencari referensi tambahan lain untuk dapat lebih mengetahui jauh lebih dalam lagi perihal relasi hukum alam dengan hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim Sugono, Dendy. Et. Al, KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA, Jakarta : Kamus Pusat Bahasa, 2008 https://ceritagdkayu.wordpress.com/pengajian-sabtu-dhuha/januari/aqidah-ihubungan-hukum-alam-dan-hukum-agama/ - diakses pada tanggal 25 September 2015 ramaridho777.blogspot.ca/2012/02/konsep-alam-dalam-islam.html?m=1 – diakses pada tanggal 25 September 2015 arif-nma.com/life/back-to-nature/buah-zaitun-buah-tin/ - diakses pada tanggal 1 Oktober 2015