EVALUASI PROGRAM ANC (ANTENATAL CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA PUTIH PERIODE 3 JULI – 28 JULI 2017
Disusun Oleh : KELOMPOK 6 Rizal Fadhlurrahman
(110.2012.250)
Indri Riyani Evelin
(110.2012.127)
Laksmi Rizka Afiani
(110.2011.140)
Baiamal Marisa I. L
(110.2011.059)
Pembimbing : dr. Erlina Wijayanti, MPH
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 3 JULI – 28 JULI 2017
PERNYATAAN PERSETUJUAN Lingkaran Pemecahan Masalah dengan Judul “EVALUASI PROGRAM ANC (ANTENATAL CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA PUTIH PERIODE JULI 2017”. Penerapan metode Lingkaran Pemecahan Masalah Program Antenatal Care telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas kedokteran Universitas YARSI periode 3 Juli – 28 Juli 2017.
Jakarta,
Juli 2017
Pembimbing,
dr. Erlina Wijayanti, MPH
1
KATA PENGANTAR
Assalamua`alaikum wr. wb. Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya laporan lingkaran pemecahan masalah dengan judul “EVALUASI PROGRAM ANC (ANTENATA CARE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA PUTIH PERIODE JULI 2017” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan hasil lingkaran pemecahan masalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, periode 3 Juli – 28 Juli 2017. Penulis juga berharap agar laporan ini dapat berguna sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca, dan sebagai bahan pertimbangan evaluasi salah satu pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai Antenatal Care secara langsung. Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan dosen pembimbing, staf pengajar, serta orang-orang sekitar penulis yang terkait. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Erlina Wijayanti, MPH, selaku dosen pembimbing dan koordinator Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat. 2. dr. Dini Widianti, M.KK, selaku kepala bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas YARSI. 3. DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku sekretaris dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. 4. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku Bendahara dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. 5. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK, dr. Yusnita, M.Kes, dr. Dian Mardhiyah, M.KK, dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, dr. Hj. Sophianita G.T. Aminy, MKK, PKK,
2
dr. Citra Dewi, M.Kes, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. 6. Drg. Ati Sukmaningsih, MKM selaku kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang telah memberi masukan yang bermanfaat selama berada di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. 7. Dr. Sinta selaku pembimbing di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. 8. Ibu. Murti selaku penanggung jawab kepaniteraan di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. 9. Seluruh staf & tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusatyang telah memberikan bimbingan dan data kepada penulis untuk kelancaran proses penulisan laporan ini. 10. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga tersusun laporan ini.
Jakarta, Juli 2017
Tim Penulis
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan pada jenjang pertama. Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut. Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat lebih ditingkatkan. Diharapkan dengan penanganan yang tepat maka visi dari Departemen Kesehatan yang disampaikan Menteri Kesehatan yaitu Menuju Indonesia Sehat 2025 dapat segera tercapai. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk semua. Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh jajarannya yaitu melalui Standard Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta yang telah dibuat acuan dalam Surat Keputusan Gubernur No. 12 Tahun 2007. Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih sebagai salah satu unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK Gubernur tersebut dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik secara Individu maupun 4
Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM tersebut. Melalui Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih diharapkan pencapaian tersebut dapat dilakukan secara optimal.
1.1.1.
Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Secara Geografis
A. Letak Wilayah Keca Kecamatan Cempaka Putih adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, memiliki wilayah seluas 4.7 KM2 yang terbagi menjadi tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Kelurahan Rawasari. Jumlah Rukun Warga di Kecamatan Cempaka Putih Sebanyak 30, sedangkan Rukun Tetangga sejumlah 366 (Laporan Profil Kesehatan PKM Kecamatan Cempaka Putih 2015).
B. Batas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Sebelah Utara
: Wilayah RW 04 dan RW 09 Kelurahan Cempaka Putih Barat
Sebelah Barat
: Jl. Rawa Selatan, Jl. Mardani (Kecamatan Johar Baru)
Sebelah Selatan
: Jl. Raya Percetakan Negara
Sebelah Timur
: Sungai Cempaka Putih (Jembatan Serong)
5
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Cempaka Putih Sumber: Laporan Profil Kesehatan PKM Kecamatan Cempaka Putih 2016
C. Luas Wilayah Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Luas Wilayah
Jumlah
(Ha)
RW
Cempaka Putih Barat
121,87
13
151
Cempaka Putih Timur
222,06
8
106
Rawasari
124,75
9
109
Jumlah
468,75
30
366
Kelurahan
Jumlah RT
Sumber :Laporan Tahunan PKM KecamatanCempaka Putih 2016
Dilihat dari data pada tabel di atas Cempaka Putih Timur memiliki wilayah sekitar 222.06 Ha dan merupakan wilayah terluas dibandingkan dengan Cempaka Putih Barat dan Rawasari.
6
Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Secara Demografi
1.1.2.
A. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kecamatan Cempaka Putih sampai akhir bulan Desember 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cempaka Putih No
Kelurahan
Jumlah penduduk
1
Rawasari
24,024
2
Cempaka Putih Barat
37,476
3
Cempaka Putih Timur
24,052
Jumlah
85,551
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah CPB, CPT dan Rawasari Jumlah penduduk di Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan 37.476 merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Rawasari. Disusul oleh Kelurahan Cempaka Putih Timur dengan 25.052 penduduk dan Kelurahan Rawasari sebesar 24.024 penduduk.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Alamiah dan Mobilitas Penduduk Lahir No
Kelurahan
1
Mati
Lk
Pr
Lk Pr
Cempaka Putih Barat
89
82
7
2
Cempaka Putih Timur
12
14
3
Rawasari
131
136
Jumlah
232
Pindah
Datang
Lk
Pr
Lk
Pr
4
127
132
168
220
4
4
38
40
24
14
95
61
350
324
255
273
232 106 69
515
496
447
507 7
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah CPB, CPT dan Rawasari. Dari data di atas bahwa didapatkan data terbanyak pada kasus perpindahan didapat pada Kelurahan Rawasari dan data kedatangan didapat pada Kelurahan Cempaka Putih Barat. Tabel 1.4 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kelurahan No
Jenis Pendidikan
Jumlah
CPB
CPT
Rawasari
Penduduk
-
385
1.090
1.475
158
4.388
523
5.069
1
Tidak Sekolah
2
Tidak Tamat SD
3
Tamat SD/Sederajat
2.170
4.933
1.076
8.179
4
Tamat SLTP/Sederajat
2.809
7.558
1.945
12.312
5
Tamat SMU/Sederajat
19.103
6.886
759
26.748
6
Tamat Universitas/PT
3.410
1.963
158
5.531
Jumlah
27.650
26.113
5.551
59.314
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah CPB, CPT dan Rawasari Menurut data di atas mayoritas penduduk di Kelurahan Rawasari memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah di bandingkan dengan Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Timur. Di lihat berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan Rawasari yang tidak sekolah sebesar 1.090 dan yang tamat Universitas/PT hanya sebesar 158 orang. Sedangkan Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan Kelurahan yang lebih baik tingkat pendidikan pada penduduknya dilihat dari tidak adanya penduduk yang tidak sekolah dan jumlah penduduk yang tamat universitas/PT sebesar 3.410.
8
Tabel 1.5 Gambaran Penduduk Menurut Agama No 1
Agama
Jumlah
Kelurahan
Penduduk
Islam
35.490
32.971
1.225
25.335
14.555
Rawasari
16.164
Jumlah
76.989
Cempaka Putih
Protestan Katolik
Hindu
Budha
1.089
111
94
4.762
3.111
1.667
1.240
14.585
323
1.169
116
7
62.111
6.310
5.369
1.894
1.341
Barat 2
Cempaka Putih Timur
3
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah CPB,CPT dan Rawasari. Agama Islam merupakan agama terbanyak dari ketiga Kelurahan. Hal tersebut dilihat dari jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebesar 62.111 penduduk.
Tabel 1.6 Gambaran Penduduk Menurut Tenaga Kerja No
Kelurahan Jenis Pencaharian CPB
CPT
Jumlah
Rawasari Penduduk
1
Karyawan
6.099
6.294
3.312
15.705
2
Pedagang
9.156
2.915
398
12.469
3
Pegawai Negeri Sipil
2.567
4.891
2.389
9.856
4
TNI/Polri
1.710
41
25
1.776
5
Pensiunan TNI/Polri/PNS
3.385
2.954
881
7.220
6
Pertukangan
73
1.149
21
1.243
7
Lain-lain
111
6.323
3.407
9.841
23.110
24.567
10.433
58.110
Jumlah
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah CPB,CPT dan Rawasari. 9
Dari data di atas, terlihat penduduk di Kecamatan Cempaka Putih paling banyak bekerja sebagai karyawan dengan total 15.705 penduduk. B. Fasilitas Umum Tabel 1.7 Jumlah Rumah Menurut Jenis Bangunan Kelurahan NO
Jenis Bangunan
Jumlah CPB
CPT
RAWASARI
1
Rumah Permanen
1.044
874
2.992
4.910
2
Rumah semi permanen
857
1.582
69
2.508
3
Rumah Biasa
54
807
-
861
4
Rumah susun
1
-
-
1
5
Rusun Apartemen
-
-
-
-
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah CPB,CPT dan Rawasari
Mayoritas penduduk di Kecamatan Cempaka Putih bertempat tinggal di rumah yang permanen dan semi-permanen berdasarkan jumlah masing-masing yaitu 4.910 dan 2.508. Di daerah Rawasari menyumbangkan nilai terbesar dari rumah permanen sebesar 2.992 dibandingkan dengan wilayah yang lain. Untuk Cempaka Putih Timur mayoritas penduduknya masih bertempat tinggal pada rumah yang semi-permanen.
10
Tabel 1.8 Sarana Tempat Ibadah Tempat ibadah No
Kelurahan
Majelis Mushola
Masjid
Klenteng/ Gereja
Ta’lim 1.
2. 3.
Cempaka Putih
Wihara
13
14
27
2
-
4
14
29
4
-
Rawasari
16
10
26
-
-
Jumlah
33
38
82
6
-
Barat Cempaka Putih Timur
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah CPB, CPT dan Rawasari Dari data tabel diatas didapatkan terdapat banyak masjid dan majelis ta’lim yang didirikan disana yaitu sekitar 38 dan 82 tempat ibadah. Tabel 1.9 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih No Sarana dan Prasarana Jumlah 1
Rumah Sakit
3
2
Puskesmas
3
3
Pos Kesehatan
16
4
Balai Pengobatan
0
5
Apotik
3
6
Rumah/Toko Obat
0
7
Posyandu
16
8
Klinik KB
9
9
Karang Balita/Pos Penimbangan
9 11
No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
10
PPKB
23
11
Panti Pijat
0
12
Laboratorium Klinik
2
13
Tenaga Medis
14
Dokter Spesialis
14
0
Dokter Umum
10
Dokter Gigi
5
Sarjana Kesehatan
3
Bidan
17
Perawat
20
Perawat Gigi
1
Analisa Kesehatan
2
Nutrisionis
2
Apoteker
2
Assisten Apoteker
5
Rumah Bersalin
2
Sumber: Laporan Tahunan PKM KecamatanCempaka Putih 2015 Dari data tabel di atas bahwa didapatkan fasilitas kesehatan di wilayah Kecamatan Cempaka Putih terbanyak yaitu Pos Kesehatan sebanyak 16, Posyandu sebanyak 16 dan PPKB sebanyak 23. 1.1.3.
Gambaran Umum Puskesmas
1.1.3.1.
Definisi Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 tahun 2014).
12
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat mencakup perencanaan, pelaksanaaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem (Permenkes No.75 tahun 2014). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan-bedakan. Di Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan
Nasional
(Rakerkesnas)
I
di
Jakarta,
dimana
dibicarakan
upaya
pengorganisasian system pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatankegiatan seperti BKIA, BP, dan P4M dan sebagiannya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak berhubungan. Melalui Rekerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain : 1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif 2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated). 3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat. 4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya. 5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi investasi. 6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership). 7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi otonomi daerah (decentralization).
13
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan era desentralisasi.
Menurut Permenkes no 75 tahun 2014 Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang: 1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat 2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu Hidup dalam lingkungan sehat 3. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1.1.3.2.
Wilayah Kerja Puskesmas Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan
dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan. Puskesmas dikategorikan menjadi (Permenkes No.75 tahun 2014) : A. Puskesmas Kawasan Perkotaan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut: -
Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa
-
Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel
-
Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik
-
Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut: -
Memprioritaskan pelayanan UKM
-
Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
14
-
Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat
-
Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
-
Pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan. B. Puskesmas Kawaan Pedesaan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut:
-
Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris
-
Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel
-
Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh persen)
-
Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut: -
Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
-
Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
-
Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
-
Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat perdesaan.
C. Puskesmas Kawasan Terpencil Dan Sangat Terpencil Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut: -
Berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir 15
-
Akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktuwaktu dapat
-
Terhalang iklim atau cuaca; dan
-
Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut: -
Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan
-
Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
-
Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal
-
Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
-
Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan dan
-
Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas.
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesmas. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksebilitas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati setelah mendengar saran tekhnis dari kantor wilayah departemen kesehatan provinsi.
16
1.1.3.3.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi : -
Promotif (peningkatan kesehatan)
-
Preventif (upaya pencegahan)
-
Kuratif (pengobatan)
-
Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
1.1.3.4.
Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama, yaitu: 1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat 3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk Kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat.
17
1.1.3.5.
Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidaktidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, menuju kemandirian hidup. 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. 1.1.3.6.
Strategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan (Mubarak, 2014) antara lain: 1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (comprehensive health care service). 2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang (Permenkes No.75 tahun 2014): 18
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat 2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu 3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan 4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1.1.3.7.
Fungsi Puskesmas
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014. Puskesmas menyelenggarakan fungsi: 1. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat/UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas berwewenang: a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan c) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan danupaya kesehatan berbasis masyarakat f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. 2. Penyelenggaraan Unit Kesehatan Perorangan/UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas berwewenang: a) Menyelenggarakan
Pelayanan
Kesehatan
dasar
secara
komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu 19
b) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif c) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat d) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung e) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi f)
Melaksanakan rekam medis
g) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan h) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan i)
Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
j)
Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan.
3. Wahana pendidikan tenaga kesehatan Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara : 1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. 2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. 3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. 4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. 5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanankan program puskesmas.
20
1.1.3.8.
Upaya Kesehatan Puskesmas Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan
kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan (Permenkes No. 75 tahun 2014). Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. 1. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: a. Pelayanan promosi kesehatan b. Pelayanan kesehatan lingkungan c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana d. Pelayanan gizi e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit 2. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan / atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk: a. Rawat jalan b. Pelayanan gawat darurat c. Pelayanan satu hari (one daycare) d. Home care e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. 3. Upaya Kesehatan Wajib Masyarakat Upaya kesahatan wajib masyarakat adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut antara lain: 1. Promosi Kesehatan 21
2. Kesehatan Lingkungan 3. KIA ( Kesehatan ibu dan anak ) 4. KB ( Keluarga Berencana ) 5. Perbaikan gizi masyarakat 6. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular ) 7. Pengobatan Dasar Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.
22
Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas Upaya Kesehatan Wajib
Kegiatan
Indikator
Promosi kesehatan
Promosi hidup bersih dan sehat
Tatanan sehat Perbaikan perilaku sehat
Kesehatan Lingkungan
Penyehatan pemukiman
Pembinaan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum (TPM). Program kesehatan kerja indrustri. Program kesehatan Lingkungan pemukiman (PKLP).
Kesehatan ibu dan anak
Keluarga Berencana
ANC
Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan
Cakupan Linakes
MTBS
Cakupan MTBS
Imunisasi
Cakupan Imunisasi
Pelayanan Keluarga Berencana
Cakupan MKET
Pemberantasan penyakit Diare
Cakupan kasus diare
ISPA
Cakupan kasus ISPA
Malaria
Cakupan kasus malaria
menular
Cakupan kelambunisasi Tuberkulosis
Cakupan penemuan kasus Angka penyembuhan
Upaya Kesehatan Wajib
Kegiatan
Indikator
Gizi
Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A /Fe / cap yodium yodium
Pengobatan
PSG
% gizi kurang / buruk, SKDN
Promosi Kesehatan
% kadar gizi
Medik dasar
Cakupan pelayanan
UGD
Jumlah kasus yang ditangani
Laboratorium sederhana
Jumlah pemeriksaan
( Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan , Arrimes,ed.)
23
1.1.3.9.
Peran Puskesmas Konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dengan ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komperhensif dan terpadu(Permenkes No.75 tahun 2014).
Gambar 1.2 Sistem Rujukan Puskesmas
1.1.4.
Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih merupakan Puskesmas Pembina sesuai
dengan SK Gubernur tahun 1992 Puskesmas dengan tipe 1.350 m2 dengan tiga lantai dan mempunyai Unit Rawat Inap Rumah Bersalin. Sedangkan 3 Puskesmas Kelurahan masih merupakan Puskesmas dengan tipe lama yaitu kurang dari luas standar bangunan 435 m2. Puskesmas Kecamatan beroperasi pada bulan Juli Tahun 1990 setelah terjadi pemisahan wilayah dengan wilayah Kecamatan Johar Baru. Sejak Bulan Maret Tahun 2001 Puskesmas ini ditetapkan melalui SK Gubernur No.15 Tahun 2001 sebagai Puskesmas Swadana, kemudian pada tahun ini juga oleh 24
Gubernur DKI Jakarta semua Puskesmas Kecamatan harus membuka Unit Puskesmas Siaga selama 24 jam. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 2086/2006 Tanggal 28 Desember 2006 Tentang Penetapan 44 Puskesmas Kecamatan sebagai Unit Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara bertahap, maka Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih sejak Tahun 2007 menjalankan keputusan tersebut. Sejak bulan Mei 2015 Puskesmas Cempaka Putih pindah ke Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat I yang terletak di Jl. Cempaka Putih Barat 19 No. 2 RT 07 RW 07, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Kecamatan Cempaka Putih sesuai dengan instruksi Ka Sudinkes Jakarta Pusat, dikarenakan gedung Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang berlokasi di jl. Rawa kerbau beralih fungsi menjadi RSUK Kecamatan tipe D. Puskesmas Kecamatan di wilayah kecamatan Cempaka Putih yang membawahi 3 Puskesmas kelurahan yang berada di wilayah kecamatan Cempaka Putih. Seluruh Puskesmas tersebut memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat dilingkungan wilayah Kecamatan Cempaka Putih. Puskesmas di wilayah Kecamatan Cempaka Putih tersebut seperti yang terdapat pada gambar dan tabel di bawah ini :
Gambar 1.3 Skema Puskesmas di wilayah Kecamatan Cempaka Putih Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015 Keterangan
: Puskesmas Kecamatan : Puskesmas Kelurahan 25
Tabel 1.10 Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan Se-Kecamatan Cempaka Putih No 1
2
3
Nama Puskesmas
Alamat
Puskesmas Kecamatan Cempaka
Jl. Cempaka Putih
Putih
Barat 19 No. 2
Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih
Jl. Cempaka Putih
Barat II
Barat II D/10 A
Puskesmas Kelurahan Rawasari
1.1.4.1.
Jl. Pramuka Sari I 10/08
TELP 4219548
4256428
4250858
Visi, Misi, Kebijakan Mutu, dan Tujuan Puskesmas Kecamatan Cempaka
Putih Dengan surat keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 15 Tahun 2001 tentang uji coba Puskesmas Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta sebagai unit swadana daerah maka Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih resmi menjadi “Puskesmas Unit Swadana Kecamatan Cempaka Putih” terhitung mulai tanggal 14 Februari 2001. Puskesmas Unit Swadana merupakan Puskesmas yang diberi wewenang mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional secara langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. A. Visi Puskesmas Menjadikan Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih sebagai Puskesmas pilihan utama di DKI Jakarta.
B. Misi Puskesmas Misi dari Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan SDM yang berkualitas dan kompeten secara berkelanjutan.
26
2. Meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang aman, nyaman, dan berkualitas. 4. Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan harmonis. 5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektoral.
C. Kebijakan Mutu Kebijakan Mutu dari Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah memberikan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui pemenuhan persyaratan pelanggan serta peraturan terkait.
D. Tujuan Puskesmas Secara umum, tujuan disusunnya laporan tahunan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum keberhasilan dan kegagalan program yang telah dilaksanakan selama satu (1) tahun. Secara khusus,tujuannya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan sebuah program 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program 3. Untuk mengetahui pencapaian program kesehatan 4. Untuk mengetahui pencapaian indikator program 5. Untuk mengetahui tingkat penyerapan anggaran 6. Untuk mendapatkan bahan guna penyusunan perencanaan tahun berikutnya.
1.1.4.2.
Tugas pokok Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian, Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.
27
1.1.4.3.
Fungsi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
1. Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan dan pendidikan di wilayah kerjanya. 2. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan dan pelayanan Puskesmas Kelurahan. 3. Memberikan pelayanan kesehatan klinis meliputi: loket, rekam medis, klinik umum, ibu anak, KB, gigi, spesialis, konsultasi remaja, gizi, geriatri, klinik 24 jam, persalinan. 4. Rawat inap, laboratorium klinik, apotek, farmasi komunikasi, radiologi, optik, serta klinik lainnya sesuai kebutuhan. 5. Mengkoordinasi temu lintas batas, lintas sektoral dalam penanggulangan masalah kesehatan. 6. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang meliputi Kader Kesehatan, Posyandu, Karang wredha dan lain-lain.
1.1.4.4.
Sarana dan Prasarana
A. Gedung Puskesmas di Kecamatan Cempaka Putih Tabel 1.11 Uraian Gedung Puskesmas di Kecamatan Cempaka Putih
Uraian
Kec. Cempaka putih
Kel. CPB II
Kel. Rawasari
Luas tanah(m²)
658
138
237
Luas bangunan (m²)
632,46
196
237
Pembangunan Gedung
2011
1983
1984
Atap
Genteng
Genteng
Genteng
Plafon
Gypsum
Gypsum
Gypsum
Dinding
Tembok
Tembok
Tembok
28
Gypsum
Keramik
Keramik
Lantai
Keramik
Keramik
Keramik
Pagar
Besi
Stainless
Besi
WC
7
6
2
Listrik (watt)
23.000
16.500
3.500
Telephon
ada
ada
ada
Internet
ada
ada
ada
Air
Pump
PAM
Pump
Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015 B. Alat transportasi 1. Lima buah sepeda motor di Puskesmas Kecamatan 2. Pada awal tahun 2004 menerima satu unit Mobil Ambulance Mitsubishi L 300 untuk operasional Puskesmas. 3. Tahun 2005 menerima satu Unit Mobil Dinas Suzuki APV untuk Operasional Puskesmas. 4. Tahun 2014 menerima satu Unit Mobil Ambulance KIA Travelo untuk Operasional Puskesmas
C. Alat medis dan non medis 1. Peralatan Laboratorium lengkap. 2. Alat pemeriksaan khusus untuk kasus THT sudah dioprasikan. 3. Alat audiometri untuk sementara belum bisa dioperasikan. 4. Alat pemeriksaan empat unit EKG 5. Enam Dental unit di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, dan masingmasing 1 unit di Puskesmas Kelurahan. (dari 6 Dental Unit Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, karena keterbatasan hanya bisa dioperasionalkan 5 Dental Unit) 6. Satu Unit alat USG belum bisa dioperasikan karena belum ada SDM yang memadai.
29
7. Obat-obatan. (perencanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya).
Gambar 1.4 Denah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Sumber: Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 30
1.1.4.5.
Sumber Daya Manusia Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Cempaka
Putih Periode Januari – Desember 2016 berjumlah 88 orang, dengan perincian: Tabel 1.12 Ketenagaan di Puskesmas Se-kecamatan Cempaka PutihTenaga PNSTenaga Kesehatan
PENDIDIKAN S2
S1
TENAGA KESEHATAN
D4
D3
Lain lain
Kesmas Spesialis Dokter Umum Dokter gigi Perawat Apoteker SKM Kebidanan Perawat Kebidanan Radiologi Akfis Gizi Kesling Farmasi Analis Kesehatan Rekam Medis D1 Gizi D1 Kesling D1 Bidan SPK SAA SPRG
Kec. Cemput 0 1 6 3 4 1 1 0 12 3 2 1 2 1 0 1 0 2 0 2 1 0 2
PUSKESMAS Kel. Kel. Rawasari CPB 1 CPT 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Jumlah 0 1 8 6 6 1 1 0 13 9 2 1 2 1 0 1 0 2 0 2 1 1 2
Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015
31
Tabel 1.13 Tenaga Non Kesehatan Puskesmas Pendidikan
Kel
Kel
Kel
Cemput
CPB 1
CPB 2
Rawasari
1
0
0
0
SPAG
0
0
0
0
0
Pek. Kes
1
1
0
0
2
1
0
0
0
1
0
0
0
0
Lai SLTA
3
0
0
0
3
n-
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
6
5
67
Analis Kesehatan
Non Kesehatan
Jumlah
Kec.
S 1 Adm D 3 Komputer
SLTP
lain SD JUMLAH
51
1
0
Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015
Tabel 1.14 Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak PUSKESMAS PENDIDIKAN
Kec.
Kel.
Kel.
Rawasari Jumlah
TENAGA KESEHATAN
Cemput CPB1 CPB2 S2
S1
Kesmas
0
0
0
0
0
Spesialis
0
0
0
0
0
Dokter
4
1
0
0
5
Dokter
1
0
0
0
1
Perawat
0
0
0
0
0
Apoteker
2
0
0
0
2
gigi
32
PUSKESMAS PENDIDIKAN
Kec.
Kel.
Kel.
Rawasari Jumlah
Cemput CPB1 CPB2
D4
D3
SKM
0
0
0
0
0
Kebidanan
0
0
0
0
0
Perawat
4
0
0
1
5
Kebidanan
8
0
0
0
8
Radiologi
0
0
0
0
0
Akfis
0
0
0
0
0
Gizi
0
0
0
0
0
Kesling
0
0
0
0
0
Farmasi
0
1
0
0
1
Rekam
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
medik Analis Kesehatan Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015
33
Tabel 1.15 Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak (lanjutan)
TENAGA KESEHATAN
PENDIDIKAN Lain- SPK lain
NON KESEHATAN
SPRG SAA Analish Kesh
JUMLAH
SPAG Pek Kes S1 Adm D3 Komputer Lain- SLTA lain SLTP SD
PUSKESMAS Kec. Kel. Kel. Rawasari Jumlah Cemput CPB1 CPB2 0 0 0 0 0 0 3 0
0 0 0
0 1 0
0 0 0
0 4 0
0 0 4 2 7
0 0 0 0 1
0 0 1 0 0
0 0 0 0 1
0 0 5 2 9
0 0 37
0 0 3
0 0 2
0 0 2
0 0 44
Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015
1.1.4.6.
Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Stuktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih tahun 2016, terdiri atas
Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang dibantu oleh Tata Usaha, Satuan Pengawas Internal, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pelayanan Kesehatan dan bertanggung jawab terhadap Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat 1, Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat 2, dan Puskesmas Kelurahan Rawasari. Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat terdiri dari Program Esensial yang bertanggung jawab terhadap bagian Pomosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan-DBD, KIA-KB, Gizi, P2M, Pelatihan Keperawatan Kesehatan Masyarakat, serta Program Pengembangan yang bertanggung jawab terhadap bagianKesehatan Jiwa, Kesehatan Gigi Masyarakat-UKGS, Kesehatan Lansia. Seksi Upaya Kesehatan Perorangan bertanggung jawab terhadap pelayanan rawat
34
jalan, ruang bersalin, farmasi, laboratorium, peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan, patient safety, pengelolaan limbah medis, dan pemeriksaan jenazah.
Kepala Puskesmas SPI (Satuan Pengawas Internal)
Pengembangan PromkesUKS
Puskesmas Kelurahan
UKP
UKM Esensi al
Ka Subag TU
Rawat Jalan RB
Kesehatan Jiwa
Farmasi Laboratorium
KIA-KB
Kes. Gigi Masyarakat -UKGS
Gizi
Kesehatan Lansia
Kesling-DBD
Pencegahan & Pengendalian Penyakit -IMS/HIV/PM - PTM - Surveilans
Peningkatan & Penjaminan Mutu Pelayanan Patient Safety Pengelolaan Limbah Medis Pemeriksaan Jenazah
Pel. Perawatan Kes. Masyarakat
Diagram 1.1 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Sumber: Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2015
1.1.4.7.
Daftar 15 Penyakit Terbanyak Januari – Desember 2016 di Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Cempaka Putih pada Januari – Desember tahun 2016 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini.
35
Data Penyebaran Penyakit PKM Kecamatan Cempaka Putih
TB paru Penyakit lain dari saluran pernafasan bawah Karies gigi Gingivitis & penyakit periodental indeksi mastoid (mastoiditis) Tonsilitis Penyakit & kelainan susunan syaraf lain Diare (termasuk tersangka kolera) Penyakit kulit alergi Penyakit lain pada saluran nafas atas Penyakit kulit infeksi Penyakit pada sistem otot &jaringan pengikat Penyakit pulpa & periapikal Penyakit darah tinggi Infeksi akut lain pernafasan atas
324 340 512 546 558 1415 1505 1975 2759 3090 3099 4365 4613 5800 18139 0
4000
8000
12000
16000
20000
Grafik 1.1 Data Penyebaran Penyakit PKM Kecamatan Cempaka Putih Januari – Desember 2016 1.1.5.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka
Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Millineum Development Goals (MDGS) untuk tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Penyebab kematian ibu tersebut sebagian besar karena perdarahan, toksemia gravidarum dan infeksi, sedangkan faktor yang dianggap melatarbelakangi kematian ibu adalah 3 jenis keterlambatan (3T) yaitu Terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan mengambilkeputusan merujuk, Terlambat untuk mencapai fasilitas kesehatan dan Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai difasilitas kesehatan (DepkesRI,2005). Tujuan Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
36
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya ( Depkes RI, 2001). Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dilakukan evaluasi. Salah satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantauperkembangan pelayanan KIA di tempat pelayanan. Evaluasi hasilprogram KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA, kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0 - 7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan kelahiran dan kematian perdesa untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan laporan penemuan kasus tetanus neonatorum perdesa digunakan memantau kasus BBLR dan tetanus neonatorum di wilayah desa (Depkes RI, 2001). Sasaran program ini yaitu ibu hamil (bumil), ibu bersalin (bulin), neonatal dan balita. Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian Ibu serta peningkatan derajat kesehatan Ibu dalam pembangunan kesehatan. Untuk anak-anak, program ini bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan anak dan meningkatkan derajat kesehatan (Depkes RI,2001). Pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan (Depkes RI, 2001): 1.
Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
2.
Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan.
3.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.
4.
Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
5.
Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas degan mutu sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
37
Kegiatan program KIA: a. Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalamStandar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas: 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah 3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). 4. Ukur tinggi fundus uteri. 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Test laboratorium (rutin dan khusus). 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber- risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut : -
Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
-
Minimal 1 kali pada triwulan kedua. 38
-
Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat. b. Pertolongan Persalinan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut : 1. Pencegahan infeksi 2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar. 3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. 4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). 5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu : -
Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan. 39
-
Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan.
-
Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah : a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus). c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya. d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan. e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama. f. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan). Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat d. Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus : 1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir. 2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir. 3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. 40
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi : 1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir -
Perawatan Tali Pusat
-
Melaksanakan ASI Eksklusif
-
Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin KI
-
Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotic
-
Pemberian imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM -
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
-
Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir.
-
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
-
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
e. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonates oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat. Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. 41
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya. Faktor risiko pada ibu hamil adalah : 1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 2. Anak lebih dari 4. 3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun. 4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan. 5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl. 6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang. 7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantungginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan. 8. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital. 9. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksivakum/ forseps. 10. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues). 11. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital. 12. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster. 13. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar. 14. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
42
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 12 kg selama masa kehamilan. Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain: 1. Ketuban pecah dini. 2. Perdarahan pervaginam 3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre- tibial. 4. Ancaman persalinan prematur. 5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis. 6. Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju. 7. Infeksi masa nifas. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko padaibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu. Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut : 1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua 2. Riwayat Kejang 3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis 4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit 5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C 6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat 7. Merintih 8. Ada pustul Kulit 9. Nanah banyak di mata 43
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut. 11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat 12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat 13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI 14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram 15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit. Komplikasi pada neonatus antara lain : 1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr) 2. Asfiksia 3. Infeksi Bakteri 4. Kejang 5. Ikterus 6. Diare 7. Hipotermia 8. Tetanus neonatorum 9. Masalah pemberian ASI 10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll
f. Penanganan Komplikasi Kebidanan Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari polindes/poskesdes,
44
puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi : 1. Pelayanan obstetri : -
Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
-
Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan eklampsi)
-
Pencegahan dan penanganan infeksi.
-
Penanganan partus lama/macet.
-
Penanganan abortus.
-
Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus : -
Pencegahan dan penanganan asfiksia.
-
Pencegahan dan penanganan hipotermia.
-
Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
-
Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan sedang.
-
Pencegahan dan penanganan minimum.
2. Pelayanan Neonatus dengan komplikasi Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan
yang
dapat
menyebabkan
kesakitan,
kecacatan
dan
kematian
oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta. Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya. Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target 45
setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani. Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta transfusi darah. Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.
3. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi : 1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan. 2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 - 5 bulan. 3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 - 8 bulan. 4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 - 11 bulan. Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi : 1.
Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun. 46
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK). 3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan). 4.
Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat. Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak. Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana
di
tingkat
pelayanan
kesehatan
dasar,
salah
satunya
adalah
dengan
menerapkanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi. 47
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi : 1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut- turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan. 2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung. 3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun. 4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita 5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Upaya kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurangkurangnya empat kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun. Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil i satu wilayah kerja pada kurun waktu 1 tahun.
48
Dari jumlah ibu hamil di wilayah kecamatan Cempaka Putih terlihat cakupan K1 =1,372 (95,1%) dan K4 = 1,228 (85,1%). Sementara ibu bersalin yang ditolong oleh Nakes = 1,187 (99,5%) dan ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan = 1,187 (99,5%). Cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah Kecamatan Cempaka Putih tahun 2016: TT-1 = 20,7%; TT-2 = 26,2%; TT-3 = 9,7%; TT-4 = 5%; TT-5 = 1,7%. Cakupan imunisasi TT pada WUS di wilayah Kecamatan Cempaka Putih tahun 2016: TT1 = 9,1%; TT-2 = 8,8%; TT-3 = 4,1%; TT-4: 7,8%; TT-5 = 7,8%. Sementara ibu hamil yang mendapatkan pelayan pemberin tablet Fe sebanyak 1,228 (85,1%). Dan ibu nifas yang mendapatkan vitamin A = 1,187 (99,5%). Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang mengancam jiwa ibu dan janin, yang tidak disebabkan oleh trauma atau kecelakaan. Di wilayah Kecamatan Cempaka Putih tahun 2016 dijumpai bumil dengan komplikasi kebidanan sebanyak 289 orang sementara bumil komplikasi kebidanan yang ditangani sebanyak 191 orang (68,3%). Komplikasi neonatal adalah neonatus dengan penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi atau sepsis, trauma lahir, BBLR (berat lahir < 2,500gr), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada pemeriksaan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Di wilayah Kecamatan Cempaka Putih pada tahun 2016 perkiraan neonatus sebesar 1,187 orang dan penangaan neonatus komplikasi yang ditangangi mencapai 57 orang.
49
BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1.
Penetapan Prioritas Masalah
50