LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMENT ANAK
Batuk & Pilek (ISPA)
“
”
OLEH :
KELOMPOK 3 REGULER Ni Wayan Asma Nira Yustika 115070201111011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
1. DEFINISI Batuk dan pilek diciptakan untuk membuang benda asing, termasuk virus, bakteri,debu, lender, dan partikel kecil lain yang berusaha mengotori saluran nafas, mulai dari tenggorokan hingga paru-paru. Flu atau batuk pilek (colds, (colds, common cold ) lazim dijadikan dijadikan merek bagi semua semua keadaan yang menimbulkan batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, demam, ataupun sakit kepala. Di kalangan kedokteran ini dikelompokkan dalam Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) (Arifianto, 2012) Common cold atau disebut juga selesma adalah infeksi yang menyerang saluran napas atas (hidung sampai tenggorokan) dan menimbulkan gejala ingus meler atau hidung tersumbat dan batuk, sering disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri menelan. Seorang anak dapat mengalami 6-8 episode selesma setiap tahunnya, bahkan 10-15% anak dapat mengalami hingga 12 kali episode sakit selesma per tahun. Penyakit ini adalah alasan tersering orangtua membawa anak ke dokter. Namun, seiring bertambahnya usia, kejadian selesma akan semakin jarang hingga mencapai hanya 2-3 kali.
stilah ISPA meliputi tiga unsur yakni ‘infeksi’, ‘saluran pernapasan’,
I
dan ‘akut’, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut : 1. Infeksi Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernapasan Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ di sekitarnya. 3. Infeksi Akut Adalah Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut.
2.
KLASIFIKASI Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin. Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam.
Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah
2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008): a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan 1) Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih. 2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Wheezing
Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun 1) Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta). 2) Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
Tidak bisa minum
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Gizi buruk
3. ETIOLOGI Banyak virus yang dapat menyebabkan selesma atau batuk pilek yang merupakan bagian gejala dari ISPA, tetapi yang paling sering rinovirus (terdapat 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat menginfeksi manusia),
diikuti
dengan
respiratory
sincytial
virus
(RSV),
dan
adenovirus. Virus yang masuk ke tubuh dan menginfiltrasi saluran nafas di hidung sampai tenggorokan kita akan memicu rangkaian reaksi sistem imun (pertahanan tubuh) dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami (batuk, pilek, demam dan lainnya. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia (silia = rambut-rambut halus). Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior/belakang ke rongga hidung dan ke arah superior/atas menuju faring. Secara
umum,
efek
pencemaran
udara
terhadap
saluran
pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan
meningkat
sehingga
menyebabkan
penyempitan
saluran
pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
2. PATOFISIOLOGI (terlampir)
3. FAKTOR RESIKO Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) : a. Faktor Demografi Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu : 1) Jenis kelamin Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang lakilaki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara. 2) Usia Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong anaknya. 3) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh
petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA. b. Faktor Biologis Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007): 1) Status gizi Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak 12 minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam tubuh. c. Faktor Rumah Rumah yang tidak sehat akan mudah memicu timbulnya suatu penyakit. Untuk menjadikan rumah sehat, perlu mengikuti syaratsyarat rumah yang sehat seperti memperhatikan kondisi ubin atau semen pada lantai agar tidak berdebu, kondisi dinding rumah agar tidak lembab, ventilasi dan pencahayaan rumah juga harus tetap terjaga. d. Faktor Polusi
4. MANIFESTASI KLINIS Istilah batuk-pilek sering kali diasosiasikan dengan flu karena gejala-gejalanya yang kurang lebih sama. Padahal, virus penyebabnya berbeda. Gejala batuk pilek yang merujuk pada selesma memiliki beberapa perbedaan dengan gejala flu yaitu : Influenza
Selesma
Demam lebih tinggi (diatas 38,5 Demam lebih ringan atau tanpa derajat C)
demam
Sakit kepala lebih sering terasa
Jarang disertai sakit kepala
Gejala-gejala
muncul
mendadak Gejala-gejala
dan terasa sangat mengganggu
hingga
muncul
bertahap
mencapai
taraf
mengganggu Nafsu makan turun
Nafsu makan kadang tetap seperti biasa
Sering disertai nyeri otot dan/atau Jarang disertai nyeri otot dan/atau sendi
sendi
Sering disertai dengan menggigil
Jarang disertai menggigil
Jika dilihat dari tanda dan gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah : a. Gejala dari ISPA Ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: Batuk
o
o
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
o
Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi
o
anak diraba. b. Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
o
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji. 18 o
Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
o
Tenggorokan berwarna merah.
o
Timbul bercak-bercak merah
pada kulit menyerupai bercak
campak. o
Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
o
Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
o
Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejalagejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejalagejala sebagai berikut: o
Bibir atau kulit membiru.
o
Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
o
Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
o
gelisah. o
Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
o
Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
o
Tenggorokan berwarna merah. Berikut ini adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada
seorang penderita ISPA : a. Tanda-tanda bahaya secara umum :
Pada
sistem
pernafasan :
napas
cepat
dan
tak
teratur,
retraksi/tertariknya kulit ke dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras Pada
sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat
dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.
Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang, dan koma.
Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :
tidak
bisa
minum,
kejang,
kesadaran
menurun,
stridor/mendengkur, dan gizi buruk. c. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan : kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam, dan dingin.
Jika ditemukan tanda dan gejala bahaya seperti diatas, segera bawa penderita ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasi. Pemeriksaan diagnostik ISPA pada anak bisa dilakukan dengan menggunakan MTBS. Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya. b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
Perawatan di rumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. 1.
Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan
diminumkan.
Memberikan
kompres,
dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). 2.
Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3.
Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikitsedikit tetapi berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebihlebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4.
Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
7. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Pengkajian fokus a. Demografi meliputi ;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. b. Keluhan utama Saat dikaji biasanya penderita memiliki keluhan berupa batuk ringan, pilek dengan ingus encer, jernih disertai dengan bersin, bisa juga terdapat conjunctiva merah dan mata berair. a. Riwayat penyakit sekarang b. Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin, Berlanjut pada batuk ringan tanpa dahak disertai dengan panas diikuti
dengan
hyperemia
berair, Keadaan menurun,
pada
pucat,
conjungtiva lesu,
rewel,
dan
mata
nafsu
makan
menurun c. Riwayat penyakit dahulu Penderita bisa saja memiliki faktor resiko seperti pernah mengalami penyakit ISPA, infeksi menahun, demam, atau malnutrisi d. Riwayat penyakit keluarga Biasanya penyakit batuk pilek menular yang bersifat mewabah dan biasanya didapat anak-anak dari orang dewasa di keluarganya. e. Riwayat Imunisasi
Ditanyakan ntuk mengetahui jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan penting mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak. f.
Pertumbuhan / Perkembangan Malnutrisi pada anak merupakan terhadap kejadian common cold, influenza dan ISPA yang perlu dikaji.
Pertumbuhan : BB
: _ kg
TB
: _ cm
Lila
: _ cm
Perkembangan : Cuci tangan dan mengeringkan tangan Memakai baju Bicara sebagian dimengerti Menunjuk 4 gambar Menyebut 1 gambar Bagian badan Melempar bola tangan keatas
Riwayat Psikososial Hubungan anak dengan ayah dan ibu
:baik/kurang baik
Hubungan anak dengan keluarga
:baik/kurang baik
Hubungan anak dengan teman sebaya
:baik/kurang baik
Jumlah anggota keluarga
:- orang
Kegiatan sehari-hari : a. Nutrisi Sebelum sakit
: Makan x / hari ( nasi, lauk pauk, sayur )
Porsi makan
: Cukup/banyak/kurang
Kebutuhan cairan
: minum air putih/susu
b. Istirahat Sebelum sakit
: Tidur siang _ jam, tidur malam _ jam.
Selama sakit
: Tidur siang _jam, tidur malam _ jam.
sering terganggu oleh batuk/tidak
c.
Eleminasi Sebelum sakit: BAB _x / hari, BAB _ x / hari.
Pola aktivitas sehari-hari a.
Nutrisi
Pada common cold ditemukan riwayat kebiasaan konsumsi makanan instant / snack seperti : chiki, permen, dll. Dari makanan tersebut dapat menyebabkan mual, muntah sampai anoreksia. b.
Aktifitas
: Pada common cold anak lemas dan malas
beraktivitas c.
Istirahat
: Terjadi sumbatan napas yang menyebabkan
napas pendek, dangkal dan cepat sehingga istirahat malam terganggu g. Pemeriksaan Umum : TTV : Nadi
: Untuk mengetahui kenormalan Nadi 70 – 100 x/menit jika lebih dari normal menunjukkan adanya kelainan.
Suhu
: Pertanda sehat suhu tubuh 37 C. Pertanda buruk suhu lebih dari normal.
Pernapasan: Untuk mengetahui pernapasan normal 20 –30 x/menit bila pernapasan lebih dari normal berarti ada kelainan Tekanan Darah : Antropometri: Berat badan : Merupakan indikator yang terbaik untuk keadaan
gizi
dan
perkembangan menyadari
anak
keadaan
pertumbuhan dan
serta
kesehatan,
kesehatan
misal
pengelola nutrisi dan dasar perhitungan dosis
obat
dan
makanan
yang
perlu
diberikan. Tinggi Badan : Merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah
lewat sebagai perbandingan terhadap pertumbuhan yang relatif. Lingkar Kepala : Dipakai untuk menafsir pertumbuhan otak.
h. Pemeriksaan fisik Untuk melihat bentuk tubuh perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota tubuh lainnya dengan memperhatikan apakah ada cedera dan kelainan untuk memperoleh kesan klinis tentang gejala / tanda pada bayi. Kepala
: Tidak ada haematom, tidak ada benjolan.
Muka
: Tidak pucat
Mata
: Simetris, conjungtiva tidak anemis, selera tidak uterus.
Hidung
: Terdapat secret cair dan jernih.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar Lympe, Hyroid.
Telinga
: Bersih tidak ada seramen.
Dada
: Tidak ada tarikan intercostae.
Axilla
: Tidak ada pembesaran kelenjar lympe.
Perut
: Bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, turgor baik.
B. Analisa Data Data
Etiologi
DS :
Bakteri atau virus menginvasi
DO :
↓
Masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Saluran pernafasan atas
↓ Kuman masuk dan berlebih
↓ Proses peradangan
↓ Akumulasi sekret di jalan nafas
↓ Ketidakefektifan bersihan jalan nafas DS :
Bakteri atau virus menginvasi
DO :
↓
Gangguan Rasa Nyaman
Saluran pernafasan atas
↓ Kuman masuk dan berlebih
↓ Proses peradangan
↓ Akumulasi sekret di jalan nafas
↓ Hidung tersumbat, batuk
↓ Sulit tidur dan bernafas
↓ Gangguan Rasa Nyaman DS :
Anak batuk dan pilek
DO :
↓ Anggapan orang tua bahwa penyakit tidak berbahaya
↓
Defisit Pengetahuan
Tidak tahu kondisi yang mengharuskan pergi ke pelayanan kesehatan
↓ Defisit Pengetahuan
C. Prioritas Diagnosa a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebihan b. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gelisah dan menangis c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
D. Rencana Keperawatan No 1
Dx Kep Ketidakefektifan bersihan
Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah
dilakukan
jalan keperawatan
selama
Intervensi
tindakan NIC : Airway Management 1x24
jam, a. Posisikan klien agar ventilasi
nafas
masalah ketidakefektifan bersihan
dapat maksimal
berhubungan
jalan nafas dapat teratasi dengan b. Ajarkan
ibu
jika
ingus
dengan
mucus kriteria hasil :
mengering di muara lubang
dalam
jumlah NOC : Respiratory Status : Airway
hidung, gunakan lidi kapas
berlebihan
patency
yang
Indikator
1 2 3 4 5
dibasahi
mengambilnya,
untuk lakukan
dengan hati-hati.
RR Kemampuan
√
c. Auskultasi suara nafas
mengeluarkan
d. Monitor TTV, RR, nadi
sputum
e. Kolaborasi pemberian obat
Suara
nafas
abnormal
√
antibiotic,
(tidak
antihistamin,
ada)
dekongestan, antipiretik
antitusif, ekspektoran,
f. Ajarkan tehnik batuk efektif untuk anak.
2
Gangguan Rasa Setelah
tindakan NIC : Environtmental
dilakukan
keperawatan
berhubungan
maka gangguan rasa nyaman dapat a. Atur
dengan
selama
1x24
jam, Management : Comfort
Nyaman
gelisah berkurang dengan kriteria hasil :
dan menangis
NOC : Comfort Status : Physical Indikator
1
2
3
4
klien
untuk
meringankan
rasa
tidak
nyaman, seperti dipangku 5
√
Klien
posisi
ibu, posisi kepala lebih tinggi b. Anjurkan
ibu
untuk
berada
mengganti
dalam
dengan
posisi yang
nyaman, menyerap keringat
nyaman
dan tidak tebal
√
Pakaian
c. Anjurkan
pakaian pakaian
ibu
anak yang
tetap
klien
memberikan ASI eksklusif
nyaman
atau air hangat.
Intake
d. Anjurkan ibu untuk mengatur
cairan
lingkungan anak tetap bersih dan kering
3
Defisit
Setelah
Pengetahuan
keperawatan
berhubungan
defisit
dengan pajanan
dilakukan selama
pengetahuan
tindakan NIC : 1x24 orang
jam, a. Kaji tingkat pengetahuan tua
kurang menurun dengan kriteria hasil :
pasien dan keluarga b. Jelaskan patofisiologi dari
NOC : Knowledge : Disease Process
penyakit dan bagaimana hal
Knowledge : Health Behaviour
ini berhubungan dengan
Indikator
1
2
3
4
√
Keluarga
5
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. c. Gambarkan tanda dan
paham tentang
gejala yang biasa muncul
penyakit,
pada penyakit, dengan cara
kondisi
dan
pengobatan Keluarga mampu
yang tepat d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat e. Identifikasi kemungkinan
melaksanakan
penyebab, dengan cara
prosedur yang
yang tepat f. Sediakan informasi pada
dijelaskan
pasien tentang kondisi,
secara benar Keluarga mampu
√
dengan cara yang tepat g. Sediakan bagi keluarga
menjelaskan
informasi tentang kemajuan
kembali
pasien dengan cara yang
informasi
tepat
yang diberikan
h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan j. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Bennete
M.J.
2013. Pediatric
Pneumonia.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. 2. Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630 3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit
IDAI
PATOFISIOLOGI Akumulasi sputum
Virus dan kuman
↓
↓
Sputum mengering
↓
Masuk melalui droplet lewat saluran pernapasan
Hidung tersumbat
↓
↓
Menempel pada mukosa hidung
MK : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
↓ Ditangkap oleh silia
↓ Mengiritasi mukosa Merangsang batuk
↓
↓
Leukosit, makrofag
Tekanan pada abdomen dan thorak meningkat
↓
↓ Sulit tidur, gelisah dan menangis
Hipersekresi lendir dan proses inflamasi
↓ BATUK DAN PILEK
↓ MK : Gangguan Rasa Nyaman
Batuk
↓ Faktor resiko dari sistem imun dan lingkungan
↓ Pengetahuan orang tua kurang
↓ Lingkungan dan kekebalan tubuh anak tidak terjaga
Sputum naik ke atas
↓ Sputum tertelan kembali
↓ Bakteri ikut masuk ke lambung
↓ HCl lambung meningkat
↓
↓
Meningatkan peristaltik
MK : Defisit Pengetahuan
Diare
↓ ↓ Dehidrasi