LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Institusi,
Mahasiswa,
RIRIS EKA RATNASARI NIM: 1102430011
NIP:
Mengetahui, Kaprodi DIV Kebidanan Klinik Poltekkes Kemenkes Malang
NIP.
Pembimbing Klinik,
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN LUKA PERINEUM DI RUANG NIFAS RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
Oleh : RIRIS EKA RATNASARI NIM. 1102430011
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN KLINIK 2012
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1
KONSEP POST PARTUM 1.1.1 Definisi Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepasa dan keluar dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). 1.1.2 Tahapan masa nifas a. Puerperium dini, masa kepulihan, yaitu saat ibu dibolehkna untuk berdiri dan jalan-jalan. b. Puerperium intermedial, masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu. c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni, 2009). 1.1.3 Perubahan Fisiologis a. Perubahan sistem reproduksi 1) Perubahan Uterus Segera setelah persalinan, uterus akan mengalami proses pengecilan rahim (involusi) secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus uteri (TFU) dan berat uterus menurut masa involusi sebagai berikut: Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr Satu minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr Dua minggu Tidak teraba di atas symphisis 350 gr Enam minggu Bertambah kecil 50 gr Delapan Sebesar normal 30 gr minggu Disamping perubahan pada tinggi fundus uteri, juga terdapat pengeluaran secret dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut dengan lochea. Ada beberapa jenis lochea, diantaranya: - Lochea rubra, terjadi selama 2 hari pasaca persalianan, dengan pengeluaran daraha berwarna merah - Lochea sanguinolenta, terjadi selama hari ke-3-7 pasca persalinan dengan pengeluaran berwarna merah kekuningan yang berisi darah dan lendir - Lochea serosa, terjadi selama hari ke- 7-14 pasca persalinan dengan pengeluaran berwarna kuning - Lochea alba, terjadi setelah 2 minggu pasca partum dengan pengeluaran yang berwarna putih 2) Perubahan vagina dan perineum - Vagina, pada minggu ketiga vagina akan mengecil dan timbul rugae kembali - Perlukaan vagina, perlukaan pada vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering terjadi. Mungkin bisa timbul pada persalinan dengan ekstraksi cunam, robekan biasanya pada dinding lateral dan baru tampak saat dilakukan pemeriksaan speculum
- Perubahan perineum Terjadi robekan perineum pada hamper semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Jika terdapat laserasi, perlu dilakukan penjahitan dan perawatan yang baik b. Perubahan sistem pencernaan Pada ibu pasca partum akan sering mengalami konstipasi sebagai akibat kurangnya asupan nutrisi yang berserat selama persalinan, adanya rasa takut untuk BAB sehubungan dengan jahitan pada perineum. BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila masih terjadi konstipasi, bisa diberikan obat pencahar baik per oral maupun per rectal. c. Perubahan perkemihan Saluran kencing akan kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada: keadaan sebelum melahirkan, lama kala dua, besarnya tekanan kepala yang menekan saat persalinan. d. Perubahan sistem musculoskeletal Pada masa pasca persalinan, dinding perut akan menjadi longgar karena perut yang teregang begitu lama. Nmaun demikian, hal tersebut akan pulih setelah 6 minggu. Setiap ibu post partum dianjurkan untuk segra melakukan ambulasi dini, yang bertujuan untuk untuk menhindari komplikasi, meningkatkan ivolusi. e. Perubahan tanda-tanda vital Sekitar hari ke-4 suhu ibu akan mengalami sedikit kenaikan antara 37,2- 37,50C. Jika hari ke-2 suhu mencapai 380C harus dicurigai adanya infeksi nifas. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/mnt segera setelah melahirkan. Tekanan darah normal pada masa post partum adalah bila kurang dari 140/90 mmHg. Resspirasi ibu nifas akan melambat segera setalh melahirkan.
1.2
KONSEP LUKA PERINEUM 1.2.1 Definisi Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan jalan lahir baik karena rupture spontan maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan janin (Wiknjosastra, 2007) 1.2.2 Etiologi Menurut Oxorn (2010), faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum terdiri dari: a. Faktor maternal, mencangkup : - Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering) - Pasien tidak mampu berhenti mengejan. - Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan. - Edema dan kerapuhan pada perineum - Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior. - Perluasan episitomi. - Posisi Persalinan (Wikjosastro, 2007) - Kepala janin terlalu cepat lahir - Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya - Jaringan parut pada perinium b. Faktor janin mencangkup : Bayi yang besar Posisi kepala yang abnormal, seperti presentasi muka Kelahiran bokong
-
1.2.3
1.2.4
1.2.5
d.
Ekstraksi forceps yang sukar Dystocia bahu Anomali kongenital, seperti hydrocephalus Menurut Wiknjosastro (2007), terjadinya rupture perineum disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, riwayat persalinan, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomy (Wiknjosastro, 2007). Prevalensi Angka kejadian perlukaan pada perineum adalah lebih dari 65% dari seluruh persalinan pervaginam, dan pada umumnya terjadi karena adanya luka pada episiotomy maupun rupture spontan pada saat persalinan (Mohammed, 2011). Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorok janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginial. Tanda dan gejala a. Tanda-tanda Rupture - Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir - Uterus berkontraksi dengan baik - Plasenta lahir lengkap b. Gejala yang sering terjadi adalah: - Pucat - Lemah - Pasien dalam keadaan menggigil (Chapman,2006). Klasifikasi a. Ruptur Perineum derajat I - Mukosa vagina - Fourchette posterior - Kulit perineum b. Ruptur Perineum derajat II - Mukosa vagina - Fourchette pasterior - Kulit perineum - Otot perineum c. Ruptur Perineum derajat III - Mukosa vagina - Fourchette pasterior - Kulit perineum - Otot perineum - Otot spinterani eksterna Ruptur Perineum derajat IV - Mukosa vagina - Fourchette pasterior - Kulit perineum
-
- Otot perineum - Ootot spinterani eksterna - Dinding rektum anterior (Sumarrah, 2008). Klasifikasi robekan perineum: - Robekan perineum anterior • Labia • vagina anterior • uretra atau klitoris - Robekan perineum posterior • Dinding posterior • Vagina • Otot-otot perineum • Sfingter ani Mukosa rectum • Klasifikasi menurut Sultan, dkk: 1. Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja 2. Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak melibatkan kerusakan sfingter ani 3. Kerusakan pada otot sfingter ani: 3a: robekan < 50% sfingter ani eksterna 3b: robekan > 50% sfingter ani ekterna 3c: robekan juga meliputi sfingter ani interna 4. Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus 1.2.6 Faktor predisposisi - Gawat janin. Untuk merangsang keselamatan janin, maka persalinan harus segera diakhiri. - Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya : distosia bahu, akan dilakukan ekstrasi forcep, ekstraksi vakum. - Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina. - Perineum kaku dan pendek. - Adanya ruptur yang membakat pada perineum - Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin (Sumarrah, 2008). - Paritas - Berat badan janin (makrosomia) (Mohammed, 2011). 1.2.7 Penatalaksanaan - Ruptur perineum derajat I tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. Derajat I Dijahit/dibiarkan Biarkan karena sangat nyeri Dijahit bila: Perdarahan berlebih • Kontinuitas jaringan diragukan • Laserasi bilateral & labia dapat menyatu • Derajat II Ruptur perineum derajat II perlu dijahit (JNPK-KR, 2008). Derajat III dan IV Hal-hal yang perlu disiapkan dalam melakukan penjahitan pada rupture derajat III dan IV: Tempat Tempat untuk melakukan penjahitan derajat III dan IV sebaiknya berada di ruang operasi. Hal ini disebabkan karena, penjahitan pada derajat III dan IV memerlukan suatu tempat yang aseptic dan
pencahayaan yang adekuat. Anasthesi yang digunakan bisa regional maupun general anasthesi, sehingga akan membuat otot sfingter menjadi rileks yang akan memudahkan dilakukannya penjahitan. Antibiotik Infeksi dapat terjadi setelah penjahitan rupture perineum sampai ke daerah sfingter ani, hal ini disebabkna karena adanya peningkatan resiko terjadinya inkontinensia alvi maupun terbentuknya fistula. Untuk itu diperlukan suatu terapi antibiotic spectrum luas baik per parenteral maupun per oral, setelah dilakukan penjahitan. Laxans Pada umumnya, seorang wanita setelah dilakuka penjahitan pada sfingter ani akan mengalami konstipasi. Untukl itu, terkadang diperluikan obat pencahar, untuk memudahkan penegeluaran feses. Teknik penjahitan Terdapat dua metode yang digunakan dalam penjahitan sfingter ani ekterna, yaitu: end to end (approximation) dan teknik overlap. Sedangkan untuk penjahitan sfingter ani interna menggunakan teknik overlap (Fowler, 2009). 1.2.8 Komplikasi - Pembentukan hematoma - Kerusakan (devitalisasi) jaringan) - Trauma jaringan (Varney, 2008) - Perdarahan - Infeksi - Kematian pada ibu post partum (http://hendrik sciene.blogspot.com) 1.2.9 Perawatan luka perineum Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 24 hari pasca persalinan dan masih menjalani rawat inap di rumah sakit (Winkjosastro, 2007) Waktu perawatan perineum: a. Saat mandi Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu untuk itu diperlukan pembersihan perineum. b. Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pemberihan perineum. c. Setelah buang air besar Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa – sisa kooran disekitar anus untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya berdekatan. Maka diperlukan proses pembersihan dari perineum secara keseluruhan.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU POST PARTUM DENGAN LUKA PERINEUM I.
Pengkajian Tanggal ................. Pukul ............. WIB A. Data Subjektif 1. Biodata 70 % wanita yang melahirkan pervagina sedikit banyak mengalami trauma perineum (Vicky, 2006). Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Sumarrah, 2008). 2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : Gawat janin Persalinan pervainam dengan penyulit : a. Distosia bahu b. Ekstrasi tansep c. Ekstrasi vacuum Bayi lahir premature (Sumarrah, 2008). 3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga. Riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus akan mempengaruhi kemampuan diri dalam penyembuhan luka (http://hendrik science-blogspot.com). B. Data Objektif Pemeriksaan Umum KU: cenderung lemah Kesadaran : composmentis Tanda-tanda vital : - Suhu : Sekitar hari ke-4 suhu ibu akan mengalami sedikit kenaikan antara 37,2- 37,50C. Jika hari ke-2 suhu mencapai 380C harus dicurigai adanya infeksi nifas. - Nadi : Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/mnt segera setelah melahirkan. - TD : Tekanan darah normal pada masa post partum adalah kurang dari 140/90 mmHg. - RR : Resspirasi ibu nifas akan melambat segera setelah melahirkan. Pemeriksaan Fisik Inspeksi pada amogenetalia: Adanya robekan perineum. Derajat I : - mukosa vagina - fauchette pasterior - kulit perineum Derajat II : - mukosa vagina - fourchette posterior - kulit perineum - otot perineum Derajat III : - mukosa vagina - fourchette posterior - kulit perineum - otot perineum - otot spinterani eksterna Derajat V : - mukosa vagina - fourchette posterior - kulit perineum - otot perineum
-
otot spinterani eksterna dinding ruktum anterior (Sumarrah, 2008).
II.
Indentifikasi Diagnosa dan Masalah Diagnosa : Luka Perineum Masalah Potensial : Komplikasi yang terjadi diantaranya pembentukan hematoma, kerusakan jaringan, trauma jaringan, perdarahan, infeksi bahkan kematian pada ibu post partum.
III.
Intervensi Diagnosa : Luka Perineum Tujuan : Masa post partum berjalan lancar tanpa terjadi komplikasi KH : - Pemeriksaan Umum KU ibu baik Kesadaran composmentis TTV dalam batas normal (S : 36-37 ºC, N : 60-100 x/mnt, RR : 20-24 x/mnt, TD : 100/70 - 130/90 mmHg - Pemeriksaan Fisik Tidak ada tanda-tanda anemia, tidak ada tanda-tanda infeksi, penurunan TFU sesuai dengan masa involusi Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr Satu minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr Dua minggu Tidak teraba di atas symphisis 350 gr Enam minggu Bertambah kecil 50 gr Delapan Sebesar normal 30 gr minggu - Tidak ada gangguan pemenuhan nutrisi, eliminasi, pola istirahat, aktifitas, personal higien dan seksual Intervensi 1. Bina hubungan baik dengan komunikasi terapiutik R/ Terbina hubungan baik antara ibu dengan petugas, ibu lebih kooperatif 2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga R/ Pengetahuan ibu dan keluarga bertambah, ibu lebih kooperatif dan dapat mengurangi rasa cemas 3. Lakukan observasi TTV R/ Observasi tanda-tanda vital merupakan upaya deteksi dini adanya komplikasi 4. Berikan rehidrasi secara parenteral R/ Rehidrasi parenteral merupakan upaya untuk mengganti cairan yang hilang akibat perdarahan 5. Motivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tinggi karbohidrat, protein dan serat R/ Pemenuhan nutrisi ibu terjamin 6. Motivasi klien untuk menjaga kebersihan daerah genetalia dan merawat luka jahitan perineum secara rutin R/ Kebersihan daerah genetalia terjamin, perawatan luka jahitan perineum secara rutin mencegah terjadinya infeksi 7. Ajari ibu cara merawat luka jahitan perineum R/ Pengetahuan ibu bertambah, ibu dapat melakukan perawatan luka jahitan perineum sendiri 8. Motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini R/ Mobilisasi dini pasca partum dapat memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, sehingga mempercepat pemulihan pasca partum
9. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal 2 jam sekali R/ Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi, tidak terjadi bendungan ASI serta dapat membantu mempercepat involusi uteri 10. Kolaborasi dengan SpOG untuk meberikan analgetik dan antibiotik jika diperlukan R/ Ibu mendapatkan terapi yang tepat yang sesuai dengan kondisi ibu IV.
Implementasi Mengacu pada intervensi
V.
Evaluasi Mengacu pada kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA
Fowler, G.E. 2009. Obstetric Anal Sphincter Injury. Liverpool. Urodynamic Departement, Livrpool Women’s Hospital JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR Mohammed, Lotfy. 2011. Comaparative Study Between Two Perineal Management Technique Used To Reduce Perineal Trauma During Second Stage Labor . Egypt: Departement of Obstetrics and Gynecology Medicine. Diakses dari http://www.americanscience.org pada tanggal 28 April 2012 Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sumarrah, 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya Varney, Hellen. 2006. Asuhan Kebidanan Vol. 1. Jakarta : EGC Vicky, Chapman. 2006. Asuhan Kebidanan dan Kelahiran.Jakarta:EGC http://hendrik science-blogspot.com http://perpusnwu.dikti.net
ASUHAN KEBIDANAN PADA POST PARTUM DENGAN LUKA PERINEUM
Tempat Tanggal/waktu MRS Tanggal/waktu Pengkajian No. Register I.
: Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri : 26 April 2012/12.10 WIB : 1 Mei 2012/08.30 WIB : 248002
PENGKAJIAN A. Data Subyektif 1. Biodata Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “N” Umur : 36 tahun Umur : 46 tahun Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SD Pendidikan : SD Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani Penghasilan : Rp. 450.000,Penghasilan : Rp. 450.000,Alamat : Cowekan 2/3 Banyakan 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka jahitan di daerah kewanitaannya 3. Riwayat Menstruasi HPHT : Lupa ( .... Agustus 2012) Lama : 6-7 hari Banyaknya : 2 kali ganti pembalut/hari Siklus : 28 hari Teratur : ya Dismenorea : tidak ada Fluor albus : tidak ada 4. Riwayat Pernikahan Menikah : 2 kali Usia pertama menikah : 12 tahun (tahun 1988) Usia menikah kedua : 23 tahun (tahun 2001) I : Lama menikah 4 tahun, cerai, tidak punya anak II : Lama menikah 11 tahun (sampai sekarang) 5. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu mengatakan tidak pernah menderita sakit dengan gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh batuk keluar darah (TBC), gejala tekanan darah tinggi (Hipertensi), tidak menglami sesak (Asma), tidak ada gejala penyakit kencing manis (DM). Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit dengan gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh batuk keluar darah (TBC), gejala tekanan darah tinggi (Hipertensi), tidak menglami sesak (Asma), tidak ada gejala penyakit kencing manis (DM). Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya atau suaminya tidak ada yang menderita sakit dengan gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh, batuk keluar darah, sesak nafas, tidak ada gejala tekanan darah tinggi, tidak ada yang menderita kencing manis, sakit jantung, sakit kuning. 6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang Kehamilan Ibu mengatakan pada kehamilan anak ketiganya ini ibu tidak pernah mengalami keluhan apapun di awal dan tengah kehamilan. Tetapi pada
akhir kehamilan ibu mengalami perdarahan (segar dan banyak) dari jalan lahir beserta kenceng-kenceng dan juga ketuban pecah spontan pada tanggal 27-04-2012 pukul 09.45 WIB. Ibu periksa ke bidan kemudian dirujuk ke RSUD Gambiran Kota Kediri. Ibu dirujuk dengan tangan terpasang infus RL. Pada saat di kamar bersalin ibu mendapatkan penjelasan bahwa kehamilannnnya diperkirakan belum cukup bulan, sehingga harus diberikan obat untuk mempertahankan kehamilannya. Pada tanggal 30-04-2012 pukul 10.20 WIB ibu di USG oleh dr. Spesialis kandungan, hasilnya menyatakan bahwa usia kehamilannya 34-36 minggu dengan letak ari-ari letak rendah. Persalinan Ibu mengatakan merasakan mules dan dorongan meneran yang tidak dapat ditahan pada tanggal 30-04-2012 pada pukul 20.25 WIB, ternyata pembukaan lengkap. Ibu melahirkan anak ketiganya secara normal di Kamar Bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri ditolong bidan pada tanggal 30 April 2012 pukul 20.30 WIB. Jenis kelamin bayi laki-laki, BBL/PBL 2800 gr/45 cm. 7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu Persalinan Hamil
Tgl/Th
ke
Lahir
1
2002
9 bln
Normal
2
2008
9 bln
Normal
UK
Jenis persalinan
Nifas Komplikasi
Penolong
JK
BB lahir
Laktasi
Komplikasi
-
Perempuan
3500 gr
Menyusui
-
-
Perempuan
-
Menyusui
-
Ibu
Bayi
Bidan
-
Dukun
-
8. Riwayat KB Ibu mengatakan sebelum hamil anak pertama, anak kedua dan ketiga ibu menggunakan KB suntik 3 bulanan. Setelah kelahiran anak ketiganya ini ibu belum merencanakan KB yang akan digunakan. 9. Pola Kebiasaan Sehari-hari Pola nutrisi setelah melahirkan Makan : 3x sehari (nasi, sayur, tahu, tempe) Minum : 4-5 gelas/hari Perubahan makanan yang dialami: Nafsu makan sekarang mulai meningkat dibandingkan setelah melahirkan kemarin. Pola aktivitas setelah melahirkan Istirahat : 2 jam sehari Tidur : 6-7 jam sehari Ibu mengatakan sudah bisa jalan-jalan dan sudah bisa menyusui bayinya sendiri. Pola eliminasi setelah melahirkan BAB : 1x sehari BAK : 3-4 x sehari Personal higiene setelah melahirkan Mandi 2x sehari, gosok gigi saat mandi. Ganti baju dan celana dalam saat selesai mandi. 10. Riwayat Psikososial dan Spiritual Ibu mengatakan kelahiran anak ketiga ini tidak diharapkan, ibu mengaku hamil anak ketiga ini karena gagal KB (lupa jadwal suntik KB). Ibu mengatakan takut mengkonsumsi makanan yang berasal dari protein hewani setelah melahirkan, karena takut ASI menjadi amis dan luka jahitan tidak segera sembuh. Riwayat asupan nutrisi saat persalinan anak pertama dan kedua ibu selalu mengkonsumsi nasi dengan sayuran saja. Hubungan ibu dengan suami
-
-
baik, selama di rumah sakit suami selalu siap membantu ibu jika ibu membutuhkan. B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis TTV : TD : 110/70 mmHg N : 88 x/mnt S : 36 °C RR : 22 x/mnt 2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Kepala : hitam, tidak rontok, tidak ada benjolan Muka : tidak pucat Mata : tidak oedema, sklera putih, konjungtiva merah muda Hidung : simeteris, tidak ada sekret, tidak ada polip Mulut & Gigi : lidah bersih, tidak ada karies, gusi tidak berdarah Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebih Leher : tidak tampak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis Axilla : tidak tampak adanya pemebesaran kelenjar limfe Payudara : pembesaran seimbang ki/ka, putting susu menonjol ka/ki, terdapat hyperpigmentasi pada areola ki/ka, tidak ada strie ka/ki Abdomen : terdapat linea nigra dan striae albican Ekstremitas : simetris ka/ki, tidak ada varises ka/ki Vulva & vagina : terdapat luka bekas jahitan rupture perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum posterior Lokhea rubra : ± 50 cc Palpasi Kepala : tidak ada benjolan Leher : tidak teraba ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis Axilla : tidak teraba ada pembesaran kelenjar limfe Payudara : tidak teraba benjolan ka/ki, colostrums +/+ Abdomen : TFU : 1 jari dibawah pusat, UC : baik Ekstremitas : tidak ada oedem ki/ka, tanda homan negatif ki/ka
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH NO. DATA DASAR 1. Ds : - Ibu mengatakan telah melahirkan putra ketiganya dengan sehat dan selamat pada 30-4-2012 pukul 20.30 WIB secara normal ditolong bidan Ibu mengatakan saat melahirkan kemarin jalan lahir ibu robek spontan sehingga harus mendapatkan banyak jahitan Ibu mengatakan anak pertama dan keduanya dahulu juga lahir normal dan cukup bulan Do : - Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis TTV : TD : 110/70 mmHg N : 88 x/mnt S : 36 °C RR : 22 x/mnt - Pemeriksaan Fisik Abdomen : TFU 1 jari di bawah pusat, UC baik Vulva dan vagina : terdapat luka jahitan rupture perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum posterior, lokhea rubra ± 50 cc 2. Ds : Ibu mengatakan pada saat melahirkan kemarin ibu mendapat banyak jahitan di daerah kewanitaannya dan sekarang jahitannya itu terasa nyeri Do : - Vulva dan vagina : terdapat luka jahitan rupture perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum posterior, lokhea rubra ± 50 cc - Ibu terlihat berhati-hati saat berjalan 3. Ds : Ibu mengatakan takut mengkonsumsi makanan yang berasal dari protein hewani setelah melahirkan, karena takut ASI menjadi amis dan luka jahitan tidak segera sembuh Do : Ibu hanya mengkonsumsi makanan dari rumah sakit dengan sayur dan lauk tahu atau tempe saja RR : 22 x/mnt
DX/MASALAH Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan posterior
Masalah : Nyeri luka jahitan perineum
Masalah : Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas
III.
INTERVENSI NO. DX/ MASALAH 1. Dx: P3003 post partum hari ke2 dengan ruptur perineum anterior dan posterior
INTERVENSI Tujuan: Masa nifas dapat berlangsung normal dan tidak terdapat tanda infeksi pada luka jahitan perineum KH: - Pemeriksaan Umum KU: baik Kesadaran: composmentis TTV : TD : 110/70-120/80 mmHg N : 60-100 x/mnt S : 36-37 °C RR :16-24 x/mnt Pemeriksaan Fisik TFU turun + 1 jari per hari Kontraksi uterus baik Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak ada peningkatan suhu tubuh, warna kemerahan dan pembengkakan pada luka jahitan) Lochea Rubra (1-3 hari) Intervensi: 1. Jalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga
RASIONAL
1. K omunikasi terapeutik yang baik dengan ibu dan keluarga akan menumbuhkan kepercayaan terhadap tenaga kesehatan
2. Beritahukan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga
2. Pe mberian informasi pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu akan mengurangi kecemasan ibu dan
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum secara rutin
keluarga 3. Pe rawatan luka jahitan perineum secara rutin dapat membercepat penyembuhan
4. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap 4. 5. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
M obilisasi dini pasca partum akan memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, sehingga mempercepat pemulihan pasca partum
6. Ajari ibu perawatan payudara dan anjurkan ibu 5. M untuk melaklukannya secara rutin akanan yang kaya dengan zat gizi mempercepat penyembuhan luka perineum dan dapat 7. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara mengembalikan fungsi tubuh rutin 6. Pe 8. Kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan rawatan payudara membentu kelancaran produksi terapi sesuai kebutuhan ASI 2.
Masalah : Nyer i luka jahitan perineum
1. Berikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri luka jahitan perineum adalah fisiologis
7.
Pe
2. Motivasi ibu untuk selalu menjaga personal higiene khususnya daerah genetalia
8.
3.
1. Informasi yang tepat mengurangi kecemasan ibu
meberian ASI secara rutin akan mempercepat proses involusi Te rapi yang tepat sesuai kebutuhan mempercepat penyembuhan ibu
Ajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum 2. Personal higien yang baik khususnya daerah 4. genetalia mengurangi resiko terjadinya infeksi Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini secara bertahap 3. Perawatan luka jahitan perineum adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi 5.
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum secara rutin
keluarga 3. Pe rawatan luka jahitan perineum secara rutin dapat membercepat penyembuhan
4. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap 4. 5. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
M obilisasi dini pasca partum akan memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, sehingga mempercepat pemulihan pasca partum
6. Ajari ibu perawatan payudara dan anjurkan ibu 5. M untuk melaklukannya secara rutin akanan yang kaya dengan zat gizi mempercepat penyembuhan luka perineum dan dapat 7. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara mengembalikan fungsi tubuh rutin 6. Pe 8. Kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan rawatan payudara membentu kelancaran produksi terapi sesuai kebutuhan ASI 2.
Masalah : Nyer i luka jahitan perineum
1. Berikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri luka jahitan perineum adalah fisiologis
7.
Pe
2. Motivasi ibu untuk selalu menjaga personal higiene khususnya daerah genetalia
8.
3.
1. Informasi yang tepat mengurangi kecemasan ibu
meberian ASI secara rutin akan mempercepat proses involusi Te rapi yang tepat sesuai kebutuhan mempercepat penyembuhan ibu
Ajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum 2. Personal higien yang baik khususnya daerah 4. genetalia mengurangi resiko terjadinya infeksi Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini secara bertahap 3. Perawatan luka jahitan perineum adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi 5. Ajari ibu senam nifas dan anjurkan untuk 4. Pengetahuan ibu bertambah, ibu lebih kooperatif melakukannya secara rutin 3.
Masalah : Kur angnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas
6. Anjurkan ibu untuk tidak tarak makanan
5. Senam nifas berfungsi untuk mengembalikan fungsi otot tubuh dan melancarkan peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka 6. Sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang digunakan untuk regenerasi sel-sel yang rusak
1. Berikan informasi kepada ibu tentang kebutuhannutrisi yang diperlukan ibu selma masa nifas
1. Inf ormasi yang diberikan pada klien akan menambah pengetahuan klien
2. Motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bernutrisi
3. Ajari ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya sesuai dengan kemampuan ibu
2. otivasi yang diberikan pada ibu akan menumbuhkan kemauan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
M
3.
Ke
butuhan nutrisi dapat dilakukan dengan berbagai alternative cara
Ajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum 2. Personal higien yang baik khususnya daerah 4. genetalia mengurangi resiko terjadinya infeksi Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini secara bertahap 3. Perawatan luka jahitan perineum adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya infeksi 5. Ajari ibu senam nifas dan anjurkan untuk 4. Pengetahuan ibu bertambah, ibu lebih kooperatif melakukannya secara rutin 3.
Masalah : Kur angnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas
5. Senam nifas berfungsi untuk mengembalikan fungsi otot tubuh dan melancarkan peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
6. Anjurkan ibu untuk tidak tarak makanan
6. Sebagai upaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang digunakan untuk regenerasi sel-sel yang rusak 1. Berikan informasi kepada ibu tentang kebutuhannutrisi yang diperlukan ibu selma masa nifas
1. Inf ormasi yang diberikan pada klien akan menambah pengetahuan klien
2. Motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bernutrisi
3. Ajari ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya sesuai dengan kemampuan ibu
2. otivasi yang diberikan pada ibu akan menumbuhkan kemauan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
M
3.
Ke
butuhan nutrisi dapat dilakukan dengan berbagai alternative cara
IV. IMPLEMENTASI NO.
1.
DX/ MASALAH
Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 09.00 WIB Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan ruptur perineum anterior dan posterior
IMPLEMENTASI
1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga dengan bahasa yang ramah dan sopan 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi klien dalam keadaan normal, namun karena luka jahitan perineumnya yang banyak, maka ibu harus merawat luka jahitan perineum tersebut supaya tidak terjadi infeksi 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum secara rutin yaitu dengan membersihkan daerah genetalia dan jahitan dengan air bersih, kemudian mengeringkan daerah genetalia tersebut dengan handuk kering, dan memakai pembalut yang bersih dan baru setiap kali selesai BAK atau BAB
butuhan nutrisi dapat dilakukan dengan berbagai alternative cara
IV. IMPLEMENTASI NO.
DX/ MASALAH
1.
Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 09.00 WIB Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan ruptur perineum anterior dan posterior
2.
Masalah : Nyeri luka jahitan perineum
IMPLEMENTASI
1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga dengan bahasa yang ramah dan sopan 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi klien dalam keadaan normal, namun karena luka jahitan perineumnya yang banyak, maka ibu harus merawat luka jahitan perineum tersebut supaya tidak terjadi infeksi 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum secara rutin yaitu dengan membersihkan daerah genetalia dan jahitan dengan air bersih, kemudian mengeringkan daerah genetalia tersebut dengan handuk kering, dan memakai pembalut yang bersih dan baru setiap kali selesai BAK atau BAB 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap untuk memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga proses involusi dan penyembuhan luka menjadi lancar 5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yaitu dengan mengkonsumsi 3-4 porsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein setiap hari dan minum sedikitnya 3 liter air setiap hari 6. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara dan menganjurkan ibu untuk melakukannya secara rutin 7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara rutin minimal 2 jam sekali atau jika bayi menangis untuk memenhui asupan nutrisi bayi dan membantu mempercepat proses involusi uteri ibu 8. Melakukan kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan terapi sesuai kebutuhan a/p dr. SpOG Amoxicillin 500 mg 3x1 Asam Mefenamat 500 mg 3x1 Sulfat Ferros 2x1 9. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang telah diberikan sesuai dengan aturan 1.
Memberikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri luka jahitan perineum adalah fisiologis karena adanya jaringan yang terputus 2. Memberikan motivasi ibu untuk selalu menjaga personal higiene khususnya daerah genetalia 3. Mengajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
4. 3.
Masalah : Kur angnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas
Memberikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini secara bertahap
5.
Mengajari ibu senam nifas dan menganjurkan untuk memlakukannya secara rutin
6.
Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makanan
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan ibu selma masa nifas yaitu klien tidak boleh tarak terhadap makanan, khususnya makanan yang mengandung protein hewani, karena
1.
Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 09.00 WIB Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan ruptur perineum anterior dan posterior
2.
Masalah : Nyeri luka jahitan perineum
1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan ibu dan keluarga dengan bahasa yang ramah dan sopan 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi klien dalam keadaan normal, namun karena luka jahitan perineumnya yang banyak, maka ibu harus merawat luka jahitan perineum tersebut supaya tidak terjadi infeksi 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum secara rutin yaitu dengan membersihkan daerah genetalia dan jahitan dengan air bersih, kemudian mengeringkan daerah genetalia tersebut dengan handuk kering, dan memakai pembalut yang bersih dan baru setiap kali selesai BAK atau BAB 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap untuk memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga proses involusi dan penyembuhan luka menjadi lancar 5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yaitu dengan mengkonsumsi 3-4 porsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein setiap hari dan minum sedikitnya 3 liter air setiap hari 6. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara dan menganjurkan ibu untuk melakukannya secara rutin 7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara rutin minimal 2 jam sekali atau jika bayi menangis untuk memenhui asupan nutrisi bayi dan membantu mempercepat proses involusi uteri ibu 8. Melakukan kolaborasi dengan SpOG untuk memberikan terapi sesuai kebutuhan a/p dr. SpOG Amoxicillin 500 mg 3x1 Asam Mefenamat 500 mg 3x1 Sulfat Ferros 2x1 9. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang telah diberikan sesuai dengan aturan 1.
Memberikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri luka jahitan perineum adalah fisiologis karena adanya jaringan yang terputus 2. Memberikan motivasi ibu untuk selalu menjaga personal higiene khususnya daerah genetalia 3. Mengajari ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
4. 3.
Masalah : Kur angnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas
Memberikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini secara bertahap
5.
Mengajari ibu senam nifas dan menganjurkan untuk memlakukannya secara rutin
6.
Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makanan
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan ibu selma masa nifas yaitu klien tidak boleh tarak terhadap makanan, khususnya makanan yang mengandung protein hewani, karena untuk membantu proses penyembuhan luka perineum 2. Memberikan motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bernutrisi seperti yang disediakan pihak rumah sakit, selama ibu berada di rumah 3. Mengajari ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya sesuai dengan kemampuan ibu yaitu dengan makan makanan yang memenuhi nilai gizi yang diperlukan ibu selama masa nifas tetapi tidak terlalu mahal dan sesuai dengan selera ibu, seperti protein bisa diperoleh dari kacang-kacangan, tahu tempe, telor dan ikan.
V. EVALUASI Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 13.00 WIB Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan
4. 3.
Masalah : Kur angnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas
Memberikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya mobilisasi dini secara bertahap
5.
Mengajari ibu senam nifas dan menganjurkan untuk memlakukannya secara rutin
6.
Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makanan
1. Memberikan informasi kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi yang diperlukan ibu selma masa nifas yaitu klien tidak boleh tarak terhadap makanan, khususnya makanan yang mengandung protein hewani, karena untuk membantu proses penyembuhan luka perineum 2. Memberikan motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bernutrisi seperti yang disediakan pihak rumah sakit, selama ibu berada di rumah 3. Mengajari ibu untuk tetap memenuhi nutrisinya sesuai dengan kemampuan ibu yaitu dengan makan makanan yang memenuhi nilai gizi yang diperlukan ibu selama masa nifas tetapi tidak terlalu mahal dan sesuai dengan selera ibu, seperti protein bisa diperoleh dari kacang-kacangan, tahu tempe, telor dan ikan.
V. EVALUASI Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 13.00 WIB Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan posterior S : - Ibu dan keluarga mengatakan telah mengerti tentang penjelasan yang telah diberikan Ibu mengatakan telah melakukan mobilisasi dini secara bertahap dengan berjalan-jalan disekitar tempat tidur dan dan sudah dapat ke kamar mandi untuk membersihkan alat kelaminnya sendiri sesuai anjuran tanpa bantuan Ibu mengatakan telah menghabiskan porsi makanan yang disediakan rumah sakit tanpa terkecuali dan minum air putih 2 gelas Ibu mengatakan selalu menyusui bayinya sesuai jadwal yang ditentukan Ibu mengatakan sudah minum obat yang telah diberikan setelah makan yaitu Amoxicillin 1 tablet dan Asam Mefenamat 1 tablet O : - Ibu dapat mengulang semua penjelasan yang telah disampaikan petugas TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/mnt, S : 365 °C, RR : 22 x/mnt Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, uc baik Vulva dan vagina : terdapat luka bekas jahitan rupture perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum posterior, lokhea rubra ± 20 cc A : P1001 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan posterior P : - Observasi TTV Kaji keluhan, keadaan umum, kontraksi uterus dan perdarahan Motivasi ibu untuk selalu melaksanakan semua anjuran petugas Masalah : Nyeri luka jahitan perineum S : - Ibu mengatakan telah mengerti tentang semua penjelasan yang telah diberikan petugas Ibu mengatakan nyeri luka jahitan di kewanitaannya sudah berkurang
V. EVALUASI Tanggal 1 Mei 2012 Pukul 13.00 WIB Dx : P3003 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan posterior S : - Ibu dan keluarga mengatakan telah mengerti tentang penjelasan yang telah diberikan Ibu mengatakan telah melakukan mobilisasi dini secara bertahap dengan berjalan-jalan disekitar tempat tidur dan dan sudah dapat ke kamar mandi untuk membersihkan alat kelaminnya sendiri sesuai anjuran tanpa bantuan Ibu mengatakan telah menghabiskan porsi makanan yang disediakan rumah sakit tanpa terkecuali dan minum air putih 2 gelas Ibu mengatakan selalu menyusui bayinya sesuai jadwal yang ditentukan Ibu mengatakan sudah minum obat yang telah diberikan setelah makan yaitu Amoxicillin 1 tablet dan Asam Mefenamat 1 tablet O : - Ibu dapat mengulang semua penjelasan yang telah disampaikan petugas TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/mnt, S : 365 °C, RR : 22 x/mnt Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, uc baik Vulva dan vagina : terdapat luka bekas jahitan rupture perineum anterior (labia mayora kanan dan kiri) dan rupture perineum posterior, lokhea rubra ± 20 cc A : P1001 post partum hari ke-2 dengan luka jahitan perineum bagian anterior dan posterior P : - Observasi TTV Kaji keluhan, keadaan umum, kontraksi uterus dan perdarahan Motivasi ibu untuk selalu melaksanakan semua anjuran petugas Masalah : Nyeri luka jahitan perineum S : - Ibu mengatakan telah mengerti tentang semua penjelasan yang telah diberikan petugas Ibu mengatakan nyeri luka jahitan di kewanitaannya sudah berkurang O : Ibu dapat mengulang penjelasan yang telah diberikan A : Masalah nyeri luka jahitan perineum teratasi sebagian P : Motivasi ibu untuk selalu melaksanakan semua penjelasan yang telah diberikan petugas selama di rumah sakit dan ketika sudah di rumah Masalah : Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas S : Ibu mengatakan telah mengerti tentang semua penjelasan petugas O : Ibu dapat mengulang penjelasan yang telah diberikan A : Masalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya asupan nutrisi ibu nifas teratasi P : Ingatkan ibu untuk selalu melaksanakan semua penjelasan yang tetah diberikan petugas