1
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERAL
A. KONSEP DASAR 1. Definisi
Hernia didefinisikan sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia Inguinalis Indirek disebut hernia Inguinalis Lateralis yaitu hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrik inferior, kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis ( Jong 2004:527). Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. 2. Etiologi
(1) Faktor congenital Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke skrotum, processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2 hari sebelum kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu lahir masih tetap terbuka. (2) Faktor utama Terjadi setelah operasi sebagai akibat a kibat gangguan penyembuhan luka. (3) Faktor umur dan jenis kelamin Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak dari pada wanita.
1
2
(4) Faktor adipositas Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga mudah terjadi hernia. (5) Faktor kelemahan muskulo aponeurosis Biasanya ditemukan pada orang kurus. (6) Faktor tekanan intra abdominal Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, serta pada orang yang sering mengangkat berat (Nurarif AH,dkk: 2015). 3. Manifestasi Klinis
Pada kebanyakan kasus hernia, tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien yang dapat ditemui antara lain: 1.
Berupa benjolan keluar masuk/keras
2.
Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3.
Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4.
Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing. Hernia yang tak memperlihatkan gejala-gejala diketemukan pada waktu pemeriksaan rutin. Suatu penonjolan atau gumpalan pada skrotum, dan pada waktu batuk dan defekasi penonjolan semakin menonjol. Juga pada waktu meningkat sesuatu atau kegiatan fisik lainnya. Pada beberapa kasus tertentu massa menjulur sampai ke dalam skrotum, daerah pangkal paha terasa tidak enak, terutama kalau hernia membesar a) Suatu massa di daerah pangkal paha, reponibel atau inkarserata, kadang-kadang sampai ke daerah skrotum. Pada bayi dan wanita adanya masa
itu
satu-satunya
tanda
yang
ada.
Hernia
kecil
yang
tak
memperlihatkan gejala tak akan terlihat dari luar. b) Pada anak laki yang lebih besar dan pria, maka harus dilakukan penanganan sebagai berikut. Skrotum dimasuki jari telunjuk dan jari ditempatkan pada atau melalui annulus inguinalis eksterna. Instrusikan pada pasien untuk menekan (mengedan) seakan-akan hendak buang air
3
besar. Ini akan meningkatkan tekanan intraabdominal. Kantung hernia merupakan suatu struktur bagaikan balon yang menekan jari secara langsung atau dari sisi lateral. Annulus eksterna yang membesar bukan hernia, meskipun kemungkinan hernia yang menyebabkan pembesaran itu dan hernia harus dicari dengan cermat kalau annulus cukup besar sehingga jari telunjuk dapat masuk. Hernia inguinalis paling mudah diperagakan kalau pasien berdiri tetapi periksalah pasien baik dalam posisi berdiri maupun dalam posisi telentang. 4. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bers in dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan
kerusakan
yang
sangat
parah.sehingga
akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000). Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
4
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001). 5. Penatalaksanaan
1) Konservatif a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong. b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali. c. Celana penyangga d. Istirahat baring e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala. 2) Pembedahan (Operatif) : a. Herniaplasty
:
memperkecil
anulus
inguinalis
internus
dan
memperkuat dinding belakang. b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong. c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal (Nurarif AH,dkk: 2015). 6. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Abdomen
5
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks ( fekalit ), ileus terlokalisis. 2) Urinalisis Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi. 3) Elektrolit Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung. 4) ECG ( Elektrocardiograf ) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi. 5) Pemeriksaan Laboratorium. 7. Komplikasi
a. Hernia berulang b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki c. Perdarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati) e. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma f.
Retensi urin akut
g. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis (Brunner & Suddarth 2002 : 484).
6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
Data dasar pengkajian menurut Dongoes ( 2000:320) a. Aktivitas/ istirahat Gejala: 1. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk mengemudi dalam waktu yang lama. 2. Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh. 3. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Tanda: 1. Atrofi otot pada bagian tubuh terkena 2. Gangguan dalam berjalan b. Eliminasi Gejala: 1. Konstipasi 2. Mengalami kesulitan dalam defekasi 3. Adanya inkotenensia atau retensio urin c. Nutrisi/cairan Gejala: 1. Anoreksia : mual, muntah 2. Penurunan berat badan d. Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau akan semakin memburuk dengan adanya : Batuk, mengangkat, defekasi. Tanda : Nyeri pada palpasi e. Keamanan Gejala : Demam 2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif 1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan, proses inflamasi
7
Post Operatif 1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi bedah 2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
3. Intervensi
No. Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan 1.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan, proses inflamasi
Setelah dilakukan asuhan selama klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 3. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan ketakutannta 4. Dorong keluarga untuk menemani pasien
2.
Nyeri
berhubungan dengan luka
insisi bedah
Pasien mengenali awitan nyeri
nyeri, lokasi,
Mengunakan
frekuensi
tindakan pencegahan
1. Kaji karakteristik
2. Kaji faktor
Melaporkan nyeri
penyebab timbul
dapat dikendalikan
nyeri
Indikator nyeri: PQRST teratasi
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
8
4. Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik 3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi infeksi pasien tidak mengalami berhubungan infeksi dengan kriteria hasil: dengan luka Klien bebas dari gejala insisi infeksi dan ditandai dengan adanya kalor bedah/operasi (panas), dolor (nyeri), rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), fungsiolaesa (perubahan fungsi) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal 6.0-12.0 (10ᶺ3/µL) Menunjukkan perilaku hidup sehat Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal Resiko
4.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil: Jumlah jam tidur dalam batas normal Pola tidur,kualitas dalam batas normal
1. Pertahankan teknik aseptif 2. Batasi pengunjung bila perlu 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 7. Tingkatkan intake nutrisi 8. Berikan terapi antibioti
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
9
Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat Mampu mengidentifikasi halhal yang meningkatkan tidur
3. Kolaborasi pemberian obat tidur 4. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien 5. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
4. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). 5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
10
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC. Nurarif A.H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta :Mediaction. Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta . Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Sesa, Indri Mayasari, Asri Ahram Efendi. 2012. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis Yang dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Anutapura Pal . Palu: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi revisi.Jakarta: EGC.