PROGRAM STUDI DIPLOMA STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2018
A. JUDUL BODY PUZZLE B. LATAR BELAKANG Terapi bermain adalah bagian asuhan keperawatan pada anak, merupakan
salah satu intervensi yang efektif untuk menurunkan kecemasan hospitalisasi. Terapi bermain mempunyai dampak positif untuk melanjutkan proses tumbuh kembang selama anak dilakukan rawat inap (Hockenberry & Wilson, 2011). Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf bernama Ian Robertson, puzzee dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan (Wong, 2009). Berdasarkan observasi selama praktek di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari tanggal 30 Juli sampai 4 Agustus 2018, didapatkan anak yang dirawat sebanyak 32, yang menjadi sasaran kelompok anak usia 4-7 tahum. Kelompok memilih terapi bermain body puzzle. Terapi bermain ini berperan meningkatkan fungsi konsentrasi dan kemampuan menyebutkan anggota tubuh. Melalui kegiatan terapi bermain ini akan membantu anak mengembangkan hubungan
sosial dengan orang lain. Anak tidak takut lagi saat diajak berkenalan. Anak menjadi senang sehingga mengurangi kejenuhan selama dirawat dan mencegah kecemasan (takut) saat diajak berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain. C. PESERTA TERAPI BERMAIN Nama Umur
Keadaan umum anak
D. TUJUAN 1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak usia 4-7 tahun selama 30 menit, di harapkan mampu meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak. 2. Tujuan Khusus Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali diharapkan anak mampu : a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan. b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan dirawat. c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak. d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan. e. Untuk menambah pengetahuan mengenali fungsi anggota tubuh. E. MEDIA
Puzzle 6 keping 3 buah dan 10 keping 1 buah. F. METODE PERMAINAN 1. Meminta anak untuk menyebutkan nama masing-masing. 2. Membagikan puzzle setiap anak satu puzzle.
3.
Mengacak kepingan setiap puzzle.
4.
Meminta anak menyusun puzzle.
5.
Setelah selesai menyusun puzzle, anak diminta untuk menyebutkan nama dan fungsi bagian tubuh yang telah disusun.
G. PELAKSANAAN KEGIATAN TERAPI BERMAIN H. PENGORGANISASIAN KELOMPOK 1. Leader 2. Fasilitator 3. Observer I. SETTING TEMPAT J. EVALUASI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN