LAPORAN KERJA PRAKTEK
PADA STRUKTUR PELAT LANTAI GEDUNG KANTOR PUSAT DRAINASE KOTA BANDA ACEH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan
Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Disusun oleh :
E L V A N 1007210040-P
JANUARGO BENU 0807210039
INDAH PERMATA SARI 0807210027
Diketahui Oleh : Disetujiu oleh :
Dekan Fakultas Teknik Dosen Pembimbing
(Rahmatullah, ST, MSc) (Ir. Tri Rahayu,M.Si)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA PENGANTAR
Assalammu'alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang atas berkat rahmat dan karunia-Nya, maka akhir nya kami dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek lapangan pada " STRUKTUR PELAT LANTAI PADA GEDUNG KANTOR PUSAT DRAINASE KOTA BANDA ACEH ".
Guna melengkapi tugas dan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Tenik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, kami telah melaksanakan kerja praktek untuk struktur plat lantai pada gedung Kantor Pusat Drainase Kota Banda Aceh.
Berdasarkan apa yang kami lihat dan kami amati langsung pada proyek tersebut maka disini kami mencoba untuk menyusun laporan ini.
Dalam laporan ini akan kami kemukakan tentang berbagai hal mengenai pengetahuan teknik, khususnya bidang jurusan Teknik Sipil yang didapat diperkuliahan selama ini dengan praktek langsung dilapangan.
Dengan selesainya penulisan laporan Kerja Praktek Lapangan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada:
Bapak Rahmatullah, ST. MSc., Selaku Dekan Fakultas Teknik dan pejabat sementara Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ibu Irma Dewi.ST.M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ibu Ir. Tri Rahayu,M.Si selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
Bapak Mulyanto, ST, selaku Project Manager.
Abangda Saiful Anwar,ST, Selaku Pengawas Lapangan.
Kepada Orang Tua yang telah memberikan dukungan sehingga terlaksananya Praktek Kerja Lapangan.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami kerjakan ini masih jauh dari sempurna, nnamun kami harapkan agar laporan yang sederhana ini mempunyai arti guna mendorong pengembangan ilmu di Fakultas Teknik Sipil khusus nya di Universitas Muhammdiyah Sumatera Utara. Dan kami mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan pada masa-masa mendatang.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Medan, Maret 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
UMUM
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.
Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu. Hal ini terkait dengan metode penentukan besarnya biaya yang diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat pekerjaan konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan yang baik akan menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan konstruksi, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidak-nyamanan publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi, persiapan dokumen dan tender, dan lain sebagainya.Untuk membuat sebuah bangunan dibutuhkan struktur bangunan yaitu bagaimana membuat konsep dasar dari sebuah bangunan yang satu sama lain saling terkait dan memberikan kontribusi terhadap apa yang dibebankan.
Konstruksi bangunan diterapkan sebaik mungkin karena hal ini menjamin kekuatan, estetika dan umur sebuah bangunan. Dengan konstruksi bangunan yang kokoh maka menjamin umur bangunan tersebut lama dan yang terpenting adalah aman untuk digunakan.
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui bagaimana dalam melaksanakan proyek pembangunan Gedung Kantor Pusat Drainase Kota Banda Aceh.
Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah :
Untuk mengetahui secara langsung bagaimana pekerjaan pembangunan dan pelaksanaan gedung di lapangan.
Untuk mengetahui hal-hal atau ketentuan dasar-dasar perencanaan beton bertulang menurut SKSNI menyangkut pekerjaan pelat lantai dari pembangunan gedung.
Untuk mengetahui cara bagaimana perhitungan dalam struktur plat lantai.
Serta bagaimana cara mengatasi segala masalah –masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat meghasilkan mutu kerja yang baik dan bermanfaat.
1.3 Batasan Masalah
Dalam proyek pembangunan gedung kantor pusat drainase ini dibatasi pada perencanaan struktur pelat lantai karena berhubungannya waktu yang diberikan dalam kerja praktek ini hanya tiga bulan, maka kami hanya dapat mengikuti pada masalah pembuatan pelat lantai.
BAB II
ORGANISASI PROYEK
Dalam proyek pembangunan gedung Kantor Pusat Drainase yang berlokasi di Kota Banda Aceh merupakan proyek pemko Banda Aceh dan disubkan kepada konsultan yaitu PT. Adhi Karya direncanakan dan diatur dalam sebuah struktur organisasi dengan jelas. Dimana sebuah proyek konstruksi ini terdapat pihak- pihak yang terkait sebagai berikut :
Owner / Pemilik Proyek
Konsultan Perencanaan
Pelaksana /Kontraktor
Pengawas / Direksi
Semua unsur yang terkait didalam suatu organisasi kerja harus terpisah satu sama lain dalam artian tidak boleh dirangkap.
Agar proses diatas berlangsung dengan baik, dibutuhkan suatu wadah dalam bentuk struktur organisasi. Struktur organisasi formal akan menunjukan hal-hal berikut :
Macam-macam pokok kegiatan organisasi
Pembagian menjadi kelompok atau subsistem
Adanya hirarki, wewenang dan tanggung jawab bagi kelompok dan
Pimpinan
Pengaturan kerjasama, jalur pelopor, dan komunikasi, meliputi jalur
vertical dan horizontal
Bentuk struktur formal yang terkenal adalah fungsional, produk, area dan matriks.
2.1 Owner /Pemilik Proyek
Owner atau pemilik proyek adalah orang atau pihak yang memiliki suatu pekerjaan yang diserahkan untuk direalisasikan oleh pelaksana atau kontraktor. Karena proyek pembangunan gedung adalah proyek pemerintah, maka dalam hal ini yang bertindak sebagai pemilik adalh Departemen Pekerjaa Umum.
Adapun tugas dan hak dari owner antara lain adalah sebagai berikut :
Memeriksa hasil pekerjaan dari kontraktor
Menerima hasil pekerjaan
Membayar harga proyek
2.2 Konsultan Perencanaan
Pada proyek pembangunan gedung yang dilaksanakan ini adalah merupakan proyek pemko Banda Aceh dan disubkan kepada konsultan yaitu PT. Adhi Karya.
Adapun tugas dari konsultan perencanaan adalah sebagai berikut :
Sebagai perencana yang bertugas membuat desain sesuai dengan yang diinginkan oleh owner.
Sebagai wakil yang bertugas untuk ikut serta mengawasi pekerjaan proyek dilapangan.
2.3 Pelaksana / Kontraktor
Adalah pihak yang diberi tugas untuk melaksanakan suatu pekerjaan oleh pemilik proyek sesuai dengan rencana dan desaing yang telah dibuat. Badan Usaha Milik daerah Kota Banda Aceh yaitu PT. Adhi Karya adalah pihak yang memenangkan tender pekerjaan proyek pembangunan gedung Gedung Kantor Pusat Drainase Kota Banda Aceh ".
2.4 Pengawas / Direksi
Untuk kelancaran pekerjaan dan menjaga terjaminnya hasil pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dibentuk kelompok pengawas yang terdiri dari staff ahli. Dalam proyek ini mereka terdiri dari tenaga ahli dari Departemen Pekerjaan Umum.
Direksi bertugas untuk mengawas pelaksanaan pekerjaan kontraktor. Mereka juga memberi bantuan berupa petunjuk untuk pelaksanaan dolapangan, memeriksa bahan – bahan yang digunakan, mengawasi jadwal pekerjaan agar tidak dari rencana dan membuat penilaian atau evaluasi dari pekerjaan kontraktor.
Selain dari pada itu, pada waktu pelaksanaan tender, mereka juga bertindak selaku panitia pelaksana tender yang antara lain bertugas :
Mengadakan pengumuman tender yang akan dilaksanakan
Memberikan penjelasan mengenai rencana kerja dan syarat – syarat pekerjaan tersebut
Membuat berita acara penjelasan
Melaksanakan pembukuan surat penawaran
Mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang tender dan sebagainya.
BAB III
MATERI PEMBAHASAN
3.1. Defenisi Beton Bertulang
Beton berulang terdiri dari bahan beton dan baja. Beton dan baja membentuk material komposit dengan ikatan diantaranya disebut dengan lekatan (bond ).Beton adalah material yang dapat menahan gaya tekan ( compression ) yang besar, tetapi sangat lemah terhadap gaya tarik ( kekuatan tarik beton kecil yang dapat diabaikan ). Kekuatan tarik ini diperkuat ( reinforced ) oleh tulangan baja (reinforcement ). Oleh sebab itu material komposit ini disebut beton bertulang yang dapat menahahn tarik dan tekan. Beton tanpa tulangan hanya dapat memikul beban yang relatif kecil karena timbul retak beton akibat tarik. Dengan adanya tulangan baja maka beton bertulang (baja ) dapat menahan beban lentur yang jauh lebih besar dibandingkan beton tanp ttulangan.
3.2. Material Beton
Beton adalah campuran dari :
Semen
Agregat kasar ( batu belah, kerikil )
Agregat halus (pasir)
Air
Semen
Semen adalah bahan pengikat yang bersifat kohesif dan adhesif. Kegunaan dari semen ini adalah untuk bahan pengikat yang akan mengikat bahan – bahan agregat kasar dan abregat halus dengan bantuan air sehingga bahan – bahan terssebut akan membentuk kesatuan – kesatuan yang disebut beton.
Semen yang digunakan harus bermutu baik, berat dan volume tidak kurang dari ketentuan – ketentuan biasa dan harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam NI-18 (Normalisasi Semen Portland Indonesia ).
Agregat kasar (batu belah, kerikil )
kerikil adalh butiran yang harus dapat melalui ayakan berlobang 76 mm dan tertinggal diatas ayakan 5 mm. Kerikil untuk beton harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan PBI 1971 sebagai berikut :
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desentregasi alam dan batuan – batuan. Pada umumnya dimaksudkan dengan agregat kasar butir dari 5 mm sesuai dengan syarat – syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu.
Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori, agregat kasar yang mengandung butir – butir ini hanya dipakai apabila jumlah butir – butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari butir agregat seluruhnya. Butir – butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh – pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lempung lebih dari 1% (ditentukan dengan berat kering ) yang artinya dengan lumpur adalah bagian – bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lempeng melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandumg zat – zat yang dapat merusak beton, seperti zat – zat reaktif alkali.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana rudeloff dengan benda uji 20 ton dimana dipenuhi syarat-syarat berikut:
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat.
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-20 mm lebih dari 22% berat.
Agregat kasar harus terdiri dari butir - butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan ditentukan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
Sisa siatas ayakan 31,5 mm 0% berat.
Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
Selisih sisa – sisa komulatif diatas ayakan yang berurutan adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
Besar butir harus maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plot atau tigaperempat dari jarak bersih minimum diantara batang – batang atau berkas – berkas tulangan, penyimpanan dari batasan ini dizinkan apabila menurut penilaian pengawasan ahli cara- cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi nya sarang – sarang kerikil.
Agregat halus (pasir )
Pasir adalah butiran – butiran yang halus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm dan tertinggal diatas ayakan berlubang persegi 0,075 mm,
Pasir untuk adukan plesteran dan untuk beton bertulang harus memenhi syarat – syarat sebagai berikut :
Butiran – butiran ppasir harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan air.
Kadar limpur tidak boleh lebih dari 5%.
Warna larutan dari pengujian 3%Natrim Hidroksida akibat adanya zat – zat
organik, tidak boleh lebih tua dari warna standartd.
Pasir untuk beton harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 sebagai berikut :
Pasir untuk beton dapat berupa pasir atau sebagai hasil ddesentegrasi alami dari batuan – batuan yang dihasilkan oleh pemecah batu, seuai dengan syarat – syarat mutu agregat untuk berbagai mutu beton.
Pasir halus terdiri dari butir - butir tajam dan halus dan keras, butir – butir halus harus bersifat kekal artinya tidk pecah atau hancur oleh pengaruh - pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
Pasir tidak boleh mengandung bahan – bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams Hardu ( larutan NaOH ). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai asal kekuatan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dengan air hingga bersih.
Pasir halus terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan ditentukan harus memenuhi syarat – syarat :
Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat.
Sisa siatas ayakan 1 mm minimum 10% berat.
Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80-90% berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua beton, terkecuali ada petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan.
Air
Untuk membuat dan merawat beton dapat dipakai jenis – jenis air sebagai berikut :
Air tawar yang dapat diminum.
Air sungai yang tidak mengadung lumpur.
Air yang tidak mengandung minyak dan benda – benda yang mengapung.
Air yang bereaksi netral terhadap kertas lakmus:
Sulfat lebih dari 5 gram / liter dihitung sebagai SO3
Clhoride lebih dari 15 gram / liter dihitung sebagai Cl.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi :
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan organis atau bahan – bahan lain yang dapat merusak beton / baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
Apabila terdapat keragu – raguan mengenai air dianjurkan untuk mengirim contoh air tersebut kelaboratorium, diselidiki sampai seberapa jauh air tersebut mengandung zat – zat yang dapat merusak beton dan tulangan.
Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila kelewatan tekanan moretel dengan memakai air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari paling sedikt adalah 90% dari kekuatan tekan moretel dengan memakai air suling pada umur yang sama.
Jumlah air yang dapat dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat – tepatnya sesuai dengan keterangan diatas maka air sungai mempengaruhi mutu beton.
Reaksi semen dan air memebentuk pasta yang dapat mengikat pasir dan batu belah menjadi bahan beton yang bersifat keras seperti batu. Proses pembentukan pasta ini disebut proses HIDRASI. Proses hidrasi membutuhkan waktu dari lembek sampai dengan keras. Pada saat lembek adukan beton dapat dicor pada cetakan ( Form Work / Bekisting) yang telah diberi tulangan baja. Setelah beton mengeras, material komposit beton bertulang dapat digunakan sebagai elemen struktur ( balok, kolom, dan pelat ) yang dapat menahan beban.
3.3. Material Baja
Baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik – pabrik baja yang terkenal dapat dipakai umumnya setiap pabrik mempunyai standard mutu dan jenis baja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikian pada umumnya baja tulangan yang terdapat dipasaran indonesia dapat dibagi dalam mutu yang tercantum di bawah ini :
Tabel : Tegangan Leleh Karakteristik
Mutu
Sebutan
Tegangan leleh karakteristik (Tau) atau Tegangan karakteristik yang menimbulkan tegangan 0,2% (0,2) kg/cm
U-22
Baja Lunak
2200
U-24
Baja Lunak
2400
U-32
Baja Sedang
3200
U-39
Baja Keras
3900
U-48
Baja Keras
4800
Sumber : Dasar-dasar Prencanaan Beton Bertulang
Yang dimaksud dengan tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap 0,2% adalah tegangan yang bersangkutan dimana dari sejumlah besar hasil – hasil pemeriksaan kemungkinan adanya tegangan yang kurang dari tegangan terbatas sampai 5% saja. Tegangan leleh minimum dan tegangan tetap 0,2% yang dijamin oleh pabrik pembuatnya dengan sertifikat dapat dianggap sebagai tegangan karakteristik bersangkutan. Bagi tulangan dengan mutu yang tidak tercantum dalam daftar diatas dapat dipakai asal mutu tersebut dijamin oleh pabrik pembuatnya dengan sertifikat.
Baja tulangan dengan mutu yang meragukan harus diperiksa dilembaga pemeriksaan bahan– bahan yang diakui. Lembaga tersebut akan memberikan pertimbangan dan petunjuk – petunjuk dalam penggunaan jenis baja tersebut.Baja tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang dprofilkan. Yang dimaksud dengan batang polos adalah prosmatis atau dipuntir yang dipermukaan nya diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang. Dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kaki diameter pengenalnya. Apabila tidak ada data yang meyakinkan (misalnya keterangan dari pabrik atau hasil-hasil pemeriksaan laboratorium) maka batang yang diprofilkan dengan rusuk yang tidak memenuhi syarat diatas atau batang lain yang tidak dipuntir dengan batang persegi, lonjong atau berbentuk salib yang permukaan nya bertakik harus dianggap sebagai batang polos.
Didalam perhitungan luas penampang batang yang polos yang tidak berpenampang bulat dan btang diprofilkan harus diambil ¼ π dp² (dimana: dp= diameter pengenal). Yang dimaksud dengan diameter pengenal (dp) adalah diameter batang yang berpenampang bulat yang mempunyai panjang dan isi yang sama dengan batang yang ditinjau, apabila g adalah berat batangpermeter dalam kg, maka diameter pengenal bulat dalam mm dapat dihitung dengan rumus:
dp =12,8 ῑ g
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan daimeter minimum 1 mm yang telah dipijarkan dahulu dan tidak bersepuh seng.
Berkas tulangan hanya boleh terdiri dari 2,3 atau 4 batang yang sejajar. Batang-batang yang diprofilkan dengan diameter tidak kurang dari 19 mm. Diameter batang tulangan didalam berkas tidak boleh berselisih yang satu terhadap yang lain dari 3 mm pada setiap penampang dan harus diikat erat dengan kawat pengikat dengan diameter minimum 2,5 mm dan dengan jarak pengikat tidak lebih 24 kali diameter pengenal batang terkecil. Dalam pelaksanaan besi dalam konstruksi ini secara keseluruhan dipilih besi tulangan dalam negeri dengan mutu standard U-24 sesuai spesifikasi proyek ini (Bestek).
3.4 Pengertian Pelat Beton Bertulang
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).
a. Tumpuan Pelat
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti pada gambar (a) atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan seperti pada gambar (b). Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit seperti pada gambar (c), atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal dengan pelat cendawan, seperti gambar (d).
b. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :
1) Terletak bebas
Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut, lihat gambar (1). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.
2) Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat. (lihat gambar (2))
3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat gambar(3)).
c. Sistem Penulangan Pelat Beton Bertulang
Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one way slab)
Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two way slab)
1. Penulangan pelat satu arah
a. Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.
Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada gambar di bawah).
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.
Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak Atas (gambar (a)), Pada garis tersebut hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbol-simbol sbb :
BAB IV
PELAKSANAAN DILAPANGAN DAN PERHITUNGAN
4. 1. Pelaksanaan Dilapangan
Setelah pengecoran kolom selesai, maka dilanjutkan dengan pekerjaan balok dsan pelat lantai. Prosesnya adalah:
Pekerjaan perancah
Pekerjaan pengukuran dan bekisting
Pekerjaan pembesian
Leveling pengecoran pelat lantai
Pekerjaan kontrol kualitas
Pekerjaan pengecoran
Pekerjaan curing
4. 1.1. Pekerjaan perancah
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara Asia seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai perancah.
4. 1.2. Pekerjaan pengukuran dan bekisting
Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai-1 didahului dengan pengukuran posisi balok.Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan pada kolom lantai bawahyang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran yang didasarkan pada tanda as bangunandari kolom ini ditujukan untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok.
Berdasarkan pengukuran tersebut, maka bekisting balok dan pelat dapat difabrikasi pada posisi yang benar diatas perancah yang telah disiapkan. Pengaturan level balok dan pelatdapat dilakukan dengan mengatur ketinggian perancah ( U-head scaffolding ).
4. 1.3. Pekerjaan pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap, besi tulangan yangtelah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat lantai. Panjang penjangkaran dipasang 30x diameter tulangan utama, juga menggunakan kait.Selain itu perlu dipasang korset sejumlah 4 buah dalam tiap meter persegi untuk penulangan pelat lantai. Pekerjaan ini adalah untuk mengantisipasi terjadinya penurunan posisi tulanganatas.
4. 1.4. Pengecoran Pelat Lantai
Agar pengecoran pelat lantai dan sloof mencapai level yang benar dan tidak terjadi perbedaantinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling pengecoran. Leveling pengecorandibuat dari besi siku L 50.50.5 yang ditumpukan pada beberapa titik besi beton. Besi betonini ditancapkan pada lantai kerja hingga posisi besi siku L 50.50.5 tidak lagi bergeser.Penempatan besi siku L 50.50.5 diukur dengan waterpass dan diukur pada level sesuaigambar desain. Penempatan siku L 50.50.5 ini dibuat sedemikian hingga sulit untuk turun dan bergeser, tapi mudah untuk dicabut.
4. 1.5. Pekerjaan Kontrol kualitas
Sebelum dilakukan pengecoran secara serentak, perlu dilakukan control kualitas yang terdiriatas dua tahap yaitu :
1. Sebelum pengecoran.
Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
Posisi dan penempatan bekisting.
Posisi dan penempatan pembesian.
Jarak antar tulangan.
Panjang penjangkaran.
Ketebalan beton decking.
Ukuran baja tulangan yang digunakan.
2. Pada saat pengecoran.Pada saat berlangsungnya pengecoran, readymix truck yang datang diambil sampelnya.Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.Pekerjaan control kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan control kualitas.
4. 1.6. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan readymix truck yang dibantu dengan penggunaan concrete pump mengingat lokasi pengecoran yang relatif jauh dari akses transportasi truck.. Dalam halini pengecoran dilakukan secara sekaligus balok dan pelat seluruh lantai satu. Untuk mempercepat proses pengecoran dipakai concrete pump. Pengecoran dibantu dengan alat vibrator untuk meratakan campuran beton. Selanjutnya finishing lantai cor ini adalah ratanamun dibiarkan kasar karena selanjutnya ada finishing dengan material lain.
4. 1.7. Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selasai dilakukan dengan meletakkan karung goni yang dibasahi dengan air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
4. 2. Perhitungan dan Perencanaan Pelat Lantai
Pelat lantai Kantor Pusat Drainase Kota Banda Aceh di rencanakan dengan data-data sebagai berikut:
Pelat lantai pada keadaan lingkungan kering
Mutu beton f'c = 30 MPa (300 kg/cm2)
Mutu baja f'y = 400 MPa (4000 kg/cm2)
Panjang pelat lantai L = 6,0 m (6000 mm)
Lebar balok b = 30 cm (300 mm)
Beban
Wl = 400 kg/m2 = 4 KN/m2
Wd = 50 kg/m2 = 0,5 KN/m2
Perencanaan atau Penyelesaian
Perhitungan
1. Perhitungan syarat batas panjang batang
L = + 100 mm
= 6000 + 100
= 6100 mm
2. Perhitungan tebal pelat
Lebar bentang batang
h min / tebal pelat rencana diambil = 254 mm
3. Perhitungan beban-beban
Wu = 1,2 wd + 1,6 wl
Wu = 0,254 x 24 = 6,10 KN/m2
Wd = 0,5 = 0,5 KN/m2
= 6,60 KN/m2
Wd Total
Wl = 4 Kn/m2
Wu = (1,2 x 6,60) + (1,6 x 4)
= 14,32 KN/m2
= 1432 kg/m2
4. Perhitungan moment-moment
- MA =
= 16,134 KNm
- M Lapangan Bentang = = 27,66 KNm
- MB = = 43,023 KNm
5. Hitungan Tulangan
Diketahui
Tebal pelat h = 254 mm
Selimut beton = 20 mm (ØD = 2 mm)
Diamater tulangan utama rencana ØD = 19 mm
Tinggi efektif d adalah
d = h – p – ½ ØD = 254 – 20 – ½ 19 = 224,5 mm
- Moment jepit
MA = 16,134 KNm
= 266,76 KN/m2
Asti =
= 0,0011 x 1,2 x 0,2245 x 106
= 296,3 mm2 = 30 cm
- Moment lapangan (bentang)
M lapangan
= 745 KN/m2
Syarat : < <
Kontrol = 0,0018 < 0,0029 < 0,0203 Ok
Asi =
= 0,0029 x 1 x 0,2245 x 106
= 651 mm2 (6,51 cm2)
- Tulangan pembagi menurut pasal 3.16.12 SKSNI
As =
=
= 378 mm2 (3,78 cm2)
- Moment tumpuan
MB = 39,208 KNm
= 784,544 KN/m2
Kontrol
0,0018 < 0,00384 < 0,0203 Ok
Ast = x bd x 106
= 0,00384 x 1 x 0,2245 x 106
= 862 mm2 (8,6 cm2)
- Tulangan pembagi
As = 378 mm2 (3,78 cm2)
6. Pemilihan tulangan
- Moment jepit
Asti = 350 mm2
Dipilih = ØD 8 – 7 = 352 mm2
- Tulangan pembagi
Tul. Praktis = ØD 8 – 6 = 302 mm2
- Moment lapangan
Asi = 534 mm2
Dipilih = (ØD 8 + ØD 10) – 350 = 544 mm
didapat = ØD 10 – 7 = 550 m
- Tulangan pembagi
As = 378 mm2
Dipilih = (ØD 10 - 5) = 393 mm2
- Moment tumpuan
Ast = 707 mm2
Dipilih (ØD 10 - 9) = 707 mm2
- Tulangan pembagi
As = 378 mm2
Dipilih (ØD 10 - 5) = 393 mm2
7. Kontrol pemeriksan lebar retak
Persyaratan SKSNI untuk lantai dengan f'y = 400 MPa adalah ØD 36 mm : As maks = 1085 dan pada perhitungan dengan ØD 19 mm : As maks = 862 untuk semua penampang dinyatakan AMAN karena syarat di atas telah tercapai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Dalam pembangunan gedung bertingkat ada beberapa jenis material yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan material baja. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti plat, kolom, balok, maupun kolom-balok. Masing-masing bagian elemen-elemen tersebut memikul gaya-gaya seperti momen, normal, maupun lintang walaupun persentasenya berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu pembangunan gedung-gedung bertingkat menjadi solusi kebutuhan lahan yang terus meningkat pada saat ini. Pertumbuhan daerah perkotaan yang sangat pesat menimbulkan penyempitan lahan yang semakin cepat.
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan beton adalah:
Faktor air semen, yaitu perbandingan berat air adukan dengan berat semen didalam campuran beton, harus tetap sesuai dengan yang direncanakan. Tidak boleh ada tambahan air adukan atau pengurangan air adukan selama pembetonan.
Pembetonan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga campuran seragam (uniform),baik sewaktu pengadukan maupun penuangan sampai penyelesaian akhir.
Beton harus mudah dikerjakan, meliputi mudah diisi kecetakan dengan baik, mudah dituang dan mudah dipadatkan (tidak terjadi segregasi ataupun bleeding).
Perawatan (curing).
5. 2. Saran
Waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan selam 3 bulan memang tidak memungkinkan bagi kami untuk mengikutin seluruh kegiatan di proyek sampai selesai.ditambah lagi kegiatan ini harus dilakukan disela-sela jadwal perkuliahan sehingga tidak mungkin bagi kami untuk menumpahkan seluruh perhatian kepada kegiatan dilapangan. Namun demikian kami merasa banyak menerima masukan dan pengalaman yang kami peroleh dibangku perkuliahan. Sehingga setelah kami melakukan kerja praktek ini sedikit banyak nya kami bisa menambah wawasan kami dalam bidang teknik sipil yang dapat kami manfaatkan setelah kami menyelesaikan kuliah dan terjun kemasyarakat.
Hal yang paling kami rasakan selama mengikuti kerja praktek ini adalah penyimpangan antara materi kuliah dengan praktek dilapangan. Sangat kami rasakan kurangnya pengetahuan praktek yang banyak dipergunakan dilapangan. Sementara teori-teori yang kami peroleh dibangku kuliah masih kurang aplikasinya.
Untuk itu kami rasa ssangat penting apabila materi-materi yang diperoleh dibangku perkuliahan diselaraskan dengan aplikasi-aplikasi yang banyakditerapka dilapangan. Dengan demikian, seorang sarjana sipil yang diluluskan oleh perguruannya akan mempunyai bekal sedikit pengetahuan dilapangan.pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya manajemen pengelolaan proyek, termasuk masalah tender dan pengelolaan suatu pekerjaan agar berhasil dengan baik adalah diantaranya bekal yang rasanya penting sekali untuk dimiliki oleh seorang sarjana sipil.
Namun demikian, kami merasa puas dimana dengan mengikuti kerja paraktek ini kami memperoleh pengetahuan yang banyak yang dapat kami terapkan nantinya di masyarakat.
LAMPIRAN
Gambar 1. Lokasi Pembangunan Gedung Kantor Pusat Drainase Kota Banda Aceh
Gambar 2. Pemasangan perancah (scaffolding)
Gambar 3. Pemasangan Bekisting Pelat Lantai
Gambar 4. Pemasangan tulangan
Gambar 5. Memeriksa Jarak tulangan Pada Pelat Lantai
Gambar 6. Pemasangan Tahu Beton
Gambar 7. Tulangan yang telah selesai dipasang
Gambar 8. Tulangan utama yang telah selesai dipasang
Gambar 9. Slam Test Pada Campuran Sement Portland
Gambar 10. Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai
Gambar 11. Pengecoran Pelat lantai yang telah selesai