LAPORAN ENTOMOLOGI PEMBUATAN AWETAN NYAMUK
Oleh: Uut Shofrul Khuthuroh (B1403008)
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK BANJARNEGARA 2016
A. Judul Praktikum
Membuat Awetan Nyamuk B. Latar belakang
Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Menkes, 2010). Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit seperti yang sudah di jelaskan di atas (Nurmaini,2001). Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut (Menkes, 2010). Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih
banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu (Nurmaini,2001). Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak maungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan. Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Arthros yang berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda adalah binatang yang kakinya beruas-ruas termasuk juga bagian perut (abdomen) dan dada (toraks) yang beruas-ruas, contoh : nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki seribu. Arthropoda berpengaruh bagi kesehatan manusia yaitu sebagai vektor (penular) penyakit dan sebagai penyebab penyakit. Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat. Dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme penyakit dari penderita kepada orang yang sehat dan juga sebagai hospes intermedier dari mikroorganisme tersebut, contoh : nyamuk dan lalat. Arthropoda juga dapat sebagai penyebab penyakit atau menimbulkan gangguan seperti entomophoby, annoyance, kehilangan darah, kerusakan alat indera, racun serangga, dermathosis, alergi, dan miyasis. Nyamuk Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera. Kelas ini disebut kelas hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya morfologi dan susunan tubuh kelas insekta ini sesuai dengan
ciri-ciri umum dari filum arthropoda yaitu kepala, toraks, abdomen dengan bagian tubuhnya mempunyai batas batas yang jelas . Contoh nyamuk aedes aegypti, anopheles, culex dan mansoni.
C. Tujuan
Mahasiswa mengetahui tujuan dan pengawetan, penyimpanan dan pengiriman nyamuk
Mahasiswa mengetahui cara-cara pengawetan, penyimpanan dan pengiriman nyamuk
Mahasiswa dapat melakukan cross check/pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Mahasiswa mengetahui macam-macam cara pengawetan nyamuk
D. Dasar teori
Pengawetan
nyamuk
dan
pinjal
dilakukan
untuk
bahan
dokumentasi (arsip) dan bahan penataran serta sebagai pemeriksaan ulang (cross check). Dari pengawetan nyamuk dan pinjal tersebut kita dapat dengan mudah mengetahui morfologi serta jenis dari sampel yang digunakan untuk pengawetan tanpa mengidentifikasinya terlebih dahulu. Pengawetan yaitu suatu teknik atau tindakan yang digunakan oleh manusia pada suatu bahan sedemikian rupa, sehingga bahan tersebut tidak mudah rusak. Istilah awet merupakan pengertian relatif terhadap daya awet alamiah dalam kondisi yang normal. Daya keawetan bahan berbeda antara beberapa hari dan beberapa bulan . Sediaan permanen adaalah sediaan tetap memberikan kemungkinan untuk membeda-bedakan spesies dengan penelitian yang mendalam atas struktur dan dapat digunakan untuk demontrasi atau referensi. Daya pembuatan pining digunakan agar dapat mempertahankan keadaanya dari berbagai hal yang bisa merusak dirinya agar tetap kuat dan tidak mudah rusak (anonim 2000). Pembuatan awetan nyamuk yang biasa digunakan dengan kertas point, selain itu pembuatan slidemikroskop. Metode ini dikhususkan untuk
serangga yang kecil yang tubuhnya berpigmen dan harus diperiksa di bawah mikroskop untuk menentukan spesiesnya. Adapun metode pengawetan serangga seperti ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Pengawetan serangga secara semi permanen b. Pengawetan serangga dengan menggunakan larutan pengawet (formalin) Pengawetan serangga ini menggunakan bantuan larutan pengawet formalin. Tingkatan formalin disesuaikan dengan kondisi anatomi tubuh serangga yang mau diawetkan, untuk serangga yang berkulit lunak maka prosentasenya formalin 4% sedangkan untuk serangga yang berkulit tebal maka dapat memakai formaline 10% E. Metodelogi penelitian a) Alat
Jarum pin
Tabung reaksi atau kotak nyamuk (insect box)
Gabus
Pinset
b) Bahan
Kertas points Naphtalein (kapur barus/kamper)
Kapas
Kertas lebel
Cloroform
F. Pelaksanaan
MEMATIKAN NYAMUK
Nyamuk dimatikan dengan cangkir kertas (paper cup) dengan kapas berkloroform. Bisa juga menggunakan eter
atau cyanida dan asap rokok bila bahan pembunuh tidak tersedia
Cara lain mematikan nyamuk dengan memasukan nyamuk hidup ke “killingjar” atau killing bottle”
Nyamuk yang baru dimatikan sangat baik untuk pinning dibandingkan nyamuk yang sudah lama mati
CARA MEMINING NYAMUK
Ambil nyamuk dengan respirator, masukan ke bridder
Blus dengan chloroform, lalu taruh pada cawan petri
Identifikasi jenis nyamuk denga mikroskop
Kertas yang telah dibentuk sesuai dengan pin punch, tusuk ujung kertas dengan jarum pinning
Oleskan kutek pada kertas yang telah ditusuk tadi
Kemudian ambil nyamuk dengan pinset
Taruh nyamuk pada kertas yang telah diolesi kutek tadi
Siapkan jarum serangga tusukkan pada pertengahan dari arah dorsal (punggung) menuju kearah ventral (perut)
Siapkan kertas manila gunting dalam bentuk segitiga lancip, tulis genus serangga dan spesiesnya.
Tusuk pada jarum tersebut tepat dibawah serangga yang diawetkan tersebut
Serangga yang telah diawetkan disimpan dalam kotak insektarium yang telah diberi kamper/kapur barus, untuk menjaga agar tidak dimakan semut
G. Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum membuat awetan nyamuk tanggal 4 oktober 2016 diperoleh 15 awetan nyamuk yang dapat digunakan untuk identifikasi. Awetan nyamuk tersebut digunakan untuk identifikasi jenis nyamuk mulai dari genus hingga spesiesnya. Hal tersebut berguna untuk dapat mengetahui nyamuk endemis di daerah tertentu. Nyamuk yang
digunakan untuk awetan merupakan nyamuk hidup yang dibius dengan klorofom, nyamuk tidak boleh mati sebelum diawetkan karena akan menyulitkan saat membuat awetan nyamuk. Pembuatan awetan nyamuk diusahakan
thorax
yang
menempel
pada
pinning,
karena
akan
memudahkan saat identifikasi. Saat pembuatan nyamuk, anggota tubuh nyamuk tidak boleh sampai patah ataupun hancur terutama sayap nyamuk. Karena, dengan identifikasi sayapnya dapat diketahui jumlah vena nyamuk. H. Simpulan
Awetan nyamuk dibuat untuk identifikasi jenis nyamuk mulai dari genus hingga spesiesnya. Nyamuk tidak boleh mati sebelum nyamuk diawetkan, karena apabila nyamuk mati, nyamuk akan bersifat kering dan menyulitkan saat membuat awetan nyamuk, sebab nyamuk akan mudah patah. I. Daftar Pustaka
1. Depkes RI, Dirjen PPM & PL. Direktorat P2B2. 2003. Modul Entomologi Malaria 2. Depkes RI, Dirjen PPM & PL, Dirjen pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan pemukiman. 1986. Petunjuk Melakukan macam-macam uji entomologi yang diperlukan untuk menunjang operasional program pemberantasan penyakit diluar serangga 3. Gillet, J . D. 11972. The Mosquito: its life, Activities and impact on Human Affairs. Doubleday. Garden City, NY, 358 p. ISBN 0385-01179-2 4. Spielman. A., and M. D’Antonio. 2001. Masquito: A Natural History of Our Most Persentent and Deadly Foe Hyperion Press. New York, 256. P. ISBN 0-7868-678-7