TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI II
Disusun Oleh :
Haryanto Haris
150280233
L2
FAKULT FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2010
KUINOLON
Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri. URAIAN:
Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah. Karena itu penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan
struktur ini
secara dramatis meningkatkan daya bakterinya,
memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin,
Pefloksasin,
Norfloksasin,
Sparfloksasin,
Lornefloksasin,
Flerofloksasin dan Gatifloksasin. Mekanisme Kerja Kuinolon :
Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.
Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati. Indikasi:
Gastroenteritis termasuk kolera, shigelosis, diare
turis (traveller’s
diarrhea), campylobacter dan salmonella; kankroid; penyakit radang panggul (dengan doksisiklin dan metronidazole); penyakit legionela; meningitis (termasuk profilaksis meningitis mengingokokus); infeksi saluran napas termasuk infeksi pseudomonas pada cystic fibrosis, tetapi tidak pada pneumonia peneumokokus; infeksi saluran kemih; infeksi tulang dan sendi; septicemia; antraks; infeksi kulit; otitis eksterna; profilaksis pada bedah. Kontraindikasi :
Riwayat gangguan tendon berhubungan dengan penggunaan kuinolon. Perhatian :
Riwayat epilepsy atau kondisi yang memicu kejang, defisiensi G6PD, miastenia gravis (risiko eksaserbasi), kehamilan, menyusui, anak atau dewasa; hindari paparan sinar matahari yang berlebihan (hentikan jika muncul fotosensitif); jarang : kerusakan tendon; gangguan ginjal; hindari alkalinisasi urin yang berlebih dan pastikan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah kristaluria. Efek Samping dan Interaksi Obat :
Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat.
Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling seri ng dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini. Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis. Penggunaan Klinik :
a. Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis. b. Infeksi saluran cernaSeperti demam Tifoid dan Paratifoid. c. Infeksi saluran nafas bawahSeperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis. d. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin Gonore. e. Infeksi jaringan lunak dan tulangSeperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokusPs. Aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid.
Sifat-sifat farmakologi :
a. obat golongan kuinolon didistribusikan lebih luas b. Sebagian besar dieksresikan di dalam urine
Resistensi :
Resistensi telah terjadi pada mikroba yang kurang sensitif, pseudomonas, beberapa strain Enterobacteriaceae dan Staphylococcus.
2. Sediaan di Pasaran
a.
Spirofloksasin Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml.
b. OfloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml. c. MoksifloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml. d. LevofloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml. e.
PefloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.
f.
NorfloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
g. SparfloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg. h. LornefloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
i.
FlerofloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml.
j.
GatifloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Pada pemberian dosis tunggal per oral pada sukarelawan sehat, kadar serum ofloxacin meningkat sesuai dengan peningkatan dosis. Pada pemberian dosis 100 mg, kadar serum puncak rata-rata adalah 1,0 mcg/ml setelah 2 jam. Sedang pada dosis 200 mg dan'300 mg, kadar puncak rata-rata berturutturut adalah 1,65 mcg/ml dan 2,8 mcg/ml.
Distribusi
Pada pemberian per oral, ofloxacin didistribusi dengan baik kedalam berbagai jarinigan termasuk kulit, saliva, tonsila palatina, sputum, prostat, cairan prostat, kandung empedu, empedu, air mata, uterus, ovarium, dan duktus ovarii. Ofloxacin juga didistribusikan ke dalam ASI
Metabolisme
Pada pemberian per oral ofloxacin hanya sebagian kecil yang dimetabolisme menjadi metabolit N-demethylated ofloxacin dan ofloxacin N-oxide.
Ekskresi
Pada pemberian per oral ofloxacin terutama diekskresikan melalui urin dalam bentuk tidak berubah. Kadar ofloxacin dalam urin meningkat sesuai dengan
peningkatan dosis. Pada pemberian oral 100 mg kadar puncak urin 115 mcg/ml pada 24 jam dan menurun menjadi 36 mcg/ml setelah 12-24 jam. Sebagian besar ofloxacin tidak dimetabolisme dalam tubuh, > 90% dosis per oral diekskresikan dalam urin dalam bentuk tidak berubah dan 4% dalam faeces setelah 48 jam.