BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1 Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan pediatrik, atau penyulit mata lokal menahun. Bermacammacam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.1 Katarak pediatrik adalah katarak yang mulai terjadi segera setelah bayi lahir atau bayi berusia kurang dari 9 tahun. Katarak pediatrik adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada anak anak. Kekeruhan lensa ini dapat diketahui segera setelah bayi lahir atau dapat terjadi selama masa perkembangan anak. Katarak pada anak dapat bersifat kongenital maupun dapatan.2 Katarak kini masih menjadi penyakit paling dominan pada mata dan merupakan penyebab utama dari kebutaan di seluruh dunia. Paling sedikit 50 persen dari semua kebutaan disebabkan oleh katarak, dan 90 persen diantaranya terdapat di negara berkembang. Tidak terkecuali di Indonesia, dimana berdasarkan hasil survey kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun
1
1995-1996 prevalensi kebutaan mencapai 1,5 persen dan lebih dari separuhnya disebabkan oleh katarak yang belum dioperasi. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam katarak kongenital, katarak juvenil, dan katarak sensil.1 Hingga saat ini, katarak pediatrik merupakan salah satu penyebab kebutaan dan low vision pada anak terutama di negara-negara berkembang. Prevalensi kebutaan yang disebabkan oleh katarak adalah sekitar 1-4 per 10.000 anak.3 Seperti yang kita ketahui katarak merupakan penyakit yang paling dominan yang dapat menyebabkan kebutaan pada mata, maka dianggap perlu untuk mengetahui bagaimana karakteristik penderitanya sehingga kebutaan pada mata yang disebabkan oleh penyakit katarak dapat dicegah atau dihindari. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti tentang Karakteristik Penderita Katarak Pediatrik pada pasien anak rawat jalan di RS Universitas Hasanuddin Makassar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka menjadi
rumusan masalah pada penilitian ini adalah “Bagaimana Karakteristik Penderita Katarak Pediatrik di Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin pada tahun 2013”.
2
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui Karakteristik Penderita Katarak Pediatrik di Poliklinik Mata
RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun2013.
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui Karakteristik Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Jenis Kelamin.
b.
Mengetahui Karakteristik Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Usia
c.
Mengetahui Karakteristik Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Lateralisasi.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang gambaran karakteristik dari penderita
katarak pediatrik pada anak. 2.
Bagi Peneliti Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah
wawasan, pengetahuan serta untuk pengembangan diri khususnya dalam bidang penelitian.
3
3.
Bagi Penelitian selanjutnya Sebagai bahan sumbangan ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat untuk
pembaca atau penelitian berikutnya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Mengenai Katarak Pediatrik
2.1.1
Definisi Katarak Pediatrik Katarak pediatrik adalah kekeruhan lensa yang terjadi pada anak anak.
Kekeruhan lensa ini dapat diketahui segera setelah bayi lahir atau dapat terjadi selama masa perkembangan anak. Katarak pada anak dapat bersifat kongenital maupun dapatan. Katarak yang bersifat kongenital antara lain disebabkan oleh kelainan genetik, infeksi intra uterin, berkaitan dengan sindroma ataupun idiopatik, sedangkan katarak yang bersifat dapatan disebabkan oleh kelainan metabolik dan trauma.2 Katarak pediatrik sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes melitus, hipoparatiroidism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sistomegali, dan histoplasmosis.1 Katarak pediatrik adalah suatu kondisi yang bayi lahir dengan, atau yang berkembang segera setelah lahir di mana lensa mata berawan bahkan sangat jelas. Lensa terletak di depan mata dan memfokuskan cahaya dan gambar pada belakang mata retina.4
5
2.2
Anatomi dan Fisiologi Lensa
2.2.1
Anatomi Lensa Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa
didalam mata dan bersifat bening. Lensa di belakang bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.1 Vesikel lensa baru terbentuk ini berisi kapsul luar dan dilapisi dengan epitel lensa utama. Serat posterior memanjang anterior untuk mengisi vesikel. Serat lensa sekunder berasal dari lensa khatulistiwa dan bermigrasi anterior dan posterior untuk membentuk jahitan Y. Serat lensa utama yang dikelilingi oleh serat sekunder ini dipadatkan untuk membentuk inti embrio.5 Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa akan membentuk serat lensa terusmenerus sehingga mengakibatkan memedatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa. Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior.1
6
Dikuti dari kepustakaan 6 (Gambar 1. Anatomi Lensa)
Lensa terdiri atas satu kapsul elastis, yang membungkus struktur ini. Terdapat epitel kuboid yang terbatas pada permukaan anterior lensa. Terdapat juga serat – serat lensa yang dibentuk dari epitel kuboidequator lensa. Serat serat ini menyusun bagian terbasar lensa. Agar mata berakomodasi terhadap objek dekat, M. Ciliaris berkontraksi dan menarik korpus ciliaris ke depan dan dalam, sehingga serat-serat ligamentum suspensorium yang radier dalam keadaan relaksasi. Keaadaan ini memungkinkan lensa menjadi bulat.7
2.2.2
Fisiologi lensa Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal atau lentur
karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan. Salah satu sifat lensa juga yaitu terletak di tempatnya.1
7
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa, tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia, keruh atau apa yang disebut katarak, dan tidak berada di tempat atau sublukasi dan dislokasi. Lensa orang dewasa ini dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.1 Lensa digantung pada serabut zonular atau ligamentum suspensorium yang mempengaruhi tegangan pada lensa dan karenanya juga bentuk kekuatan dioptri dan titik fokusnya. Ada penglihatan jauh otot siliaris relaksasi, serabut zonular diregangkan dan lensa terutama permukaan depannya mendatar. Pada penglihatan dekat otot siliaris berkontraksi sehingga menyebabkan serabut zonular relaksasi dan lensa karena elastisitasnya mendapatkan kembali asalnya bentuk yang lebih melengkung.8 2.3
Epidemiologi Katarak pediatrik merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup
berarti akibat penanganannya yang kurang tepat. Sering katarak pediatrik ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.9 Katarak pediatrik terjadi pada 3 dari 10.000 kelahiran, sehingga cukup langka. Terdapat 20 persen dari kasus ada riwayat keluarga katarak, sehingga dapat dianggap sebagai penyakit genetik. Sebagian besar anak dengan katarak pediatrik tidak memiliki kondisi yang berhubungan signifikan.10 Hingga saat ini, katarak pediatrik merupakan salah satu penyebab kebutaan dan low vision pada anak terutama di negara-negara berkembang. prevalensi kebutaan yang disebabkan oleh katarak adalah sekitar 1-4 per 10.000
8
anak. dengan prevalensi tersebut, 190.000 anak diseluruh dunia mengalami kebutaan akibat katarak.3
2.4
Etiologi Hampir 50 persen dari katarak pediatrik adalah sporadik dan tidak
diketahui penyebabnya. Katarak pediatrik sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, diabetes melitus, hipoparatiroidism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sistomegali, dan histoplasmosis.1 Penyakit yang menyertai katarak pediatrik yang merupakan penyakit herediter adalah mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, lensa ektopik, displasia retina dan megalo kornea. Etiologi umumnya infeksi uterin, gangguan metabolik, dan genetik. Infeksi mencakup rubella, rubeola, sitomegali virus, herpes simpleks, herpes zoter, poliomielitis, dan toksoplasma.11 Kebanyakan anak dengan katarak dalam satu mata memiliki visi yang lebih baik dari lainnya. Seringkali ada anak yang memiliki riwayat keluarga yang menderita katarak, anak yang sehat dalam setiap cara lain dan ada alasan untuk katarak dapat ditemukan. Kadang-kadang ada masalah struktural lainnya dimata selain katarak, seperti itu menjadi lebih kecil dari yang lain, yang menunjukkan bahwa masalah terjadi selama pengembangan mata sebelum kelahiran.12 Ada empat kelompok utama kondisi yang menyebabkan katarak pediatrik diwariskan kondisi genetik katarak yaitu, Infeksi pada bayi yang belum lahir di
9
dalam rahim, kondisi yang mempengaruhi metabolisme normal anak, beberapa kondisi mata spesifik yang menyebabkan katarak.12 Hingga saat ini katarak pediatrik merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan low vision pada anak terutama di negera-negara berkembang. Penyebab utama hilangnya penglihatan akibat katarak pada anak adalah ambliopia. Gangguan pembentukan bayangan di retina pada satu atau kedua mata selama periode kritis dapat menyebabkan terjadinya ambliopia yang irreversible.13
2.5
Klasifikasi Katarak pediatrik dapat dalam bentuk katarak lemelar atau zonular, katarak
polaris posterior, polaris anterior, katarak inti, dan katarak sutural. a.
Katarak lamelar atau zonular Di dalam perkembangan embriologik dimana pada permulaan terdapat
perkembangan serat lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan, katarak biasanya bilateral. Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi seluruh cairan pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat menggangu penglihatan.6 b.
Katarak polaris posterior Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskuler lensa.
Kadang-kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan pada lensa bagian belakang. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.6
10
c.
Katarak polaris anterior Pada kelainan ini kadang-kadang didapatkan bentuk kekeruhan yang
terdapat dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid. Katarak polaris anterior berjalan tidak progresif. Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan bila sangat menggangu tajam penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.6 d.
Katarak inti ( katarak nuklear ) Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang.
Kekeruhan terletak di bagian nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik. Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan paertama dan biasanya bilateral dan barjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Tidak menggangu tajam penglihatan. Pengobatan, bila tidak menggangu tajam penglihatan maka tidak memerlukan tindakan.6 e.
Katarak sutural Y suture merupakan garis pertemuan serat-serat lensa primer dan
membentuk batas depan dan belakang dari pada inti lensa. Katrak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal bersifat statis, terjadi bilateral dan familial. Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan maka ia tidak akan menggangu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan. 2.6
Gambaran Klinis Gambaran klinik yaitu katarak total, katarak polaris, katarak lamel, dan
katarak nuklear. Pada pupil mata bayi terlahat bercak putih atau suatu leukokoria.
11
Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Katarak pediatrik sering terdapat bersamaan dengan mikroftalmus, nistagmus, displasia fovea dan juling. Kelainan mata yang dapat menyertainya adalah hiperplastik persisten vitrous primer, aniridia, dan retrolental fibroplasi. 11
Dikutip dari kepustakaan 11 (Gambar 2. Katarak Pediatrik)
Segera setelah bayi lahir, dan pada minggu pemeriksaan enam mereka, dokter akan memeriksa bayi untuk melihat tanda-tanda katarak. Jika katarak terdapat di salah satu dari pemeriksaan ini, konsultasi dengan spesialis (dokter spesialis mata anak) akan dibuat. Kadang-kadang katarak berkembang setelah tes skrining.12 Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolism jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan dan gangguan metabolism oksigen.14
12
Katarak pediatrik yang menyebabkan gangguan penglihatan yang bermakna harus dideteksi secara dini, sebaiknya di ruang bayi baru lahir oleh dokter anak atau dokter keluarga. Katarak putih yang padat dan besar bisa tampak sebagai leukokoria. Katarak infanitilis unilateral yang padat, terletak di tengah dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan menimbulkan ambliopia deprivasi permanen bila tidak diterapi dalam 2 bulan pertama kehidupan sehingga memerlukan tindakan bedah sesegera mungkin.15 Pada pemeriksaan dapat dilihat seperti bayi memiliki bercak putih atau benar-benar putih, pada satu atau kedua mata, sebuah refleksi mata merah tidak terlihat pada satu atau kedua mata dengan flash fotografi bayi tidak merespon wajah, memperhatikan dan mengikuti mainan, bayi mata mengembara dan bergetar (nystagmus), bayi mata tidak sejajar, satu masuk atau keluar (juling ).12 2.7
Penatalaksanaan Untuk menghilangkan katarak pediatrik dilakukan pembedahan lensa.
Hasil pembedahan pada katarak pediatrik biasanya kurang memuaskan. Hal ini disebabkan terjadinya banyak penyulit pembedahan atau terdapat kelainan mata lain atau susunan saraf pusat.15 Akibat terdapat masalahnya pada rehabilitasi katarak pediatrik sering pembedah mengambil keputusan untuk tidak membedah atau memperlakukan katarak pediatrik secara konservatif.15 Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak pediatrik prognosisnya kurang memuaskan bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata
13
tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus, maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak pediatrik.1 Pengobatan katarak pediatrik bergantung pada: 1.
Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak terlihat.
2.
Katarak total unilateral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6 bulan setelah terlihat atau segera sebelum terjadinya strabismus, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera perawatan untuk ambliopia sebaikanya dilakukan sebaik-baiknya.
3.
Katarak total atau pediatrik unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali terjadinya ambliopia karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
4.
Katarak bilateral parsial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda strabismus dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.
2.8
Prognosis
14
Anak-anak dengan katarak pediatrik yang berhasil diobati dapat memiliki sedikit atau tidak ada efek perkembangan kondisi mereka. Mereka akan memerlukan kacamata atau lensa kontak. Beberapa anak yang memiliki kondisi yang lebih kompleks atau yang matanya hanya sebagian diperbaiki mungkin memiliki rendah visi, dan dengan demikian akan membutuhkan sekolah khusus layanan, seperti cetak diperbesar, pencahayaan ekstra, duduk preferensial dalam kelas, dan lain-lain. Hal ini sangat penting bahwa keluarga dan guru mendorong kemandirian anak-anak dan kepercayaan diri dengan normalisasi lingkungan dan rutinitas mereka dalam setiap cara yang mungkin terjadi.10
2.9
Kerangka Teori
15
Usia
Riwayat Trauma
Lateralisasi Katarak Pediatrik
Morfologi
Jenis Kelamin
2.10
- <1 Tahun - 1 - 9 Tahun
Trauma Tumpul Trauma Tajam
Unilateral Bilateral Katarak lamelar atau zonular Katarak Polaris posterior Katarak Polaris anterior Katarak nuklear Katarak sutural Laki-laki Perempuan
Gambaran Klinis
Leukokoria Mikroftalmus Nistagmus Displavia fovea Juling
Penatalaksanaan
Pembedahan
Kerangka Konsep
16
Variabel Independent
Variabel Dependent
Jenis kelamin Katarak Pediatrik
Usia Lateralisasi
Keterangan : :
Variabel Dependen
:
Hubungan antara variable dependen dan Variable independen
:
2.11
Variabel Independen
Definisi operasional dan kriteria objektif
17
1. Katarak Pediatrik Anak yang menderita katarak pediatrik yang tercatat dalam register Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin tahun 2013. Kriteria Objektif : a. Anak umur di bawah 1 tahun b. Anak umur 1 tahun sampai 9 tahun 2. Jenis Kelamin Ciri-ciri penampilan fisik seseorang yang menunjukan perbedaan antara lakilaki dan perempuan. Kriteria Objektif : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Faktor Resiko Faktor resiko katarak pediatrik yang tercatat dalam register Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin tahun 2013. Kriteria Objektif : o Usia
:
Bila terdapat pengaruh usia terjadinya katarak pediatrik pada pasien <1 tahun dan >1 tahun
4. Lateralisasi Lateralisasi didefinisikan apakah penyakit mengenai satu mata atau kedua mata.
Kriteria Objektif :
18
a. Unilateral :
bila terjadi katarak pediatrik pada salah satu mata
b. Bilateral
bila terjadi katarak pediatrik pada kedua mata
:
BAB III
19
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metodologi Penelitian Penelitian yang digunakan menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang menderita katarak pediatrik yang dirawat di Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin pada tahun 2013. 3.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin
Makassar. 3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Pasien Poliklinik Mata di RS Universitas Hasanuddin Makassar pada
tahun 2013. 3.3.2
Sampel Pasien Poliklinik Mata di RS Universitas Hasanuddin Makassar yang
didiagnosis menderita katarak pediatrik selama tahun 2013. 3.4
Jenis Data Berdasarkan cara memperoleh data, data yang dikumpulkan terdiri dari
data sekunder. Data sekunder berupa hasil dari rekam medis di Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin sepanjang tahun 2013. 3.5
Pengumpulan Data
20
Data sekunder ini diperoleh dari instalasi rekam medis dan Poliklinik Mata RS Universitas Hasanuddin.
3.6.1
Pengolahan Data Data diolah secara manual dan elektronik dengan menggunakan
komputerisasi dengan program microsof excel dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.
BAB IV
21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS Universitas Hasanuddin Jl. Perintis
Kemerdekaan KM 11, pintu II Universitas Hasanuddin.16
Gambar 3. RS Universitas Hasanuddin
4.2
Sejarah Rumah Sakit Pada tanggal 28 Januari 1956, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof.
Mr. R. Soewandi meresmikan Fakultas Kedokteran Makassar yang merupakan cikal bakal dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, seiring dengan diresmikannya tanggal 10 September 1956. Untuk itu, dalam menghasilkan tenaga dokter yang profesional maka harus memiliki rumah sakit sebagai pendukung utama. Dalam perjalanannya, maka sejarah telah mencatat bahwa Pendidikan Kedokteran di Makassar cukup unik. Penyebabnya adalah sejak berdirinya
22
Fakultas Kedokteran di Makassar semua Rumah Sakit (RS) baik itu RS pemerintah pusat, RS pemerintah daerah, maupun RS swasta pernah dijadikan sebagai RS pendidikan. Tanggal 15 September 2008, Rektor Unhas Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi telah meletakkan batu pertama pembangunan rumah sakit berlantai enam di samping kiri jalan masuk pintu II Unhas. Rumah sakit Pendidikan Unhas dibangun oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dikti) yang ke-4 di Indonesia setelah UI, UGM, dan Undip. Rumah sakit pendidikan (RS) adalah merupakan sarana pendidikan kedokteran dalam melakukan penelitian dan pelayanan jasa kepada masyarakat sebagai aplikasi dalam Tri Darma perguruan tinggi. Rumah Sakit Pendidikan ini tidak akan terjadi duplikasi pelayanan dengan RSUP Wahidin Sudirohusudo. RS Unhas nantinya tidak akan menyediakan layanan yang sudah tersedia di RSUP Wahidin Sudirohusudo. Artinya yang tidak dimiliki RS Wahidin akan dimiliki oleh RS dan begitu sebaliknya sehingga saling melengkapi. Misalnya saja, di RS Wahidin tidak memiliki pusat penanganan penyakit strok (stroke center) sehingga akan dibuat fasilitas tersebut di RS UNHAS 10 centre RS Unhas. Selain itu, RS Unhas nantinya diutamakan sebagai sarana Pendidikan, Penelitian, hingga Pengabdian pada masyarakat sehingga hanya tersedia 300 tempat tidur. Lain halnya dengan RSUP Wahidin yang mengutamakan pelayanan jasa pada masyarakat sehingga yang tersedia tempat tidur di sana sekitar 700 tempat tidur. Tetapi pada prinsipnya rumah sakit ini tidak lepas dari visi, misi perguruan tinggi, dimana pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat juga harus tercermin disana.
23
4.3
Organisasi dan Manajemen Rumah Sakit
4.3.1
Visi Menjadi palopor terpercaya dalam memadukan pendidikan, penelitian, dan
pemeliharaan kesehatan yang bertaraf internasional.
4.3.2
Misi
1.
Menciptakan tenaga profesional yang berstandar internasional dalam pendidikan , penelitian dan pemeliharaan kesehatan.
2.
Menciptakan lingkungan akademik yang optimal untuk mendukung pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan.
3.
Mempelopori inovasi pemeliharaan kesehatan melalui penelitian yng unggul dan perbaikan mutu pelayanan berkesinambungan.
4.
Memberikan pemeliharaan kesehatan secara terpadu, dengan pendidikan, penelitian yang berstandar internasioanl tanpa melupakan fungsi sosial.
5.
Mengembangkan jejaring dengan rumah sakit lain baik regional maupun internasional.
4.4
Deskripsi Kegiatan
24
Pelayanan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin terdiri dari : 4.4.1
Kegiatan Pelayanan Unggulan
1.
Trauma Center Trauma center adalah serangkaian pelayanan yang melibatkan beberapa
fasilitas di dalam rumah sakit, mulai dari pre hospital (ambulans), IGD, pelayanan penunjang diagnostik 24 jam (lab, radiologi,dsb), ICU, Rawat inap, pelayanan farmasi 24 jam, rehabilitasi medik hingga pasca hospital yang terintegrasi dalam suatu sistem yang saling terkait. 2.
Ophthalmologi (kesehatan mata) Pelayanan operasi katarak dengan metode canggih yaitu Fakoemulsifikasi
dimana operasi katarak dapat dilakukan tanpa jahitan dengan masa pulih yang relatif singkat. 3. Onkologi (Kanker Center) Pelayanan kanker center yang tersedia menawarkan pengobatan berkualitas tinggi dengan perawatan yang intensif sesuai dengan tingkat stadium penderita. 4.
Saraf dan Neurointervensi Pelayanan bedah saraf kami terdiri dari tim ahli yang sangat terlatih dan
kami telah mencapai status sebagai pusat rujukan tersier regional serta kami bertujuan untuk membangun reputasi internasional untuk kedua keunggulan klinik dan akademik.
25
5.
Bayi Tabung (FEA) Teknologi bayi tabung sebagai salah satu unggulan rumah sakit
Universitas Hasanuddin kini dikembangkan untuk menjadi yang terbaik dan terdepan di kawasan timur Indonesia. 6.
Diagnostic Dini dengan Pemeriksaan Biomolekular Pelayanan diagnosis dini merupakan merupakan pelayanan untuk
mengetahuisecara dini jenis penyakit atau gejala awal penyebab penyakit melalui pemeriksaan biomolekular yang terpadu sehingga dengan demikian dapat diketahui sedetail mungkin jenis penyakit, peluang sembuh dan jenis tindakan yang akan diberikan kepada pasien. 4.4.2
Pelayanan Medik
1.
IRD 24 jam Pelayanan IRD 24 jam meliputi seluruh kasus gawat darurat dalam hal ini
kasus trauma, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan sebagainya. 2.
Poliklinik Spesialis Pelayanan gawat jalan meliputi poliklinik umum, poliklinik spesialis
bedah (B. Othopedi, B. Urologi, B. Anak, B. Saraf, B. Digestif, B. Plastik, B. Onkologi, dan B. Thorax) dan poliklinik spesialis non bedah (mata, THT, penyakit dalam, obgyn, anak, gigi dan saraf + EEG). 3.
One Day care
26
Pelayanan pasien rawat inap dalam kondisi tertentu dimana maksimal selama satu hari (24 jam). 4.
Pelayanan Ruang Operasi Ruang operasi yang tersedia berstandar internasional dan merupakan satu-
satunya terbaik di kawasan Indonesia timur. Udara yang terdapat dalam ruang operasi telah melalui 4 kali penyaringan sehingga sangat steril dan kondisi tekanan udara yang stabil sehingga tidak memungkinkan udara luar masuk ke ruang operasi, pelayanan tindakan operasi meliputi semua tindakan operasi besar, sedang dan kecil baik secara efektif maupun situasional. 5.
Interventional Pain Management Seiring dengan semakin meningkatnya prevalensi nyeri kronik cancer
maupun
non-cancer
maka
RS
Pendidikan
Universitas
Hasanuddin
mengembangkan pelayanan nyeri kronik kepada para penderita nyeri kronik seperti nyeri kanker, nyeri tulang belakang (back pain), nyeri miofasial dan nyeri kronik lainnya. Dan steroid intraarticular (facet joint) serta tindakan intervensi lainnya. Untuk itu RS pendidikan Unhas melaksanakan pelayanan nyeri kronik dengan
menggunakan
teknik-teknik
internasional
pain
tersebut
dengan
menggunakan peralatan terbaru seperti C-arm fluoroscopy guide dan ultrasound guide dalam penanganan nyeri. 6.
Inhouse Klinik
27
Pelayanan inhouse klinik yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan tinggkat pertama khusus pada suatu perusahaan tertentu untuk karyawan dan keluargaanya dalam waktu tertentu.contohnya
28
7.
Home Care Pelayanan medis dengan kunjungan langsung oleh petugas medis ke
rumah pasien atas permintaan pasien dengan pertimbangan tertentu, dimana kondisi pasien tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan atau berobat ke rumah sakit.
4.4.3
Pelayanan Penunjang Medik
1.
Instalasi Laboratorium Dengan menggunakan mesin teknologi canggih, kini telah dapat melayani
semua jenis pemeriksaan laboratorium yang meliputi hematologi klinik, klinik rutin, mikrobiologi klinik, kimia klinik, imunoserologi klinik, parasitrologi, patologi anatomi dan patologi klinik. 2.
Instalasi Radiologi Dengan menggunakan teknologi mesin ICR terkini, menghasilkan foto
rontgen yang lebih cepat, tajam dengan tingkat akurasi sangat tinggi untuk semua jenis pemeriksaan radiologi meliputi : foto thorax, foto tulang, CT scan, dan sebagainya. 3.
Instalasi Farmasi
29
Sistem manajemen stok yang stabil menjamin ketersediaan setiap jenis obat dalam jumlah yang memadai. Selain itu, instalasi farmasi juga melayani resep luar maupun obat bebas selama 24 jam kepada seluruh lapisan masyarakat.
4.
Instalasi CSSD dan Laundry Dukungan peralatan canggih terkini dan kapasitas yang sangat besar,
sehingga dapat melayani kebutuhan sterilisasi alat kesehatan dan ketersediaan linen sesuai dengan standar yang berlaku. 5.
Instalasi Gizi Selain melayani pemenuhan gizi pasien sesuai dengan diet, juga melayani
konsultasi gizi yang direkomendasikan oleh dokter maupun atas permintaan sendiri. Untuk sementara instalasi gizi bekerjasama dengan RS Wahidin Sudiro Husodo. 6.
Ambulans Layanan ambulans 24 jam yang dapat dimanfaatkan dalam kondisi
emergency, dukungan peralatan yang lengkap serta petugas yang terampil memungkinkan ambulans sebagai rumah sakit berjalan.
30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan 20 hari yaitu pada tanggal
24 Desember – 13 Januari 2015, dan yang menjadi sampel adalah seluruh rekam medik pasien katarak pediatrik yang dirawat di RS Universitas Hasanuddin tahun 2013, dan jumlah sampel yang dikumpulkan yaitu sebanyak 16 kasus. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan pada rekam medik RS Universitas Hasanuddin Makassar, dan dilakukan pengolahan data secara manual kalkulator dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang disertai dengan penjelasan.
Tabel 1 Distribusi penderita Katarak Pediatrik berdasarkan klasifikasi menurut Jenis Kelamin di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-laki
Jumlah n 9
% 56,25 31
Perempuan 7 43,75 Total 16 100 Sumber : Rekam Medik RS Universitas Hasanuddin Makassar Ditinjau dari jenis kelamin yang menderita katarak pediatrik, maka tabel 1 memperlihatkan bahwa penderita katarak pediatrik tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9 kasus 56,25%) dibanding dengan penderita katarak pediatrik pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 7 kasus (43,75%). Grafik 1 Distribusi Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Jenis Kelamin di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013
16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Laki-laki
Perempuan
32
Tabel 2 Distribusi Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Usia di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013 Usia (tahun) Jumlah n 0-1 9 >1 – 9 7 Total 16 Sumber : Rekam Medik RS Universitas Hasanuddin
% 56,25 43,75 100
33
Ditinjau dari segi usia pasien yang menderita katarak pediatrik maka tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah tertinggi pada kelompok di bawah 1 tahun yaitu sebanyak 9 kasus (56,25%) dan sedangkan kelompok umur diatas 1 tahun sebnyak 7 kasus ( 43,75%).
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Grafik 2
0 - 1 tahun
> 1 tahun
Distr
ibusi Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Usia di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013
34
Tabel 3 Distribusi Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Lateralisasi di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013 Lateralisasi Jumlah mata n Unilateral 6 Bilateral 10 Total 16 Sumber : Rekam Medik RS Universitas Hasanuddin
% 37,5 62,5 100
Ditinjau dari sifat lateralisasi pasien yang menderita katarak pediatrik maka tabel 3 memperlihatkan bahwa jumlah tertinggi terdapat pada bilateral yaitu sebanyak 10 kasus (62,5%) dibanding dengan kasus bilateral sebanyak 6 kasus (37,5%). Grafik 3
35
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Bilateral
Unilateral
Distribusi Penderita Katarak Pediatrik berdasarkan Lateralisasi di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013
5.2
Pembahasan Setelah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penerita katarak
pediatrik di RS Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2013 didapatkan jumlah kasus sebanyak 16 kasus.
36
Untuk lebih jelasnya maka secara terperinci hasil penelitian ini akan dibahas sebagai berikut: 5.2.1 Jenis Kelamin Secara umum tidak ada predileksi jenis kelamin tertentu terhadap kejadian katarak pediatrik, akan tetapi prevalensi tersebut disebabkan karena adanya ekspektasi sosial terhadap peran anak laki-laki dalam masyarakat di bandingkan dengan alasan biologis.3 Dari hasil penelitian di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013 ditemukan bahwa penderita katarak pediatrik tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 9 kasus (56,25%) dibanding dengan penderita katarak pediatrik pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 7 kasus (43,75%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Leli Retno W, dengan judul Profil Kilinik dan Faktor Determinan Hasil Terapi katarak pediatrik, setelah dianalisis secara deskriptif diperoleh hasil dari 46 penderita didapatkan 31 penderita (67,4%) berjenis kelamin laki laki dan 15 orang (32,6%) penderita berjenis kelamin permpuan.2
5.2.2
Usia Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam katarak kongenital,
katarak juvenil, katarak senilis.17 Sementara onset katarak pediatrik terbanyak sejak lahir 51,6% dibandingkan katarak yang muncul di atas 1 tahun, yang artinya penderita katarak
37
pediatrik umur di bawah satu tahun lebih banyak dibanding umur di atas satu tahun. 2,16 Pada kelompok usia lebih dari satu tahun kemungkinan terjadi keterlambatan diagnosa mengingat pada sebagian besar kasus anak baru di bawah ke pusat kesehatan saat berusia lebih dari satu tahun. Latar belakang yang mungkin menyebabkan hal ini adalah karena kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan orang tua akan keadaan anak dan dampak seharusnya yang ditimbulkan, dan terbatasnya akses ke pusat kesehatan terutama pada penduduk di daerah terpencil.19 Dari hasil penelitian di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013 ditemukan bahwa usia pasien yang menderita katarak pediatrik jumlah tertinggi pada kelompok umur dibawah 1 tahun yaitu sebanyak 9 kasus (56,25%) dan di atas 1 tahun terdapat 7 kasus (43,75 %). Pada penelitian ini, menurut usia pasien katarak pediatrik dibawah 1 tahun lebih banyak dari pasien katarak pediatrik di atas 1 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Leli Retno W, dengan judul Profil Kilinik dan Faktor Determinan Hasil Terapi katarak pediatrik.
5.2.3 Lateralisasi Lateralisasi didefinisikan apakah penyakit mengenai satu mata atau dua mata. Lateralisasi dibagi dua yaitu unilateral dan bilateral. Unilateral bila terjadi katarak pada salah satu mata, sedangkan bilateral bila terjadi katarak pada kedua mata. Penyebab dari katarak bilateral adalah idiopatik, herediter, abnormalitas
38
kromoson seperti pada penyakit sindrom down, DM, galaktosemia. Katarak unilateral penyebabnya adalah idiopatik, ocular anomalis, traumatik Untuk kelompok non traumatik sebagian besar adalah katarak bilateral disebutkan dalam literatur serta beberapa penyebab tersering kedua katarak pediatrik adalah herediter setelah idiopatik dimana penuruan bersifat autosomal dominan, bilateral dan dapat asimetris. Penegakan penyebab ini tidak mudah dan perlu dilakukan analisa secara seksama mengenai riwayat penyakit yang sama pada orang tua atau anggota keluarga lain yang mungkin asimptomatis.2 Hal ini sesuai dengan penelitian kami bahwa penderita katarak pediatrik bilateral lebih banyak dibandingkan katarak pediatrik unilateral. Dari hasil penelitian di RS Universitas Hasanuddin
Makassar tahun
2013ditemukan bahwa sifat lateralisasi pasien yang menderita katarak Pediatrik dengan jumlah tertinggi terdapat pada kasus bilateral yaitu sebanyak 10 kasus (62,5%) dibanding dengan kasus unilateral sebanyak 6 kasus (37,5%).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KESIMPULAN
39
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai karakteristik penderita katarak pediatrik di RS Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2013 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Distribusi katarak pediatrik menurut jenis kelamin, jumlah tertinggi terdapat pada jenis kelamin laki-laki. 2. Distribusi katarak pediatrik menurut usia, jumlah tertinggi terdapat pada kelompok usia dibawah 1 tahun. 3. Distribusi katarak pediatrik menurut lateralisasi, jumlah tertinggi terdapat pada katarak pediatrik yang bilateral. 6.2 SARAN 1. Pentingnya untuk dilakukan penyuluhan kepada masyarakat sejak dini mengingat penderita katarak pediatrik di RS Universitas Hasanuddin cukup banyak dan merupakan penyebab terbanyak kebutaan dan semoga kita dapat mengenal lebih jauh tengtang katarak pediatrik sehingga katarak pediatrik dapat dicegah meskipun sebagian besar pengaruh genetik. 2. Bagi para peneliti yang akan datang, diharapkan agar dapat meneliti variabel yang belum sempat kami teliti, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan Karakteristik Katarak Pediatrik dapat terungkap secara keseluruhan.
40
DAFTAR PUSTAKA 1.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 4, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012 : 204 - 207
2.
Leli Retno. Katarak pediatric : Profil Klinik dan Faktor Determinan Hasil Terapi. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2013
3.
Perucho Martines, Pediatric Cataract: Epidemiologi and Diagnosis. Archivos De La Sociedad Espanola de Oftalmologi, 2007
4.
Minesta
Dapartement
of
Health.
Cataract
Pediatrik,
2009
http://www.health.state.mn.us/ 5.
Lippincott Williams & Wilkins, Hospital for Sick Children's, The: Atlas of Pediatric Ophthalmology & Strabismus, 1st Edition, 2007
6.
Indonesian ophthalmologist asscociation perdami, 2011
7.
Snell, Richard. Anatomi Klinik, Edisi 3, EGC, 2008 : 128
8.
Silbernagl, stefan, Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi, 2009 : 300
9.
Ilyas, Sidarta. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009 : 145
10.
Ilyas, Sidarta. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi 1. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009 : 273
11.
Hills Road. Cambridge Addenbrooke’s Hospital (Cambridge University Hospital NHS Foundation Trust), 2009
12.
Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012 : 144 – 147
41
13.
Khandekar R. Pediatric Cataract and Surgery Outcomes in Central India: A Hospital Based Study. Indian Journal of Medical Sciences, 2007.
14.
Illyas,Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ,2003 : 129 – 130
15.
Paul Riordan, John P. Witcher. Oftalmologi Umum, Edisi 17, 2010 : 172
16.
Profil Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, 2012 http://www.unhas.ac.id/
17.
Adhikari S. Etiology and Clinical Profile of Pediatric Cataract in a Tertiary Care Centre of Eastern Nepal. Journal of the Nepal Medical Association, 2007
18.
Ilyas, Sidarta. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2 Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000 : 145
19.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 4, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013 : 271-274
20.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 4, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013 : 205-210
42