BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koma
myxedema
merupakan
suatu
manifestasi
ekstrim
dari
hipotiroidisme. Pasien dengan hipotiroidisme mungkin menunjukkan sejumlah perubahan fisiologis untuk mengkompensasi kekurangan hormon tiroid. Pasien dengan koma myxedema harus dirawat di unit perawatan intensif untuk mendapatkan perawatan paru dan jantung yang adekuat. Kebanyakan merekomenda merekomendasikan sikan pengobatan pengobatan dengan dengan levothyroxi levothyroxine ne intravena. intravena. Myxedema Myxedema juga juga mengac mengacu u pada pada 2 kondis kondisii dermat dermatolo ologi gi yang yang berbed berbedaa seperti seperti pretib pretibial ial,, gangguan kulit biasa, tidak terjadi dalam kasus hipotiroidisme tetapi paling sering sering pada pada penyak penyakit it Graves Graves.. Istila Istilah h pretib pretibial ial agak agak menyes menyesatk atkan, an, karena karena kondisi ini dapat mempengaruhi daerah lain dari tubuh dan bisa lebih tepat disebut dermopati lokal. (Citkowitz 2008 ) Koma Koma myxede myxedema ma adalah adalah ganggu gangguan an umum umum pada pada popula populasi si lebih lebih tua, tua, di Amerika Serikat kondisi ini hada dalam 8% wanita dan 2% pria diatas 50 tahun. Koma myxedema merupakan manifestasi hipotiroidisme yang tidak diobati pada populasi cukup mengkonsumsi yodium. Penyebab paling umum hipotiroidisme adalah penyakit tiroid autoimun dan terapi ablasi tiroid, dengan prevalensi sekitar 8% wanita berusia 50 tahun atau lebih. (Citkowitz 2008 ) Koma myxedema kebanyakan terjadi pada wanita usia lanjut yang sebelumnya sudah menderita hipotiroid yang tidak diobati. Saat seseorang mengalami mengalami hipotiroid, hipotiroid, terjadi adaptasi adaptasi fisiologi. fisiologi. Penurunan Penurunan basal metabolic metabolic rate dan penurunan penggunaan oksigen di pembuluh darah perifer yang dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh perifer yang dapat menyebabkan seseorang terkena hipotermi. Reseptor beta adrenergik berkurang, tapi biasanya reseptor alfa adrenergik masih dalam batas normal. Sekresi katekolamin juga menyebabkan beta/alfa tidak seimbang, hipertensi diastolik yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Perawat hendaknya mampu memberikan solusi jika mengetahui tanda dan gejala dari koma myxedema yang harus segera dibawa ke unit perawatan
38
intensif. Gas Darah harus dimonitor secara teratur, dan pasien biasanya membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik serta cairan intravena harus diberikan dengan hati-hati, dan asupan air yang berlebihan harus dihindari. Obat-obatan yang diberikan harus secara intravena. Para pasien harus menerima dosis muatan awal levothyroxine intravena (300-400mg) diikuti oleh 50 mg levothyroxine intravena harian. Panduan klinis perbaikan kenaikan suhu tubuh dan kembalinya fungsi otak dan pernafasan normal. Perawatan harus diambil untuk membuang kekurangan adrenal bersamaan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada pasien dengan koma myxedema?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan koma myxedema 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Menjelaskan pengertian koma myxedema
2.
Menjelaskan patofisiologi koma myxedema
3.
Menjelaskan manifestasi klinis koma myxedema
4.
Menjelaskan penatalaksanan koma myxedema
5.
Menjelaskan asuhan keperawatan koma myxedema
1.4 manfaat
Sebagai tambahan pengetahuan untuk para mahasiswa keperawatan agar dapat di aplikasikan di kegitannya setiap hari.
39
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Koma myxedema, manifestasi ekstrim dari hipotiroidisme, tetapi berpotensi mematikan kondisi biasa. Pasien dengan hipotiroidisme mungkin menunjukkan sejumlah perubahan fisiologis untuk mengkompensasi kekurangan hormon tiroid. Jika mekanisme homeostatis tidak bisa dan adanya faktor-faktor seperti infeksi, pasien mungkin akan teerjadi dekompensasi koma myxedema. Pasien dengan hipotiroidisme biasanya memiliki riwayat kelelahan, berat badan, sembelit dan intoleransi dingin. Dokter harus mencakup hipotiroidisme dalam diagnosis setiap pasien dengan hiponatremia. Pasien dengan koma myxedema harus dirawat di unit perawatan intensif untuk mendapatkan perawatan paru dan jantung yang adekuat. Kebanyakan merekomendasikan pengobatan dengan levothyroxine intravena (T
4)
sebagai lawan liothyronine intravena (T
3).
Hidrokortison harus diberikan sampai seumur hidup dan masalah kekurangan adrenal dikesampingkan. Seorang dokter dalam posisi penting untuk mencegah koma myxedema dengan mempertahankan tingkat kecurigaan yang tinggi untuk hipotiroidisme. (Am Fam Physician 2000, 62) Istilah myxedema telah diterapkan pada beberapa klinik dan sering digunakan untuk istilah hipotiroidisme berat, kondisi klinis umum di mana kelenjar tiroid menghasilkan rendahnya tingkat abnormal hormon. Myxedema juga mengacu pada 2 kondisi dermatologi yang berbeda seperti pretibial, gangguan kulit biasa, tidak terjadi dalam kasus hipotiroidisme tetapi paling sering pada penyakit Graves. Istilah pretibial agak menyesatkan, karena kondisi ini dapat mempengaruhi daerah lain dari tubuh dan bisa lebih tepat disebut dermopati lokal. (Citkowitz 2008) Koma myxedema, sebuah penyakit yang mengancam jiwa berupa hipotiroidisme jika tidak diobati dengan dekompensasi fisiologis. Kondisi tersebut terjadi pada pasien dengan hipotiroidisme yang lama diobati dan biasanya dipicu oleh faktor sekunder, seperti iklim- induksi hipotermia, infeksi, atau kondisi lain yang sistemik, atau terapi obat. Pasien dengan koma
40
myxedema memiliki perubahan status mental termasuk keletihan, stupor, delirium, atau koma. Istilah yang lebih tepat untuk koma myxedema adalah krisis myxedema. (Citkowitz 2008) Koma Myxedema adalah komplikasi ekstrim dari hipotiroidisme di mana pasien menunjukkan kelainan organ multiple dan kerusakan mental progresif. Istilah myxedema sering digunakan bergantian dengan pengertian koma hipotiroidisme dan myxedema. Myxedema juga mengacu pada pembengkakan pada kulit dan jaringan lunak yang terjadi pada pasien yang hipotiroid. koma myxedema terjadi ketika respon kompensasi tubuh untuk hipotiroidisme tidak mampu dan adanya faktor yang mempercepat seperti infeksi. (Cristen 2000)
2.2 Epidemiologi
Hipotiroidism adalah gangguan umum pada populasi lebih tua, di Amerika Serikat kondisi ini hada dalam 8% wanita dan 2% pria diatas 50 tahun. koma myxedema merupakan konsekuensi langka hipotiroidisme tidak diobati pada daerah di mana populasi cukup mengkonsumsi yodium. Penyebab paling umum hipotiroidisme adalah penyakit tiroid autoimun dan terapi ablasi tiroid, dengan prevalensi sekitar 8% wanita berusia 50 tahun atau lebih. (Citkowitz 2008) koma myxedema / krisis myxedema adalah keadaan darurat metabolik dan kardiovaskular. Jika kondisi ini tidak segera didiagnosis dan diobati, angka kematian adalah sekitar 50% atau lebih. Bahkan dengan diagnosis segera dan intervensi medis yang tepat, tingkat kematian hingga 25%. Faktor menunjukkan prognosis yang buruk adalah suhu tubuh kurang dari 34 o C, hipotermia kuat yang tidak responsif sampai 72 jam terapi, usia lanjut, bradikardia (<44 denyut per menit), sepsis, infark miokard, dan hipotensi. Di samping itu, studi yang ditemukan yang masuk tingkat kesadaran pasien, pada nilai di Glasgow Coma Scale dan pada Fisiologi akut dan kronis Evaluasi Kesehatan (APACHE) II, yang paling prediktif untuk bertahan hidup. Koma myxedema / krisis myxedema sekitar 4-8 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki, sesuai dengan kejadian peningkatan hipotiroidisme pada wanita. Insiden meningkat hipotiroidisme tergantung pada
41
usia, fisiologis dekompensasi parah. Hipotiroidisme myxedema / koma krisis, terjadi terutama pada orang tua. Yang Namun, kondisi ini tidak boleh secara otomatis dikesampingkan pada dewasa muda. (Citkowitz 2008)
2.3 Etiologi
Koma myxedema adalah dekompensasi fisiologis hipotiroidisme primer atau sekunder yang parah yang biasanya disebabkan oleh stres fisiologis, tambahan tipe tertentu dari stres tersebut adalah sebagai berikut : •
Infeksi penyakit / sistemik
•
Suhu lingkungan dingin
•
Trauma
•
Burns
•
Penurunan aliran darah serebral / kecelakaan serebrovaskular
•
Penurunan output jantung / gagal jantung kongestif
•
pernafasan asidosis (peningkatan P
•
Obat - obatan
CO2,
o
Obat penenang (Tranquilizers)
o
Obat penenang (sedative)
o
Anestesi
o
Analgesik / narkotika
o
Amiodarone
o
Rifampisin
o
Beta blockers
o
Lithium
o
Fenitoin
o
Diuretik
•
Perdarahan GI
•
Hipoglikemia
•
retensi CO 2
penurunan P
O2)
(emedicine.medscape.com )
42
2.4 Patofisiologi
Koma myxedema kebanyakan terjadi pada wanita usia lanjut yang sebelumnya sudah menderita hipotiroid yang tidak diobati. Saat seseorang mengalami hipotiroid, terjadi adaptasi fisiologi. Penurunan basal metabolic rate dan penurunan penggunaan oksigen di pembuluh darah perifer yang dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh perifer yang dapat menyebabkan seseorang terkena hipotermi. Reseptor beta adrenergik berkurang, tapi biasanya reseptor alfa adrenergik masih dalam batas normal. Sekresi katekolamin juga menyebabkan beta/alfa tidak seimbang, hipertensi diastolik yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Koma myxedema yang berasal dari penurunan kadar hormon tiroid, dapat mempengaruhi seluruh seluruh sistem organ yang ada di dalam tubuh manusia. 1. Sistem Metabolik Hormon tiroid sangat untuk metabolisme sel dan fungsi organ. Dengan keadaan hormon tiroid yang tidak adekuat, jaringan – jaringan yang membentuk suatu organ tidak dapat matang dan tumbuh secara normal, produksi energi akan berkurang dan dapat mempengaruhi kerja hormon lain yang juga terkait dengan kerja hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid dapat menyebabkan penurunan metabolisme, itu juga akan berdampak pada metabolisme obat pada penderita hipotiroid. Hal ini dapat menyebabkan penderita akan mengalami overdosis obat. Oleh karena hal itu, sebelum memberikan obat kepada pasien dengan penyakit hipotiroid, harus dipertimabangkan dengan cermat. Obat seperti morfin,hipnotic, anestesi dan sedatif dapat menjadi faktor presipitasi koma myxedema 2. Neurologi Koma myxedema dapat menyebabkan letargi atau stupor. Tetapi mekanismenya sampai sekarang masih belum bisa dijelaskan. Fungsi otak dipengaruhi oleh penurunan aliran darah ke otak dan konsumsi oksigen, kekurangan hormon tiroksin dan kekurangan triiodotiroksin. Hipo natremi yang disebabkan disfungsi ginjal mungkin dapat mempengaruhi fungsi mental.
43
3. Kardiovaskular Fungsi jantung juga ikut terganggu, dengan bradikardi dan penurunan kontraktilitas otot jantung yang dapatmenyebabkan penurunan stoke volume dan cardiac output. Perubahan ini dapat menyebabkan penurunan produksi myocyte contractile proteins dan enzim, termasuk NA+/K+ adenosine triphosphatase sebagai hasil dari penurunan gen yang berperan dalam proses transkriptasi akibat dari tidak adekuatnya suplai Triiodotironin. Peningkatan resistensi pembuluh darah yang terjadi menyebabkan terjadinya multifaktorial kasus, banyak penelitian yang menjelaskan bahwa dalam banyak kasus terdapat penurunan level T3. Perubahan inversi gelombang ST dan T yang tidak bisa dijelaskan, listik jantung yang menurun dan ventrikular aritmia. Volume plasma menurun dan permeabilitas kapiler meningkat, yang menyebabkan cairan yang terakumulasi dalam jaringan dan dapat menyebabkan efusi perikardial. 4. Respiratori Koma myxedema dapat menyebabkan penurunan tonus otot pernapasan, penurunan ventilasi dan peningkatan gradien oksigen diantara alveolar-arterial. Akumulasi cairan dapat menyebabkan efusi pleural dan kapasitas difusi antara alveoli dengan darah. Ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang dapat pula terjadi yang dapat menyebabkan hiperkapnea. Disfungsi organ lain juga bisa terjadi, jika pasien mengalami obesitas, pasien tersebut kemungkinan juga bisa mengalami penurunan volume paru, kapasitas difusi dan penurunan respiration rate akan menyebabkan pasien tersebut mengalami hipoventilasi, hipoxia, hiperkapnea dan depresi pada sistem respiratory. Pasien juga bisa mengalami sleep apnea. 5. Ginjal Cardiac output yang menurun dan vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan penurunan Glomerulus Filtration Rate. Penurunan Na+/K+ ATPase akan menurunkan reabsorbsi sodium dan akan berdampak pada ekskresi air sebagai akibat dari hiponatremi yang biasanya terdapat pada pasien koma myxedema.
44
6. Gastrointestinal Hipotiroid juga berpengaruh pada penurunan motilitas usus saluran pencernaan. Pasien dengan koma myxedema akan mengalami megakolon, gastric atony dan ileus paralitik. Penurunan tonus otot dapat menyebabkan malabsorbsi. Pasien dengan koma myxedema juga mengalami peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan pasien mengalami asites.
2.5 Manifestasi klinis
Menurut Citkowitz, beberapa manifestasi dari koma myxedema antara lain : o
Hipotensi / syok
o
Hipotermia
o
Penurunan tekanan nadi, tekanan sistolik normal, peningkatan tekanan diastolik, denyut nadi lambat dan tingkat respirasi
o
Periorbital, nonpitting edema; kekasaran bengkak atau wajah; macroglossia, nasofaring, dan laring; kasar atau penipisan rambut, pembesaran amandel
o
Thyroid - membesar, tidak teraba, bekas luka menunjukkan tiroidektomi sebelumnya
o
Paru – kecepatan nafas lambat, hipoventilasi, hambatan nafas, efusi pleura, konsolidasi
o
Hati – suara lemah atau suara jantung jauh, impuls apikal berkurang, bradikardia, jantung membesar, efusi perikardial
o
Abdomen - distensi usus sekunder untuk ileus dan ascites, berkurang atau tidak ada suara
o
Distensi kandung kemih
o
Dingin, edema nonpitting tangan dan kaki
o
Kulit / kuku - dingin, pucat, kering, bersisik, kulit menebal, kering, kuku
rapuh;
ecchymoses,
purpura,
warna
pudar
karena
karotenemia o
Neuromuskuler - Kebingungan, pingsan, obtundation, koma, bicara lambat, kejang, refleks dengan fase relaksasi lambat
45
2.6 Pemeriksaan penunjang
Beberapa temuan diagnostik dilaporkan pada pasien dengan koma myxedema. Gangguan ini dampak kadar hormon tiroid, kadar elektrolit, creatine kinase (CPK) tingkat dan nilai-nilai laboratorium lain. seperti antara lain : a. Pemeriksaan darah untuk mengukur: -
kadar HT (T3 dan T4) serum. Nilai normal orang dewasa: T3 (0,2-0,3 mg/dl) dan T4 (6-12 mg/dl), nilai normal pada anak T3 (180-240 mg/dl). Pada hipotiroid kadar HT kurang dari normal
-
TSH. Bila kadar thyroxine stimulating hormon (TSH) kurang dari 1 mikro-unit per liter, berarti pasien terkena hipotiroid. Normalnya, kadar TSH 1-5 mikro-unit per liter.
-
TRH
-
T3 Resin, untuk mengukur jumlah T3 dan TGB tak jenuh. Nilai normal dewasa: 25-35% dan pada anak umumnya tidak ada. Hipotiroidisme kadar TGB menunjukkan penurunan.
-
Protein Bound iodine (PBI). Nilai normal 4-8 mg% dalm 100 ml darah. Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam. Hasil pemeriksaan hipotiroidisme kurang dari 4 mg%.
-
hemoglobin darah, pada penderita koma myxedema terdapat anemia (Hb 7 – 10 gr%)
-
BGA b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya
menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi. c. Laju metabolism basal (BMR). Nilai normal BMR adalah -10 s/d 15%. d. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung. e.
Tiroid scan menunjukkan penurunan penyerapan radioaktif iodine
(I131 dan I 123).
46
f.
RAI,
untuk
mengukur
kemampuan
kelenjar
menangkap iodida. Normal I 131 adalah 10-35%,
tiroid
dalam
pada hipotiroidisme
persentase yang ditunjukkan kurang dari 10%.
2.7 Penatalaksaan
Koma myxedema adalah keadaan medis darurat akut dan harus dirawat di unit perawatan intensif. Gas Darah harus dimonitor secara teratur, dan pasien biasanya membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik serta cairan intravena harus diberikan dengan hati-hati, dan asupan air yang berlebiha harus dihindari. Obat-obatan yang diberikan harus secara intravena. Para pasien harus menerima dosis muatan awal levothyroxine intravena (300-400mg) diikuti oleh 50 mg levothyroxine intravena harian. Panduan klinis perbaikan kenaikan suhu tubuh dan kembalinya fungsi otak dan pernafasan normal. Perawatan harus diambil untuk membuang kekurangan adrenal bersamaan. (Marcelo 2010) Menurut Cristen beberapa penatalaksaan dalam keadaan kritis yang perlu dilakukan antara lain : Penggantian Hormon Tiroid
Setiap pasien dengan koma myxedema yang dicurigai harus ditangani dengan hormon tiroid. Walaupun ada kekhawatiran dapat menyebabkan aritmia atau infark miokard dengan pemberian dosis besar levothyroxine intravena, walaupun mempunyai pontesial efek tetapi levothyroxine (T 4) dapat untuk menyelamatkan jiwa. Kebanyakan merekomendasikan penggunaan T
4
saja. levothyroxine Dosis
awal 100 sampai 500 mg secara intravena harus diikuti oleh 75 sampai 100 mg intravena setiap hari sampai digantikan dengan levothyroxine oral. Dosis awal rendah harus diberikan pada pasien yang lemah atau memiliki penyakit penyerta lain, khususnya penyakit kardiovaskuler. Pasien lansia biasanya membutuhkan 100-170 mg setiap hari levothyroxine oral. Antibiotik
Infeksi sering menjadi penyebab dekompensasi pasien, karena itu suatu etiologi infeksi menular harus dicari dengan pemeriksaan darah dan urin serta
47
rontgen dada sehingga adanya dukungan terapi dengan antibiotik spektrum luas secara intravena. Steroid
Karena kemungkinan hipotiroidisme sekunder dan hypopituitarism terkait, hidrokortison harus diberikan sehingga tidak terjadi insufisiensi adrenal. Hidrokortison harus diberikan secara intravena pada dosis 100 mg setiap delapan jam. Kegagalan untuk mengobati dengan hidrokortison dalam menghadapi insufisiensi adrenal dapat mengakibatkan pengendapan sehingga terjadi krisis adrenal. Tes hormon adrenokortikotropik stimulasi dapat diberikan jika secara klinis diperlukan.
2.8. Komplikasi
Adrenal insufficiency karena terganggunya pituitary atau autoimmune adrenal insufficiency (Schmidt’s syndrom) yang terjadi bersamaan dilakukan terapi glukokortikoid (juga untuk membedakan myxedema coma karena kerusakan kelenjar tiroid atau kerusakan pituitary.
48
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 1. Airway
Look
: Adanya gerakan dada, ada retraksi atau otot bantu pernafasan
Listen
: Adanya bunyi nafas tambahan (Gurgling, Krakels, ronkhi, wheezes)
Feel
: Adanya hembusan nafas. Kaji adanya sumbatan jalan nafas yang disebabkan oleh pangkal lidah jatuh ke posterior
2. Breathing
Kaji pola nafas : hipoventilasi dan hiperkapnea Frekuensi
:
lebih dari < 16 kali/mnt
Irama nafas : lambat Adanya Pernafasan Cuping Hidung : tidak ada. 3. Circulation
Extermitas pucat, dingin, nadi lambat dan lemah, waktu pengisian kapiler >3 detik, tekanan darah turun, dan sianosis.
3.2
Diagnosis dan Intervensi
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi dan hiperkapnea. Tujuan : pasien dapat bernapas dengan maksimal Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36,5-37,5 derajat celcius) Nadi normal (80 – 100 kali / mnt) RR normal (16 – 24 kali / mnt) Tekanan darah normal (80/100 - 100/120 mm/Hg) Intervensi :
49
a. Mengajarkan napas spontan yang optimal kepada pasien b. Memonitor pergerakan dada serta irama dan panjang napas. c. Observasi adanya pucat atau sianosis. d. Catat perubahan SaO2,PO2,PCO2, dan arterial blood gas.
Rasional : a. Memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru b. Mengetahui adanya retraksi otot bantu napas. c. Kekurangan oksigen menyebabkan peredaran darah dalam tubuh tidak lancar sehingga menyebabkan pucat hungga sianosis. d. Menetahui keseimbangan komposisi udara dalam tubuh.
2. Hipotermia berhubungan dengan myxedema coma. Tujuan : mempertahkankan suhu tubuh pasien normal Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36,5-37,5 derajat celcius) Nadi normal (80 – 100 kali / mnt) Warna kulit tidak berubah Tidak gemetar Intervensi : a. Mempertahankan suhu tubuh pasien dengan memakaikan pakaian yang kering dan kaos kaki serta selimut. b. Memonitor temperatur pasien setiap 2 jam. c. Observasi adanya tanda-tanda hipotermia seperti gemeter, bicara ngelantur, kulit pucat atau berubah warna, lemah, fatigue. Rasional : a. Mencegah keluarnya panas tubuh yang berlebihan dari permukaan tubuh pasien. b. Memantau suhu tubuh secara berkelanjutan penting untuk mewaspadai tingkat keparahan hipotermia. c. Memantau perbaikan kondisi pasien.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
50
Tujuan : edema dapat ditekan seminimal mungkin Kriteria hasil : intake dan output cairan seimbang Edema minimal di wajah dan kaki BB menurun mendekati BB normal pasien
Intervensi : a. Berikan IV glukosa dan normal saline sesuai petunjuk dokter. b. Observasi intake dan output cairan setiap jam c. Beri diuretik sesuai petunjuk dokter. d. Timbang BB setiap hari pada jam yang sama. Rasional : a. Infus untuk memperbaiki hiponatremia dan hipoglicemia yang dialami pasien. b. Jika cardiac output tidak adekuat dan renal output tidak adekuat akan menimbulkan retensi cairan dan menurunnya urin output. c. Diuretik mampu membantu meningkatkan urin output. d. Peningkatan BB mengindikasikan adanya retensi cairan.
4. Mobilitas, hambatan fisik berhubungan dengan koma. Tujuan : mempertahankan massa otot pasien Kriteria hasil : tidak terjadi atrofi otot Intervensi : a. Latih pasien untuk menggerakkan otot dan persendian setiap hari kurang lebih 15 sampai 30 menit setiap hari. Rasional : a. Mencegah otot mengecil dan mempertahankan flexibilitas sendi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penggunaan alat-alat invasif Tujuan : pasien tidak mengalami infeksi Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi yang muncul, seperti : Color, dolor, rubor, functio lesa. Intervensi : a. Observasi tanda-tanda infeksi.
51
b. Selalu mencuci tangan dengan teknik antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan kepada pasien. c. Mengganti secara berkala alat-alat invasif pada pasien. d. Menggunakan alat-alat yang steril saat melakukan tindakan invasif kepada pasien. e. Pertahankan asupan kalori pasien. f. Kolaborasi pemberian antibiotik . Rasional : a. Memantau adanya infeksi pada pasien b.
Meminimalkan mikrooragnisme yang masuk ke pasien.
c. Meminimalkan mikrooragnisme yang masuk ke pasien. d. Meminimalkan mikrooragnisme yang masuk ke pasien. e.
Mempertahankan status imun pasien agar tidak mudah terinfeksi mikroorganisme.
f. Meminimalkan infeksi yang dapat terjadi pada pasien.
6. Konstipasi berhubungan dengan koma. Tujuan : pasien tidak mengalami konstipasi Kriteria hasil : rutin BAB minimal 1 kali/hari Tidak terjadi distensi abdominal Intervensi : a. Pertahankan asupan cairan yang cukup untuk pasien setiap hari. b. Diet pasien harus mengandung serat yang cukup Rasional : a. Penting untuk memudahkan pencernaan makanan. b. Penurunan bakteri di usus karena adnya serat makanan dapat meningkatkan motilitas usus.
52
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Koma Myxedema adalah komplikasi ekstrim dari hipotiroidisme di mana pasien menunjukkan kelainan organ multiple dan kerusakan mental progresif. Istilah myxedema sering digunakan bergantian dengan pengertian koma hipotiroidisme dan myxedema. Penyebab terbanyak adalah karena stres fisiologis. Gejala yang muncul antara lain Hipotensi / syok, hipotermia , penurunan tekanan nadi, pembesaran tiroid dan beberapa gejala lainnya. Komplikasi yang menyertai adalah adrenal insufficiency karena terganggunya pituitary yang terjadi bersamaan ketika dilakukan terapi glukokortikoid. 4.2
Saran
Koma myxedema kebanyakan terjadi pada wanita usia lanjut yang sebelumnya sudah menderita hipotiroid yang tidak diobati. Saat seseorang mengalami hipotiroid, terjadi adaptasi fisiologi. Perawat hendaknya mampu memberikan solusi jika mengetahui tanda dan gejala dari koma myxedema yang harus segera dibawa ke unit perawatan intensif.
53