KEARIFAN LOKAL SEBAGAI TAMENG GLOBALISASI
LAPORAN GEOGRAFI
OLEH : AUDREY ALDA R. (07) FARIZAL PARADISE S. (16) ILFIA KHOLIFATURROHMAH (20) RIDHO RAFIF AP. (32) XI MIPA 4
SMA NEGERI 10 MALANG DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA MALANG FEBRUARI 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makala h ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kearifan Lokal yang Diterapkan dalam Hubungan Manusia dan Lingkungan.” Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak- pihak yang membantu penulis baik secara moril, materil dan doa kepada penulis agar karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih yang tak terhingga khususnya penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Dra. RR. Niken Purwanti selaku guru dalam penulisan laporan ini. 2. Ibu Novita Ratna Sari, S.S, S.Pd selaku guru pembimbing dalam penulisan laporan ini. 3. Orang tua penulis yang banyak memberikan dorongan, masukan, dan saran untuk laporan ini. 4. Teman- teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan kritik dan saran terhadap laporan ini. Dengan harapan semoga semua amal baik tersebut, akan mendapa imbalan yang baik pula. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangan. Kurang lebihnya penulis mohon maaf jika ada kekurangan.
Malang, 08 Februari 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar .......................................................................................................... ii Daftar Isi ................................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1Latar Belakang .............................................................................................. 1 1. 2Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 1. 3Tujuan Masalah ............................................................................................ 2 BAB 2 PEMBAHASAN 2. 1Kearifan Lokal di Era Globalisasi ................................................................ 3 2. 2Kearifan Lokal Sebagai Tameng Globalisasi ............................................... 4 2. 3Fungsi Kearifan Lokal dan Bentuknya dalam Budaya Nasional .................. 5 BAB 3 PENUTUP 3. 1Kesimpulan ................................................................................................... 8 3. 2Saran ............................................................................................................. 9 LAMPIRAN ............................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13
iii
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup ( way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia yang kita kenal sebagai Nusantara, kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Walaupun ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada jaminan bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Secara faktual dapat kita saksikan bagaimana kearifan lokal yang sarat kebijakan dan filosofi hidup nyaris tidak terimplementasikan dalam praktik hidup yang makin pragmatis. (Suyono Suyatno) Era globalisasi, kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif pada sistem ekonomi namun, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat menimbulkan pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu Negara. Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Perkembangan tekhnologi memiliki peran yang sangat besar dalam menuntun para remaja kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis, materialistik, dan individualistik. Hal tersebut menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat mulai memudar. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai adat kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan simbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Sehingga, sulit memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat. Oleh karena itu, dibuat analisis untuk memberikan motivasi kepada masyarakat umum khususnya pelajar agar dapat lebih kreatif dalam menyaring budaya luar yang masuk ke Indonesia agar tidak menimbulkan sikap yang kebarat-baratan sehingga melupakan budaya Indonesia yang telah ada sejak zaman nenek moyang. Selain itu, pengaruh negatif globalisasi dapat berdampak buruk bagi Negara karena budaya yang masuk dari luar dapat menimbulkan banyaknya pendapat yang masuk sehingga terjadi selisih paham yang dapat mengubah ideologi Negara. Oleh karena itu, peran orang tua, guru, serta pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengantisispasi dampak tersebut agar tidak semakin membuat para penerus bangsa kehilangan nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan sejak dini kepada remaja bangsa seperti, jiwa
1
nasionalisme, persatuan dan keastuan, saling menghormati, dan yang paling utama adalah sikap sopan santun karena hal tersebut sekarang sudah jarang ditemui di lingkungan masyarakat ataupun sekolah. 1. 2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kearifan lokal ditengah era globalisasi? 2. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal sebagai tameng globalisasi? 3. Apa fungsi kearifan lokal dan bentuknya dalam budaya nasional? 1. 3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui keadaaan kearifan lokal ditengah era globalisasi yang semakin berkembang. 2. Mengetahui maksud dari kearifan lokal sebagai tameng globalisasi. 3. Mengetahui fungsi kearifan lokal dalam mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari globalisasi.
2
BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Kearifan Lokal di Era Globalisasi Kearifan lokal, dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat (local wisdom) atau pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Ketiganya merujuk pada bentuk pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Konsepsi yang disebutkan terakhir adalah bahasan yang paling sering dijumpai dan dikupas saat ini. Local genius ini dikenalkan oleh Quaritch Wales, menyusul para antropolog lain yang mengurainya lebih panjang lagi, Har yati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Lebih tegas lagi, Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya dan bertahan sampai sekarang. Di Indonesia sendiri, kesadaran akan kaya dan berartinya kearifan lokal cenderung terlambat. Selama ini, kearifan lokal tiarap bersama kepentingan pembangunan yang bersifat sentralistik dan top down. (Ridwan, 2007). Beruntunglah, semangat otonomi daerah berhasil membuka kembali kran aliran nilai kearifan lokal tersebut. Masyarakat Indonesia mulai membangkitkan nilainilai daerah untuk kepentingan pembangunan menjadi sangat bermakna bagi perjuangan daerah untuk mencapai prestasi terbaik. Kearifan lokal di berbagai daerah di seluruh Nusantara merupakan kekayaan budaya yang perlu diangkat kepermukaan sebagai bentuk jati diri bangsa. Lebih dari itu, kearifan lokal juga dapat dijadikan rujukan penyelesaian masalah bangsa. Jero Wacik, mengatakan, kearifan lokal yang terdapat di berbagai daerah di Nusantara, seharusnya diangkat dan dihargai sebagai salah satu acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi yang dimaksud adalah globalisasi yang erat dengan arus informasi. Arus informasi ini hadir untuk meluaskan paham internasionalisme, dan menghapuskan batas-batas nation-state. Penghapusan batas-batas tersebut melintasi bahkan menghapuskan batas-batas kebudayaan, perilaku, dan nilai-nilai kearifan lokal.
3
Maka wajar jika produk-produk kearifan lokal Indonesia bisa dibajak orang lain. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan teknolgi informatika dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal. 2. 2 Kearifan Lokal Sebagai Tameng Globalisasi Masuknya nilai-nilai budaya barat ke Indonesia yang menumpang arus globalisasi merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas barat yang semakin diminati oleh masyarakat karena dianggap lebih modern. Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro, toleransi, keramahtamahan, penghormatan pada yang lebih tua juga di gempur oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik. Dalam situasi demikian, kesalahan dalam merespon globalisasi dapat berakibat pada lenyapnya budaya lokal dan inilah yang menjadi masalah terbesar budaya lokal di tengah-tengah era globalisasi. Ketika gelombang globalisasi menggulung wilayah Indonesia, ternyata kekuatannya mampu menggilas budaya-budaya lokal. Indonesia sebagai negara berkembang dengan beragam etnis, suku bangsa, dan budaya sesungguhnya telah dimodali mekanisme penjagaan diri terhadap globalisasi melalui sebuah kearifan lokal. Kearifan lokal atau dalam bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat (local wisdom) merupakan gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan bernilai baik, serta tertanam sekaligus diikuti oleh anggota masyarakatnya. Di dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah dibekali kemampuan untuk menyaring budaya asing sehingga hanya menyerap budaya yang sesuai dengan budayanya sendiri atau disebut dengan local genius. Dengan modal ini kita tidak perlu khawatir dalam menghadapi terjangan arus globalisasi. Apabila kemampuan local genius ini mampu bersinergi dengan kearifan lokal, maka keduanya dapat dijadikan tameng untuk menangkis serangan globalisasi yang mulai megikis budaya lokal. Oleh karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dengan cara menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Dalam hal ini, pendidikan memegang peranan yang penting sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan seja k sekolah dasar. Patut menjadi perhatian bersama bahwa nilai-nilai lokal bukanlah nilai usang yang ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan, tetapi kearifan lokal ini dapat berkolaborasi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi. Isu mengenai demokrasi, hak asasi manusia, dan li ngkungan
4
hidup diangkat sebagai agenda pembangunan di dunia internasional. Isu-isu tersebut dapat bersinergi dengan filosofi budaya lokal yaitu hamemayu hayuning bawana. Makna dari hamemayu hayuning bawana adalah memberi pelajaran kepada masyarakat untuk berbersikap dan berperilaku yang mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan dalam melaksanakan hidup dan kehidupannya agar negara menjadi panjang, punjung, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja. Globalisasi yang tidak dapat dihindari memaksa kita untuk larut di dalamnya. Dalam menyikapi hal ini, kita tidak perlu bersusah payah mengurung diri agar tidak ikut terhanyut dampak globalisasi. Kita harus mempersiapkan penguatan akar kebangsaan jati diri bangsa melalui kearifan lokal. Dengan persiapan tersebut diharapkan dapat membentengi bangsa Indonesia dari pengaruh negatif yang berasal dari luar. Apalagi didukung oleh kemampuan local genius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentunya akan mampu mengarungi globalisasi tanpa kehilangan jati diri bangsa. Jangan khawatir untuk ikut membaur dalam globalisasi, namun dalam bauran tersebut kita harus tampak sebagai Indonesia dengan warna negara kita karena berbaur tak harus menjadi satu warna. Semua itu hanya masalah sudut pandang saja, saat ini bukan waktunya untuk memandang kagum budaya barat yang lebih modern. Marilah melakukan upaya minimal dengan jalan melestarikan apa yang kita miliki. Dengan demikian eksistensi budaya lokal tetap terjaga dan dapat bermekar indah dalam percaturan global. 2. 3 Fungsi Kearifan Lokal dan Bentuknya dalam Budaya Nasional Kearifan lokal dibangun sebagai pedoman, pengendali, aturan dan rambu-rambu untuk berperilaku hubungannya dengan antarmanusia maupun dengan alam. Fungsi kearifan lokal, antara lain:
Sebagai bentuk konservasi dan pelestarian terhadap sumberdaya alam.
Untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengentahuan.
Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
Bermakna sosial, sebagai penguat solidaritas masyarakat. Nilai-nilai dalam kearifan lokal menjadi modal utama dalam membangun masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dengan lingkungan alam. Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Suku-suku di Indnesia yang jumlahnya ribuan memiliki kearifan lokal yag menjadi ciri khas masing-masing. Hal ini karena kondisi geografis antarwilayah yang berbeda sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap alam juga berbeda. Namun, pada dasarnya kearifan lokal di setiap wilayah sama, yaitu sebagai aturan, pengendali, rambu-rambu, dan pedoman masyarakat dalam memperlakukan alam sekitar.
5
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Beberapa bentuk kearifan lokal yang berperan dalam pengenlolaan sumber daya alam dan lingkungannya dalam kebudayaan masyarakat, yaitu: a. Kearifan lokal dalam bidang pertanian Contoh: Pranoto mongso di Jawa (penentuan musim) mer upakan waktu musim yang digunakan oleh para petani sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Pranoto mongso mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso/musim dalam bercocok tanam. Petani akan memulai pertanian dengan menggunakan hitungan kalender jawa, dan melihat tanda-tanda alam. Oleh karena itu, tanah tidak jenuh dan memberi waktu kepada tanah untuk mengumpulkan unsur hara. Melalui perhitungan pranoto mongso, alam dapat menjaga keseimbangannya. b. Kearifan lokal dalam falsafah, tradisi, dan kepercayaan Contoh: Suku Mentawai hidup selaras dengan alam. Mereka percaya bahwa hasil alam adalah milik bersama, yang harus dijaga kelestariannya. Sebelum pembukaan ladang, suku Mentawai mela kukan upacara-upacara untuk meminta izin kepada roh-roh penjaga hutan. Dalam kegiatan perladangan, tidak dikenal system tebas bakar karena mereka percaya akan menimbulkan kemarahann roh penjaga hutan. c. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam Contoh: Di Papua terdapat kepercayaan te aro newaek lako (alam adalah aku), dimana tanah adalah bagian dari hidup manusia. Seperti pandangan meraka terhadap Gunung Erstberg dan Grasberg yang dipercaya sebagai kepala mama (ibu). Pengambilan hasil alam dan pemanfaatannya dilakukan secara hati-hati. d. Kearifan lokal dalam cerita budaya, pertuah, dan sastra Contoh: Samong atau smong merupakan sebuah seni tutur bahasa yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Samong menjadi semacam mitigasi bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari ke bukit ketika terjadi gempa. e. Kearifan lokal dalam mitos masyarakat Contoh: Lubuk larangan merupakan kearifan lokal masyarakat Sumatera Barat dalam melestarikan wilayah sungai dan danau/waduk. Penduduk dilarang mengambil ikan pada saat-saat tertentu. Pengambilan ikan diwajibkan menggunakan alat yang ramah lingkungan. Keberadaan lubuk larangan merupakan bentuk pelestarian lingkungan perairan s ungai dan ekosistem di dalamnya. f. Kearifan lokal dalam seni arsitektur rumah adat Contoh: Rumah adat suku Batak selalu menggambarkan cicak di dinding rumah mereka. Orang Batak memiliki falsafah hidup hendaknya dapat meniru cicak, binatang yang dapat hidup di rumah mana saja. Artinya,
6
orang Batak dapat beradaptasi dengan lingkungannya seperti hidup cicak. Ornament dan dekorasi dari rumah adat Batak dibuat dengan berbagai bentuk yang memiliki makna dan lambing tertentu. Secara umum ornamennya menggambarkan jati didri, kebersatuan keluarga dan permohonan keselamatan.
7
BAB III PENUTUP 3. 1 Kesimpulan Kearifan lokal di berbagai daerah di seluruh Nusantara merupakan kekayaan budaya yang perlu diangkat kepermukaan sebagai bentuk jati diri bangsa. Lebih dari itu, kearifan lokal juga dapat dijadikan rujukan penyelesaian masalah bangsa. Jero Wacik, mengatakan, kearifan lokal yang terdapat di berbagai daerah di Nusantara, seharusnya diangkat dan dihargai sebagai salah satu acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Globalisasi yang dimaksud adalah globalisasi yang erat dengan arus informasi. Arus informasi ini hadir untuk meluaskan paham internasionalisme, dan menghapuskan batas-batas nation-state. Penghapusan batas-batas tersebut melintasi bahkan menghapuskan batas-batas kebudayaan, perilaku, dan nilai-nilai kearifan lokal. Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah dibekali kemampuan untuk menyaring budaya asing sehingga hanya menyerap budaya yang sesuai dengan budayanya sendiri atau disebut dengan local genius. Dengan modal ini kita tidak perlu khawatir dalam menghadapi terjangan arus globalisasi. Apabila kemampuan local genius ini mampu bersinergi dengan kearifan lokal, maka keduanya dapat dijadikan tameng untuk menangkis serangan globalisasi yang mulai megikis budaya lokal. Oleh karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dengan cara menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Dalam hal ini, pendidikan memegang peranan yang penting sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan seja k sekolah dasar. Kearifan lokal dibangun sebagai pedoman, pengendali, aturan dan rambu-rambu untuk berperilaku hubungannya dengan antarmanusia maupun dengan alam. Nilai-nilai dalam kearifan lokal menjadi modal utama dalam membangun masyarakat tanpa merusak tatanan sosial dengan lingkungan alam. Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal masyarakat. Suku-suku di Indnesia yang jumlahnya ribuan memiliki kearifan lokal yag menjadi ciri khas masing-masing. Hal ini karena kondisi geografis antarwilayah yang berbeda sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap alam juga berbeda. Namun, pada dasarnya kearifan lokal di setiap wilayah sama, yaitu sebagai aturan, pengendali, rambu-rambu, dan pedoman masyarakat dalam memperlakukan alam sekitar. Pendididikan tentang kearifan lokal sangat perlu untuk diberikan kepada para generasi muda penerus bangsa sehingga ketika mereka dewasa nanti mereka tidak melupakan kearifan lokal warisan nenek moyangnya dan siap menghadapi tantangan zaman serta proses moderenisasi tiada henti. Dalam
8
proses pendidikan ini sangat diperlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari orang tua, dan guru di Sekolah, sebagai pihak pengganti orang tua bagi siswa-siswinya. Orang tua berperan sebagai guru utama dan pemberi suri tauladan (uswatun hasanah) yang baik bagi anaknya dalam proses penerapan nilai-nilai kearifan lokal sehingga tidak terjadi kesenjangan yang tinggi antara teori dan praktek dilapangan, dan guru berperan memberikan pendidikan tentang kearifan lokal secara formal melalui pelajaran di Sekolah. 3. 2 Saran 1. Dengan adanya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan ilmu yang mungkin belum pembaca ketahui dan cobalah mencari informasi dari sumber lain yang mungkin lebih bisa memberi pengetahuan yang lebih. 2. Dengan adanya laporan ini diharapkan orang tua dapat memberikan contoh yang baik bagi anaknya dalam proses penerapan nilai-nilai kearifan lokal sehingga tidak terjadi kesenjangan yang tinggi antara teori dan praktek dilapangan. 3. Dengan adanya laporan ini diharapkan guru dapat memberikan pendidikan tentang kearifan lokal secara formal melalui pelajaran di Sekolah. 4. Dengan adanya laporan ini diharapkan masyarakat mempunyai sikap kesadaran, kepedulian, dan sikap tanggung jawab diperlukan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Sadar bahwa lingkungan merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup manusia. Peduli untuk melestarikan dan menjaga lingkungan, serta kegiatan manusia harus disertai rasa tanggung jawab terhadap alam. 5. Dengan adanya laporan ini diharapkan pemerintah dapat lebih menegakkan hukum tentang unadang-undang lingkungan hidup merupakan hal yang wajib dilakukan. Disamping itu diperlukan usaha penghijauan dan gerakan peduli lingkungan yang harus dilakukan mengingat kerusakan alam semakin parah.
9
LAMPIRAN
KEARIFAN LOKAL SEBAGAI TAMENG GLOBALISASI
Januari 4, 2013ChokoO
Berbaur tak harus menjadi satu warna, namun tunjukkanlah kekhasan warnamu sebagai pengindah pembauran. Arus globalisasi kian menyebar membanjiri seluruh pelosok penjuru dunia seirama dengan semakin pesatnya laju perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi. Penyebaran globalisasi ini berlangsung secara cepat dan meluas tak terbatas pada negara-negara maju saja, tetapi juga melintasi batas negara-negara berkembang bahkan sampai negara-negara miskin. Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi beserta derasnya arus globalisasi merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mendukung dan terkait satu sama lain. Dalam konteks ini, globalisasi tampil sebagai sebuah fenomena yang tidak terelakkan. Semua golongan baik suka maupun tidak suka harus menerima kenyataan bahwa globalisasi dapat menjadi racun yang mematikan eksistensi budaya-budaya lokal atau sebaliknya dapat berperan sebagai obat pembangkit ketertinggalan dibanding negara-negara maju. Oleh karena globalisasi diusung oleh negara-negara maju yang mayoritas merupakan negara barat, maka nilainilai budaya barat sangat berpotensi menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai lokal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Masuknya nilai-nilai budaya barat ke Indonesia yang menumpang arus globalisasi merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas barat yang semakin
10
diminati oleh masyarakat karena dianggap lebih modern. Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro, toleransi, keramahtamahan, penghormatan pada yang l ebih tua juga digempur oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik. Dalam situasi demikian, kesalahan dalam merespon globalisasi dapat berakibat pada lenyapnya budaya lokal dan inilah yang menjadi masalah terbesar budaya lokal di tengah-tengah era globalisasi. Ketika gelombang globalisasi menggulung wilayah Indonesia, ternyata kekuatannya mampu menggilas budaya-budaya lokal. Indonesia sebagai negara berkembang dengan beragam etnis, suku bangsa, dan budaya sesungguhnya telah dimodali mekanisme penjagaan diri terhadap globalisasi melalui sebuah kearifan lokal. Kearifan lokal atau dalam bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat (local wisdom) merupakan gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan bernilai baik, serta tertanam sekaligus diikuti oleh anggota masyarakatnya. Di dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Adapun kearifan budaya lokal ialah pengetahuan lokal yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya, serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Kearifan lokal lahir dari learning by experience yang tetap dipertahankan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kearifan lokal diperoleh melalui suatu proses pengalaman panjang yang menitik beratkan pada pengamatan secara langsung dan juga didukung oleh pendidikan formal maupun informal. Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah dibekali kemampuan untuk menyaring budaya asing sehingga hanya menyerap budaya yang sesuai dengan budayanya sendiri atau disebut dengan local genius. Dengan modal ini kita tidak perlu khawatir dalam menghadapi terjangan arus globalisasi. Apabila kemampuan local genius ini mampu bersinergi dengan kearifan lokal, maka keduanya dapat dijadikan tameng untuk menangkis serangan globalisasi yang mulai megikis budaya lokal. Oleh karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus dibangun secara kokoh dengan cara menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Dalam hal ini, pendidikan memegang peranan yang penting sehingga pengajaran budaya perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional dan diajarkan sejak sekolah dasar. Patut menjadi perhatian bersama bahwa nilai-nilai lokal bukanlah nilai usang yang ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan, tetapi kearifan lokal ini dapat berkolaborasi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi. Isu mengenai demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup diangkat sebagai agenda pembangunan di dunia internasional. Isu-isu tersebut dapat bersinergi dengan filosofi budaya lokal yaitu hamemayu hayuning bawana. Makna dari hamemayu hayuning bawana adalah memberi pelajaran kepada masyarakat untuk berbersikap dan berperilaku yang mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
11
Tuhan dalam melaksanakan hidup dan kehidupannya agar negara me njadi panjang, punjung, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja. Globalisasi yang tidak dapat dihindari memaksa kita untuk larut di dalamnya. Dalam menyikapi hal ini, kita tidak perlu bersusah payah mengurung diri agar tidak ikut terhanyut dampak globalisasi. Kita harus mempersiapkan penguatan akar kebangsaan jati diri bangsa melalui kearifan lokal. Dengan persiapan tersebut diharapkan dapat membentengi bangsa Indonesia dari pengaruh negatif yang berasal dari luar. Apalagi didukung oleh kemampuan local genius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tentunya akan mampu mengarungi globalisasi tanpa kehilangan jati diri bangsa. Jangan khawatir untuk ikut membaur dalam globalisasi, namun dalam bauran tersebut kita harus tampak sebagai Indonesia dengan warna negara kita karena berbaur tak harus menjadi satu warna. Semua itu hanya masalah sudut pandang saja, saat ini bukan waktunya untuk memandang kagum budaya barat yang lebih modern. Marilah me lakukan upaya minimal dengan jalan melestarikan apa yang kita miliki. Dengan demikian eksistensi budaya lokal tetap terjaga dan dapat bermekar indah dalam percaturan global.
12
DAFTAR PUSTAKA Chokoo. 2013. Kearifan Lokal sebagai Tameng Globalisasi. (online, https://choiriafitriyani.wordpress.com/2013/01/04/kearifan-lokal-sebagai-tamengglobalisasi/), diakses pada Minggu, 24 Januari 2016 pukul 19:46 WIB Suyatno, Suyono . Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Upaya Penguatan Identitas Keindonesiaan. (online, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1366), diakses pada Selasa, 26 Januari 2016 pukul 19:15 WIB Triatmojo, Widodo Groho. 2013. Kearifan Lokal di Tengah Era Globalisasi. (online, http://widodogroho.mywapblog.com/kearifan-lokal-di-tengah-era-globalisasi.xhtml), diakses pada 26 Januari 2016 pukul 19:23 WIB Sunarto, Andi. 2013. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kearifan Lokal. (online, http://nartocalonlegislator.blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-globalisasi-terhadapkearifan.html). diakses pada Selasa, 26 Januari 2016 pukul 19:34 WIB Nurzaman, Lubi. 2012. Kearifan Lokal, Solusi Menghadapi Dampak Negatif Modernisasi.(online, http://rajin-cerdas.blogspot.co.id/2012/02/normal-0-false-falsefalse-en-sg-x-none.html), diakses pada Selasa, 26 Januari 2016 pukul 19:58 WIB
13