KAIDAH TAFSIR
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR'AN
Dosen Pengampu: Dr. Moh Abdul Kholiq Hasan, M.A.
DISUSUN OLEH :
Thanaphon khunpon pakdee (151111055)
Ahmad Muhammad (151111057)
Ahmad Zulkarnain (151111060)
ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendaknya makalah sederhana ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul-Qur'an. Adapun yang dibahas dalam makalah sederhana ini mengenai pengertian secara bahasa dan istilah, perbedaan kaidah tafsir dan ulumul qur-an, perbedaan kaidah tafsir dan kaidah ushul dan bahasa, urgensi dan tujuan mempelajari kaidah tafsir.
Dalam penulisan makalah ini banyak ditemukan berbagai hambatan yang di karenakan terbatasnya ilmu pengetahuan mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya berterima kasih kepada dosen pembimbing, yakni bapak Dr. Moh Abdul Kholik Hassan, M.A. yang telah memberikan limpahan ilmu yang berguna.
Makalah ini dibuat semaksimal mungkin. Tapi kemampuan yang masih kurang, membuat makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca dapat membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. Harapannya makalah ini dapat menjadi rujukan dan menjadi referensi untuk kemudian hari. Dan semoga makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Surakarta, 03 mai 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk menekuni bidang tafsir, seseorang memerlukan beberapa ilmu bantu, di antaranya kaidah-kaidah tafsir. Kaidah ini sangat membantu para mufassir dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Alat bantu lainnya adalah pengetahuan bahasa arab, karena Al-Qur'an diturunkan menggunakan bahasa tersebut. Selain itu ia juga harus memahami ilmu ushul figh. Dengan ilmu ini seorang mufassir akan memperoleh kemudahan dalam menangkap pesan-pesan Al-Qur'an.
Redaksi ayat-ayat Al-Qur'an tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti, kecuali oleh Allah sendiri. Hal ini membuahkan keanekaragaman penafsiran. Para sahabat nabi pun tidak jarang berbeda pendapat dalam menafsirkan dan menangkap pesan firman-firman Allah. Ibnu abbas, yang dinilai sebagai sahabat nabi yang paling mengetahui maksud firman-firman Allah, menyatakan bahwa tafsir terdiri dari empat bagian pertama, yang dapat dimengerti secara umum oleh orang-orang arab berdasarkan pengetahuan bahasa mereka. Kedua, yang tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak mengetahuinya. Ketiga, yang tidak diketahui kecuali oleh ulama. Keempat, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.
Rumusan Masalah
Apa pengertian kaidah tafsir?
Apa perbedaan antara kaidah tafsir dan ulumul qur'an?
Apa perbedaan antara kaidah tafsir dan kaidah ushul dan bahasa?
Urgensi dan tujuan mempelajari kaidah tafsir?
Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian kaidah tafsir.
Mengetahui perbedaan antara kaidah tafsir dan ulumul qur'an.
Mengetahui perbedaan kaidah tafsir dan ushul dan bahasa.
Mengetahui urgensi dan tujuan mempelajari kaidah tafsir.
Manfaat Penulisan
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kaidah tafsir dalam Al-Qur'an dan mengerti fungsi dari kaidah tafsir itu sendiri, jadi ketika menafsirkan Al-Qur'an kita bisa menggunakan kaidah-kaidah ini supaya apa yang kita tafsirkan dapat di mengerti, dan tidak ada salah penafsiran atau salah paham.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kaidah tafsir
Tafsir adalah ilmu yang mempelajari kitab Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dan penjelasan atas makna-maknanya serta membuat hukum dan menetapkan hukum, kaidah tafsir, dalam bahasa arab di kenal dengan istilah qawaid al-tafsir atas dua kata, yaitu qawaid dan al-tafsir. Qawaid adalah kata jamak dari kata mufrod qaidah, bentuk muannats (feminim) dari kata mudzakar (maskulin) qa'idah. Secara harifah, qaidah (dalam bahasa indonesia kaidah) berarti dasar, asas, panduan, prinsip juga bisa diartikan dengan peraturan, model, contoh dan cara. Kaidah dalam istilah para ahli tafsir adalah: "hukum (aturan) yang bersifat menyeluruh/umum yang dengan aturan-aturan yang umum itu bisa dikenali (diditeksi) hukum-hukum yang partikular (juz'i). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan qawaid al-tafsir (kaidah-kaidah penafsiran) seperti yang dikatakan utsman al-sabt ialah: "kaidah-kaidah tafsir ialah rangkaian aturan yang bersifat umum (global) yang mengantarkan (menuntun) seseorang (mufassir) untuk menggali makna-makna al-Quran al-Azhim dan mengenali cara memperoleh atau menghasilkan pemahaman itu sendiri.
Dengan mengacu kepada devinisi qawaid al-tafsir yang dikemukakan al-sabt diatas, dapat dipahami bahwa yang di maksud dengan kaidah-kaidah tafsir ialah tata aturan yang mengatur tentang cara dan mekanisme penafsiran al-Qur'an yang harus di pedomani mufassir dalam rangka menghasilkan penafsiran al-Qur'an yang tepat, benar, dan baik. Tanpa ada pedoman yang baku, maka penafsiran al-Qur'an tentu akan mengalami kegagalan dan bahkan sangat mungkin menyesatkan mufassir itu sendiri dan bahkan masyarakat luas.
Perbedaan antara kaidah tafsir dan ulumul qur'an
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa yang dimaksud kaidah tafsir adalah: tata aturan yang mengatur tentang cara dan mekanisme penafsiran al-Qur'an yang harus di pedomani mufassir dalam rangka menghasilkan penafsiran al-Qur'an yang tepat, benar, dan baik. Disini akan saya jelaskan mengenain kaidah-kaidah penafsiran yang harus di ketahui oleh para mufassir.
Damir (kata ganti)
Pada dasarnya, damir diletakkan untuk mempersingkat perkataan, ia berfungsi untuk menggantikan penyebutan kata-kata yang banyakdan menempati kata-kata itu secara sempurna, tanpa merubah makna yang dimaksud dan tanpa pengulangan.
Isim makrifat dan nakirah
Mufrad dan jamak
Jumlah ismiyah dan filiyah
Inna wa'akhwatuha
Itu lah beberapa kaidah yang harus dimiliki oleh seorang mufassir, agar bisa menafsirkan al-Qur'an dengan baik yang sesuai kaidah.
Sedangkan ulumul Qur'an adalah: terdiri atas dua kata ulum dan al-quran. ulum adalah jamak (plural) dari kata tunggal (mufrad) ilm yang secara harfiah berarti ilmu sedangkan al-Quran adalah nama bagi kitab Allah SWT. Yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, maka secara harfiah kata ulumul Qur'an dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu al-Qur'an atau ilmu yang membahas tentang al-Qur'an. Jadi perbedaannya kalu kaidah tafsir itu tata aturan yang mengatur tentang cara dan mekanisme penafsiran al-Qur'an, sedangkan ulumul Qur'an: ilmu yang membahas tentang al-quran.
Perbedaan kaidah tafsir dan kaidah ushul dan bahasa
Kaidah tafsir
Tata aturan yang mengatur tentang cara dan mekanisme penafsiran al-Qur'an yang harus di pedomani mufassir dalam rangka menghasilkan penafsiran al-Qur'an yang tepat, benar, dan baik.
Kaidah ushul
Dalam bahasa arab, kata ushul merupakan bentuk jamak dari kata ashl, yang secara etimologi berarti: sesuatu yang menjadi landasan atau dasar bagi yang lain. Adapun dalam pengertian terminologi, kata al-ashl mengandung berapa makna, antara lain, menunjuk pengertian:
Dalil (dasar), contoh: dasar wajibnya shalat adalah ketentuan al-Qur'an dan hadis.
Bahasa
Al-lughah" (bahasa) adalah 'lafal yang diungkapkan makhluk untuk menyampaikan keinginannya'. Bahasa memiliki ragam yang sangat banyak, ungkapan yang berbeda-beda, namun hakikat yang maknanya satu. Artinya, semua makna bahasa telah menyatu dalam setiap lini kehidupan manusia. (Al-Mu'jam Al-Wasith, kata: lagha). Al-lughah al-'arabiyah: ungkapan yang digunakan oleh orang arab untuk menyampaikan maksud mereka.
Dengan ilmu bahasa Arab ini, seseorang bisa menilai kebenaran dan kekeliruan ketika sedang menggunakan bahasa tersebut. Ilmu bahasa Arab sendiri terdiri dari tiga belas cabang ilmu: ash-sharf, al-i'rab, ar-rasm, al-ma'ani, al-bayan, al-badi', al-'arudh, al-qawafi, qardh asy-syi'ri, al-insya', al-khithabah, tarikh al-adab, dan matan al-lughah. (Jami' Ad-Durus Al-'Arabiyah, hlm. 2).
"
Urgensi dan tujuan mempelajari kaidah tafsir
Ustadz M. Quraish shihab mengemukakan komponen-komponen yang tercakup dalam kaidah tafsir sebagai berikut: pertama, ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Qur'an. Kedua, sistematika yang hendak di tempuh dalam menguraikan penafsiran. Ketiga, patokan-patokan khusus yang membantu emahaman ayat-ayat al-Qur'an, baik dari ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul figh, maupun yang ditarik langsung dari penggunaan al-Qur'an.
Orang yang berbicara dan menulis tafsir Al-Qur'an tanpa memiliki pengetahuan kaidah dan aturan bahasa arab, cendrung melakukan penyimpangan dalam menafsirkan al-Qur'an dan memberikan arti etimologis suatu lafal al-Qur'an dengan arti lain yang tidak sesuai, baik dalam arti hakiki maupun dalam arti kiasannya.
Di antara faktor-faktor yang menyebabkan kekeliruan dalam menafsirkan al-Quran adalah sebagai berikut: pertama, subjektifitas mufassir. kedua, kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah. Ketiga, kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat. Keempat, kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat. Kelima, tidak memperhatikan konteks, baik asbabun nuzul, hubungan antar ayat, maupun kondisi sosial masyarakat. keenam, tidak memperhatikan siapa pembicara dan kepada siapa pembicaraan di tujukan.
Tujuan dari mempelajari kaidah tafsir adalah: memahamkan makna-makna Al-Qur'an, hukum-hukumnya, hikmat-hikmatnya, akhlaq-akhlaqnya dan petunjuk-petunjuknya yang tidak lain untuk memperoleh kebahagiyaan dunia dan akhirat, maka dengan demikian nyatalah, bahwa faedah yang kita dapati dari mempelajari tafsir, ialah: terpelihara dari salah memahami Al-Qur'an. Sedangkan maksud yang diharapkan dari mempelajarinya, ialah: mengetahui petunjuk-petunjuk Al-Qur'an hukum-hukumnya dengan cara yang tepat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kaidah tafsir dapat diartikan sebagai pedoman dasar yang digunakan secara umum guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk al-Qur'an. Oleh karena penafsiran merupakan suatu aktivitas yang senantiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan bahasa, kaidah-kaidah penafsiran akan lebih tepat jika dilihat sebagai suatu prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak mengikat kepada mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama. Setiap mufasir berhak menggunakan prosedur yang berbeda asalkan memiliki kerangka metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penerapan kaidah tafsir bergantung pada kaidah yang digunakan oleh para mufasir. Dari berbagai kaidah tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yakni kaidah dasar, kaidah umum dan kaidah khusus. Masing-masing kaidah diterapkan sesuai dengan metode penafsirannya masing-masing
Pada era kontemporer kaidah tafsir semakin berkembang seiring dengan perkembangan intelektualitas para pemikir muslim dan juga sesuai dengan perkembangan intelektualitas global. Para pemikir muslim mengembangkan kaidah dan metode penafsiran sesuai dengan situasi sosio-historis yang dihadapinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur'an, Jakarta: Rajawali Pers.
Al-Qattan, Manna Khalil. 2015. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa.
Abd Rahman Dahlan, Ushul Figh, Jakarta: Amzah.
https://yufidia.com/2229-al-lughah-al-arabiyah-bahasa-arab.html/diaskes: 3-mei-2016/23:10.
https://yufidia.com/2229-al-lughah-al-arabiyah-bahasa-arab.html/diaskes: 3-mei-2016/23:10
Chirzin, Muhammad. t.th. Al-Quran dan Ulumul Qur'an.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1986. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur'an, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm 417-418
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2015, hlm 277,282,286,291
Abd Rahman Dahlan, Ushul Figh, Jakarta: Amzah, hlm 3-4
https://yufidia.com/2229-al-lughah-al-arabiyah-bahasa-arab.html/diaskes: 3-mei-2016/23:10.
https://yufidia.com/2229-al-lughah-al-arabiyah-bahasa-arab.html/diaskes: 3-mei-2016/23:10.
Muhammad chirzin, Al-Quran dan Ulumul Qur'an
Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1986. hml 180