JURNAL OSEANOGRAFI
Oleh: Lenda Mariella 13/348155/PN/13206 Budidaya Perikanan Asisten Laporan: Andi Ibrahim
LABORATURIUM EKOLOGI PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015
JURNAL OSEANOGRAFI Lenda Mariella 13/348155/PN/13206 Budidaya Perikanan
ABSTRACT The purpose of the practicum Oceanography is to know and learn the parameters of physical, chemical, and biological a body of water, as well as to determine the type of plankton and fish larvae that exist. And to link the relationship between the parameters of marine waters. Oceanography lab held on Saturday and Sunday May 2-3, 2015 in Krakal, Gunungkidul, DI Yogyakarta. This practicum is done by analyzing the parameters of physical, chemical, and biological marine waters and sought to do. The method used is direct observation of 4 different stations where the station was observed in every physics every 1 hour, 2 hours chemistry and biology 3 hours. The observed chemical parameters such as salinity, DO, CO2, pH and alkalinity. In the physical parameters in the water temperature get results at each station ranged between 28oC-33oC, while the air temperature at each station ranged 22,5oC-29,5oC, tidal ranges from 0 to 1.65 m, wind speed ranges from 0 to 3.2 m / s, and frequency range 0.05 to 0.91 gel / s. In the chemical parameters showed DO ranged from 3.22 to 7.5 ppm, ranging from 0-12 ppm CO2, alkalinity ranges> 100 ppm, salinity ranges from 30-35 o / oo, and a pH ranging from 6.8 to 8.1. In the biological parameters showed plankton density ranges 703-12651 indv / L, plankton diversity ranged from 1.16 to 3.88, and fish larvae obtained is Stolephorus division, Stolephorus sp., Stolephorus waitei, Polypipnus triphanos and Stolephorus inclicus. The relationship between temperature and DO parameters when the temperature is high, the DO will be high, the temperature is proportional to the salinity and density of plankton, DO is inversely proportional to CO2 and pH, DO, divers directly proportional to salinity, CO2 is inversely proportional to the alkalinity and pH, plankton diversity quite normal and fish larvae were identified at most that Stolephorus inclicus
Keywords: Methods, oceanography, krakal, parameters, station
INTISARI Tujuan dari praktikum Oseanografi ialah untuk mengetahui dan mempelajari parameter-parameter fisik, kimia, dan biologi suatu perairan, juga untuk mengetahui jenis plankton serta larva ikan yang ada. Dan untuk mengaitkan hubungan antar parameter-parameter perairan laut. Praktikum oseanografi dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu tanggal 2-3 Mei 2015 di Pantai krakal, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I. Yogyakarta. Praktikum ini dilakukan dengan menganalisis parameter fisik, kimia, dan biologi perairan laut dan dicari hubungannya. Metode yang digunakan yaitu pengamatan langsung pada 4 stasiun yang berbeda dimana di setiap stasiunnya dilakukan pengamatan fisika setiap 1 jam sekali, kimia 2 jam sekali, dan biologi 3 jam sekali. Parameter kimia yang diamati seperti salinitas, DO, CO2, pH dan Alkalinitas. Pada parameter fisika di dapatkan hasil suhu air pada setiap stasiun berkisar antara 28 oC-33oC sedangkan suhu udara pada setiap stasiun berkisar 22,5oC-29,5oC, pasang surut berkisar 0-1,65 m, kecepatan angin berkisar 0-3,2 m/s, dan frekuensi gelombang berkisar 0,05-0,91 gel/s. Pada parameter kimia didapatkan hasil DO berkisar 3,22-7,5 ppm, CO2 berkisar 0-12 ppm, Alkalinitas berkisar >100 ppm, salinitas berkisar 30-35 o/oo, dan pH berkisar 6,8-8,1. Pada parameter biologi didapatkan hasil densitas plankton berkisar 703-12651 indv/L, diversitas plankton berkisar 1,16-3,88, dan larva ikan yang didapatkan ialah Stolephorus devisi, Stolephorus sp., Stolephorus waitei, Polypipnus triphanos dan Stolephorus inclicus. Hubungan parameter antara suhu dan DO ialah apabila suhu tinggi maka DO akan tinggi, suhu berbanding lurus dengan salinitas dan densitas plankton, DO berbanding terbalik dengan CO2 dan pH, DO, divers berbanding lurus dengan salinitas, CO2 berbanding terbalik dengan alkalinitas dan pH, diversitas plankton tergolong normal dan larva ikan yang teridentifikasi paling banyak yaitu Stolephorus inclicus
Kata kunci : Metode, oseanografi, pantai krakal, parameter, stasiun
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki garis pantai sekitar 8000 km dan merupakan salah satu sumber kekayaan yang melimpah. Pantai mempunyai sumber daya tersendiri bagi penduduk sekitar. Baik dari hasil lautnya maupun pemanfaatan energi dari pantai tersebut. Oleh kerena itu, perlu adanya eksplorasi mengenai pantai yang ada di indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kearifan dalam mengelola sumberdaya alam yang melimpah itu. Praktikum oseanografi timbul karena adanya kebutuhan manusia untuk mengetahui dan mempelajari lautan. Pada praktikum oseanografi akan di amati parameter fisik, kimia dan biologi laut. Dengan mengamati parameter tersebut maka akan dapat mengetahui kondisi tentang laut. Termasuk persebaran larva ikan, keberadaan variasi jenis plankton, dan kualitas air yang ada. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan populasi ikan di laut, yang apabila jumlahnya sedikit dapat diketahui penyebabnya. Oseanografi ini merupakan ilmu perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar seperti ilmu tanah (geologi), ilmu bumi (geografi), dan ilmu iklim (Hutabarat dan Evans ,2000). Ilmu oseanografi hanya dibagi menjadi 4 cabang ilmu saja, yaitu fisika oseanografi, geologi oseanografi, kimia oseanografi, dan biologi oseanografi (Nybakken, 1981). Pantai dapat dibedakan menjadi 3 zona utama yaitu, Off shore adalah daerah yang memecahgelombang yang meluas kearah laut dari garis pasang terendah kedalam daerah yang gelombang pertamanya sampai dasar, Fore shore adalah daerah antara pasang terendah dengan pasang tertinggi, dan Back shore adalah daerah tempat berkunjung atau rekreasi pada saat pasang tertinggi terjadi (Mc Carmick dan Thiruvatehukal,1976). Gelombang merupakan pergerakan air yang naik turun dan tidak mengalami pergerakan baik maju maupun mundur. Angin merupakan faktor yang penting dalam munculnya gelombang, yaitu terutama oleh gesekan dan tekanan. Makin kencang angin bertiup gelombang yang ditimbulkan semakin besar, sehingga gerakan air laut berupa gelombang tersebut dapat mempengaruhi perkembangan pantai. Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama interval waktu tertentu disebut pasang surut, terjadi karena interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal oleh rotasi bumi dan bulan (Hutabarat dan Evans, 1984). Gelombang merupakan gerakan naik turunnya permukaan air laut yang disebabkan oleh angina maupun faktor lain (Nybakken, 1992). Kemiringan
pantai ( slope) ditentukan oleh tekstur sedimen, tetapi luas pantai tergantung dari range air pasang. Kemiringan pantai dapat ditentukan dengan pengukuran perbedaan ketinggian pada dua titik horizontal yang jaraknya telah ditentukan. Pantai yang landai menyebabkan jankauan pasang surutmencapai ratusan meter sedangkan pantai yang terjal menyebabkan jangkauan pasang surutnya mencapai beberapa puluh meter saja (Welch, 1952). Tujuan dari praktikum oseanografi ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari parameter parameter fisik, kimia, dan biologi suatu perairan, juga untuk mengetahui jenis plankton serta larva ikan yang ada. Dan untuk mengaitkan hubungan antar parameter-parameter perairan laut.
METODOLOGI
Praktikum oseanografi dilaksanakan pada hari sabtu sampai hari minggu tanggal 2-3 Mei 2015 di Pantai krakal, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I. Yogyakarta. Praktikum ini dilakukan dengan menganalisis parameter fisik, kimia, dan biologi perairan laut. Metode yang digunakan yaitu pengamatan langsung pada 4 stasiun yang berbeda. di setiap stasiunnya dilakukan pengamatan fisika setiap 1 jam sekali, pengamatan kimia 2 jam sekali, dan pengamatan biologi 3 jam sekali. Alat yang digunakan saat praktikum di antaranya termometer, anemometer, stopwatch, kompas, kain, teropong, lampu senter, alat ukur panjang (meteran), tongkat dengan ukuran 2 m, pena waterproof, plastik, botol oksigen, pipet ukur 1 ml, pipet ukur 10 ml, pipet tetes, erlenmayer 250 ml, gelas ukur 50 ml, karet penghisap, pH meter, botol air mineral, botol cuka, refraktometer, jaring larva, ember, pinset, seser, mikroskop, penggaris buku identifikasi larva ikan dan plankton, plankton net, object glass, cover glass dan sedwigh rafter. Bahan yang digunakan saat praktikum sampel air, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, indikator amilum, larutan 1/80 N, Na2S2O3, akuades, larutan 1/44 N NaOH, indikator PP, larutan 1/50 N H2SO4, indikator MO, larutan buffer pH 7, sampel ikan, alkohol 70%, formalin, dan sampel plankton. Pada praktikum ini dilakukan pengamatan fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika yang diamati di antaranya adalah kemiringan pantai, suhu udara, suhu air, frekuensi gelombang, kecepatan angin, dan arah angin. Cara pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan cara menancapkan tongkat
di daerah jangkauan pasang tertinggi kemudian pasak pada jarak 10 m kearah laut dari tongkat tegak lurus dengan garis pantai kemudian jarak tongkat dan pasak diukur dan kemiringan pantai dihitung dengan rumus trigonometri. Suhu udara diukur dengan membiarkan termometer menggantung di udara sekitar 1 menit lalu kemuadian dibaca skalanya. Pengukuran suhu air dilakukan dengan cara mencelupkan termometer ke air yang telah diambil sebelumnya menggunakan ember. Pengukuran frekuensi gelombang dilakukan dengan cara menentukan 1 titik pandang yang tetap lalu menghitung banyaknya gelombang yang melewati titik tersebut selama 1 menit lalu frekuensi gelombang dihitung. Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menghadapkan anemometer ke arah datangnya angin bertiup dan dibaca kecepatan angin pada anemometer sementara itu, pengukuran arah angin dilakukan dengan menggantungkan tisu/kain ringan di udara dan dibaca arah angin dengan kompas. Parameter kimia yang diamati diantaranya DO, CO2, Alkalinitas, pH, dan Salinitas. Pengukuran DO dilakukan dengan cara melakukan analisis kandungan oksigen terlarut dengan metode winkler dan dihitung dengan rumus:
Konsentrasi O2 = 1000/50 x a x f x0,1 mg O2 ⁄ l Keterangan : a = banyaknya titran (Na-thiosulfat) f = faktor koreksi titran (±1). Pengukuran CO2 terlarut dilakukan dengan menggunakan analisis kadar alkalinitas menggunakan metode alkalimetri dan dihitung dengan menggunakan rumus:
= 50 1000 3 dan
(( + ) 50 1000)/ ( )
Alkalinitas total :
Keterangan : n = mol larutan yang digunakan Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer yang ditetesi air sampel dan kemudian dibaca skalanya. Parameter biologi yang diamati adalah densitas dan diversitas plankton dan larva ikan. Pengukuran densitas dan deversitas plankton dilakukan dengan mengambil sampel plankton yang kemudian diberi formalin dan dihitung menggunakan sedwigh rafter. Diversitas plankton dihitung menggunakan rumus: H
= − ∑ ×log
Keterangan :
: merupakan indeks keanekaragaman : adalah cacah individu suatu genus d : adalah cacah individu suatu genera. Pengukuran larva ikan dilakukan dengan mengambil sampel ikan menggunakan jaring larva.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pantai krakal terdapat pada daerah gunung kidul, kemiringan pantai pada pantai curam agak curam dan memiliki pantai yang kurang lebar. Ombak yang ada pun besar dengan pasang tertinggi hampir menutupi setengah bibir pantai. Pantai krakal juga di batasi oleh karang-karang pada ujung barat. Sebagian besar pantai di gunung kidul mempunyai karang sehingga gelombang pecah jauh sebelum menuju ke bibir pantai. Pengamatan di pantai krakal ini dibagi menjadi 4 stasiun pengamatan. Jarak setiap stasiun berkisar 50 m. Pada stasiun 3 dan 4 terdapat pendopo yang digunakan untuk melakukan pengukuran parameter kimia sedangkan pada stasiun 1 dan 2 tidak terdapat pendopo sehingga pengukuran parameter kimia dilakukan di atas pasir pantai.
Pengamatan Parameter Fisik Waktu
Suhu Air
Parameter yang di amati (stasiun) Pasang Surut (m) Kecepatan Angin (m/s)
Suhu Udara
Arah Angin
Frekuensi Gelombang
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
11.00
29
30
29
29
26
26
27
25
0,15
0,8
0,3
0,85
0,08
0,01
0
0
BD
TE
-
-
0,07
0,10
0,13
0,09
12.00
31
31
29
30
22,5
29
26
31,4
0,17
0,4
0
0,26
1,2
0,6
0
0,9
BD
TE
-
T
0,08
0,16
0,08
0,10
13.00
31
31
31
30
29,5
29
28
27
0,1
0,65
0,05
0,25
1,25
1
1,25
0,8
BD
TL
-
TL
0,08
0,13
0,11
0,08
14.00
33
31
30,5
31
29
29,25
26
32,5
0,02
0,39
0,07
0,65
0,6
0,27
0,85
0,5
T
TL
TL
-
0,05
0,15
0,07
0,08
15.00
32
32
30
30
28
29
27
30
0,04
0
0,25
0,2
0,7
0,8
3,2
1,5
TL
T
T
TL
0,09
0,11
0,31
0,08
16.00
29
30
30
30
26
26
25,75
28
0,2
0,13
0,35
0,06
0,5
0,73
0
0,58
TE
T
TE
TE
0,09
0,28
0,11
0,08
17.00
29,5
30,5
30,5
28,5
29
26,5
25
26,5
0,96
0,4
0,33
0,2
0
0,1
0
0,15
-
BD
-
TE
0,14
0,07
0,10
0,09
18.00
29
29
29
29
27
26
25
26
0,5
0,83
0,36
1,2
0
0,26
0
0,1
-
T
-
B
0,12
0,23
0,07
0,10
19.00
29
30
30
29
26
26,5
25
25
1,3
0,9
1
1,3
0
0
0
0
-
TE
-
BD
0,07
0,07
0,13
0,13
20.00
30
30
30
29
25
26
25
26
0,98
0,76
1
1,75
0
0,21
0,75
0
BD
S
TL
BD
0,08
0,10
0,10
0,01
21.00
30
29
23
23
27
26
25
25
1,35
0,1
1,2
1,08
0
0
0
0
-
-
-
-
0,13
0,01
0,10
0,91
22.00
30
26
28
27
25
30
25
25
0,4
0,9
0,54
0,05
0
0
0
0,1
S
TE
-
TE
0,08
0,10
0,13
0,20
23.00
29,5
29
27
29
25
26
24
26
1,28
0,45
0,55
0,55
0,48
0
0
0
S
-
-
S
0,08
0,15
0,10
0,12
24.00
28
29
27,5
29
25
25
24,5
26
0,45
0,3
0,38
0,5
0
0
0
0,1
-
-
-
TE
0,06
0,08
0,14
0,09
01.00
29
29
28,5
29
25
24
24
25,6
0
0,1
0,3
0,13
0
0
0
0
-
-
-
S
0,10
0,10
0,12
0,07
02.00
28,5
29
28
29
25,5
25
24
25
0,02
0
0
0,25
0
0
0
0
-
-
-
-
0,06
0,11
0,05
0,08
03.00
28
29
29
30
25
25
25
25
0,45
0
0,04
0,04
0
0,04
0
0,1
BL
S
-
S
0,12
0,13
0,07
0,08
04.00
28
29
29,5
29
24
25
27,6
25
0,3
0,15
0,33
0,7
0
0
0,1
0,05
-
-
U
TL
0,08
0,15
0,18
0,21
05.00
29,5
29
27
22
25
25
24
24
1,3
0,35
0,85
0,08
0
0
0
0
-
B
-
-
0,11
0,17
0,08
0,08
06.00
28
30
30
29,5
25
24,5
24
25,5
1,2
0,6
1
1,7
0
0
0
0,1
-
-
-
TL
0,09
0,09
0,06
0,18
07.00
29
27,5
29
30
26
29,25
25
26
1,25
1,5
1,25
1,62
0,1
0
0
0
BD
-
BD
-
0,13
0,07
0,10
0,08
08.00
28
31
28,5
29
28
28
26
28
1,4
1,7
1,4
1,25
0
0,2
0
0
-
BD
-
-
0,08
0,10
0,09
0,10
09.00
29,5
29
28,5
29
26,75
27
27
26,5
1,7
1
1,3
1,75
1,12
0,9
1,2
0,2
BL
BL
BL
U
0,08
0,11
0,13
0,09
10.00
28
29
29,5
29
26
27
28,5
28
1,65
1
1
1,43
0,9
0,9
0,7
3,2
U
BL
TL
U
0,07
0,08
0,08
0,09
Keterangan : U ( Utara); TL (Timur Laut); T (Timur); TE (Tenggara); S (Selatan); BD (Barat Daya); B (Barat); BL (Barat Laut).
Pada stasiun 1 mempunyai suhu air terendah 23oC pada pukul 17.00 dan tertinggi pada pukul 15.00 sebesar 31oC sedangkan suhu udara tertinggi 31oC dan terendah 22oC. Suhu tertinggi air ada pada pukul 15.00 karena air bersifat stabil sehingga panas yang ada tidak langsung mengubah suhu perairan. Butuh waktu agak lama sehingga dapat memanaskannya (Isnansetyo, 2013). Pasang surut yang terjadi tertinggi pada pukul 22.00 sebesar 1,7 m. Dan terendah ada pada pukul 02.00 sebesar 0 m. Gelombang pada stasiun ini berkisar antara 0,05 0,14 gel/s dengan kecepatan angin 0 – 1,25 m/s. Arah angin yang ditunjukkan sebagian besar menuju barat daya, walaupun ada yang menuju utara, barat laut, selatan, timur, timur laut dan tenggara. Stasiun 2 mempunyai suhu air tertinggi 32oC pada pukul 15.00 dan terendah 26oC pada pukul 22.00 sedangkan suhu udara tertinggi 30oC pada pukul 22.00 dan terendah 24oC pada pukul 01.00. Pasang surut yang terjadi tertinggi ada pada pukul 08.00 sebesar 1,7 m dan terendah pukul 15.00, 02.00, dan 03.00 sebesar 0 m. Gelombang pada stasiun ini berkisar antara 0,01 0,28 gel/s dengan Kecepatan angin yang berhembus sekitar 0-1 m/s dengan arah angin menuju barat laut,
barat, barat daya, utara, timur laut, timur, tenggara, dan selatan. Stasiun 3 mempunyai suhu air tertinggi 31oC pada pukul 13.00 dan terendah 23oC pada pukul 21.00 sedangkan suhu udara tertinggi 28,5oC pada pukul 10.00 dan terendah 24oC pada pukul 23.00, 01.00, 02.00, 05.00, dan 06.00. Pasang surut yang terjadi tertinggi ada pada pukul 08.00 sebesar 1,4 m dan terendah pukul 12.00 dan 02.00 sebesar 0 m. Gelombang pada stasiun ini berkisar antara 0,05 – 0,308 gel/s dengan Kecepatan angin yang berhembus sekitar 0-3,2 m/s dengan arah angin menuju barat laut, barat daya, utara, timur laut, timur, dan tenggara. Stasiun 4 mempunyai suhu air tertinggi 31oC pada pukul 14.00 dan terendah 22oC pada pukul 05.00 sedangkan suhu udara tertinggi 32,5oC pada pukul 14.00 dan terendah 24oC pada pukul 05.00. Pasang surut yang terjadi tertinggi ada pada pukul 09.00 dan 20.00 sebesar 1,75 m dan terendah pukul 03.00 sebesar 0,04 m. Gelombang pada stasiun ini berkisar antara 0,011 - 0,91 gel/s dengan Kecepatan angin yang berhembus sekitar 0 m/s dengan arah angin menuju barat, selatan, barat daya, barat laut, utara, timur laut, timur, dan tenggara.
Pengamatan Parameter Kimia Waktu
DO
Parameter yang di amati (stasiun) Alkalinitas
CO2
Sanilitas
pH
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
11.00
6,4
6,4
5,34
3,22
0
0
8,5
0
119
96
122
119
34,5
34
33
34
7,2
7,2
7
7,3
13.00
4,44
7,5
7,2
3,8
0
0
0,24
0
112
175
117
106
35
35
35
34
7,35
7,35
7,45
7,3
15.00
6,8
6,9
7,26
5,5
0
0
0
0
112
114
113
101
30
31
32
32
7,2
7,2
7
7,7
17.00
6,17
5,6
5,3
5,7
1,4
9
0
0
116
109
115
138
33
34
31
33
7,2
7,15
7,1
7,05
19.00
5,84
5,05
6,23
0,42
0
0
3,2
0
138
135
71
129
35
34,5
34,5
35
7,15
7,2
7,3
7,3
21.00
7
5,1
7,4
5,4
0
0
0,19
10,2
128
131
124
136
33
32
34,5
35
7
8,1
7,35
7,3
23.00
3,9
7
8,14
3,78
0
12
6,4
0
124
136
127
148
34
34
32
31
7,2
7,2
7,2
7,2
01.00
4,53
6,18
6,9
6,4
0
0
1,8
0,95
123
135
136
194
34
35
34,5
32
7,25
7,3
7,25
6,8
03.00
7,45
6,3
3,95
7,48
5,4
5,2
5,2
4,3
151
143
158
87
35
34
34
32,5
7,25
7,2
7,25
7,25
05.00
3,75
7,3
6,44
6,1
0
0
0
0
149
146
157
180
32
31
34
30
7,3
7,1
7,1
7,5
07.00
5,7
6,3
4,2
6,7
0
0
4,6
0
124
96
133
124
34
33
33
32
7,3
6,8
7,15
7,1
09.00
5,09
5,8
5,93
6,06
0
0
2,5
0
126
117
128
132
33
32
34
34
6,8
7,05
7,2
7,3
Pada stasiun 1 Kadar DO paling tinggi pada pukul 03.00 sebesar 7,45 ppm dengan kadar CO2 tertinggi pada pukul 08.00 sebesar 5,4 ppm. Alkalinitas yang ada sebagian besar nilainya >100 ppm. pH yang ada pun masih tergolong normal sekitar 6,8-7,35. Salinitas air laut pada stasiun 1 masih tergolong normal yakni berkisar antara 30-35. Stasiun 2 kadar DO paling tinggi pada pukul 13.00 sebesar 7,5 ppm dengan kadar CO2 tertinggi pada pukul 23.00 sebesar 12 ppm. Alkalinitas yang ada sebagian besar nilainya 96-175 ppm. pH yang ada pun masih tergolong normal sekitar 6,8-8,1. Salinitas air laut pada stasiun 2 berkisar antara 31-35. Stasiun 3 kadar DO paling tinggi pada pukul 23.00 sebesar 8,14 ppm dengan kadar CO2 tertinggi pada pukul 23.00 sebesar 6,4 ppm. Alkalinitas yang ada sebagian besar nilainya 71-158 ppm. pH yang ada pun masih tergolong normal sekitar 7-7,7. Salinitas air laut pada stasiun 3 berkisar antara 31-35. Stasiun 4 kadar DO paling tinggi pada pukul 03.00 sebesar 7,48 ppm dengan kadar CO2 tertinggi pada pukul 21.00 sebesar 10,2 ppm. Alkalinitas yang ada sebagian besar nilainya 87-175 ppm. pH yang ada pun masih tergolong normal sekitar 7,05-7,7. Salinitas air laut pada stasiun 2 berkisar antara 30-35. Pengamatan Parameter Biologi Parameter yang di amati (stasiun) Waktu
Densitas Plankton
Diversitas Plankton
I
II
III
IV
I
II
III
IV
12.00
853
12651
853
753
3,06
1,16
3,41
3,77
15.00
2761
954
803
5020
0,36
3,43
3,88
0,95
18.00
3815
703
1355
2058
2,94
3,81
3,14
2,91
21.00
351
1707
1104
1958
2,81
2,15
3,45
2,56
24.00
1606
2309
1155
3665
1,86
3,11
2,12
3,59
03.00
2410
1857
2962
1355
2,90
3,08
3,30
3,84
06.00
1857
1205
-
1657
1,71
3,54
-
0,97
09.00
1657
904
1958
3213
1,94
3,73
1,85
3,86
Densitas Plankton pada stasiun 1 menunjukan densitas tertinggi 3815 indv/L pada pukul 18.00 dan densitas terendah 351 indv/L pada pukul 21.00 sedangkan diversitas tertinggi 3,06 pada pukul 12.00 dan diversitas terendah 0,36 pada pukul 15.00. Stasiun 2 menunjukan densitas tertinggi 12651
indv/L pada pukul 12.00 dan densitas terendah 703 indv/L pada pukul 18.00 sedangkan diversitas tertinggi 3,81 pada pukul 18.00 dan diversitas terendah 1,16 pada pukul 12.00. Stasiun 3 menunjukan densitas tertinggi 2962 indv/L pada pukul 03.00 dan densitas terendah 803 indv/L pada pukul 21.00 sedangkan diversitas tertinggi 3,88 pada pukul 15.00 dan diversitas terendah 1,85 pada pukul 09.00. Stasiun 4 menunjukan densitas tertinggi 5020 indv/L pada pukul 15.00 dan densitas terendah 753 indv/L pada pukul 12.00 sedangkan diversitas tertinggi 3,8 pada pukul 24.00dan 09.00 dan diversitas terendah 0,9 pada pukul 15.00 dan 06.00. Kehidupan organisme di daerah ini sangat dipengeruhi oleh waktu (jam, hari dan musim) karena terdapat variasi dalam hal basah atau adanya air di daerah ini. Hal tersebut disebabkan adanay pasang surut air yang membasahi daerah intertidal. Ikan-ikan yang biasa hidup di daerah intertidal adalah ikan yang hidup di zona sublittoral kemudian terbawa arus pasang (Brotowidjoyo dkk, 1995). Hubungan Parameter antara Suhu Udara, Suhu Air, dan DO
dipengaruhi oleh aktifitas fitoplankton dan difusi oksigen ke perairan (Novontny dan Olem,1994). Kadar DO juga berhubungan dengan penyinaran matahari, apabila penyinaran maksimal maka fitoplankton akan berfotosintesis dengan baik sehingga oksigen yang dihasilkan akan tinggi atau banyak. Menurut Brown (1987) peningkatan suhu 1oC meningkatkan oksigen sekitar 10%. Organisme air memerlukan Oksigen untuk respirasi dan mengeluarkan karbon dioksida hasil dari respirasi. Suhu air berpengaruh besar terhadap kandungan oksigen terlarut. Suhu permukaan akan menjadi lebih tinggi dibandingkan suhu air dibawahnya, hal ini dapat berpengaruh pada pengadukan air yang diperlukan dalam penyebaran oksigen dalam air (Basuki, 1993).
Hubungan Parameter antara Suhu Udara, Suhu Air, Salinitas, dan Densitas Plankton
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Nilai suhu air dipengaruhi oleh intensitas penyinaran sinar matahari. Air permukaan daerah tropika bersuhu sekitar 25°C - 30ºC dan suhu yang lebih tinggi menyebabkan penurunan banyaknya oksigen terlarut yang tersedia untuk pernafasan, terutama pada malam hari (Ewusie, 1990). Udara cenderung tidak stabil dalam fluktuasi penyinaran matahari sehingga mudah berubah-rubah suhunya. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh Isnansetyo (2013), udara gampang terpengaruh oleh penyinaran metahari dan cenderung bersifat tidak stabil dalam menyimpan panas. Berdasarkan grafik Suhu air pada setiap stasiun berkisar antara 28oC33oC sedangkan suhu udara pada setiap stasiun berkisar 22,5oC-29,5oC. Kadar oksigen pada air laut cukup berfluktuasi. Hal ini terlihat pada grafik yang ada di atas pada stasiun 1, 2, 3, dan 4. Stasiun 1 mempunyai kadar DO berkisar 3,75 ppm-7,45 ppm. Pada staisun 2 berkisar 5,05 ppm-7,5 ppm. Pada stasiun 3 berkisar 4,2 ppm8,14 ppm. Pada stasiun 4 berkisar 0,42 ppm-7,48 ppm. Kadar oksigen tertinggi bernilai 8,14 ppm dan terendah 0,42 ppm yakni masing-masing pada stasiun 3 pukul 23.00 dan 4 pukul 19.00 Pada grafik kadar DO tertinggi ada pada pukul 10.00-14.00 dimana waktu ini intensitas cahaya tinggi. Dan kadar DO terendah terjadi saat malam hari. Kadar DO
vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk tidak tenggelam (Gross, 1988).
Hubungan Parameter antara DO, CO 2, dan pH
Berdasarkan grafik yang tertera stasiun 1 mempunyai kisaran suhu air antara 22 oC-33oC sedangkan suhu udara pada setiap stasiun berkisar 22,5oC-29,5oC. Berdasarkan grafik salinitas berkisar 30o/oo-35o/oo. Pada stasiun 1 salinitas tertinggi pada pukul 13.00 dan terendah pada pukul 15.00, stasiun 2 kadar salinitas tertinggi pada pukul 01.00 dan rendah pada pukul 15.00 dan 05.00. stasiun 3 kadar salinitas tertinggi pada pukul 13.00 dan terendah pada pukul 17.00, sementara stasiun 4 salinitas tertinggi pada pukul 19.00 dan 21.00 dan terendah pada pukul 05.00. Salinitas dipengaruhi oleh faktor antara lain curah hujan, pola sirkulasi air, penguapan, pasang surut, pergerakan air laut, suhu udara dan suhu air yang dapat mengakibatkan penguapan. Jika tingkat penguapan besar maka salinitas akan semakin tinggi. Hubungan suhu dengan salinitas berbanding lurus. Apabila suhu meningkat maka salinitas yang ada pun tinggi. Suhu berkaitan dengan intensitas cahaya matahari, apabila suhunya tinggi maka intensitas matahari yang ada tinggi pula. Pencahayaan matahari yang tinggi dapat menyebabkan penguapan pada air laut yang mengandung garam-garaman sehingga salinitas yang ada menjadi tinggi. Sebaliknya, suhu rendah maka salinitas juga rendah. Karena cahaya matahari yang ada kurang maksimal maka suhu menjadi rendah dan salinitas rendah pula dan Semakin rendah suhu air maka nilai salinitasnya akan semakin tinggi karena berat jenis air semakin besar dan menunjukkan bahwa semakin pekat air tersebut (Boyd, 1988). Densitas plankton tertinggi pada stasiun 2 pukul 12.00 dan terendah pada stasiun 1 pukul 21.00. Distribusi fitoplankton di laut secara umum densitas maksimum pada lapisan fotik dan pada waktu lain berada dibawahnya. Hal ini menunjukan bahwa distribusi vertikal sangat berhubungan dengan dimensi waktu (temporal). Selain faktor cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya secara
Berdasarkan grafik nilai tertinggi DO terdapat pada stasiun 3 pukul 23.00 dan terendah pada stasiun 4 pukul 11.00. Pada CO2 nilai CO2 tertinggi ada pada stasiun 2 pukul 17.00 da nilai terendah pada hampir semua. Pada pH berkisar 6,8-8,1, nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun stasiun 2 pukul 21.00 Kandungan nilai pH tinggi disebabkan oleh kandungan CO2 yang relatif tinggi sehingga menyebabkan DO menjadi rendah. Hal ini disebabkan karena pH rendah akan membuat kandungan oksigen terlarut berkurang, sehingga
konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik, dan selera makan akan berkurang. Sebagian besar organisme perairan menyukai pH perairan antara 7 - 8.5 (Kordi, 2009). Hubungan Parameter antara DO dan Salinitas
Berdasarkan grafik nilai tertinggi DO terdapat pada stasiun 3 pukul 23.00 dan terendah pada stasiun 4 pukul 11.00 sedangkan salinitas tertinggi terdapat pada hamper semua stasiun. Jika DO yang dihasilkan oleh suatu perairan laut itu ti nggi maka salinitas juga akan tinggi. Hal ini dikarenakan pada proses saat DO pencahayaan matahari yang tinggi dapat menyebabkan penguapan pada air laut yang mengandung garam-garaman (Boyd, 1988). Sehingga dapat disimpulkan bahwa DO dan salinitas pantai krakal saling berbanding lurus. Hubungan Parameter antara CO 2, Alkalinitas, dan pH
Berdasarkan grafik nilai CO2 tertinggi ada pada stasiun 2 pukul 17.00 da nilai terendah pada hampir semua. CO2 yang ada cukup rendah mengingat laut mempunyai volume air yang besar sehingga tidak mudah berubah terhadap faktor yang mempengaruhi CO2. Sumber CO2 berasal dari udara dan penguraian bahan organik dalam perairan. Kandungan karbondioksida maksimal di dalam air yang masih dianggap tidak membahayakan bagi ikan adalah sekitar 25 ppm (Soedarsono, 1986). Alkalinitas merupakan penyeimbang asam-basa di perairan. Apabila semakin tinggi maka akan semakin bagus untuk perairan dan juga perairan tersebut semakin stabil pHnya. Pada grafik di atas terlihat nilai alkalinitas berfluktuasi sangat tinggi dan sebagian besar >100 ppm. Alkalinitas tertinggi pada stasiun 4 pukul 01.00 dan terendah pada stasiun 3 pukul 19.00. Air laut normal mempunyai alkalinitas 116 ppm, sedangkan air tawar 40 ppm, tapi nilai rangnya ada pada kisaran 20 – 300 ppm (Wyrtki, K., 1961). Kandungan alkalinitas suatu perairan menunjukkan kandungan basa yang bersenyawa dengan ion karbonat dan bikarbonat. Kadar alkalinitas antar 0- 10 ppm termasuk rendah (sangat asam), 10- 50 ppm termasuk rendah, 50- 200 ppm termasuk sedang dan >200 ppm termasuk tinggi (Triyatmo, 2001). Sehingga nilai alkalinitas yang ada pada pantai krakal di semua stasiun masih termasuk sedang. Nilai pH berkisar 6,8-8,1, nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun stasiun 2 pukul 21.00. pH
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah CO2 bebas (Mackereth et al., 1989).
dapat hidup pada kadar oksigen rendah (Banse Dalam Raymont, 1963). Larva ikan yang terambil diantaranya seperti : Stolephorus devisi, Stolephorus sp., Stolephorus waitei, Polypipnus triphanos dan Stolephorus inclicus. Spesies larva ikan tertinggi yaitu Stolephorus indicus pada stasiun 2 pukul 12.00.
Hubungan Parameter antara Diversitas Plankton dan Nilai Penting Larva KESIMPULAN
Berdasarkan grafik nilai tertinggi diversitas plankton ialah pada stasiun 4 pukul 9. Dan terenddah pada stasiun 1 pukul 15,00. Distribusi plankton dari waktu ke waktu lebih banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Distribusi temporal banyak dipengaruhi oleh pergerakan matahari atau dengan kata lain cahaya sangat mendominasi pola distribusinya. Distribusi harian plankton, terutama pada daerah tropis, mengikuti perubahan intensitas cahaya sebagai akibat pergerakan semu matahari. Pada pagi hari dimana intensitas cahaya masih rendah dan suhu permukaan air masih relatif dingin plankton berada tidak jauh dengan permukaan. Pada siang hari plankton berada cukup jauh dari pemukaan karena ’menghindari’ cahaya yang terlalu kuat. Pada sore hingga malam hari plankton begerak mendekati bahkan berada pada daerah permukaan (Gross,1988) Pada larva ikan yang ada pengaruh oksigen tarlarut, pH dan suhu juga berperan penting dalam keberadaannya. Apabila kandungan DO tinggi maka larva ikan yang ada cukup banyak. Larva ikan menggunakan oksigen untuk metabolisme tubuhnya. pH yang tergolong normal cocok untuk hidup larva ikan. Pada distribusi zooplankton (larva Polychaeta) secara vertikal terhadap kadar oksigen yang rendah, kecil sekali pengaruhnya. dan kenyataan bahwa relatif jumlah populasi zooplankton dapat hidup pada tingkat oksigen yang rendah di laut terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa oksigen jarang sekali sebagai faktor pembatas di laut untuk zooplankton. Begitu pula beberapa benthos invertebrata (karang) relatif
1. Pada parameter fisika di dapatkan hasil suhu air pada setiap stasiun berkisar antara 28 oC33oC sedangkan suhu udara pada setiap stasiun berkisar 22,5oC-29,5oC, pasang surut berkisar 0-1,65 m, kecepatan angin berkisar 0-3,2 m/s, dan frekuensi gelombang berkisar 0,05-0,91 gel/s. Pada parameter kimia didapatkan hasil DO berkisar 3,22-7,5 ppm, CO2 berkisar 0-12 ppm, Alkalinitas berkisar >100 ppm, salinitas berkisar 30-35 o/oo, dan pH berkisar 6,8-8,1. Pada parameter biologi didapatkan hasil densitas plankton berkisar 703-12651 indv/L, diversitas plankton berkisar 1,16-3,88, dan larva ikan yang didapatkan ialah Stolephorus devisi, Stolephorus sp., Stolephorus waitei, Polypipnus triphanos dan Stolephorus inclicus. 2. Hubungan parameter antara suhu dan DO ialah apabila suhu tinggi maka DO akan tinggi, suhu berbanding lurus dengan salinitas dan densitas plankton, DO berbanding terbalik dengan CO2 dan pH, DO, divers berbanding lurus dengan salinitas, CO2 berbanding terbalik dengan alkalinitas dan pH, diversitas plankton tergolong normal dan larva ikan yang teridentifikasi paling banyak yaitu Stolephorus inclicus.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, S. 1993. Diktat Ilmu Ukur Tanah. Jurusan Geodesi Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta Boyd, C.E.1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing, Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. 359 p.
Brown, A. L. 1987. Freshwater Ecology. Heinemann
Educational
Books.
London. 163 p. Ewusie, J. Y.1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerbit ITB. Bandung. Gross, A. J., & Clark, V. A. 1988. Survival distributions: Reliability applications in the medical sciences. New York: Wiley. Hutabarat, S. Dan Evans, S.M, 1984. Pengantar Oseanografi, Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
_________________________. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. Hutabarat, Syarifuddin. 2000. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarata. Isnansetyo, Alim. 2013.Diktat Kuliah Biologi Laut. Universitas gadjah mada yogyakarta
Kordi, K. M., Ghufran H., 2009. Budi Daya Perairan Buku Kedua. Citra Aditya Bakti, Bandung. Mackereth, F. J. H., Heron, J. N., Talling, J. F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association. Cumbria, UK. 120 p.
Mc,
Carmick., dan Thiruvatehukaland Thiruvatehukal. 1976. Element Of Oceanography. WB Saunders Company. Philadelphia.
Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality Prefention, Identification and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Rein Hold, New York. 1054 p. Nybakken,
J.
W.
1981.
Biologi
Laut
Suatu
Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.
_____________. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologis.
Gramedia.
Jakarta. Raymont. J.E.G. 1963. Plankton and Pro-ductivity in the Oceans. Pergamon Press. Oxford : 660 p. Soerdarsono, Prijadi. 1986. Plankton Perairan. Universitas Diponegoro: Semarang Sunarto.1992. Geomorfologi Pantai. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik UGM:Yogyakarta
Triyatmo, B. 2001. Jurnal Perikanan UGM : Studi Kondisi Limnologi Waduk Sermo Pada Tahap Pra Inudasi. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Welch, P.S. 1952. Limnology. Mc Graw – Hill Book International Company Inc. New York. Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asean Waters, NAGA Rep. 2. Scripps Inst. of Oceanography La jolla, Calif.