21
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan hak dari setiap orang. Hal ini tercantum jelas dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal inilah yang di inginkan oleh setiap orang agar memiliki keadaan yang sehat selalu. Namun kenyataannya masyarakat di dunia ini terkhususnya di Indonesia masih sangat jauh dari keadaan sehat itu. Masalah kesehatan sering terjadi. Masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat sangatlah beragam. Ada yang terkena penyakit seperti Difteri, Pertusis, kanker, DBD, malaria dan lain sebagainya.
Adapun penyakit dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah suatu gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh sehingga tubuh berada dalam keadaan abnormal dimana penyebab dari penyakit tersebut dapat ditularkan ke orang lain. Sedangkan penyakit tidak menular adalah suatu gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh sehingga tubuh berada dalam keadaan abnormal dimana penyebab dari penyakit tersebut tidak dapat ditularkan ke orang lain, misalnya penyakit yang menjadi terkenal saat ini yaitu stroke.
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian pada seseorang dan menyebabkan kecacatan. Dilihat dari pola kematian penderita rawat inap, stroke menempati posisi pertama, dan urutan ketiga terbesar penyebab kematian di dunia setelah jantung dan kanker. Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di ruangan hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Stroke menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, hal ini menjadi perhatian pemerintah. Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Dan pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Di Indonesia stroke merupakan pembunuh nomor tiga. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan).Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus strok baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Prevalensi strok di Indonesia sebesar 8,3 per 1000 penduduk menurut Riset Kesehatan Dasar (2008) dan 51,6 per 100.000 penduduk menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2011. Data dari profil kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur adalah strok (15,4%), disusul tuberkulosis (7,5%) dan hipertensi (6,8%).
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan masalah utama di bidang kesehatan. Oleh kaena itu masalah stroke ini harus segera diatasi untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek preventif, tetapi rehabilitasi dan promotif.
Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan stroke?
Apa saja klasifikasi dari penyakit stroke?
Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit stroke?
Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit stroke?
Apa saja faktor risiko terjadinya stroke?
Bagaimanakah patofisiologi dari stroke?
Bagaimana epidemiologi penyakit stroke?
Apa saja efek atau akibat dari penyakit stroke?
Bagaimanakah pencegahan, pengobatan dan perlindungan pasien stroke?
Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengertian dari stroke.
Untuk mengetahui klasifikasi dari stroke.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya stroke.
Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit stroke.
Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya stroke.
Untuk mengetahui patofisiologi dari stroke.
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit stroke.
Untuk mengetahui efek atau akibat dari penyakit stroke.
Untuk mengetahui pencegahan, pengobatan dan perlindungan pasien stroke.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode browsing internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Stroke
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.
Menurut WHO Task Force in Stroke and Other Cerebralvascular (1989), secara klinis stroke adalah disfumgsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
Klasifikasi Penyakit Stroke
Telah banyak institusi yang mengemukakan baerbagai klasifikasi stroke, seperti yang dibuat oleh Stroke Data Bank, World Health Organization (WHO, 1989) dan National Institute of Neurological Disease and Stroke (NINDS, 1990). Pada dasarnya klasifikasi tersebut dikelompokkan atas dasar manefestasi klinik, proses patologi yang terjadi di otak dan tempat lesinya. Hal ini berkaitan dengan pendekatan diagnosis neurologis yang melakukan diagnosis klinis, diagnosis kausal, dan diagnosis topis.
Klasifikasi yang dipakai saat ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan manefestasi klinik
Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam.
Sroke in Evolution (SIE), hilang dalam 2 minggu.
Reversible Ischemic Neurologica Deficit (RIND).
Completed Stroke
Berdasarkan proses patologik (kausal):
Infark
Pendarahan Intra serebral
Pendarahan subarachnoidal
Berdasarkan tempat lesi
Sistem Karotis
Sistem Vertebrobasiler.
Di klinik, secara umum ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik) dan hemorhagik.
Stroke Hemoragik
Pada stroke ini pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar akan merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed Stroke). Selanjutnya stroke dapat bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Jenis hemorhagic dapar terjadi sebagai pendarahan intracerebral atau subaracnoid.
Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik
Pada stroke ini, aliran darah ke orak terhenti karena penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sekitar 83 % mengalami stroke jenis ini. Jenis iskemic dapat berupa TIA, trombosis dan emboli.
Pembagian di klinik biasa melakukan diagnosis berikut :
Stroke hemoragic – HS :
PSD (Pendarahan SubDural)
PSA (Pendarahan SubAracnoid)
PIS (Pendarahan IntraCerebral)
Stroke non hemoragic -NHS (Cerebral Infarction) terbagi atas :
Secara klinis terdiri atas :
TIA
RIND (Revercible Ischemic Neurologic Deficit)
Progressing stroke = stroke in evolution
Complete stroke
Secara kausal :
Stroke trombotik
Stroke emboli/nontrombotik
Penyebab Penyakit Stroke
Stroke dapat terjadi karena suplai oksigen yang didapat dari darah untuk otak tidak mencukupi. Berat otak hampir 2,5 % dari berat badan seluruhnya. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, maka sangat bergantung dengan kondisi aliran darah. Apabila suplai oksigen terputus lebih dari 6-8 menit, kerusakan yang terjadi tidak akan bisa dipulihkan lagi. Apabila sroke merusak bagian sebelah kanan otak, sisi tubuh sebelah kiri akan terkena pengaruhnya, dan sebaliknya. Secara spesifik hal itu terjadi karena terhentinya aliran darah ke otak karena sumbatan atau pendarahan. Gangguan saraf atau kelumpuhan yang terjadi bergantung pada bagian otak mana yang terkena.
Tanda dan Gejala Penyakit Stroke
Gejala dan tanda stroke sangat bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena. Namun, secara umum dapat dikemukakan tanda dan gejala yang sering dijumpai, antara lain :
Timbul rasa kesemutan pada seisi badan, mati rasa, terasa seperti terbakar, atau terkena cabai.
Lemas, atau bahkan kelumpuhan pada seisi badan, sebelah kanan atau kiri saja.
Mulut, lidah mencong bila diluruskan. Mudah diamati jika sedang berkumur, tidak sempurna atau muncrat dari mulut.
Ganggan menelan, atau bila minum sering tersedak.
Gangguan bicara, berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti. Bahkan bicara tidak lancar, hanya separtah-patah.
Tidak mampu membaca dan menulis. Kadang-kadang diawali dengan perubahan tulisan yang tidak biasa, karena tulisan lebih jelek.
Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil..
Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain.
Kemampuan intelektual menurun drastis, bahkan tidak mampu berhitung, menjadi pelupa.
Fungsi indra ternganggu sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan berupa sebagian lapangan pandangan tidak terlihat atau gelap, juga pendengarannya berkurang.
Gangguan pada suasana emosi, menjadi lebih mudah menangis atau tertawa.
Kelopak mata sulit dibuka, atau dalam keadaan terkatup.
Gerakan badan tidak terkoordinasi sehingga jika berjalan sempoyongan, atau kehilangan koordinasi pada seisi badan.
Gangguan kesadaran, pingsan, bahkan sampai koma.
Faktor Risiko Penyakit Stroke
Stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi Karena adanya gangguan aliran darah kebagian otak.
Faktor risiko penyebab stroke digolongkan menjadi 2 :
Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan antara lain :
Umur
Risiko stroke meningkat seiring pertambahan usia. Setelah umur memasuki 55 tahun keatas,resiko stroke meningkat dua kali lipat setiap kurun waktu 10 tahun. Namun bukan berarti strok hanya terjadi pada kelompok usia lanjut melainkan stroke juga dapat menyerang berbagai kelompok umur.
Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko terkena stroke lebih besar daripada wanita. Resiko stroke pada pria lebih tinggi 20 persen dari wanita. Namun setelah seseorang wanita menginjak usia 55 tahun, saat kadar estrogennya menurun karena menopause, resikonya justru lebih tinggi dibandingkan pria.
Garis Keturunan
Risiko stroke lebih tinggi jika dalam keluarga terdapat riwayat keluarga penderita stroke. Perlu diwaspadai apabila ada anggota keluarga (orang tua dan saudara) yang mengalami stroke atau serangan transien iskemik.
Ras atau etnik
Berdasarkan data American Heart Association, ras Afrika Amerika memiliki resiko lebih tinggi karena stroke dibandingkan dengan ras kaukasia.
Diabetes
Penderita diabetes mempunyai resiko 2 kali lebih besar mengalami stroke, hal ini dapat terjadi akibat gangguan metabolisme pada para penderita diabetes.
Arterosklerosis
Kondisi dimana terjadi penyumbatan dinding pembuluh darah dengan lemak,kolesterol ataupun kalsium.
Penyakit Jantung
Orang dengan penyakit jantung mempunyai resiko dua kali lipat terkena stroke dibandingkan orang berjantung sehat.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan antara lain :
Obesitas
Resiko stroke akan meningkat pada orang dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30 kg/m2 (obesitas).
Kurang aktivitas fisik dan olahraga
Efeknya adalah meningkatkan risiko hipertensi, rendahnya kadar HDL (kolesterol baik) dan diabetes. Berolahraga yang dilakukan secara rutin 30-40 menit per hari dapat mengurangi resiko tersebut.
Merokok
Peluang terjadinya stroke pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok 50 persen lebih tinggi daripada yang bukan perokok.
Mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan
Risiko stroke iskemik akan meningkat dalam dua jam setelah mengkonsumsi minuman beralkohol. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti halnya kokain juga dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.
Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Hampir sekitar 40 % kejadian stroke disebabkan atau dialami oleh penderita hipertensi.
Tingkat kolesterol darah yang berbahaya
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya pengerasan pembuluh nadi (arterosklerosis), karena kolesterol cenderung menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
Sleep apnea (mendengkur disertai berhenti bernafas selama 10 detik)
Penderita sleep apnea berisiko mengalami hipertensi dan kekurangan suplay oksigen dalam darahnya yang dapat menyebabkan stroke.
Patofisiologi Penyakit Stroke
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat jatah darah lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesi yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu "Stroke" dapat dibagi dalam :
Stroke iskemik / Non Hemorogik
Iskemik otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Infrak otak terjadi jika ada daerah otak yang iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplai darah sampai pada tingkat lebih rendah dari titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan sel sehingga disertai gangguan fungsional dan struktural yang menetap.Terdapat dua penyebab utama infrak otak, yaitu trombus dan emboli. Kebanyakan infrak otak terjadi setelah adanya trombosis pada pembuluh darah yang arterosklerotik. Dengan demikian trombosis pada pembuluh darah yang aterosklerotik. Dengan demikian trombosis menyerang individu-individu yang memiliki satu arah atau lebih faktor resiko yang memacu terbentuknya aterosklerosis.
Stroke hemoragik
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
Epidemiologi Penyakit Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk.
Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling sering setelah penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat. Angka kematiannya mencapai 160.000 per tahun dan biaya langsung sebesar 27 milyar dolar US setahun. Insiden bervariasi 1,5–4 per 1000 populasi. Selain penyebab utama kematian juga merupakan penyebab utama kecacatan. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi stroke juga selalu menduduki urutan pertama dari seluruh jumlah pasien yang dirawat di Bangsal Saraf.
Insidens serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya, dengan semakin panjangnya angka harapan hidup, termasuk di Indonesia, akan semakin banyak pula kasus stroke dijumpai. Perbandingan antara penderita pria dan wanita hampir sama. Prevalensi stroke berkisar 5-12 per 1000 penduduk. MacDonald et al. (2000) yang meneliti prevalensi dari berbagai jenis penyakit susunan saraf menemukan prevalensi stroke sebesar 800 per 100.000 penduduk.
Stroke dapat ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur.
Insiden stroke bervariasi antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di 12 negara maju dan berkembang antara Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedang yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun. Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara adalah sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur, sedang perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.
Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna, dari hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2013 dilaporkan prevalensi stroke pada golongan umur 15 tahun adalah 7 per mil sedangkan Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8 ), diikuti DI Yogyakarta (10,3 ), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan 92 terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 ), DI Yogyakarta (16,9 ), Sulawesi Tengah (16,6 ), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah, masyarakat kota baik dan masyarakat yang tidak bekerja.
Proporsi stroke di rumah-rumah sakit di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun 1986 meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari hasil survei kesehatan rumah tangga, mortalitas stroke pada tahun 1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk sementara di negara–negara maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan. Walaupun mortalitasnya sangat bervariasi antargeografi, namun secara rata–rata disebutkan angka 100 kematian per 100.000 penduduk per tahun.
Efek atau akibat Penyakit Stroke
Otak mengontrol banyak hal yang berlangsung di tubuh kita. Kerusakan otak dapat mempengaruhi pergerakan, perasaan, perilaku, kemampuan berbicara/berbahasa dan kemampuan berpikir seseorang. Stroke dapat mengakibatkan gangguan beberapa bagian dari otak, sedangkan bagian otak lainnya bekerja dengan normal. Pengaruh stroke terhadap seseorang tergantung pada:
Bagian otak yang terkena stroke;
Seberapa serius stroke yang terjadi; dan
Usia, kondisi kesehatan dan kepribadian penderitanya (Heart and Stroke Foundation, 2003).
Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai adalah (Heart and Stroke Foundation, 2003):
Kelumpuhan satu sisi tubuh.
Ini merupakan salah satu akibat stroke yang paling sering terjadi. Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang berlawanan dari letak lesi di otak, karena adanya pengaturan representasi silang oleh otak. Pemulihannya bervariasi untuk masing-masing individu;
Gangguan penglihatan.
Penderita stroke sering mengalami gangguan penglihatan berupa defisit lapangan pandang yang dapat mengenai satu atau kedua mata. Hal ini menyebabkan penderita hanya dapat melihat sesuatu pada satu sisi saja, sehingga misalnya ia hanya memakan makanan di sisi yang dapat dilihatnya atau hanya mampu membaca tulisan pada satu sisi buku saja;
Afasia.
Afasia adalah kesulitan berbicara ataupun memahami pembicaraan. Stroke dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berbicara/berbahasa, membaca dan menulis atau untuk memahami pembicaraan orang lain. Gangguan lain dapat berupa disatria, yaitu gangguan artikulasi kata-kata saat berbicara;
Gangguan persepsi.
Stroke dapat mengganggu persepsi seseorang. Penderita stroke dapat tidak mengenali obyek-obyek yang ada di sekitarnya atau tidak mampu menggunakan benda tersebut;
Lelah.
Penderita stroke sering mengalami kelelahan. Mereka membutuhkan tenaga ekstra untuk melakukan hal-hal yang biasa dikerjakan sebelumnya. Kelelahan juga dapat terjadi akibat penderita kurang beraktivitas, kurang makan atau mengalami depresi;
Depresi.
Depresi dapat terjadi pada penderita stroke. Masih merupakan perdebatan apakah depresi yang terjadi merupakan akibat langsung dari kerusakan otak akibat stroke atau merupakan reaksi psikologis terhadap dampak stroke yang dialaminya. Dukungan keluarga akan sangat membantu penderita;
Emosi yang labil.
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami ketidakstabilan emosi sehingga menunjukkan respons emosi yang berlebihan atau tidak sesuai. Keluarga/pengasuh harus memahami hal ini dan membantu meyakinkan penderita bahwa hal ini adalah hal yang lazim terjadi akibat stroke dan bukan berarti ia menjadi gila;
Gangguan memori.
Penderita stroke dapat mengalami gangguan memori dan baru;
Perubahan kepribadian.
Kerusakan otak dapat menimbulkan gangguan kontrol emosi positif maupun negatif. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku penderita dan caranya berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku ini dapat menimbulkan kemarahan keluarga/pengasuhnya. Untungnya perubahan perilaku ini akan mengalami perbaikan seiring dengan pemulihan strokenya.
Memahami efek yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami stroke akan sangat membantu keluarga penderita memahamai perubahan yang terjadi pada penderita. Pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut dan membantu penderita melalui masa-masa sulit ini akan sangat bermanfaat bagi upaya pemulihan penderita.
Pencegahan, Pengobatan dan Perlindungan Penderita Stroke
2.8.1 Pencegahan
Deteksi dini terhadap adanya aterosklerosis pada stadium dini sulit dilakukan. Namun yang penting dilakukan adalah mendeteksi ada tidaknya faktor risiko, sebelum seseorang mengalami kelainan pembuluh darah.
Tujuan upaya pencegahan penyakit stroke ini adalah untuk menurunkan kejadian penyakit, kecacatan dini dan kematian, sehingga dapat memperpanjang hidup dengan kualitas yang memadai. Pencegahan dibagi atas dua kategori yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada mereka yang masih sehat dan belum parah mengalami penyakit stroke. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan terhadap mereka yang sudah pernah mengalami penyakit stroke.
Pencegahan primer
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pencegahan primer antara lain :
Menghindari kegemukan
Pencegahan stroke perlu dilakukan dengan menghindari kegemukan (obesitas), sebisa mungkin mengurangi kolesterol tinggi. Untuk itu pola konsumsi harus diubah yaitu dari yang cenderung tinggi karbohidrat dan lemak menjadi banyak sayur dan buah yang tinggi serat. Dari sumber protein hewani gantikan posisi daging dengan ikan, karena ikan memiliki kandungan lemak yang jauh lebih baik bagi kesehatan daripada daging.
Menghindari stress
Beban kerja yang tinggi, tekanan hidup yang berat, tuntutan ekonomi, keinginan yang belum tercapai ataupun hal lainnya tanpa disadari dapat menyebabkan efek jangka panjang pada fisik dan mental.
Stres menyumbang hingga 20% penyebab stroke, selain itu juga menimbulkan hipertensi. Stress yang tidak terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan berisiko terkena serangan jantung. Stres juga dapat menaikkan kadar kolesterol dalam darah. Kondisi tersebut nantinya dapat membuat pembuluh darah tersumbat sehingga penderita rentan terhadap stroke.
Stres dalam kehidupan sekarang ini memang merupakan suatu kondisi yang sulit untuk dihindari, sehingga perlu pengelolaan yang baik. Jika mampu mengelola stress dengan baik maka risiko terkena stroke dapat berkurang hingga 25%.
Menghindari minum alkohol dan obat yang memiliki efek buruk pada pembuluh darah
Konsumsi alkohol selain membuat orang yang mengkonsumsinya terlalu banyak akan mengalami gejala mabuk, namun yang lebih perlu diwaspadai adalah pengaruhnya terhadap tekanan darah.
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.
Menghentikan kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok akan meningkatkan serangan stroke dibandingkan dengan orang-orang bukan perokok. Merokok dapat mengurangi elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah dan akan meningkatkan serangan stroke.
Mengurangi asupan lemak, kolesterol dan garam yang dikonsumsi secara berlebihan
Makanan cepat saji, gorengan, steak, dan gulai mengandung kadar lemak dan kolesterol tinggi. Konsumsi dari jenis makanan tersebut harus dibatasi, karena bila dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan arterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah ke otak.
Makanan yang menggunakan garam berkadar tinggi dalam pengolahannya juga harus dihindari, sebab natrium adalah mineral utama dalam garam, berefek meningkatkan ketegangan kontraksi pembuluh darah. Batasilah konsumsi garam dengan mengurangi camilan, gorengan dan makanan yang diolah dengan garam seperti makanan kalengan dan makanan yang diawetkan.
Mengendalikan gula darah dan kadar lemak darah (dislipidemia)
Terlalu banyak mengkonsumsi gula akan mengakibatkan kegemukan dan memicu munculnya diabetes tipe 2 karena hormon insulin sudah resisten sehingga terjadi penumpukan gula di dalam darah.
Mengobati penyakit seperti : Hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit jantung/aterosklerosis
Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan penyakit jantung koroner. Diabetes juga meningkatkan resiko stroke 1,5 hingga 4 kali lipat, terutama pada penderita yang gula darahnya tidak terkendali. Oleh karena itu pengobatan dan kontrol terhadap penyakit-penyakit ini sangat perlu di lakukan untuk mengurangi resiko terkena stroke.
Berolahraga secara teratur, minimal 3 kali seminggu
Hasil optimal olahraga tidak hanya ditentukan oleh jenis dan frekuensi berolahraga. Waktunyapun sebaiknya dipertimbangkan sehingga tidak terbuang percuma.
Hasil penelitian menunjukan bahwa olahraga dengan intensitas rendah bermanfaat bagi penyakit jantung dan dapat mencegah stroke. Berolahraga secara teratur, tidak hanya membuat jantung tetap kuat, tapi juga meningkatkan jumlah enzim alami (superoksida dismutase, glutation peroksidase dan katalase) yang berperan sebagai antioksidan untuk mencegah arterosklerosis. Olahraga juga dapat mengontrol berat badan dan mengendalikan stress yang bermanfaat untuk mencegah stroke.
Pencegahan Sekunder
Dalam pencegahan sekunder yang perlu dilakukan :
Mengontrol faktor resiko penyakit stroke melalui :
Mengobati penyakit-penyakit yang diderita yang merupakan resiko timbulnya stroke seperti hipertensi,diabetes mellitus, penyakit jantung.
Mengatasi dislipidemia dengan diet rendah lemak
Berhenti merokok
Menghindari konsumsi alkohol
Mengatasi kegemukan (obesitas)
Menghindari dan mengobati hiperurisemia
Mencegah terjadinya polisitemia (jumlah sel darah merah yang tinggi)
Menghindari stress
Mengatsi keadaan depresi
Dengan menggunakan obat-obatan (stroke iskemik).
2.8.2 Pengobatan
Penyakit stroke memiliki 3 tingkatan sesuai dengan kondisi pasien, sehingga dalam pengobatannya juga disesuaikan dengan tingkatan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Tahapan pengobatan stroke dapat diurutkan seperti pada tabel di bawah.
No
Nama
Keterangan
Alat yang dibutuhkan
1
Pemeriksaan fisik
Membantu menentukan lokasi kerusakan otak
CTscan dan MRI
2
Pengobatan
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan. Tetapi pengangkatan sumbatan
Oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan.
Respirator
3
Rehabilitasi
Belajar mengatasi kelumpuhan karena kelainan fungsi sebagian jaringan otak. Bagian otak lainnya kadang bisa menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian otak yang mengalami kerusakan.
Alat bantu gerak
Alat bantu latihan ingatan seperti permainan otak.
Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :
a. Deuretik : untuk menurunkan edema serebral
b. Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
c. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
2.8.3 Perlindungan
Berikut beberapa jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita stroke.
Fisioterapi
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapy (Bobath method, Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro Developmental Treatment, Sensory Motor Integration, dll.) telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke.
Salah satu program latihan dengan metoda fisioterapi. Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang memiliki waktu relatif lebih banyak. Dampak lain adalah jika pemahaman anggota keluarga kurang tentang penanganan pasien stroke maka akan menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yang salah pula. Hal ini justru akan memperlambat proses perkembangan gerak.
Terapi Okupasi
Terapi Okupasi mendesain sebuah aktivitas yang bersifat terapeutik atau bertujuan memberikan latihan dalam perawatan diri maupun latihan untuk dapat mandiri dan kembali bekerja. Salah satu intervensi yang penting adalah melatih keluarga atau orang lain yang merawat penderita tentang beberapa cara mencegah komplikasi, memotivasi penderita untuk melakukan kegiatan/ aktifitas.
Terapi Wicara
Terapi ini bertujuan membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, dan mengerti kata-kata. Terapi wicara merupakan suatu metode untuk menangani orang-orang yang mengalami gangguan perilaku komunikasi yang meliputi: gangguan bicara, bahasa, suara, dan irama kelancaran. Terapi wicara dapat diberikan untuk beberapa jenis gangguan berikut: Gangguan wicara, yakni:
Dislogia : Gangguan wicara karena adanya gangguan intelegensi/konsep.
Dislalia : Gangguan wicara karena kebiasan pemakaian yang salah (lingkungan)
Disaudia : Gangguan wicara karena adanya gangguan pendengaran
Disglosia : Gangguan wicara karena ada kelainan struktur organ, morfologi/bentuk organ-organ wicara seperti lidah, mulut, langit-langit mulut.
Disartia : Gangguan wicara karena adanya kelainan neurologis, cedera pada bagian neuromuscular.
Dispraxia : Gangguan wicara karena lesi di otak bagian programasi urutan gerak otot-otot bicara.
Gangguan bahasa, yakni afasia perkembangan pada anak-anak, gangguan suara yakni kehilangan suara sebagian (disfonia) atau tidak bersuara sama sekali (afonia), gangguan irama kelancaran, yakni klater, latah, gagap.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Stroke dapat terjadi karena suplai oksigen yang didapat dari darah untuk otak tidak mencukupi. Berat otak hampir 2,5 % dari berat badan seluruhnya. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, maka sangat bergantung dengan kondisi aliran darah. Di klinik, secara umum ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik) dan hemorhagik. Iskemik otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Sedangkan stroke hemorhagik pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar akan merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya. secara umum dapat dikemukakan tanda dan gejala yang sering dijumpai, antara lain timbul rasa kesemutan pada seisi badan, mati rasa, terasa seperti terbakar, atau terkena cabai, lemas, mulut, lidah mencong bila diluruskan, ganggan menelan, atau bila minum sering tersedak, gangguan bicara, berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti, tidak mampu membaca dan menulis, berjalan menjadi sulit, Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain, dll.
Adapun beberapa faktor risiko dari stroke dimana faktor risiko tidak dapat dikendalikan antara lain umur, jenis kelamin, garis keturunan, ras atau etnik, diabetes, Arterosklerosis, Penyakit Jantung.Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan antara lain obesitas, kurang aktivitas fisik dan olahraga, merokok, mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi (Hipertensi). Inseden stroke bervariasi diberbagai tempat, dengan umur yang bervarisi pula namun, banyaki ditemukab dengan umur 55 tahun.
Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai adalah (Heart and Stroke Foundation, 2003) yaitu kelumpuhan satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, Afasia, Gangguan persepsi, lelah, depresi, emosi yang labil, gangguan memori, dan perubahan kepribadian. Pencegahan stroke dibagi atas dua kategori yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada mereka yang masih sehat dan belum parah mengalami penyakit stroke. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan terhadap mereka yang sudah pernah mengalami penyakit stroke. Misalnya dengan mengontrol faktor risiko dan menggunakan obat-obatan. Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
Jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita stroke yaitu fisioterapi, terapi olupasi dan terapi bicara.
Saran
Bagi Pemerintah.
Agar lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pengobatan penyakit stroke sehingga bahaya kematian akibat penyakit stroke dapat dikurangi.
Bagi Masyarakat.
Agar lebih memperhatikan kesehatan serta pola hidup yang sehat sehingga terhindar dari penyakit Stroke. Mencegah lebih baik daripada mengobati.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur, dengan memperhatikan gizi yang seimbang. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.