CARA MENENTUKAN DIAGNOSIS
Oleh :
Rifaat Nurrahma J101211103
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROSTODONSI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
Diagnosis dan rencana perawatan yang tepat merupakan penunjang keberhasilan perawatan.
Keberhasilan perawatan gigi pada pasien tergantung pada ketelitian pemeriksaan, diagnosa yang tepat dan perawatan yang tepat. Untuk mencapai hal tersebut harus ada kerja sama antara pasien dan operator.Setelah dilakukan pemeriksaanpemeriksaan terhadap pasien, dapat diketahui apakah masih perlu dilakukan perawatan pendahuluan sebagai persiapan perawatan. 1,2
Ada beberapa jenis perawatan gigi dan mulut yang lazim yaitu pencabutangigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi, dan pembuatan gigitiruan. Selain ituperawatan ortodonsia dan kelainan jaringan lunak. Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana seorang dokter gigi membangun komunikasi yang baik dengan pasien. Komunikasi menentukan cara seorang dokter gigi untuk menganamnesa dalam hal mendiagnosis suatu penyakit. Keberhasilan suatu perawatan bergantung pada cara penentuan diagnosis yang tidaklah mudah. Adapun tahapan yang mesti dilakukan antara lain pemeriksaan yang dilakukann haruslah penuh seksama, kehati-hatian, bertanggungjawab, dan operator siap dan tahu pasti apa yang harus dilakukan. Sebaiknya seorang dokter gigi dalam menangani pasien dapat mempertanggung jawabkan secara ilmiah dan moral apa yang dilakukan, tindakan pasti dan tidak ragu-ragu, menggunakan alat seperlunya serta menggunakan kata-kata sederhana dan komunikatif yang 3
mudah dimengerti oleh pasien.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Alat-Alat Pemeriksaan
Disamping dental unit, dental light dan perlengkapan lain dalam kursi perawatan gigi, diperlukan alat utama untuk pemeriksaan yaitu kaca mulut, sonde, ekskavator dan pinset yang mempunyai fungsi masing-masing.
Sedangkan untuk pemeriksaan lengkap diperlukan
bermacam-macam alat dan bahan yang sebaiknya jauh dari jangkauan dan dikeluarkan bila 1
diperlukan. Alat dan bahan untuk pemeriksaan lengkap yaitu :
Alkohol
Chlor etil/es
Periodontal probe
Cotton roll
Wax
Cotton pellet
Dento test
Objek glass
Rubber bowl
Bahan cetak
Cotton pliers
Fixing solution
Dental floss
Sendok cetak
Articulating paper
Tongue blade
Api spiritus
Spatula
Artikulator
Rubber dam
Gambar 1. Alat diagnostik II.2 Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Darurat (emergency)
Yang dimaksud dengan pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang datang dalam keadaan akut, pemeriksaan langsung ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian tentukan diagnosanya dan rawat keluhan utama tersebut. Pemeriksaan
3
lengkap pada pasien ini dilakukan pada kunjungan berikutnya setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh kasus yang memerlukan pemeriksaan darurat, : a. Nekrosis Pulpa tertutup Terapi : berikan antibiotik dan analgetik. Bila mungkin lakukan trepanasi untuk membuka saluran akar sehingga gas gangren/ gas H2S dapat keluar. b. Pulpitis akut Terapi : Berikan EF (Eugenol ) untuk mengurangi rasa sakit,beri analgetik. c. Abses disertai trismus 2.
2
Pemeriksaan Ulang (pemeriksaan berkala).
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan sebelumnya. Secara objektif dipakai untuk menilai : a. Hasil perawatan yang telah dilakukan b. Pemeliharaan kesehatan gigi c. Mencatat perubahan yang terjadi Pemeriksaan ulang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali, tergantung keadaan gigi 2
pasien.
3.
Pemeriksaan Lengkap
Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada kunjungan pertama meliputi : a. Pencatatan Riwayat
1.Sosial 2.Gigi 3.Medis b. Pemeriksaan
1.Ekstra Oral 2.Intra Oral
4
c. Pencatatan Riwayat Sosial
Pemeriksaan sosial meliputi : 1. Nama 2. Alamat, 3. Pekerjaan 4. Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan mengena kelainan herediter yang diderita . 5. Riwayat pre-natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran) untuk mengetahui 3,5
penyebab kelainan gigi (perubahan warna, kelainan bentuk danlain-lain)
d. Pencatatan Riwayat Gigi
Anamnesa untuk mendapatkan data mengenai masalah pokok yang menyebabkan pasien datang. Adapun tujuan dari dilakukannya anamnesa adalah :
1.
Membantu menentukan diagnosa dan rencana perawatan
Menentukan prioritas dan jenis perawatan
Keluhan
Apakah pasien datang dengan keluhan ? Jika tidak ada keluhan, mungkin pasien datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan. Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien, karena berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan dapat diatasi.
2.
Riwayat Keluhan
Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi, kapan dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus-putus (jika ya, berapa lama berlangsung, apakah timbul karena rangsangan panas, dingin, manis atau sewaktu makan). Apakah sampai tidak bisa tidur, menyebabkan gelisah.Gejala-gejala sakit gigi memberi indikasi macam kelainan pulpa misalnya rasa sakit yang terputus-putus dengan jangka waktu pendek yang disebabkan panas atau dingin diagnosanya hiperami pulpa. Rasa sakit spontan, berat, membuat tidak bisa tidur diagnosanya pulpitis. Sedangkan bila disertai pembengkakan kemungkinan sudah abses akibat 2
nekrosis pulpa.
5
3. Riwayat Kesehatan Gigi
Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau tidak, apakah pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya mengapa diganti, perlu ditanyakan karena bila
pernah mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan rasa 1,3
percayanya lebih sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih berhati-hati.
4. Sikap
Sikap terhadap setiap perawatan . Setiap sikap yang kurang koperatif selama perawatan harus dipertimbangkan dalam rencana perawatan mendatang. Sikap pasien berhak mengetahui perwatan gigi yang akan dilakukan . Bila sikap dan harapan pasien terhadap perawatan gigi sangat berbeda, sebaiknya tidak dilakukan perawatan 1
sebelum menjelaskan dan menimbang baik buruknya.
II.3 Pencatatan Riwayat Medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, diabetes mellitus, demam rematik, kelainan darah, penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa), epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain yang serius.
II.3.1 Pemeriksaan Ekstra Oral a. Penampilan Umum, Besar Dan Berat Badan
Secara umum tinggi badan seorang
dapat diamati dengan cepat sewaktu
memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur dan membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi badan, usia dan berat badan . Faktor yang mempengahi keadaan tinggi, berat badan dalam masa perkembangan adalah 2
herediter, lingkungan, penyakit sistemik dan gangguan endokrin
b. Kulit
Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat dipakai sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau sekunder dapat 6
terjadi pada kulit wajah, bila terdapat herpes pada bibir atau wajah yang disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan gigi ditunda atau diberi premedikasi dan 2
pasien dirujuk ke dokter kulit terlebihdulu.
c. Mata
Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata menyebabkan pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi telah selesai dan 2
pembengkakan pada mata belum hilang, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter mata.
d. Bibir
Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, warna dan tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada bibir sering dijumpai abrasi, fisur, ulserasi atau crust. Trauma sering menyebabkan memar pada bibir, reaksi 2
alergi juga dapat terlihat.
e. Simetris Wajah
Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya kebiasaan tidur bayi terutama yang lahir prematur sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah patologis pada – sering 2
juga disebabkan karena infeksi atau trauma.
Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Bila terdapat asimetris wajah tanpa rasa sakit dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti serta tidak berhubungan dengan gigi lebih baik merujuk pasien ke dokter .Pada sering ditemui selulitis yaitu infeksi pada jaringan lunak yang difus,
disebabkan
infeksi
pulpa
gigi
susu/tetap.
Selulitis
dapat
menimbulkan
pembengkakan pada wajah dan leher. Bila disebabkan gigi atas pembengkakan dapat 2,5
meluas ke bawah mata dan dalam keadaan akut mata kelihatan merah.
II.3.2 Pemeriksaan Intra Oral 7
a. Pipi Dan Bibir Bagian Dalam
Diperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa labial, dilanjutkan dengan pemeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan atau perubahan lain. b. Gingiva
Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan konsistensinya. Sewaktu erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit (terutama bila terkena trauma gigi antagonisnya) dan meradang. Pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa sering disertai fistel pada gingiva karena abses periodontal.
c.
Lidah dan Tonsil
Untuk memeriksa lidah, diminta menjulurkan lidahnya ke depan. Periksa ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah harus diperiksa karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat mengganggu bila berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Selain itu frenulum lingualis yang pendek dapat menahan gerakan lidah ke depan, sehingga mengganggu berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan menggunakan kain kasa yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Permukaan lidah 2,3,4
umumnya licin, halus dan papila filiformis relatif pendek.
Pada awal penyakit exantematous, lidah berselaput putih keabu-abuan atau putih kecoklatan. Selaput itu berisi sel yang mengalami desquamasi, sisa makanan dan bakteri. Keadaan ini sering juga terlihat pada yang sedang demam. Avitaminosis tertentu, anemi atau stress dapat menyebabkan desquamasi papila yang ditandai dengan peru- bahan warna dan pembengkakan. Adanya pembesaran lidah yang patologis dapat disebabkan cretinisme, mongolism atau tumor. Kebiasaan jelek pada lidah dapat menimbulkan 3,4
maloklusi.
Untuk memeriksa tonsil, lidah ditekan dengan kaca mulut atau tongue blade, 5
dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasi atau pembengkakan.
d.
Palatum
Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi pada jaringan lunak dan keras palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan, kelainan bentuk dan konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi. 8
e. Gigi
Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat sebelum masingmasing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan memakai kaca mulut, ekskavator dan pinset. Perlu diketahui apakah ada gigi yang dicabut sebelum waktunya (prematur loss), gigi yang sudah waktunya tanggal atau gigi persistensi (gigi penggantinya sudah erupsi tetapi gigi sulung belum tanggal).
1,2
1. Gigi yang hilang 2. Keadaan gigi yang tinggal: - gigi yang mudah terkena karies - banyaknya tambalan pada gigi - mobility gigi - elongasi - malposisi - atrisi Penentuan Vitalitas
Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, misalnya gigi dengan keadaan : 1. Post trauma
perubahan warna
kavitas yang dalam/penyebab abses
gigi penyebab kista atau pembengkakan lain
2. Karies
superfisial
media
profunda
Pemeriksaan dilakukan dengan cara : 1.1.Test sonde 1.2.Test termal . Dingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha panas.
9
Gambar 2. Tes thermal panas dan dingin 1.3.Test elektrik dengan dento test
Gambar 3. Test elektrik 1.4.Test preparasi. Bila gigi dicurigai non vital (dapat dilihat melalui warna gigi, yang biasanya berwarna biru atau abu-abu) dan dentotest tidak tersedia, dilakukan pemboran gigi secara hati-hati dan perlahan untuk menentukan vitalitas gigi
Gambar 4.Tes Preparasi 10
1.5.Test perkusi Untuk melihat perluasan infeksi apakah telah melibatkan jaringan periodontal 1.6. Test Palpasi
Gambar 6. Tes Palpasi 5. Oklusi
Diperhatikan hubungan oklusigigi atas dengan gigi bawah yang ada.Angle klas I, II, dan III. 1. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain karena : -
angular cheilosis
-
disfungsi dari TMJ
-
spasme otot-otot kunyah
2. Spasme otot-otot kunyah dapat diperbaiki dengan menambah dimensi vertical pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan. 3. Selain deep overbite, harus diketahui juga ukuran over jet dari gigi depan. Dalam keadaan normal, ukuran overbite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.
6. Oral Hygiene
-
Adanya karang gigi
-
Adanya akar gigi
-
Adanya gigi yang karies
-
Adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya : gingivitis
II.4 Pemeriksaan Penunjang 1. Rontgen Foto 11
Dengan rontgen foto dapat diketahui adanya: -
kualitas tulang pendukung dari gigi penyangga
-
gigi-gigi yang terpendam (impacted), sisa-sisa akar
-
kista
-
kelainan periapikal
-
resorbsi tulang
-
sclerosis (penebalan tulang)
2. PEMERIKSAAN BAKTERI
Dilakukan untuk mengetahui : -
Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.
-
Sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis antibiotik yang tepat.
-
Menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap non v ital.
3.
BIOPSI
Dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker atau tumor, sebaiknya biopsi dilakukan oleh dokter ahli dan dikirim ke bagian Patologi Anatomi.
4. STUDI MODEL
Studi model yaitu model gigi yang dibuat dari gips, digunakan untuk : a. Menjelaskan kepada pasien tentang rencana perawatan yang akan dilakukan (terutama berhubungan dengan perawatan ortodontik dan gigi tiruan) b. Sebagai dokumentasi c. Mengetahui dan menganalisa oklusi secara tepat.
CARA MENDIAGNOSA 1. MENGUMPULKAN DATA
Setiap tanda yang mengarah kekeadaan patologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosa dini, misalnya pembengkakan dapat dihubungkan dengan karies yang berlanjut terutama gigi molar. Semua fakta yang ada dikumpulkan dan dibuat korelasi, meskipun sering kali harus dibuat diagnosa sementara sebelum fakta dikumpulkan terutama 12
untuk mencegah proses berlanjutnya penyakit. Pada beberapa kasus
kadang-kadang
diperlukan waktu sebelum diagnosa dapat ditegakkan karena diperlukan .Pada pemeriksaan pasien, mengumpulkan data ini merupakan pemeriksaan objektif. Operator melihat semua keadaan yang ada di dalam mulut pasien, mencatat dan melakukan pemeriksaan dengan 1
memakai alat/bahan yang diperlukan.
2. EVALUASI FAKTA
Semua fakta yang meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah terkumpul dievaluasi secara teliti. Tidak jarang pasien memberikan keterangan yang kurang jelas dan lengkap tentang keluhan sehingga informasi yang diharapkan kurang memuaskan terutama sekitar gejala klinis. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan subjektif , semua yang 2
dikeluhan pasien tentang penyakit yang dideritanya.
3. MEMBUAT DIAGNOSA
Diagnosa adalah penentuan setiap penyakit yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pasien atau setiap kelainan yang mempengaruhi perkembangan gigi. Riwayat penyakit (subjektif), pemeriksaan klinik (objektif) dan laboratorium/tambahan (ronsen, test vitalitas, pemeriksaan bakteri, biopsi) adalah faktor yang penting untuk membuat diagnosa. Dari beberapa fakta yang terkumpul dapat ditegakkan diagnosa. Bila pada saat yang sama dijumpai lebih dari satu penyakit, dokter gigi harus dapat membedakan atau memisahkan fakta yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan dapat 2,3
dilakukan dengan tepat.
4. RENCANA PERAWATAN
Suksesnya suatu perawatan gigi tergantung pada ketepatan membuat diagnosa dan rencana perawatan. Sebelum melaksanakan perawatan, ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Perawatan yang mendesak 2. Urutan perawatan 3. Hasil perawatan yang akan dicapai
13
Untuk menghindari banyaknya kesalahan pada permulaan perawatan, penanggulangan perawatan, waktu, energi dan biaya yang berlebihan maka dibuat suatu urutan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. . Bila pada saat yang sama dijumpai lebih dari satu penyakit, operator harus dapat membedakan atau memisahkan fakta yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan dapat dilakukan dengan tepat sehingga perawatan yang diberikan harus 3,5
optimal.
14
BAB III Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan-pemeriksaantersebut di atas, maka dapat ditentukan : 1. diagnosa 2. rencana perawatan 3. prognosa evaluasi data sebagai suatu hasil dari pemeriksaan rongga mulut dan diagnosa pada pasien, sehingga dapat diramalkan status kesehatannya,
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong-Wook Yoon, Jae-Ho Yang, Jung-Seok Han. Diagnosis and Therapy in Dentistry. J Korean Acad : Volume 43, Number 6, 2005 2. Sunarsih S . Diagnosa dan Perawatan Pendahuluan. Universitas Sumatra Utara. 2008 3. Marck.E Diagnosis and Treatment Planning. Journal of Dentistry 2004 Vol 10(3) 4. Romano, R. Strategies in Dental Diagnosis; Quintessence. New Delhi, 2001. p. 173 5. Sulitianah S. Diagnosis dan Terapi Dalam Kedokteran Gigi.EGC Medical .2005
16