17
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam budidaya tanaman pastilah terdapat hama yang dapat menganggu tanaman budidaya. Oleh karena itu, agar tanaman budidaya tidak terganggu oleh hama maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan cara menggunakan pestisida. Pestisida yang sering digunakan oleh petani adalah pestisida kimia yang dapat dibeli di pasaran. Penggunaan pestisida kimia yang tidak berwawasan lingkungan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan manusia. Selain menggunakan pestisida kimia, pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida organik.
Pestisida nabati merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama tanpa bahan kimia. Penggunaan pestisida nabati juga digunakan untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida nabati ada pada tanaman-tanaman famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae. Dalam pembahsan kali ini yang akan di bahas adalah pestisida dengan menggunakan daun sirsak.
Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan pestisida nabati?
Kandungan apa yang terdapat dalam daun sirsak sebagai pengusir hama?
Hama apa saja yang cocok untuk pestisida dari daun sirsak?
Apa kelebihan dan kekurangan dari pestisida ini?
Bagaimana cara membuat pestisida dengan daun sirsak?
Apa yang perlu di perhatikan dalam pembuatan pestisida nabati ini?
Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan karya tulis ini adalah
Untuk mengetahui pengertian pestisida nabati.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
Metode Kepustakaan
Yang penulis lakukan dengan metode ini adalah dengan membaca sumber sumber tertulis yang berhubungan dengan karya tulis ini yaitu daun sirsak sebagai pestisida nabati baik dari buku, berosur, w-book, maupun artikel yang di share lewat internet.
Metode Observasi
Yang penulis lakukan dengan metode ini adalah dengan melakukan tinjauan ke beberapa petani atau pengguna pestisida nabati ini, dan melakukan beberapa riset ke para ahli yang berkaitan.
Metode Praktik
Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari dan membuat langsung pestisida dengan daun sirsak berdasarkan pengetahuan yang di dapat dari metode observasi dan metode kepustakaan.
Sistematika Penulisan
Untuk memahami pembaca memahami karya tulis ini, penulis membuat Sistematika Penulisan sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini mengemukakan teori-teori sebagai landasan dalam pembahasan karya tulis ini.
BAB III Cara pembuatan pestisida dari daun sirsak serta kandungannya dan manfaatnya.
Bab ini menguraikan cara pembuatan pestisida dari saun sirsak dan menjelaskan kandungan beserta manfaatnya.
BAB IV Manfaat lain dari daun sirsak
Bab ini menjelaskan berbagai manfaat lain dari daun sirsak.
BAB V Penutup
Bab ini menguraikan simpulan dan sarana yang telah dibahas dalam karya tulis ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pertanian
Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha tani. Pada belakangan tahun ini ada anggapan bahwa pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan penyemprotan dengan menggunakan pestisida maupun insektisida. Namun, setelah terasa dampak negatif dari penggunaan pestisida maupun insektisida ini maka para ahli hama tidak lagi menganjurkan secara besar-besaran dalam penggunaan racun pestisida maupun insektisida.
Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organik pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Penggunaan pestisida organik harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan kesabaran serta ketelitian. Banyaknya pestisida organik yang disemprotkan ke tanaman harus disesuaikan dengan hama. Waktu penyemprotan juga harus diperhatikan petani sesuai dengan siklus perkembangan hama (Sudarsono. 2006).
Selain harus mengenal karakter dari bahan yang akan digunakan, karakter hamanya sendiri pun harus diperhatikan dengan baik. Dengan mencari informasi karakter hidup hama, mendengarkan dari pengalaman orang lain serta mengamati sendiri, kita dapat mencari kelemahan dari hama tersebut. Contohnya untuk kutu yang menempel kuat di batang atau daun dapat diatasi dengan menggunakan campuran sedikit minyak agar kutu tidak dapat menempel. Selain itu, untuk semut yang menyukai cairan manis pada tanaman, dapat disemprotkan air sari dari daun yang sifatnya pahit seperti daun pepaya, daun diffen, dan lainnya. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya (Kardiman,2003).
Perbandingan Pestisida Nabati dengan Pestisida Kimia
Masalah besar yang dihadapi petani dalam kegiatan produksi adalah hama penyakit tanaman dan bencana alam. Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Seiring waktu di kembangkan pestisida nabati oleh karena pestisida nabati yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. (file:///D:/Knowledge20Pestisida%20Nabati.htm)
Daun Sirsak Sebagai Pestisida Nabati
Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman famili Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae. Salah satu bahan dasar pestisida alami, yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman adalah daun sirsak, yang mengandung senyawa annonain dan resin. Daun sirsak dapat kita ramu sendiri menjadi pestisida yang dapat membunuh beberapa hama. Untuk membunuh hama yang lebih banyak, daun sirsak dapat di campur dengan berbagai jenis tumbuhan lainnya.
Daun Sirsak
Tanaman Annona muricata (sirsak) mengandung zat toksik bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang terkandung pada daun sirsak. Disamping itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat, mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak) (Gruber dan Karganilla, 1989). Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif mengendalikan hama trips. Jika ditambahkan daun tembakau dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan hama wereng coklat.
Klasifikasi sirsak
Nama umum
Indonesia : Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda
Inggris : Soursop
Melayu : Durian Belanda, Durian Benggaka
Vietnam : Mang Cau Xiem
Thailand : Thurian Thet, Thurian Khaek
Philipina : Guyabano, Atti, Illabanos
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Magnoliales
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Sub Kelas : Magnoliidae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Kandungan daun sirsak
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
BAB III
PESTISIDA DARI DAUN SIRSAK
Pestisida Nabati
Pestisida (Inggris : Pesticide) secara harfiah berarti pembunuh hama (pest : hama,cide: pembunuh). Menurut peraturan pemerintah no. 7/1973, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a. Mengendalikan atau mencegah hama / penyakit yang merusak tanaman, atau hasil-hasil pertanian.
b. Mengendalikan rerumputan.
c. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan;
e. Mengendalikan hama – hama air.
f. Mengendalikan atau mencegah binatang –binatang yang perlu dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air.
Menurut United States Enviromental Pesticide Control Act. Pestisida adalah sebagai berikut.
a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan .mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang mengerat, nematode, gulma,virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri, jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang;
b. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering hama. Dari batasan tersebut diatas nyata bahwa pengertian pestisida luas sekali yakni meliputi produk – produk yang digunakan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan / kesehatan hewan, perikanan, dan kesehatan masyarakat. Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection product) untuk membedakannya dari produk – produk yang digunakan di bidang lain.
Istilah produk perlindungan tanaman juga digunakan untuk menghindari istilah pestisida yang berkonotasi "bahan pembunuh". Memang, kenyataannya tidak semua pestisida pertanian bekerja dengan cara membuat Repellent, misalnya tidak membunuh melainkan mengusir hama. Attractant bekerja menarik / mengumpulkan serangga. Istilah pestisida, kecuali lebih pendek dan lebih dikenal luas, merupakan istilah resmi yang digunakan dalam peraturan dan perundang-undangan.
Nabati yaitu sesuatu yang berhubungan dengan tumbuhan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pestisida nabati yaitu bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul) atau pembunuh. Pestisida nabati bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Jenis pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida sangat spesifik yaitu sebagai berikut.
a. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa,
b. Menghambat pergantian kulit,
c. Mengganggu komunikasi serangga,
d. Menyebabkan serangga menolak makan,
e. Menghambat reproduksi serangga betina,
f. Mengurangi nafsu makan.
g. Memblokir kemampuan makan serangga.
h. Mengusir serangga.
i. Menghambat perkembangan patogen penyakit.
Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan "bahan-bahan alami" untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga siklus ekosistem masih tetap terjaga. Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk kita jumpai bahkan tersedia bibit secara gratis.. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis.
Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati.
Seperti halnya dengan manusia, tanaman juga akan mengalami sakit atau terserang hama maupun penyakit, bila kondisi fisiknya tidak baik. Dikarenakan adanya perubahan iklim /cuaca atau memang sejak awal menggunakan benih /bibit yang tidak baik jadi mudah terserang , bisa juga dari kondisi tanahnya, dan lain-lain.Banyak kendala-kendala yang mempengaruhinya. Untuk mengatasinya tentu saja dapat menggunakan obat-obatan yang pilihannya banyak di pasaran. Tergantung dari tanamannya menderita apa dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali.
Kandungan Daun Sirsak Sebagai Pestisida Nabati
Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).
Bagian dari tanaman sirsak yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan biji. Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain asimisin, bulatacin, dan squamosin. Disamping itu, daun, biji, akar dan buahnya yang mentah juga mengandung senyawa annonain (Mulyaman, dkk.2000).
Daun dan biji sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga) dan antifeedent (penghambat makan) dengan cara menghaluskan daun dan biji, kemudian dicampur dengan pelarut. Cara kerjanya sebagai racun kontak dan perut. Ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan belalang dan hama lainnya seperti wereng (Kaedinan, 2005).
Kandungan dalam daun sirsak:
Alkaloida
Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987). Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining fitokimia untukmendeteksi alkaloida sebagai pereaksi pengendapan yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff (Farnsworth, 1966).
Flavonoida
Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga flavonoida berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja terhadap serangga (Robinson, 1995).
Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok.Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun (Robinson,1995: Gunawan, et al, 2004).
Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987).
Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).
Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin (Gunawan, et al, 2002).
Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase (Anonimc, 2010).
Glikosida Antrakuinon
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995).
Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann – Burchard (asam asetat anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren (Harborne, 1987).
Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987)
Beberapa peneliti melakukan kajian tumbuhan ini sebagai biopestisida. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Bijinya mengandung minyak 42 – 45 %, merupakan racun kontak dan racun perut. Bermanfaat sebagai insektisida, repellent (penolak), dan antifeedant.
Dari tanaman sirsak telah berhasil diisolasi beberapa senyawa acetogenin antara lain akan bersifat asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin anti feedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzin NADH – ubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria.
Hama yang Dapat Dibasmi Pestisida Nabati Daun Sirsak
Daun sirsak memang dapat digunakan untuk membasmi hama, akan tetepi hanya pada hama tertentu saja seperti pada macam-macam aphis/belalang yaitu Wereng coklat (Nilaparvata),Wereng hijau (Nephotettix virescenns),Wereng punggung putih (Sogatella furcifera) ,Kutu sisik hijau (Coccus viridis) dan pada macam-macam ulat yaitu Ulat Grayak (Spodoptera litura F),Ulat tritip (Plutella xylostella), Lalat buah (Ceratitis capitata),Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis),Kepik hijau, Hama kapas (Dysdercus koeniglii).
Belalang (Aphis)
Pengaruh pemberian pestisida nabati dari daun sirsak terhadap belalang adalah belalang yang makanannya telah diberi pestisida nabati ini, belalangnya kurang aktif jika dibandingkan belalang yang tidak diberi pestisida nabati, dan dalam kurun waktu 3 hari belalang yang diberi pestisida nabati tersebut mati, dikarenakan memakan daun padi yang telah diberi pestisida daun sirsak. Sedangkan belalang yang makanannya yang berupa daun padi yang tidak diberi pestisida daun sirsak terlihat lebih aktif dibandingkan belalang yang diberi pestisida nabati daun sirsak dan dalam kurun waktu 3 hari terlihat baik – baik saja. Hal itu terjadi karena pestisida nabati dari daun sirsak ini berfungsi sebagai racun kontak dan perut.
Racun kontak
Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak langsung)dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.
Racun lambung (racun perut, stomash poison)
Racun lambung (racun perut, stomash poison) adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan syaraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya.
Ulat (Spodoptera litura F).
Ulat sangat merugikan karena menyerangan tanaman secara bergerombol dan massif sehingga kadang disebut juga sebagai ulat tentara (army worm). Ulat biasanya menyerang pada malam hari, tingkat serangan parah dan tingkat lanjut bisa menyebabkan seluruh pertanaman dalam satu hamparan bisa habis dalam waktu satu malam saja. Salah satu gejala awal serangan ulat ialah daun-daun meranggas dan berlubang-lubang.Ulat mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya produksi tanaman terhambat dan menurun.
Dengan adanya praktikum tentang pembuatan pestisida botanis/alami dari daun sirsak dapat digunakan untuk mengatasi ulat yang menyerang pada tanaman. Gejala awal dari pestida alami dari daun sirsak setelah disemprotkan ke daun sawi yang dimasukkan ulat, ulat tersebut seperti mencari celah atau tempat yang tidak terkontaminasi oleh pestisida botanis/alami dari daun sirsak,dan kurang dari 5 menit ulat grayak tersebut tidak bergerak atau mati terkena racun yang terkandung dalam daun sirsak tersebut.
Kelebihan Dan Kekurangan Dari Pestisida Nabati Daun Sisak
Pestisida nabati daun sirsak mempunyai banyak keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci diuraikan berikut ini:
Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:
Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi.
Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama.
Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua.
Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak.
Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan.
Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan biaya dapat lebih murah.
Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun rendah.
Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil.
Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
a. Keuntungan menggunakan pestisida nabati daun sirsak antara lain:
Dapat mengurangi hama belalang yang menjadi hama bagi tanaman budidaya tanpa merusak ekosistem atau rantai makanannya
Mengurangi penggunaan bahan kimia dalam budidaya tanaman
Lingkungan lebih terjaga karena tidak ada residu bahan kimia
Tanaman budidaya terutama sayuran dapat tetap sehat untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan pestisida kimia
b. Kelemahan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat
masyarakat dalam pemakaiannya. Menurut Martono (1997) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain
Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya
Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu diperlukan bahan pengemulsi
Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak
Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massa
Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut
Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit diperhitungkan sebelumnya.
Pembuatan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1.
Blender
1.
Daun sirsak 100 lembar
2.
Pisau dan Gunting
2.
Air 1000 mL
3.
Gelas Ukur
4.
Saringan
5.
Corong
6.
Tempat ekstrak
7.
Plastik dan Karet
Cara Kerja
Pembuatan ekstrak
a. Siapkan alat dan bahan
b. Potong daun sirsak
c. Masukkan ke dalam blender
d. Masukkan air
e. Blender sampai halus
f. Keluarkan dari blender
g. Saring dan masukkan ke dalam botol
h. Tutup botol dan diamkan selama 1 minggu
Pembuatan Larutan
a. Siapkan hasil ekstraksi
b. Masukkan hasil ekstraksi ke dalam gelas ukur sebanyak
Konsentrasi 25% (ekstrak 25 ml dan air 75ml)
Konsentrasi 50% ( ekstrak 50 ml dan air 50 ml)
Konsentrasi 75% (ekstrak 75 ml dan air 25 ml)
c. Setelah bahan tercampur rata dimasukkan ke dalam sparyer
d. Aplikasikan ke tanaman budidaya (cabai)
Aplikasi
Cara aplikasinya adalah dengan cara penyemprotan menggunakan sparyer pada tanaman cabai, tiap ulangan ±30ml
Rancangan Percobaan
Perlakuan terdiri dari 3 macam yaitu konsentrasi 25%, konsentrasi 50% dan konsentrasi 75%
Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan
Penelitian dilakukan di rumah penulis sendiri bertempatkan di Jln Wijaya Kusuma, Wanarejan Selatan, Taman.
a. Pada tiap tanaman cabai setelah disemprot diberi belalang kemudian ditutup dengan plastik yang memiliki ventilasi udara
b. Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap serangan belalang dan efektivitas pestisida
c. Dilakukan penghitungan prosentase pada hari terakhir pengamatan
Hasil Pengamatan
Pada bab ini, akan kita lihat jumlah belalang yang mati setelah perlakuan penyemprotan pestisida nabati.
Tabel 1. Respon belalang hari pertama setelah penyemprotan
PERLAKUAN
ULANGAN 1
ULANGAN II
ULANGAN III
KONTROL
Hidup
Hidup
Hidup
KONSENTRASI 25%
Hidup
Hidup
Hidup
KONSENTRASI 50%
Hidup
Hidup
Hidup
KONSENTRASI 75%
Hidup
Mati
Hidup
Tabel 2. Respon belalang hari kedua setelah penyemprotan
PERLAKUAN
ULANGAN 1
ULANGAN II
ULANGAN III
KONTROL
Hidup
Hidup
Hidup
KONSENTRASI 25%
Mati
Mati
Mati
KONSENTRASI 50%
Hidup
Mati
Mati
KONSENTRASI 75%
Mati
-
Hidup
Tabel 3. Respon belalang hari ketiga setelah penyemprotan
PERLAKUAN
ULANGAN 1
ULANGAN II
ULANGAN III
KONTROL
Hidup
Hidup
Hidup
KONSENTRASI 25%
-
-
-
KONSENTRASI 50%
Mati
-
-
KONSENTRASI 75%
-
-
Mati
Pembahasan
Pada hasil pengamatan pertama, yaitu satu hari setelah penyemprotan, terlihat bahwa belalang pada perlakuan pertama yaitu konsentrasi 25% juga terlihat bahwa belalang pada tiap ulangan masih hidup. Perlakuan ketiga, konsentrasi 50% pada tiap ulangan belalang masih hidup. Konsentrasi 75%, pada ulangan kedua belalang mati dan pada ulangan pertama dan ketiga masih hidup. Pada pengamatan pertama, ada satu belalang mati yaitu pada konsentrasi 75%.
Pada hasil pengamatan kedua, yaitu pada hari kedua setelah penyemprotan. Pada pelakuan kontrol setiap ulangannya belalang masih hidup. Pada konsentrasi 25% pada tiap ulangan belalang mati. Ini berarti jumlah belalang mati pada konsentrasi 25% adalah 3. Pada konsentrasi 50%, belalang pada ulangan kedua dan ketiga mati sedangkan pada ulangan pertama tetap hidup. Berarti pada konsentrasi 50% jumlah belalang mati ada 2. Pada konsentrasi 75%, ada 1 belalang mati pada hari pertama setelah penyemprotan, dan dihari kedua pada ulangan pertama belalang mati.
Pada hasil pengamatan ketiga, yaitu pada hari ketiga setelah penyemprotan. Belalang yang ada pada perlakuan kontrol tetap hidup. Pada konsentrasi 25% belalang telah mati pada hari kedua setelah penyemprotan. Konsentrasi 50% tersisa 1 belalang pada ulangan pertama dan telah mati. Pada konsentrasi 75% tersisa satu belalang pada ulangan ketiga dan telah mati.
Dari hasil pengamatan juga dapat dilihat bahwa semua belalang setelah pengamatan ketiga yang mendapatkan perlakuan penyemprotan pestisida nabati daun sirsak mati. Namun, jumlah belalang yang mati sekaligus pada tiap ulangan ada pada konsentrasi 25% yang terjadi pada hari kedua. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang tepat untuk digunakan sebagai pestisida nabati daun sirsak adalah konsentrasi 25% karena kandungan senyawa acetogenin, pada pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya.
BAB IV
Manfaat Lain Dari Daun Sirsak
Manfaat Lain Daun Sirsak
Daun sirsak ternyata mengandung banyak manfaat untuk bahan pengobatan herbal, dan untuk menjaga kondisi tubuh. Dibalik manfaatnya tersebut ternyata tak lepas dari kandungannya yang banyak mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid dan muricapentocin. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak sekali manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Di sini penulis akan menjelaskan tentang manfaat lain daun sirsak. Berikut manfaat daun sirsak untuk kesehatan tubuh.
Daun Sirsak Dapat Mencegah Kanker
Daun sirsak dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan berbagai pernyakit. Daun sirsak juga bisa membunuh sel-sel kanker lebih cepat dan aman ketimbang harus melakukan kemoterapi yang memiliki banyak efek samping dan biayanya juga sangat mahal.
Untuk mengobati kanker ambilah 10 lembar daun sirsak yang sudah tua dan dalam kondisi yang baik. Kemudian cuci sampai bersih dengan air. Lalu rebus dengan tiga gelas air, dan biarkan mendidih sampai hanya tersisi satu gelas. Biarkan air rebusan dingin dan minum dua kali sehari selama seminggu. Bila memliki efek yang baik, maka dapat dilanjutkan mengkomsumsi air rebusan tersebut.
Daun Sirsak Mengobati Asam Urat
Daun sirsak juga dapat digunakan sebagai obat asam urat. Banyak pengobatan alternatif yang menggunakan daun sirsak untuk pengobatan asam urat. Caranya sangat mudah yaitu dengan daun sirsak yang sudah cukup tua tapi masih hijau, kira-kira 6 sampai 10 lembar kemudian cuci bersih. Selanjutnya daun sirsak dipotong-potong dengan tujuan memastikan kandungan pada daun benar benar keluar. Rebus daun tersebut dengan dua gelas air, biarkan mendidih hingga air tersisah satu gelas. Minum ramuan tersebut sehari dua kali yaitu pagi dan malam hari.
Menghilangkan Bisulan
Bisul adalah salah satu gangguan kulit yang menjadi momok selain nyeri, ternyata bisul muncul tidak kenal tempat. Bisa di tubuh bisa juga diwajah, nah yang paling merepotkan bila munculnya di wajah karena bisa mengganggu kecantikan.
Caranya, ambil lima sampai 10 lembar daun sirsak yang masih muda lalu tempelkan ditempat yang terkena bisul hingga bisul mengering.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian bab – bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Saran
1. Agar pestisida nabati dari daun sirsak lebih efektif untuk membasmi hama bisa dikombinasikan dengan bahan lain. Untuk membasmi hama tanaman yang berupa belalang dan ulat dapat dikombinasikan dengan daun tembakau, dengan tata cara sebagai berikut.
a. 50 lembar daun sirsak dan segenggam daun tembakau ditumbuk sampai halus.
b. Rendam bahan–bahan tersebut dalam 20 lt air yang telah diberi 20 gr detergen selama semalam.
c. Saring larutan tersebut dengan kain.
d. Larutan siap digunakan dan disemprotkan ke tanaman.
Selain itu juga bisa dikombinasikan dengan jeringau dan bawang putih untuk mengendalikan hama wereng coklat dengan tata cara sebagai berikut.
a. Tumbuk halus segenggam daun sirsak, segenggam jeringau dan 20 siung bawang putih.
b. Rendam bahan-bahan tersebut dengan 20 liter air yang telah ditambahkan 20 gr detergen selama 2 hari.
c. Saring larutan tersebut dengan kain
d. Larutan tersebut siap digunakan
2. Sebaiknya penggunaan pestisida botanis/alami dari daun sirsak dilakukan sesering mungkin,karena kandungan zat yang terdapat dalam daun sirsak mudah terdegradasi.