BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Cairan dan Elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi mengingat permukaan tubuh yang relatif luas dan persentase air lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Agar fungsi sel dapat berlangsung normal, komposisi cairan ini harus relatif konstan. Keseimbangan yang dinamis atau homeostasis dari air, elektroloit, dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh dipelihara melalui mekanisme faal kompleks yang melibatkan banyak sistem tubuh lain. Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. 1.2. Pokok bahasan
a) Apakah Pengertian cairan dan elektrolit dalam tubuh b) Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ( dehidrasi, edema, hiperelektrolit, hipoelektrolit)
1.3. Tujuan makalah
a) Agar Mahasiswa D III keperawatan tanjungkarang mengetahui mengenai cairan dan elektroolit. b) Agar mahasiswa D III keperawatan tanjungkarang mengetahui apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ( dehidrasi, edema, hiperelektrolit, hipoelektrolit)
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian cairan dan elektrolit dalam tubuh
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. 1. Cairan tubuh adalah semua bahan menu yang merupakan zat cair yang terdiri dari air dan semua yang ada di dalamnya. 2. Elektrolit adalah senyawa dalam tubuh yang mengurai dan ion-ion yang bermuatan listrik yang berfungsi mengatur keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan cairan dan memungkinkan terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf. 3. Keseimbangan adalah suatu perubahan yang terus menerus di dalam tubuh dengan daya dan kemampuannya berusaha mengalir dan mempertahankan pemasukan dan pengeluaran cairan tersebut. 4. Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
2
A. Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45 75% total berat badan,
⅔ nya
merupakancairan intrasel dan sisanya ekstrasel den
gan ¼ nya tardapat pada intravaskuler dan ¾ sisan ya merupakanintertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air lebih banyak dibanding yang gemuk. Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
dewasa 60%
anak-anak 60 – 77%
infant 77%
embrio 97%
manula 40 – 50 %
pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengala mi kehilangan jaringantubuh.
intracellular volume = total body water – extracellular volume
interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume
total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
B. Fungsi Cairan Tubuh
memberi bentuk pada tubuh
berperan dalam pengaturan suhu tubuh
berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
sebagai bantalan
sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
untuk performa kerja fisik
C. Regulasi Cairan Tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalamkondisi yang setimbang atau tetap. Banyak organ yang terlibat
3
dalam proses mekanisme ini. Normal
kebutuhan
cairan
adalah
35
cc/KgBB/hr.
Namun
bila
dirata-
ratakan,kebutuhan intake(masukan) air pada orang dewasa adalah dari ingesti liquid 1500 cc, daro makanan 700 cc, air dari oksidasi200 cc sehingga totalnya 2400 cc/hari. Sedangkan untuk pengaturan keseimbangan cairan tubuh terdapatmekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Organ tersebut adalah melalui kulit300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun tergantung pada aktivitas dan suhu. Dari paru-paru300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari GIT sekitar 200 cc/ hari dan akan meningkat pada kasus diare.Pengeluaran air yang terbanyak terjadi di ginjal, sekitar 1200-1500 cc/hr. Ketika defisit volume cairan ekstraseluler, maka akan terjadi beberapa mekanisme diproduksi
ADH
(anti
diuretic
hormone)
yang
berfungsi
untuk
mereabsorpsi air aldosteron diproduksi oleh corteks adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi
Na yang . berefekpada peningkatan air di ekstraseluler renin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk
vasokontriksi . . dan sekresialdosteron.
D. Proses Perpindahan Cairan Tubuh a. Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh :
ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar)
konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah)
temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi)
b. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi. Tekanan osmotikterbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu
4
membran permeabel yang selektif. Proses osmosis(perpindahan pelarut dari dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh pergerakan air dan semipermeabilitas membran. c. Transfor Aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien elektrokimia dari areaberkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran sel. d. Tekanan Hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah. Tekanan hidrostatik beradadiantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan berpindah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatikditentukan oleh : •
kekuatan pompa jantung
•
kecepatan aliran darah
•
tekanan darah arteri
•
tekanan darah vena e. filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih tinggi dari ruangintertisial. Perpindahan cairan melewati membran permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknyake tempat yang lebih rendah tekanan hidrostatiknya. f.
Tekanan Osmotik Koloid
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi) dalam plasma. Tekananosmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara intravaskuler dan intertisial melewati lapisansemipermeabel. Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial.
2.2.Perubahan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit A. Dehidrasi 1. Pengertian menurut beberapa ahli
a) Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresiko mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).
5
b) Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003). c) Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3). d) Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha dehidrasi
adalah
kekurangan
cairan
ekstra
selular
yang
mengakibatkan
berpindahnya cairan atau hilang dari tubuh. 2. Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis :
a.
Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF. b.
Dehidrasi Hipotonik
Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurun serta terjadi pembengkakan sel. c.
Dehidrasi Hipertonik
Dehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF. 3. gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) :
Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula) a.
Haus, gelisah
b.
Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal
c.
Turgor kulit normal
d.
Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
6
e.
Kesadaran baik
f.
Denyut jantung meningkat
Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula) a.
Haus meningkat
b.
Nadi cepat dan lemah
c.
Turgor kulit kering, membran mukosa kering
d.
Pengeluaran urien berkurang
e.
Suhu tubuh meningkat
Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula) a.
Penurunan kesadaran
b.
Lemah, lesu
c.
Takikardi
d.
Mata cekung
e.
Pengeluaran urine tidak ada
f.
Hipotensi
g.
Nadi cepat dan halus
h.
Ekstremitas dingin
4. Penyebab dehidrasi
Penyebab dehidrasi adalah kekurangan zat natrium dan air dalam tubuh. Hal ini bisa disebabkan karena : diare berat, muntah-muntah, berkeringat yang berlebihan dan tidak ada asupan sama sekali, paparan panas yang lama, dan bisa juga disebabkan karena pengaruh diet yang tidak sesuai. Pada bayi dan anak-anak resiko terjadinya dehidrasi lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
B. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan
7
yang
terjadi.
Edema
dapat
terjadi
ketika
adapeningkatan produksi
cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Penyebab edema adalah : a. Peningkatan tekanan hidrostatik : tekanan hidrostatik merupakan tekanan cairan yang mengalir di dalam pembuluh darah. Peningkatan tekanan hidrostatik
seperti
pada
gagal
jantung
dan
penyakit
liver
akan
menyebabkan adanya hambatan terhadap cairan yang mengalir didalam pembuluh darah, sehingga cairan cenderung untuk berpindah ke ruang intestinal. b. Obstruksi limfatik : hambatan pada aliran cairan limfa seperti pada tumor ganas stadium lanjut, juga dapat menyebabkan cairan cenderung berpindah ke ruang intestinal. c. Peradangan : pada peradangan baik akut maupun kronis dapat menyebabkan pelebaran pada celah antar sel sehingga cairan akan lebih banyak terkumpul diruang interstitial. d. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
C. Hipoelektrolit
1. Hyponatremia
Pengertian :
Hyponatremia adalah gangguan elektrolit di mana konsentrasi natrium dalam serum lebih rendah dari normal. Pada sebagian besar kasus, hyponatremia terjadi sebagai akibat dari kelebihan air tubuh mengencerkan natrium serum dan bukan karena kekurangan natrium. Sodium (natrium) adalah kation ekstraseluler dominan dan tidak bisa bebas menyeberangi membran sel. Homeostasis adalah penting untuk fungsi fisiologis normal sel. Kadar natrium serum yang normal adalah antara 135-145 mEq / L. Hyponatremia didefinisikan sebagai tingkat serum kurang dari 135 mEq / L dan dianggap parah ketika tingkat serum di bawah 125 mEq / L.
8
Gejala
Gejala hiponatremia termasuk mual dan muntah, sakit kepala, kebingungan, kelesuan, kelelahan, kehilangan nafsu makan, gelisah dan mudah marah, kelemahan otot, kejang, atau kram, kejang, dan penurunan kesadaran atau koma. Kehadiran dan keparahan gejala yang berhubungan dengan tingkat natrium serum, dengan tingkat terendah natrium serum yang terkait dengan gejala lebih menonjol dan serius. Namun, data yang muncul menunjukkan bahwa hiponatremia ringan (kadar natrium serum pada 131 mEq / L atau di atas) dikaitkan dengan berbagai komplikasi dan gejala
2. Hypokalemia
Pengertian
Hipokalemia atau hypopotassaemia (ICD-9), mengacu pada kondisi di mana konsentrasi kalium (K+) dalam darah rendah. Tingkat normal kalium serum adalah antara 3,5-5,0 mEq / L, setidaknya 95% dari kalium tubuh ditemukan di dalam sel, dengan sisanya dalam darah. Ini gradien konsentrasi dipertahankan terutama oleh pompa Na+/K+.
Gejala
Hipokalemia ringan sering tanpa gejala, meskipun dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah kecil dan kadang-kadang dapat menimbulkan aritmia jantung. Hipokalemia moderat, dengan konsentrasi kalium serum 2,5-3 mEq / L (Nl: 3,5-5,0 mEq / L), dapat menyebabkan kelemahan otot, mialgia, dan kram otot (karena terganggu fungsi otot rangka), dan sembelit (dari terganggu fungsi otot halus). Dengan hipokalemia yang lebih parah, dan hyporeflexia flaccid paralysis bisa terjadi. Ada laporan dari rhabdomyolysis terjadi dengan hipokalemia yang mendalam dengan kadar kalium serum kurang dari 2 mEq / L. Depresi pernapasan dari kerusakan parah fungsi otot rangka ditemukan pada banyak pasien.
3. Hypokalsemia
Pengertian
Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dL darah.
9
Gejala
Hipokalsemia bisa tidak menimbulkan gejala. Seiring dengan berjalannya waktu, hipokalsemia
dapat
mempengaruhi
otak
dan
menyebabkan
gejala-gejala
neurologis seperti:
Kebingungan
kehilangan ingatan (memori)
delirium (penurunan kesadaran)
depresi
halusinasi.
Penyebab dari hipokalsemia
Kadar hormon paratiroid rendah.
Kekurangan kelenjar paratiroid bawaan.
Pseudohipoparatiroidisme.
Kekurangan vitamin D.
Kerusakan ginjal.
Kadar magnesium yg rendah.
Asupan yg kurang atau malabsorbsi.
Pankreatitis.
Kadar albumin yg rendah
D. Hiperelektrolit 1. Hypernatremia
Pengertian
Hypernatremia adalah masalah elektrolit umum dan didefinisikan oleh tingkat natrium tinggi dalam darah dengan peningkatan konsentrasi natrium serum melebihi 145 mmol / L. Hypernatremia secara ketat didefinisikan sebagai suatu kondisi hiperosmolar disebabkan oleh penurunan dalam air tubuh total (TBW) relatif terhadap elektrolit konten.
Penyebab umum dari hipernatremia
Hipovolemik : a. Kurangnya asupan air, biasanya pada pasien usia lanjut atau cacat yang tidak mampu untuk mengambil dalam air sebagai rasa haus
10
mereka mendikte. Ini adalah penyebab paling umum dari hipernatremia. b. Kerugian berlebihan air dari saluran kemih, yang mungkin disebabkan oleh glikosuria, atau diuretik osmotik lainnya. c. Air kerugian yang terkait dengan berkeringat ekstrim. d. Diare berat.
Euvolemic : Berlebihan ekskresi air dari ginjal yang disebabkan oleh diabetes insipidus, yang melibatkan baik produksi yang tidak memadai dari vasopresin, hormon, dari kelenjar hipofisis atau respon gangguan ginjal untuk vasopresin.
Hypervolemic - Pengambilan cairan hipertonik (cairan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi daripada sisa tubuh). Ini relatif jarang, walaupun bisa terjadi setelah resusitasi yang kuat di mana pasien menerima volume besar dari solusi
natrium
bikarbonat
terkonsentrasi.
Menelan
air
laut
juga
menyebabkan hipernatremia karena air laut hipertonik. - Kelebihan Mineralcorticoid karena keadaan penyakit seperti sindrom Conn atau Penyakit Cushing.
2. Hyperkalemia
Pengertian
Hiperkalemia mengacu pada kondisi di mana konsentrasi dari elektrolit kalium (K+) dalam darah meningkat. Hiperkalemia ekstrim adalah keadaan darurat medis karena resiko fatal ritme jantung abnormal (aritmia). Normal kadar kalium serum antara 3,5-5,0 mEq / L, setidaknya 95% dari kalium tubuh ditemukan di dalam sel, dengan sisanya dalam darah. Ini gradien konsentrasi dipertahankan terutama oleh pompa Na+/K+.
Penyebab hiperkalemia
a. Eliminasi yang tidak efektif (Insufisiensi ginjal, obat yang mengganggu ekskresi urine, kekurangan Mineralokortikoid, Sindrom Gordon) b. Rilis berlebihan dari sel-sel (Rhabdomyolysis, luka bakar atau penyebab dari nekrosis jaringan yang cepat termasuk sindrom tumor lisis, transfusi
11
darah masif atau hemolisis masif, pergeseran / transportasi keluar dari sel yang disebabkan oleh asidosis, kadar insulin rendah, beta-blocker terapi, digoksin overdosis, atau agen succinylcholine melumpuhkan). c. Asupan berlebihan d. Injeksi Lethal e. Pseudohyperkalemia adalah peningkatan jumlah kalium yang terjadi akibat kebocoran kalium berlebihan dari sel, selama atau setelah darah diambil.
3. Hyperkalsemia
Pengertian
Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium dalam darah lebih dari 10,5 mgr/dL darah.
2.3.Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit 1.Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anakanak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal 2.
Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
12
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. 3.
Iklim
Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam. 4.
Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin. 5.
Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine. 6.
Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan
13
kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam). 7.
Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. 8.
Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat
menyebabkan
peningkatan
kehilangan
cairan
dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
14
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut). Air menyusun ± 50
– 60%
dari total berat badan. Hubungan antara berat
badan total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan
refleksi
dari
lemak
tubuh. Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Sel-sel lemak 4. Stres 5. Sakit 6. Temperatur lingkungan 7. Diet
15
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan
“Klien
Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
DeLaune. Sue C., (2002), Fundamental of Nursing Standar &Practice, Louisiana USA, Delmar Guyton, (2005), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit , Jakarta, EGC 4. Hidayat, A Aziz Alimul (2005). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Kedokteran EGC. 6. Wartonah,
Tarwoto
(2006).
Kebutuhan
Dasar
Manusia
dan
Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 5. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC
16