MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN ISPA PADA ANAK
Disusun oleh :
PROGRAM S1 - STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES 'AISYIYAH YOGYAKARTA
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung pada beberapa hal yaitu usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada atau tidaknya kelainan paru yang mendasarinya, penyakit lain yang menyertai, mikroorganisme yang menjadi penyebabnya, rute infeksinya (di komunitas / rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang terkena. Dengan adanya keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah terhadap pengenalan (diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.
B. Tujuan
Mengetahui pengertian dan jenis-jenis Gangguan Sistem Pernapasan ISPA pada Anak atau Bayi
Mengetahui tanda dan gejala Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan ISPA
Mengetahui etiologi dan patofisiologi Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan ISPA
Mengetahui penatalaksanaan Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan ISPA
Mengetahui cara pemeriksaan fisik Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan ISPA
Mengetahui pemeriksaan tambahan dan penunjang pada Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan ISPA
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pasa saat melakukan pernafasan.( Pincus Catzel & Ian Roberts ).
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim paru. (Mohamad, 35)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya, infeksi saluran pernapasan akan melibatkan bebrapa area tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakt lain.
JENIS-JENIS ISPA
Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat
Bukan Pneumonia
Adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
Adanya napas cepat lebih dari 60x/menit.
Tidak ada nafas cepat (nafas kurang dari 60 x/menit
Tidak ada tarikan dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia
Batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat
Klasifikasi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas menurut (Wong. 2008 : 935) digolongkan menjadi 3 yaitu:
Nasofaringitis
Pengertian : keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi kemaknanya terutama tergantung pada frekuensi relatife dari komplikasi yang terjadi. Nasofaringitis akut ( sama dengan flu pada umunya). Gejal nasofaringitis lebih berat ada bayi dan akan dibandingkan orang dewasa. Demam merupakan gejala yang paling banyak terjadi, terutama pada anak-anak kecil. Demam pada ank-anak yang sudah lebih besar biasnya lebih rendah, yang terjadi awlnya proses infeksi.
Etiologi : nasofaringitis disebabkan oleh 200 agen virus yang berbeda secara serologis diantaranya :
Rhinovirus merupakan agen utama yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari semua kasus demam.
Karonavirus menyebabkan sekitar 10%. Masa infeksitivitas berakhir dari beberapa jam sebelum munculnya gejala dari 1-2 hari sesudah penyakit nampak.
Streptococcus grup A adalah bakteri utama yang menyebabkan nasofaringitis akut,
Corynebacterium dipheriae, mycoplasma pneumoniane, neisseria meningitides, dan N.gonnorrea juga merupakan agen infeksi primer.
Hemophilus influenzae, strepcococcus pneumoniae, moraxell catarrhalis, dan staphylococcus aureus dapat menimbulkan infeksi sekunder pada jaringan saluran pernafasan dan menyebabkan komplikasi pada sinus, telinga, mastoid, limfonodus dan paru-paru.
Manifestasi Klinis:
ANAK LEBIH KECIL
ANAK LEBIH BESAR
Demam
Iriitabilitas, gelisah
Bersi-bersin
Muntah dan/atau diare
Hidung dan tengggorokan kering
Iritas
Bersin-bersin
Rasa pedas
Nyeri otot
Batuk, kadang-kadang
Tanda – tanda fisiknya
Edema dan vasodilatasi mukosa
Komplikasi :
Otitis media
Mastoiditis
Selulitis
Peritonsiler
Sinusitis
Pengobatan :
Tirah baring
Ibu profen, dapat membantu dalam mengurangi irritabilitas, nyeri, dan malaise selama hari pertama dan hari kedua infeksi.
Antipiretik, dapat membantu menurukan demam
Faringitis
Faringitis Akut
Faringitis akut menunjuk pada keadaan dimana keterlibatan utama adalah pada tenggorokan. Penyakit ini tidak lazim ada pada anak dibawah umur 1 tahun. Insidensinya kemudian naik sampai puncaknya pada 4-7 tahun tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan kehidupan dewasa.
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise.(Vincent,2004)
Etiologi
Virus
Bakteri
Streptococus-hemolitikus grup A adalah satu-satunya agen penyebab infeksi bakteri yang lazim, kecuali selama epidemi
Mikoplasma
Arcanobacterium hemolyticum
Manifestasi klinis
Anak yang lebih kecil: demam, malaise umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang, sakit kepala
Anak yang lebih besar: demam, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, muntah
Tonsilitis
Tonsilitis merupakan infeksi atau peradangan pada tonsil. Dimana tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman masuk melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami paradangan.( Ilmu kesehatan Anak, nelson 2002).
Etiologi
Tonsilitis disebabkan oleh :
Bakteri Streptococcus beta hemolyticus.
Streptococcus Viridans
Streptococcus Pyrogen
Corybacterium diphteria
Virus Coksakei
Manifestrasi Klinis
Demam
Penurunan nafsu makan
Nyeri abdomen
Nyeri tenggorokan
Muntah
Terlihat eksudat putih pada tonsil
Tanda dan gejala ISPA
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, suara napas lemah atau hilang, dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dll.
Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Proses Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4. Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap SA keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
- Antipiretika
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan A panas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak Aakan menyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan:
- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan AA evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks dan menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolic
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi:
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
Rasionalisasi:
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Intervensi:
Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun/asupan makanan berkurang.
Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius
Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.
Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional antara lain kesulitan memperoleh material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam waktu yang lama., kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman penyebab.
Melihat berbagai alasan yang telah diuraikan diatas maka sebaiknya pendekatan yang digunakan adalah pengobatan secara empirik lebih dahulu, setelah diketahui kuman penyebab beserta antimikroba yang sesuai, terapi selanjutnya disesuaikan.
B. SARAN
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien
Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002, Philadelpia,USA
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.