ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN I.U.G.R
I.
DEFINISI I.U.G.R
atau
pertumbuhan
janin
terhambat
(P.J.T)
adalah
pertumbuhan janin terhambat yang disebabkan oleh faktor maternal, plasental dan fetal, sehingga berat badan bayi di bawah presentil ke sepuluh atau 2 standar deviasi di bawah rata-rata dari kurve klasifikasi maturitas bayi menurut Lubchenco menurut Lubchenco.. P.J.T tidak identik dengan prematur karena gangguan pertumbuhan janin dapat terjadi pada semua tahap masa gestasi: prematur, gestasi: prematur, matur, dan postmatur .
II.
III.
INSIDEN
3-10% dari kehamilan
20% dari bayi lahir mati
Angka kematian rata-rata, 4-8 kali lebih tinggi untuk bayi dengan P.J.T
10% P.J.T disebabkan karena infeksi kongenital
5-15% P.J.T disebabkan karena kelainan genetik dan kromosom
PATOFISIOLOGI A. Faktor Fetal 1. Faktor genetik 2. Kelainan kromosom 3. Kelainan kongenital 4. Kelainan kardiovaskuler 5. Infeksi kongenital 6. Inborn error of metabolism
B. Faktor Maternal 1. Berkurangnya aliran darah uteroplasental 2. Malnutrisi pada ibu 3. Kehamilan kembar 4. Penggunaan obat-obatan dan rokok selama kehamilan 5. Hipoksemia pada ibu 6. Faktor maternal lain: postur tubuh ibu pendek, usia ibu terlalu muda, primipara, sosial ekonomi rendah, dan grandemultipara. C. Faktor Plasental 1. Insufisiensi plasenta 2. Masalah anatomi: infark plasenta, trombosis vena umbilikal, hemangioma pada plasenta, single umbilical artery, dan kelainan insersi tali pusat
IV.
KLASIFIKASI Ada 2 (dua) tipe dari P.J.T yaitu P.J.T simetrik dan P.J.T asimetrik A. P.J.T simetrik diakibatkan karena janin kekurangan suplai oksigen dan nutrisi sejak awal kehamilan atau berkepanjangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh malnutrisi berat pada ibu, infeksi intrauterine, kelainan kongenital pada bayi, kelainan kromosom, atau kelainan genetik. Bayi dengan P.J.T simetrik mempunyai lingkar kepala, panjang badan, dan berat badan yang proporsionalnya kurang dari 10% untuk masa kehamilan. HC = Ht = Wt, all <10% B. P.J.T asimetrik diakibatkan karena janin tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi secara adekuat dari plasenta (insufisiensi plasenta). Bayi dengan P.J.T asimetrik mempunyai berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. HC = Ht > Wt, all < 10%.
V.
DIAGNOSIS A. Menentukan Usia Kehamilan (gestational age) Penentuan usia kehamilan dapat dilakukan dengan cara menanyakan hari pertama haid terakhir (H.P.H.T), ukuran uterus, mulai ada gerakan janin dan pemerikasaan USG secara dini. B. Pengkajian pada Janin
Diagnosa klinis Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri secara berkala dan perkiraan berat badan janin.
USG Dengan pemeriksaan USG usia kehamilan dapat dipercaya dan mampu mendeteksi gangguan pertumbuhan dengan mengukur antropometri janin.
C. Pengkajian pada Neonatus 1. Berat badan kurang untuk usia kehamilannya 2. Penampilan fisik: Ada tanda-tanda kelainan kongenital, infeksi, bayi tampak kurus, kulit tampak keriput, scapoid abdomen dan disproporsi lingkar kepala 3. Menilai ulang masa gestasi secara klinis menggunakan skoring Lubchenco dan Ballard
VI.
KOMPLIKASI A. Hipoksia 1. Asfiksia perinatal 2. Sindroma aspirasi mekonium 3. PPHN B. Hipotermia
C. Metabolik 1. Hipoglikemia 2. Hiperglikemia D. Kelainan hematologi 1. Polisitemia 2. Hiperviskositas
VII. PENATALAKSANAAN A. Kaji faktor resiko B. Resusitasi C. Mencegah kehilangan panas D. Mengatasi hipoglikemia E. Penapisan terhadap infeksi dan pemberian antibiotik jika perlu F. Penapisan terhadap kelainan genetik G. Pemberian nutrisi yang sesuai
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian
1. Riwayat ibu
Tinggi badan ibu
Umur ibu
Riwayat adanya bayi dengan berat badan rendah dalam keluarga
Jumlah kunjungan antenatal, status sosial ekonomi, status nutrisi
Penyakit ibu: diabetes, penyakit jantung, hipertensi, toksemia, TORCH
Plasenta previa, abruptio plasenta
Penggunaan obat-obatan terlarang, alkohol, rokok yang lalu dan selama kehamilan
2. Status kelahiran bayi
Kelahiran tunggal, kembar
Keadaan umum bayi
Nilai APGAR rendah, asfiksia, dilakukan resusitasi, asidosis Keadaan umum bayi: tampak sakit sedang sampai berat dengan tubuh tampak kecil dan simetri
Disproporsi: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
Kelainan kongenital, kelainan kromosom
Pengkajian ulang masa gestasi dengan menggunakan: skoring Lubchenco dan Ballard
3. Sistem gastrointestinal
Abdomen scaphoid
Bayi tampak lapar
4. Sistem integumen
Pucat, kulit kering
Rambut tipis
5. Sistem muskuloskeletal
Kulit keriput, turgor kulit tidak elastis dan sutura melebar
Kurang lapisan lemak
Pertumbuhan otot-otot tubuh kurang baik
Bayi tampak kurus
6. Sistem neurologik
Mungkin lemah
Mungkin aktif
Hipotermia
7. Sistem pernapasan, jika ada distres napas:
Takipnea
Gasping
Sianosis
8. Perilaku
Letargi
Tangisan kuat
Sadar
9. Pemeriksaan diagnostik
Foto thoraks untuk menentukan komplikasi pada paru yang berhubungan
dengan
asfiksia
seperti
pneumonia
dan
pneumotorak yang disebabkan oleh aspirasi 10. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan gula darah perifer (dextrostix) 1-2 jam setelah lahir.
Analisa gas darah
Kultur darah
Darah lengkap
Elektrolit
Protein total, albumin
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
tinggi
komplikasi
berhubungan
dengan
perubahan
fisiologis. Tujuan : meminimalkan terjadinya komplikasi Kriteria evaluasi:
Mengenal resiko komplikasi
Fisiologis bayi stabil: - Suhu aksila 36,5 – 37,20C - Nafas spontan, tidak sesak, tidak retraksi, tidak sianosis, SaO2 normal, AGD normal. - Gula darah perifer normal - Berat badan bayi naik 10 gr/kg BB/hari - Tidak ada edema
- Tidak ada tanda-tanda infeksi - Elektrolit darah normal - Protein total dan albumin darah normal Intervensi
Kaji riwayat ibu dan kelahiran
Observasi tanda-tanda gawat nafas seperti: takipnea, napas megap-megap dan sianosis. Lakukan segera resusitasi dengan baik, isap lendir bila perlu, berikan oksige bila perlu, observasi pernapasan, ukur tanda-tanda vital dan tekanan darah serta kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah.
Observasi tanda-tanda hipotermi: suhu aksila kurang dari 36, 5oC, kulit dingin, lethargy, malas minum dengan mengukur suhu setiap 3 jam. Untuk mencegah terjadinya hipotermi, oleh karena itu rawat bayi dengan inkubator, setting suhu inkubator sesuai dengan kebutuhan bayi, pakaikan topi pada kepala bayi bila perlu, jauhkan bayi dari sumber angin dan permukaan yang dingin, gunakan selimut tambahan jika diperlukan, hangatkan bayi secara bertahap dan monitor terjadinya hipertermia. Bila ada gunakan servo control skin probe, air temperature control device dan air temperature probe agar suhu bayi dapat dipantau setiap jam.
Monitor
tanda-tanda
hipoglikemia:
twitching,
lethargy,
irritabillity, apnea, hypotermia, kejang, dextrostix (Dx) kurang dari 25 mg/dl atau kadar gula darah kurang dari 40-45 mg/dl. Lakukan pemeriksaan dextrostix 1-2 jam segera setelah bayi lahir. Jika nilai dextrostix rendah berikan minum ASI atau susu formula
untuk
2
kali
pemberian
kemudian
lakukan
pemeriksaan ulang dextrostix sebelum pemberian minum ketiga, bila dextrostix masih rendah, pasang infus
dextrose
10%. Jika terdapat asfiksia bayi terpaksa dipuasakan dan
pasang infus dextrose 10%, monitor dextrostix setiap 2 jam sampai dextrostix stabil. Jika dextrostix stabil pemeriksaan dextrostix
dapat
dikurangi
dan
monitor
tanda-tanda
hipoglikemia.
Monitor adanya polisitemia, dengan melakukan pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit. Bila terjadi polisitemia lakukan pemasangan infus dan jika hematokrit lebih dari 70% melakukan kolaborasi dalam tindakan partial exchange transfusion.
Pelihara status nutrisi dengan : berikan minum ASI antara 2 jam setelah lahir. Bila pada hari pertama produksi ASI belum ada, dapat diberikan susu formula untuk prematur, dengan volume 60 ml/kgBB/hari. Setiap hari volume pemberian minum dinaikkan 10 ml sampai mencapai volume sekitar 100 ml/kgBB/hari pada akhir minggu pertama dan sekitar 150-200 ml/kgBB/hari pada akhir minggu kedua. Bila perlu minum dapat diberikan dengan menggunakan sendok atau sonde. Kaji kesiapan bayi untuk minum meliputi: frekuensi napas kurang dari 60 kali/menit, secara klinis kondisi stabil, tidak ada lendir berlebihan di mulut, abdomen lembek/tidak kembung, bising usus baik, tidak ada residu lambung, tidak ada muntah dan ada buang air besar. Jika toleransi minum kurang baik mungkin perlu diberikan tunjangan nutrisi parenteral. Timbang berat badan pada timbangan dan waktu yang sama. Monitor intake dan output setiap 4 jam. Kolaborasi pemeriksaan protein dan albumin.
Monitor adanya infeksi. Monitor adanya infeksi dengan melakukan pemeriksaan kultur darah, pemeriksaan darah lengkap, CRP dan perubahan tandatanda vital. Berikan antibiotik bila perlu
cegah terjadinya infeksi nosokomial dengan cara: cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
gunakan teknik steril dalam melakukan tindakan invasif
siapkan alat untuk masing-masing pasien dan ganti alkes seminggu 2 kali
2. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kondisi dan perawatan bayi Tujuan : pengetahuan orang tua bertambah Kriteria evaluasi:
Orangtua mendapat informasi tentang kondisi dan perawatan bayinya
Orangtua dapat merawat bayinya
Intervensi
Berikan informasi pada orangtua tentang kemungkinan yang akan dialami bayinya seperti gangguan pernapasan, hipotermia, hipoglikemia, kesulitan minum dan infeksi
Jelaskan cara pemberian nutrisi, kebutuhan nutrisi, dan kenaian berat badan normal
Jelaskan alasan pengobatan yang diperlukan dan perawatan lanjutan
Dengarkan pertanyaan orangtua dan klarifikasi informasi jika diperlukan
Dorong orangtua untuk melakukan kontak fisik dengan bayinya dan mengijinkan orangtua untuk berpartisipasi dalam merawat bayinya.