Sistem Saraf raf KELOMPOK 1
ANFIS NEURO
Anisah khoi Anisah khoirul rul umam umami,i, Chod Chodijah ijah ben benajir ajir,, Endah Endah sarw sarwend endah, ah, Imam maula fikri, Mayang setyo M, M. farhan, M. Ikhwan, Khoirunnisa, Nurfatimah, Nurfati mah, Nurnin Nurningsih, gsih, Sopiah,Wardatul washilah washilah,, Siti Siti alimah sari
ANFIS NEURO
Anisah khoi Anisah khoirul rul umam umami,i, Chod Chodijah ijah ben benajir ajir,, Endah Endah sarw sarwend endah, ah, Imam maula fikri, Mayang setyo M, M. farhan, M. Ikhwan, Khoirunnisa, Nurfatimah, Nurfati mah, Nurnin Nurningsih, gsih, Sopiah,Wardatul washilah washilah,, Siti Siti alimah sari
Sistem Saraf pada Manusia Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
3 komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: Reseptor , adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera. Penghantar
impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron. Ef ektor , adalah
bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
1. Sel Saraf (Neuron) `
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).
`
Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
Sel saraf berdasar kan struktur dan fungsin ya Sel
saraf sensorik , adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera. Sel
saraf motorik , adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang. Sel
saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.
2.
Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron.
Contoh : Perubahan dari dingin menjadi panas. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung. Suatu benda yang menarik perhatian.
L anjutan« `
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut :
`
Gerak
sadar
`
Gerak
ref leks
Gerak
sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang.
impuls
Efektor/otot
Reseptor/indera
Saraf motorik
Saraf sensorik
Otak
Gerak
refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak.
impuls
Efektor/otot
Reseptor/indera
Saraf motorik
Saraf sensorik
Sumsum tulang belakang
3. `
Susunan Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri dari : 1.
Otak
2.
Sumsum Tulang Belakang
Otak `
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia.Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak
adalah otak
besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum),
dan batang
otak.
L anjutan.. `
Otak
besar
merupakan
tubuh
yang disadari. Otak
pusat pengendali kegiatan besar dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri `
Masing-masing belahan pada hemister.
otak tersebut disebut
Otak besar belahan kanan mengatur dan
mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.
`
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak pengatur keseimbangan tubuh
kecil berfungsi sebagai dan mengkoordinasikan
kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.
Sumsum tulang belakang `
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua. Sumsum
tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut mengandung badan saraf.
saraf dan lapisan dalam
`
Di
dalam
sensorik,
sumsum saraf
tulang
motorik,
belakang dan
saraf
terdapat
saraf
penghubung.
Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
Sistem saraf tepi `
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi
Sistem
saraf somatis
saraf otonom
Sistem
Sistem saraf somatis `
Sistem saraf somatis terdiri dari :
`
12
pasang saraf kranial
menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit `
31
pasang saraf sumsum tulang belakang. keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.
Sistem saraf somatis `
Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut. `
Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemah- kan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan meng- isyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
Sistem saraf otonom `
Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Sistem saraf simpatik `
`
`
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut. ` ` ` ` ` ` ` ` `
Mempercepat denyut jantung Memperlebar pembuluh darah Memperlebar bronkus Mempertinggi tekanan darah Memperlambat gerak peristaltis Memperlebar pupil Menghambat sekresi empedu Menurunkan sekresi ludah Meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. ` Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. ` Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik . Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung. `
Pengka jian
T ambahan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
`
Pemeriksaan
Neurologik
Pemeriksaan neurologic adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Pemeriksaan neurologik dibagi menjadi lima komponen : f ungsi serebral, saraf-saraf kranial, sistem sensorik , dan status re f leks.
Fungsi
Serebral
Serebral yang tidak normal dapat menyebabkan gangguan dalam komunikasi, fungsi intelektual, dan dalam tingkah laku emosional. Dalam hal ini ada beberapa pemeriksaan untuk mengetahui fungsi serebral : a.
Status Mental Pengkaji mengobservasi penampilan pasien dan tingkah lakunya, dengan cara melihat cara berpakaian pasien, kerapihan, dan kebersihan diri.
Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktivitas motorik, semuanya ini sering memberikan informasi penting tentang pasien.
Gaya bicara pasien dan tingkat kesadaran juga diobservasi. Apakah gaya bicara pasien jelas atau masuk akal? Apakah pasien sadar dan berespons atau mengantuk atau stupor?
b. Fungsi Intelektual Sering pada pasien dalam kondisi toksik atau mereka yang mempunyai kerusakan korteks frontal pada saat dikaji kelihatan tidak benar-benar normal atau kehilangan satu atau lebih dari kapasitas integritas intelektual yang ada. Pertama, pengkaji menentukan apakah pasien disorientasi waktu, tempat, orang.
Pengkaji dapat memerintahkan pasien untuk menghitung mundur dari 100 atau mengurangi 7 dari 100, dan menambah 7, dan seterusnya. Biasanya orang yang mempunyai IQ rata-rata mampu melaksanakan tes ini.
c. Daya Pikir Mengkaji kemampuan berpikir pasien sangat penting selama melaksanakan kegiatan wawancara. Apakah pikiran pasien bersifat spontan, alamiah, jernih, relvan dan masuk akal? Apakah pasien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan, atau keasyikan sendiri? Hal-hal yang bersifat halusinasi dan pikiran paranoid, semuanya penting dan membutuhkan evaluasi yang lebih teliti.
d. Status Emosional Apakah tingkah laku pasien alamiah dan datar atau peka dan dan pema pemara rah, h, cema cemas, s, apat apatis is atau atau eupo eupori ria? a? Apaka pakah h alam alam per perasaa asaann nnya ya berub erubah ah-u -uba bah h pad pada saat saat wawancara? Apaka pakah h ting tingka kahl hlak akun unya ya sesu sesuai ai deng dengan an kata kata-k -kat ataa atau atau isi isi dari dari pikir pikiran ann nya? Apak Apakah ah komun omunik ikas asii verba erball sesua sesuaii deng dengan an tamp tampil ilan an komunik omunikasi asi non-v non-verb erbal? al?
e. Persepsi Agno Agnosi siaa adal adalah ah ketid etidak akmam mampu puan an meng mengin inte terp rprretas etasik ikan an atau atau meng mengen enal al bend bendaa yang yang dili diliha hatt deng dengan an meng menggu guna naka kan n pera perasa saan an spesi spesial al.. tipe ti pe agn gnos osia ia da dan n hu hubu bung ngan ann nya de deng ngan an le leta tak k le lesi si Tipe ag agnosia Penglihatan Pendengaran Perabaan Perabaan (taktil) (taktil) Bagi Bagian an tubu tubuh h dan dan hubu hubung ngan ann nya
Daerah serebral ya yang terkena Lobus Lobus oksipi oksipital tal Lobus temporal temporal (bag. lateral lateral dan superior) Lobus Lobus pariet parietal al Lobus parietal (bag. Posteroinferior) Posteroinferior)
e. Kemampuan emampuan Motorik Motorik Apak Apakah ah pasi pasien en mamp mampu u untu untuk k mela melaku kuka kan n akti aktivi vita tass yang yang berh berhub ubun unga gan n deng dengan an keter eteramp ampililan an (melem (melempa parr sebuah sebuah bola, bola, mengger menggerakka akkan n kursi). kursi). Kegagal egagalan an yang yang ada meru merupa paka kan n tand tandaa gang ganggu guan an fung fungsi si ser serebra ebral. l. f. Kemampuan emampuan Bahasa Apak Apakah ah jawa jawab ban pasi pasien en terh terhad adaap pert pertan anya yaan an yang yang diberi diberikan kan rele relevan van?? Dapatkah ia membaca kalimat dari surat kabar dan menjela menjelaska skan n artinya? artinya? Defi Defisi sien ensi si fung fungsi si baha bahasa sa dise disebu butt afas afasia ia
g. Interpret Interpretasi asi dokter kewaji wajib ban peng penguj ujii untuk ntuk menc mencat atat at dan mela melapo pork rkan an apa apa yang yang dite ditemu muka kan, n, anal analis isaa dan dan kesim esimpu pula lan n yang yang diga digamb mbar arka kan n dari dari yang yang dida didapa patt sela selalu lu berg bergan antu tung ng pada pada peng penget etah ahua uan n peng penguj ujii yang yang luas luas tent tentan angg neur neuroa oana nato tomi mi,, neurofisiol neurofisiologi, ogi, dan neuropatol neuropatologi. ogi. h. Penga engaru ruh h pada pada gaya gaya hidu hidup p pera perawa watt juga juga mema memasu sukk kkan an peng pengka kaji jian an terh terhad adaap fung fungsi si neurologik dengan dampak gangguan neurologi ogik yang akan terjadi pada gaya hidup individu idu.
GCS (Glasgow Coma
Scale)
Skala koma Glasgow (GCS), memberikan tiga bidang fungsi neurologic, memberikan gambaran pada tingkat responsive pasien dan dapat digunakan dalam pencarian yang lua luas pada saat mengevaluasi sta status neurologi ogik pasien ien yang yang meng mengal alam amii ced cedera era kepal epala. a.
L anjutan«
Pengkajian ini cukup hanya mengevaluasi motorik pasien, verbal, dan respons membuka mata (EMV)
Masing-masing respons diberikan sebuah angka (tinggi untuk normal dan rendah untuk gangguan) dan penjumlahan dari gambaran ini memberikan indikasi beratnya keadaan koma dan sebuah prediksi kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada.
Kriteria Nilai 1. 2. 3.
GCS
Nilai terendah adalah 3 (respons paling sedikit) Nilai tertinggi adalah 15 (paling berespons) Nilai 7 atau nilai dibawah 7 umumnya dikatakan sebagai koma dan membutuhkan intervensi keperawatan bagipasien koma tersebut
Selain GCS yang harus dika ji pada neurologik, tapi juga tanda-tanda vital, ukuran dan reaksi pupil, dan gerakan ekstremitas, kekuatan ekstremitas.
Skala Koma Membuka mata Spontan Dengan perintah Dengan nyeri Tidak berespons 2. Respons Motorik Terbaik Dengan perintah Melokalisasi nyeri Menarik area yang nyeri Fleksi abnormal Ekstensi Tidak berespons 1.
4 3 2 1 6 5 4 3 2 1
3.Respons Verbal - Berorientasi - Bicara membingungkan - Kata-kata tidak tepat - Suara tidak dapat dimengerti - T idak ada respons Total:3-15
5 4 3 2 1
2.
Pemeriksaan Saraf Kranial
Saraf Kranial ditandai dengan angka romawi I sampai XII Saraf-saraf kranial ini sering dikaji pada saat pengkajian lengkap leher dan kepala
Oflaktorius
Optikus
Okulomotorius
Troklear
Abdusen
Trigeminal
Fasial
Vestibulokoklear
Glosofaringeus
Vagus
Aksesorius spinal
Hipoglosus
Tipe
Agnosia dan Hubungannya dengan L etak L esi Tipe Agnosia
Penglihatan
Daerah SerebralYang Terkena
Lobus oksipital Lobus temporal (bagian lateral dan superior)
Pendengaran
Perabaan (taktil)
Bagian tubuh dan hubungannya
Lobus parietal Lobus parietal (bagian posteroinferior)
4. Pemeriksaan Sistem Motorik `
` ` `
`
`
Mencakup pengkajian pada : ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan Instruksikan pasien berjalan menyilang dalam ruangan Pengkaji mencatat postur dan gaya berjalan Lihat keadaan ototnya dan bila perlu lakukan palpasi (untuk melihat ukuran dan keadaan simetris) Catat keadaan atrofiatau gerakan yg tidak beraturan (tremor, dll) Evaluasi tonus otot dgn palpasi (saat istirahat dan selama gerakan pasif) `
HASIL : tonus yg tidak normal mencakup spastisitas (kejang), rigiditas (kaku), flaksiditas
a. Kekuatan otot `
Diuji melalui pengkajian kemampuan fleksi dan ekstensi ekstremitas sambil dilakukan penahanan
`
Caranya : (Otot Quadrisep= Otot yg secara penuh bertanggungjawab untuk meluruskan kaki) 1.
Pada saat kaki dlm keadaan lurus, sukar dikaji
2.
Perintahkan pasien pada saat fleksi untuk meluruskan kaki dgn diberi tahanan
3.
Maka akan menghasilkan ketidakmampuan utk meluruskan kakinya
Hal ini untuk membandingkan keadaan kedua sisi untuk medeteksi perubahan kecil dlm kekuatan otot
Skala nilai kekuatan otot `
Nilai 5 : kekuatan kontraksi maksimal
`
Nilai 4 : kekuatan sedang
`
Nilai 3 : kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi
`
Nilai 2 : menunjukkan kemampuan utk menggerakan tapi tidak dapat mengatasi kekuatan gravitasi
`
Nilai 1 : kekuatan kontraksi minimal
`
Nilai 0 : ketidakmampuan dalam melakukan kontraksi
b. Keseimbangan dan Koordinasi ` `
1. 2. 3. 4. 5.
Yg
berperan penting adalah Cerebelum Cara mengkaji koordinasi tangan dan ekstremitas atas : Instruksikan pasien melakukan gerakan cepat dan berselangseling. Pasien diminta utk menepukkan tangan ke paha secepat mungkin Masing2 tangan diuji scr berpisah Kemudian instruksikan pasien untuk membalikkan tangan dr posisi terlentang ke posisi telungkup dgn gerakan cepat Perintahkan pasien utk menyentuh masing2 jari dgn ibu jari scr berurutan Catat setiap gerakan cepat, simetris, dan derajat kesulitan
Uji menunjuk 1 titik ke titik lain
1.
Pasien menyentuh jari2 penguji dan menyentuh hidung pasien sendiri
2.
Dilakukan dlm keadaan pasien menutup mata
`
Cara mengkaji koordinasi kaki dan ekstremitas bawah :
`
Perintahkan pasien utk meletakan tumit pada kaki yg satunya dan turun perlahan ke bawah yaitu ke daerah tibia bagian anterior
Ketidakmampuan mengarahkan gerakan disebut Ataksia (menandakan adanya penyakit cerebelum)
`
Tes Ronberg : untuk mengukur keseimbangan
`
Caranya :
1.
Pasien berdiri dgn 1kaki dgn tangan diturunkan pada 1 sisi yang sama, sementara kaki yg 1 diangkat dan tangan yang satunya dinaikan keatas
2.
Mula-mula kedua mata terbuka dan kemudian kedua mata tertutup selama 20-30 detik
3.
Penguji berdiri dekat pasiendan yakinkan pasien bahwa ia siap menyokong pasien jika pasien akan jatuh
4.
Bila sedikit goyang Normal
Pemeriksaan Refleks
Dera jat Reflek `
4 + : Hiperaktif dgn klonus terus menerus
`
3 + : Hiperaktif
`
2 + : Normal
`
1 + : Hipoaktif
`
0
: Tidak ada reflek
BISEPS TRISEPS
ACHILLES
BABINSKI
PATELLA
Pemeriksaan
Sensorik
Pengantar« `
Tes uji sensorik mencakup :
1.
Tes sensasi raba
2.
Nyeri superfisial
3.
Posisi rasa (Propriosepsi)
Tes sensasi taktil `
`
Dikaji dengan menyentuh lembut gumpalan kapas pada masing-masing sisi tubuh.
Sensasi
`
nyeri dan suhu
Ditransmisi dibagian lateral medula spinalis `
Instruksikan pasien utk membedakan antara ujung yg tajam dan tumpul dgn menggunakan lidi kapas yg dipatahkan atau spatel lidah
`
Kedua sisi digunakan dgn intensitas yg sama, dan kedua sisi diuji dgn simetris
Bandingkan sensitivitas ekstremitas bagian proksimal dan distal
Vibrasi
`
dan Propriosepsi
Alat yg dipakai GARPU TALA frekuansi rendah (128/256 Hz) Letakkan garpu tala yg bergetar pd sebuah tulang yg menonjol ` Tanya pasien ttg rasa sensasi, dan beri tanda bila mersakan ` Jika tidak merasakan getaran, penguji menaikan getaran garpu tala sampai dirasakan pasien `
Merasakan Posisi `
`
Ditentukan saat pasien tertutup matanya. Jari kaki digerakan ke arah mana pasien mampu menunjukkan dgn gerakan
Integrasi
sensasi
`
Hal ini dilakukan dengan membedakan 2 titik
`
Jika pasien disentuh dgn 2 objek tajam bersamaan pada posisi tubuh yg berlawanan, apakah pasien merasakan 2 atau 1 sentuhan?
`
Normal : sentuhan ada pada 2 tempat
`
Kepunahan : 1 tempat saja yg dirasakan
`
Uji yg BAIK trhdp kemampuan sensori kortikal yg lebih tinggi adlh STEREOGNOSIS
PROPRIOSEPSI
STEREOGNOSIS
Pemeriksaan Diagnostik
Pada
sistem persarafan
T anggung Jawab Pasien dalam pemeriksaan diagnostik `
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang peemriksaan diagnostic yang akan dilakukan
`
Mempersiapkan fisik klien
`
Memperoleh izin tertulis untuk pemeriksaan diagnostic invasive
`
Mempersiapkan alat ² alat dan membantu dalam melakukan pemeriksaan di ruangan, misalna dalam pemeriksaan fungsi lumbal dan pemeriksaan kalori
`
Mempertahankan secara akurat pencatatan mengenai persiapan klien, pemeriksaan secara lengkap, tindakan setelah pemeriksaan dan respon klien
`
Menemani klien yang memerlukan perawatan khusus untuk pemeriksaan di bagian lain, seperti : klien dengan traksi, therapy oksigen dan pembatasan posisi
`
Membawa alat ² alat yang diperlukan seperti oksigen dan suction jika tidak tersedia di tempat pemeriksaan
`
Melakukan tindakan keperawatan mandiri untuk mencegah akibat buruk setelah pemeriksaan dan meningkatkan rasa nyaman klien
Radiografi
1. Rotgen tengkorak kepala Tujuan
untuk mendiagnosa:
fraktur tengkorak kepala Space occupying lesion ( SOL ) yang menyebabkan pergeseran kelenjar pineal Kalsium yang menutupi tumor otak Ketidaknormalan vaskularisasi Pengikisan tulang tengkorak atau sella tursika yang disebabkan oleh tekanan SOL
2. Rontgen spinal Tujuan
: untuk memperlihatkan adanya trauma vertebra, deficit motorik dan sensorik pada ekstremitas.
Persiapan `
pasien yang akan di
Rongen
Pendidikan kesehatan : memberikan informasi bahwa klien akan dibawa ke bagian radiologi dengan menggunakan kereta dorong atau kursi roda. Pemeriksaan akan dilakuakn oleh petugas radiologi. Tidak akan terasa nyeri yang berkaitan dengan pemeriksaan yang akan dilakuakan pada posisi pengambilan X- ray Film
SCAN 1. Computer Axial Tomography (CAT) `
Adalah pemeriksaan yang memilki resiko rendah, dimana gambaran memperlihatkan potongan menyilang dari bagian otak dan tengkorak kepala yang dibuat berbagai sudut. Densitas yang bervariasi dari jaringan difoto, dicatat dan direkam dalam computer.
Persiapan
klien
Pendidikan pasien Mengikuti pentunjuk yang diinstruksikan oleh dokter atau petugas kesehatan pada saat diberikan injeksi zat kontras. Klien akan terlihat kemerahan dan hangat pada wajah saat disuntikkan. Kaji adanya riwayat alergi Yakinkan
rambut dalam keadaan bersih dan tidak menggunakan penjepit rambut dan wig Persiapan suction bila diperlukan Monitoring elektrronik , perawat dampingi klien dan inform consent
T indakan setelah pemeriksaan Observasi untuk respon terhadap alergi zat kontras Berikan diphenhidramyil ( benadryl) 50 mg bila ada respon alergi Berikan back rubs untuk klien yang memperlihatkan nyeri pada punggung akibat immobilisasi Anjurkan minum dan monitor intake output untuk meyakinkan bahwa zat kontras sudah keluar
2. Brain scan Dilakukan pada klien yang diduga mengalami SOL atau disfungsi cerebrovaskuler . Scan perlu injeksi isotop radioaktif (technetium 99m) kemudian ditunggu 15 menit sampai 2 jam diikuti pemeriksaan scan itu sendiri
Persiapan
klien
Pedidikan kesehatan ( dilakuakn di divisi nuklir) Klien mendapatkan suntikkan IV radioaktif Tidak boleh meminum obat vasodilator, vasokontriksi, dan antihipertensi selama 24 jam sebelum scan (mempengaruhi vaskularisasi otak sehingga mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan) Setelah pemeriksaan beri minum pasien agar meningkatkan pengeluaran urin bersama isotop
CON T« 3. Nuclear Magnetik Resonance Suatu prosedur non invasif yang dilakukan untuk menetapkan lokasi dan ukuran neoplasma otak dan ketidaknormalan dengan menggunakan gambaran suara dimana akan menggantikan CAT dalam beberapa tahun mendatang
Angiografi
Tujuan : untuk melihat kelainan ventrikel di otak dan medula spinalis, dengan menggunakan zat kontras radiopaque iodine yang disuntikkan langsung menuju arteri karotis atau ateri vertebra atau secara tidak langsung melalui arteri brachila subclavia atau femoral .
Digital
subtraction angiography
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan komputer . Pemeriksaan ini memerlukan injeksi zat kontras intravena melalui kateterisasi arteri terhadap sirkulasi arteri yang akan diperiksa dengan menggunakan tekhnologi komputer.
Pungsi L umbal
Memasukkan jarum lumbal secara aseptik menuju ke ruang subarachnoid antara lumbal 3 dan lumbal 4, atau lumbal 4 dan lumbal 5
Myelography Dilakukan untuk menddeteksi ketidaknormalan medula spinalis atau vertebra arau untuk mendapatkan gambaran lokasi obstruksi aliran serebrospinal pada ruang subarachnoid vertebra
Pnemoencefalography `
Pemeriksaan yang dilakukan injeksi udara menuju ke ruang subarachnoid
Elektroencefalography `
EEG adalah rekaman grafik aktivitas listrik didaerah bilateral kortikal dari otak
Elektromiography
Digunakan untuk merekam aktivitas saraf perifer. Otot diperiksa pada keadaan istirahat dan kontraksi minimal dan maksimal otot lurik. Aktivitas listrik direkam dengan menggunakan osciloscop bentuk grafik
Penatalaksanaan Farmakologi
T ambahan
ASKEP NEURO
Stroke Resiko peningkatan TIK b.d peningkatan volume intra kranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
NCP... Intervensi
Rasional
Kaji faktor penyebab dari situasi /keadaan individu akibat koma /dan kemungkinan penyebab TIK Monitor TTV tiap 4 jam
Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi tanda tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral bekerja dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intrakranial adanya peningkatan tensi, bradikardi, disritmia, dispnea, merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK
`
Nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
`
Tujuan: dalam waktu 3x24jam nyeri berkurang atau dapat di adaptasi ,dapat mengedintifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri dan klien tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri dengan Non farmakologi dan non-Invasif
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
2. Lakukan menegemen keperawatan : Atur posisi fisiologis
Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan Oksigen ke jaringan yang mengalami Iskemik.
Istirahatkan klien
Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 kejaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah dan O2 ke otak yang membutuhkan O2 untuk menurunkan iskemik sekunder dari edema otak dan proses supurasi otak
Managemen lingkungan : lingkungan yang tenang, kurangi cahaya dan batasi pengunjung
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal .
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemik jaringan otak.
R esiko
cidera b.d kejang berulang, ketidaktahuan tentang epilepsi dan cara penanganan saat kejang, penurunan tingkat kesadaran `
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam klien bebas dari cedera yang disebakan oleh kejang dan penurunan kesadaran
`
Kriteria Hasil : `
Klien dan keluarga mengetahui pelaksanaan kejang
`
Menghindari stimulus kejang
`
Melakukan pengobatan teratur untuk menurunkan intensitas kejang.
Intervensi
,
Rasional
1. Kaji tingkat klien dan keluarga cara penanganan saat kejang
Data dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Anjurkan klien dan keluarga tentang metode mengontrol demam .
Orang tua dengan anak yang pernah mengalami kejang, demam harus menginstruksikan metode untuk mengontrol demam . Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat di cegah Melindungi klien bila kejang terjadi
3. Ajarkan untuk mengontrol pasca cidera kepala 4. Ajarkan keluarga agar mempersiapkan lingkungan yang aman 5. Anjurkan untuk menghindari rangsang cahaya berlebihan 6. Ajarkan mempertahankan tirah baring total selama fase akut . 7. Kolaborasi pemberian terapi : Fenitoin (dilantin)
Klien sering mengalami pekak rangsang terhadap cahaya . Mengurangi resiko jatuh atau terluka jika vertigo. Terapi medikasi untuk menurunkan respon kejang berulang.
Diagnosa
Keperawatan T ambahan
Sumber buku KMB« `
Pola nafas tidak efektif