MAKALAH
Al-IMAMAH Al-IMAMAH DAN AL-RU’AYAH AL-RU’AYAH
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Piqih II Dosen Pengampu : H. Wahidin M.Pdi
Oleh : 1. Predi Riswana
NPM : 12.03.2802
2. Zia’ul Imam
NPM : 12.03.2815
FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSALAM (IAID) CIAMIS – JAWA JAWA BARAT 2013
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan hanya pada Allah SWT sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir, yang telah membawa umatnya kepada realisasi kehidupan yang benar menurut Al-Qur’an Al-Qur’an dan As-Sunnah. As-Sunnah. Berkat rahmat dan karunianya, serta didorong kemauan yang keras di sertai kemampuan yang ada, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berhubungan dengan (Al-Imamah & Ar-ru’yah Ar- ru’yah)) dalam mata kuliah Piqih II Penulis menyadari sepenuhnya bahwa materi yang disampaikan dalam makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena banyaknya kesulitan yang penulis hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun Alhamdulillah berkat kerja keras penulis serta bantuan berbagai pihak akhirnya makalah ini bisa terselesaikan yang pada hakikatnya semua ini berkat inayah dan irodah Allah SWT.
Pangandaran, 1 November 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ..................................................................................................................... ................................ iii DAFTAR ISI ...................................................................................... .................................................................................................. 1 BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
1.
........................................................................................................ ........... 1 Latar Belakang .............................................................................................
2.
.................................................................................................. 1 Rumusan Masalah ...................................................................................................
3.
.................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2 1.
Al-IMAMAH .......................................................................................................... 2 1.1 Pengertian Al-Imamah .......................................................................................... 2 1.2 Konsep Imamah Dalam al-qur’an al-qur’an ......................................................................... 2 1.3 Prinsip kepimpinan .............................................................. ............................................................................................... ................................. 3
2.
....................................................................................................... ............................................. 5 AL-RU’AYAH AL-RU’AYAH ..........................................................
2.1 Pengertian Al-Ru’ayah Al-Ru’ayah .......................................................................................... ......................................................................................... 5 ........................................................................................ ...................... 5 2.2 Kewajiban Al-Ru’ayah Al-Ru’ayah ..................................................................
3.
................................................................. 6 BENTUK NEGARA DALAM ISLAM ..................................................................
4.
FUNGSI NEGARA DALAM ISLAM ................................................................... 7
............................................................................................................ ............................................. 8 BAB III PENUTUP ...............................................................
1.
Kesimpulan ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9
iii
BAB I PENDAHULUAN 1. LatarBelakang
Syariah islam merupakan petunjuk kehidupan yang bersifat komprehensif, ia mencakup segala dimensi kehidupan dan mampu menghadirkan alternatif solusi atas persoalan kehidupan. Syariah juga menghadirkan nilai, etika, dan norma umum dalam kehidupan serta nili-nilai keyakinan islam. Syariah juga menjelaskan hukuman yang pantas diterima oleh para perusak akidah islami dan nilai moral. Dalam wacaana fiqih siyasah, kata imamah biasanya diindentikkan dengan khalifah. Keduanya menunjukkan pengertian kepimpinan tertinggi dalam negara islam.
2. RumusanMasalah 2.1 Apa yang dimaksuddengan Al-imamah?
2.2 Apaitu Al-ru’ayah? Al- ru’ayah? 2.3 Bagaimanabentuk Negara dalamislam? 2.4 Apafungsidarisebuah Negara? 3. TujuanPenulisan 3.1 Mengetahuipengertiandari Al-imamahdan Al-ru’ayah Al- ru’ayah
3.2 Memahamibentukdari Negara islam 3.3 mengetahuifungsidarisebuahnegara
1
BAB II PEMBAHASAN 1. Al-IMAMAH 1.1 Pengertian Al-Imamah Pada awalnya, imamah adalah suatu istilah yang netral untuk menyebut
sebuah Negara. Dalam literatur-literatur klasik, istilah imamah dan khilafah disandingkan secara bersama untuk menunjuk pengertian yang sama, yakni Negara dalam sejarah Islam. Al-Imamah ialah suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran agama islam, sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw. Semasa hidupnya dan kemudian dijalankan oleh KhulafaurRasyidin. AlImamah juga berarti seorang yang memimpin sekelompok masyarakat tertentu. Defenisi yang hakiki imamah ialah pemerintahan Islam yang yang mempunyai undang-undang atau pemerintahan yang berundang – berundang – undangkan undangkan dasar syariat islam. Sedangkan undang-undangnya ialah kumpulan hukum-hukum syarak yang mengantur kehidupan umat, baik hukum itu berpautan dengan amalah muamalah amaliah ataupun ahwalul syakhsiyah atau pertanggung jawab pidana dan lain-lain. Tujuan dari pokok undang-undang ini, ialah mewujudkan kemaslahatan manusia dalam kehidupan duniawiyah dan ukhrawiyah. 1.2 Konsep Imamah Dalam al-qur’an al-qur’an Imamah sering diartikan sebagai kepimpinan. Akan tetapi, dalam al-Qur’an al- Qur’an
sendiri tidak dijumpai kata imamah yang ada adalah kata imam yang terulang sebanyak tujuh kali atau kata immah sebanyak lima kali. Dengan demikian agak sulit menyimpulkan konsep Imamah dalam atau menurut al- Qur’an. Lebih sulit lagi karena kata imam dalam al-Qur’an al-Qur’an mempunyai beberapa arti sebagai berikut: sebagai berikut: a.Imam berarti “Nabi”, …aku …aku akan menjadikanmu (ibrahim) imam bagi seluruh manusia…al-Baqarah:124 manusia…al-Baqarah:124 b. Imam berarti “pedoman” …sebelum al -Qura’an telah ada kitab Musa sebagai imam dan Ramat.. al-Ahqaf:12 Ramat.. al-Ahqaf:12 c. Imam berarti “kitab” …segala sesuatu telah kami telah kami kumpulkan dalam imam yang nyata…Yasin:12 nyata…Yasin:12 d.Imam berarti “jalan lupus” ...maka kami binasakan mereka sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di imam yang terang... alterang... al-Isra’:79 Isra’:79 2
e.Imam
berati
“pemimpin”
orang-orang
yang
berkata:
ya
Tuhan
kami,anugrahkanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi penyenang hati dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang bertakwa, atau ingatlah suatu hari nanti akan kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya.. al-Israa:71 1.3 Prinsip kepimpinan Ada beberapa prinsip dasar kepimpinan sebagaimana disinggung di muka.
Dalam makalah ini hanya mengangkat dua prinsip dasar, yaitu: 1. Amanah
Ada ungkapan menarik bahwa “kekuasaan itu adalah amanah, karena itu harus dilaksanakan dengan penuh amanah”. Ungkapan ini menyirat kan dua hal, yaitu: a. Apabila manusia berkuasa dimuka bumi menjadi khalifah, maka kekuasaan yang diperoleh sebagai statu pendelegasian kewenangan dari Allah. Karena Allah sebagai sumber segala kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan yang dimiliki hanya sekedar amanah dari Allah yang bersifat relatif, yang kelak harus dipertanggungjawabkan dihadapanNya. b. Karena kekuasaan itu pada dasarnya amanah, maka pelaksanaannyapun memerlukan sikap penuh pertanggungjawaban, Jujur, dan memegang teguh prinsip. Fazlur Rahman, guru besar pemikiran Islam di University Chicago, dalam bukunya Major bukunya Major Themes of The Qur’an mengaitkan arti amanah ini dengan fungsi kekhalifahan manusia yang berlandaskan al-Ahzab:32 al-Ahzab:32 “ sesungguhnya kami telah menawarkan amanah lepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut mengkhianatinya. Tapi manusia bersedia memikulnya meskipun ia sungguh zalim dan bodoh sekali”. Para mufasir memang berbeda pendapat dalam mengartikan amanah dalam ayat ini. Ada yang menyatakan bahwa amanah disini berarti hukum-hukum ketuhanan atau sunnatullah. Tetapi ada yang mengaitkan dengan fungís kekhalifahan manusia. Ini dikaitkan dengan pernyataan dalam QS. al-Baqarah:30-33. agaknya, dasar yang dipakai manusia ketika menerima amanah ini karena ia diberi kemampuan oleh Allah yang memungkinkan mengemban amanah itu , dan Allah mengajarkan
3
Adam untuk mengeja nama setiap benda yang berarti pengalaman, pengetahuan dan potensi ilmu yang dimilikinya. Sementara itu, pada QS. al-Anfal:7 juga dikatakan: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahuinya”. Dengan kata lain, amanah adalah kemampuan moral dan etika yang akan memungkinkan manusia membangun sikap positif dan menghilangkan yang negatif. Ada sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang menyebut istilah amanah tetapi secara jelas berintikan nilai amanah. Hadis ini secara lengkap berbunyi: “tiap “ tiap kamu adalah pemimpin dan tiap kamu akan diminta pertanggungjawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang istri
adalah
pemimpin
atas
rumah
tangga
suaminya
dan
ia
diminta
pertanggungjawaban pertanggungjawaban atas kepimpinannya, anak adalah pemimpin pada rumah tangga bapaknya dan ia diminta pertanggungjawaban atas penjagaanya. Ketahuilah, tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan diminta pertanggung jawaban dalam kepimpinan” . Oleh sebab itu, menurut konsep islam semua orang adalah pemimpin. Dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tindakannya terhadap sesamanya di dunia dan kepada Tuhan kelak di akhirat. Jadi, seorang pemimpin atau kepala negara adalah pemengang amanah, baik amanah Tuhan maupun dari rakyat. Amanah adalah salah satu prinsip penting dalam soal ketatanegaraan.
4
2. Adil
Pemerintahan atau pemimpin selalu berhadapan dengan masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok. Proses politik juga berhadapan dengan pelbagai kelompok golongan. Seorang yang terpilih menjadi pemimpin harus mampu berdiri di atas semua golongan untuk bersikap adil. adi l. Dalam QS. alal -Ma’idah:8 “hai “hai orang-orang beriman, hendaklah kamu menjadi saksi dengan adil, dan jangan sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah karena adil itu i tu lebh dekat kepada taqwa”. Jadi, berbuat adil agaknya adalah standar minimal bagi perilaku manusia apakah dia sebagi saksi, penguasa, atau orang biasa. Kalau menurut islam semua orang adalah pemimpin, maka dengan sendirinya harus menegakkan keadilan dimanapun ia berada. 2. AL-RU’AYAH AL-RU’AYAH
2.1 Pengertian Al-Ru’ayah Al-Ru’ayah
Al-Ru’ayah Al-Ru’ayah berarti berarti rakyat atau orang yang dipimpin. 2.2Kewajiban Al-Ru’ayah Al-Ru’ayah Keberhasilan membangun masyarakat yang aman, damai dan sejahtera,
tidak hanya di tentukan oleh imamah atau pemimpin yang baik saja. Tetapi AlRu’ayah atau Ru’ayah atau orang yang dipimpinnya (rakyat) juga memengaruhinya. A-Imamah atau pemimpin juga wajib memberikan kepemimpinannya secara baik, sedangkan Al-Ru’ayah Al-Ru’ayah atau rakyat wajib mengikutinya. Kewajiban Al-Ru’ayah Al- Ru’ayah antaralain sebagai berikut: 1. Menaati pemempin apabila benar
Ciri rakyat yang baik adalah mereka mau menaati pemimpinnya. Rakyat tidak menaati pemimpin (padahal ia benar), berarti telah berkhianat kepada pemimpinnya. Seperti yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an Al- Qur’an surat AnAn Nisa ayat 59 yang berbunyi: berbunyi:
5
Hai orang-orang yang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulilamri di antarakamu.kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Ulilamri berarti orang yang memegang kekuasaan diantara kaum muslimin itu sendiri . Dengan demikian, tidak ada alas an untuk tidak menaati pemimpin selama ia benar. 2. Mengingatkan pemimpin jika bersalah
Kewajibantaatkepadapemimpinialahketikapemimpinmenyuruhkepadakebaika nsesuaidenganhukum Allah danRasulnya.Apabilapemimpinberbuatsalahmakarakyatwajibmemperingatinya
3. BENTUK NEGARA DALAM ISLAM Bentuk negara islam mungkin identik dengan negara teokrasi. Yakni sebuah
sistem pemerintahan yang bedasarkan hukum samawi. Sebagaimana Sebagaimana lazimnya diketahui, syariah merupakan asas bagi penyusunan hukum dan undang-undang jadi ada kemiripan dengan negara teokrasi. Akan tetapi, bentuk negara islam berbeda dengan negara teokrasi karena, syariah islam merupakan syariah yang bersifat universal dan lentur artinya bisa diterapkan sesuai perkembangan zaman. Bentuk negara islam tidak bisa disamakan dengan negara demokrasi, hanya karena ada beberapa persamaan karekteristik. Terutama karena praktik demokrasi dalam dunia modren yang identik dengan prinsip-prinsip islam. Jika dimksud defenisi demokrasi yang diberikan lincoln, yakni hukum yang berlaku dalam masyarakat dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Maka prinsip ini juga diterapkan dalam negara islam. Setiap individu masyarakat muslim memiliki tanggungjawab kolektif untuk menegakkan aturan-aturan aturan-aturan syara’. Namun demikian, sistem pemerintahan islam bebeda dengan sistem demokrasi, setidaknya hal itu tercermin dari beberapa persoalan pokok berikut: a.
Pengertian umat atau rakyat dalam demokrasi hanya terbatas pada yang
menetap pada suatu wilayah geografis tertentu. Berbeda dengan islam yang menyatukan individu muslim selama orang tersebut memilikki akidah islam.
6
b.
Konsep demokrasi hanya memiliki tujuan yang bersifat materi. Berbeda
dengan Islam yang tidak hanya memiliki tujuan materil dan juga behagian jiwa serta spiritual rakyatnya c.
Dalam demokrasi rakyat adalah pemegang kekuasaan dan otoritas pengatur
roda pemerintahan. Sedangkan dalam islam, kekuasaan dan kedaulatan rakyat dibatasi dengan syariah dan hukum-hukum yang terdapat dalam al- Qur’an da alalSunnah. Negara islam merupakan bentuk negara yang berlandaskan akidah islamiyah. Sebuah sistem pemerintahan yang tidak dibatasi dengan letak geografis, perbedaan jenis kulit, bahasa, ras, atau lainya. Negara islam disatukan dengan akidah, setiap individu yang mengaku muslim dimanpun tempatnya, merupakan bagian dari negara islam. Dengan demikian, bentuk negara islam bersifat regoanal dan mendunia. 4. FUNGSI NEGARA DALAM ISLAM Ibnu Taimiyah memberikan kontribusi
pemikiran
menarik
dalam
manajemen pemerintahan islam. Beliau menjelaskan tentang fungsi dan tanggungjawab pemerintah dalam kehidupan bernegara. Pemerintah berkewajiban menjalankan segala program yang bisa mendatangkan kemaslahatan dan manfaat serta menolak segala bentuk kerusakan dan kemadharatan. Menegakkan keadilan dalam memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak masyarakat. Tugas dan peran ini hanya bisa dilakukan oleh ulil amri yang akan menjalankan sistem peradilan, pertahanan dan kesejahteraan hidup rakyat. Fungsi kehadiran negara dalam masyarakat islam dapat dilihat dalam poin berikut: a.
Menciptakan kondisi tenteramnya beribadah kepada Allah
b.
Alokasi sumber daya alam secara adil
c.
Menegakkan keadilan
d.
Mengatur ekonomi dan sosial
e.
Penetapan harga
f.
Pelarangan monopoli
g.
Pengatur ketenagakerjaan
h.
Pengatur kepemilikan individu
7
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Al-imamah merupakan
pemimpin
masyakrakat
sedangkan
Al- ru’ayah Al-ru’ayah
merupakan rakyat atau orang yang dipimpin, dengan adanya Al-imamah dan Alru’ayah maka ru’ayah maka akan berdirilah sebuah Negara Sebuah Negara mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat. Fungsi negara tidak hanya sekedar menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Namun juga merambah dalam kehidupan sosial, ekonomi dan akhlak masyarakat. Negara memainkan peran pokok dalam membina akhlak masyarakat seiring seiri ng dengan adanya perubahan kondisi sosial masyarakat. Menjaga agar masyarakat tidak terpengaruh oleh pemikiran yang negatif yang dapat merusak kehidupan. Menegakkan negara secara egaliter dan memberikan perlakuan persamaan yang proposional, sehingga terbentuk masyarakat yang islami, sebuah masyarakat istimewa yang dilahirkan beramar ma’ruf nahi mungkar dan beribadah kepada Allah.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://maracutes.blogspot.com/2010/06/al-imamah-ar-ruyah.html http://foumenslue.blogspot.com/2012/09/konsep-imamah-dalam-islam.html http://mayairyanistainjusi.blogspot.com/2013/02/al-imamah.html http://muslimsaja.wordpress.com/2011/05/15/imamah-menurut-al-quran/
9
10