MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I PENYAKIT ASMA, STATUS ASMATIKUS, ATELEKTASIS
Disusun Oleh KELOMPOK 6
CINDY GLORIA MASIKU
C051171005
NUR AFNI USMAN
C051171004
NUR ASYIFA MURSALIM MURSALIM
C051171028
RIDHA RAMADHANI
C051171013
ROSNANI AMPO
C051171301
FARADILLA PUTRI A ANCONG
C051171518
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Makassar, 8 November 2018
Penulis
2
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6 2.1 Definisi Penyakit Asma ................................................................................. 6 2.2 Definisi Status Asmatikus ........................................................................... 11 2.3 Definisi Atelektasis ..................................................................................... 14 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19 3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19 Daftar Pustaka ................................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit asma merupakan penyakit saluran napas yang ditandai oleh
peningkatan daya responsif percabangan trakeobronkial terhadap pelbagai jenis stimulus. Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan yang meluas pada saluran udara pernapasan yang dapat sembuh spontan atau sembuh dengan terapi dan secara klinis ditandai oleh serangan mendadak dispnea, batuk, serta mengi. Penyakit ini bersifat episodik dengan eksaserbasi akut yang diselingi oleh periode tanpa gejala. Secara khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat selama beberapa menit hingga beberapa jam dan sesudah itu, pasien tampaknya mengalami kesembuhan klinis yang total. Namun demikian, ada suatu fase ketika pasien mengalami obstruksi jalan napas dengan derajat tertentu setiap harinya. Fase ini dapat ringan dengan atau tanpa disertai episode yang berat, atau yang lebih serius lagi, obstruksi hebat yang berlangsung selama berhari-hari atau bermingguminggu; keadaan semacam ini dikenal sebagai status asmatikus. Pada beberapa keadaan yang jarang terdapat, serangan asma yang akut dapat berakhir dengan kematian. Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak
dapat
mengembang
secara
sempurna.
(Somantri,
2008)
Atelektasis disebut juga Kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin, 2009)
4
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu penyakit asma?
2. Apa itu status asmatikus? 3. Bagaimana yang dimaksud dengan atelektasis? 4. Bagaimana askep klien dengan atelektasis? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui seperti apa penyakit asma.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan status asmatikus. 3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan atelektasis. 4. Untuk mengetahui askep dari klien dengan atelektasis.
5
BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Definisi Penyakit Asma Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible di mana
trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah proses reversibel. Eksaserbasi akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala. Jika asma dan bronkitis terjadi bersamaan, obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronkitis asmatik kronik . Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi, asma sangat mengganggu, mempengaruhi kehadiran di sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya.
Jenis-jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi, atau gabungan. Asma alergik disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal
(misalkan serbuk sari, binatang, amarah, makanan, dan jamur). Kebanyakan alergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu eczema atau rhinitis alergik. Pemajanan terhadap alergen mencetuskan serangan asma. Anak-anak dengan asma alergik sering dapat mengatasi kondisi sampai masa remaja. Asma idiopatik atau nonalergik tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus respiraorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens farmakologi, seperti aspirin dan agens antiinflamasi nonsteroid lain, dan agens 6
sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi faktor. Serangan asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial, yaitu: 1 Faktor Predisposisi Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 2 Faktor Presipitasi a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a)
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (ex: debu, bulu
binatang,
serbuk
bunga,
spora
jamur,
bakteri
dan
polusi)
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut (ex: makanan dan obat-obatan). b. Perubahan Cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bungadandebu. c. Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. d. Lingkungan Kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di 7
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Pathway (Terlampir)
8
Manifestasi Klinis
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada beberapa keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkardian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan napas. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak di dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi, laborious. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mucus sedikit mengandung masa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-gejala retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.
Reaksi yang berhubungan. Kemungkinan reaksi alergik lainnya yang dapat menyertai asma termasuk eczema, ruam, dan edema temporer. Serangan asmatik dapat terjadi secara periodik setelah pemajanan terhadap alergen spesifik, obat-obat tertentu, latihan fisik, dan kegairahan emosional.
1.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Asma
Pengkajian
Identitas, meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, bangsa.
Keluhan utama, seperti bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
Riwayat peyakit dahulu. Riwayat keluarga, kita bisa menanyakan apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami pas ien
Pemeriksaan Fisik
9
2. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pola Tidur (NANDA) Tidur (NOC, 566) Manajamen Lingkungan (NIC, 191) O= Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu T= Bantu pasien atau keluarga untuk mengatur kartu (ucapan), bunga, dan hadiah untuk meningkatkan apresiasi visual pasien E= Edukasi pasien dan pengunjung mengenai perubahan/ tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan sengaja mengganggu lingkungan yang direncakanamn K= Berikan musik pilihan 2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas (NANDA) Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas (NOC, 558) Manajemen jalan nafas (NIC,500) O= Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya T= Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya E= Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler, sesuai resep sebagaimana mestinya K= Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, bertukar, batuk 3. Risiko Intoleran Aktivitas (NANDA) Toleransi Terhadap Aktivitas (NOC, 582) Manajemen Asma (NIC, 155) O= Monitoring reaksi asma T= Auskultasi suara paru setelah dilakukan penanganan untuk menentukan hasilnya E= Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu sebisa mungkin K= Berikan pengobatan dengan tepat dan/ sesuai kebijakan dan petunjuk prosedur
10
4. Defisisensi Pengetahuan (NANDA) Pengetahuan Manajemen Asma (NOC, 369) Manajemen Asma (NIC, 155) O= Monitoring reaksi asma T= Auskultasi suara paru setelah dilakukan penanganan untuk menentukan hasilnya E= Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu sebisa mungkin K= Berikan pengobatan dengan tepat dan/ sesuai kebijakan dan petunjuk prosedur 5. Ketidakefektifan Pola Napas (NANDA) Status Pernapasan (NOC, 556) Manajemen Asma (NIC, 155) O= Monitoring reaksi asma T= Auskultasi suara paru setelah dilakukan penanganan untuk menentukan hasilnya E= Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu sebisa mungkin K= Berikan pengobatan dengan tepat dan/ sesuai kebijakan dan petunjuk prosedur 3. Intervensi 4. Implementasi 5. Evaluasi 2.2 Definisi Status Asmatikus Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak
berespon terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin. 11
Patofisiologi
Karakteristik
dasar
dari
asma
(konstraksi
otot
polos
bronkial,
pembengkakan mukosa bronkial, dan pengentalan sekresi) mengurangi diameter bronkial dan nyata pada status asmatikus. Abnormalitas ventilasi perfusi yang mengakibatkan hipoksemia dan respirasi alkalosis pada awalnya diikuti oleh respirasi asidosis. Terdapat penurunan PaO 2 dan respirasi alkalosis dengan penurunan PaCO2 dan peningkatan pH. Dengan meningkatnya keparahan status asmatikus. PaCO2 meningkat dan pH turun, mencerminkan respirasi asidosis.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis status asmatikus adalah sama dengan manifestasi yang terdapat pada asma hebat- pernafasan labored, perpanjangan ekshalasi, perbesaran vena leher, mengi. Namun, lamanya mengi tidak mengindikasikan keparahan serangan. Dengan makin besarnya obstruksi, mengi dapat hilang, yang sering kali menjadi pertanda bahaya gagal pernafasan.
Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan nafas akut. Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernafasankarena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis (CO2 rendah) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 (ke kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal nafas.
Penatalaksanaan Medis
Dalam lingkungan kedaruratan, pasien mula-mula diobati dengan agonis beta (mis, metaproterenol, terbutaline dan albuterol) dan kortikosteroid. Pasien juga mungkin membutuhkan oksigen suplemetal dan cairan intravena untuk hidrasi. Terapi oksigen dilakukan mengatasi dsipnea, sianosis, dan hipoksemia. Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker venturi atau kateter 12
hidung diberikan. Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai-nilai gas darah. PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg. Pemberian sedative merupakan kontraindikasi. Jika tidak terdapat respon terhadap pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah (respirasi asidosis), mungkin mendakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis, adalah kriteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. Meskipun kebanyakan pasien tidak membutuhkan ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila pasien dalam keadaan gagal nafas atau pada mereka yang kelelahan atau yang terlalu letih oleh upaya bernafas atau mereka yang kondisinya tidak berespon terhadap pengobatan awal.
Intervensi Keperawatan
Tanda-tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa turgor kulit. Masukan cairan penting untuk melawan dehidrasi, mengencerkan sekresi, dan untuk memudahkan ekspektorasi. Cairan intravena diberikan sesuai dengan yang diharuskan, hingga 3 sampai 4 L/hari, kecuali bila ada kontradiksi. Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terus menerus, penting dilakukan dalam 12 sampai 24 jam pertama, atau sampai status asmatikus dapat diatasi. Energi pasien harus dihemat dan ruamgan harus tenang serta bebas dari iritan pernafasan, termasuk bunga, asap tembakau, parfum atau bau bahan pembersih. Bantal nonalergenik harus digunakan.
Penyuluhan Pasien
Mendidik pasien merupakan bagian penting dari perawatan jika kekambuhan dan perawatan ulang dipertahankan minimal. Pasien diinstruksikan untuk dengan segera melaporkan tanda-tanda dan gejala-gejala yang menyulitkan, sperti bangun saat malam hari dengan serangan akut, tidak mendapatkan peredaan komplit
dari
penggunaan
inhaler,
atau
mengalami
infeksi
pernafasan.
Bronkodilator mungkin diperlukan sepanjang waktu. Obat-obatan tertentu (y.i., teofilin dan kortikosteroid) dapat ditambahkan atau dosisnya dinaikkan ketika terjadi serangan asmatik. Hidrasi adekuat harus dipertahankan di rumah untuk 13
menjaga sekresi agar tidak mengental. Pasien harus diingatkan bahwa infeksi harus dihindari karena infeksi dapat mencetuskan serangan. Aktivitas perawatan diri tertentu meningkatkan penggagalan serangan hebat dan memberikan suatu kemandirian. Jika diresepkan teofilin oral kerja lama, instruksi yang cermat diberikan tentang bahaya penggunaan yang berlebihan. Adrenergic β 2-selektif, seperti metaproterenol atau albuterol, mungkin juga diresepkan untuk pemberian mandiri dengan inhaler genggam dosis terukur. Bila bronkodilator ini tidak berhasil,
kortikosteroid
(kerja
cepat,
dosis
berat),
biasanya
prednisone,
diresepkan. Instruksi tentang penggunaan obat-obat ini juga diberikan dan pasien disarankan untuk mencari perawatan tindak lanjut sesuai kebutuhan.
2.3 Definisi Atelektasis Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat
mengembang
secara
sempurna
(Somantri,
2008).
Atelektasis disebut juga kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009)
Etiologi
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti
tumor
atau
pembesaran
kelenjar
getah
bening.
Jika
saluran
pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
14
Pathway (Terlampir)
15
Manifestasi Klinis
Menurut Paula Krisanti (2009), tanda dan gejala yang timbul pada penyakit atelectasis adalah :
a.
Dyspnea berat.
b.
Sianosis.
c.
Nyeri dada.
d.
Takikardi.
e.
Dapat mengeluh napas pendek, sesak dan kelemahan.
f.
Ansietas
g.
Pemeriksaan auskultasi menunjukkan penurunan bunyi napas.
Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Identitas, meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, bangsa.
Keluhan utama, seperti bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
Riwayat peyakit dahulu. Riwayat keluarga, kita bisa menanyakan apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami pasien
Pemeriksaan Fisik o
Pada tahap dini sulit diketahui.
o
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
o
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara umforik.
o
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
o
Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan Radiologi o
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB. o
Laboratorium :
16
Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
Sputum : pada kultur ditemukan BTA
Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
2) Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas (NANDA) Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas (NOC, 558) Manajemen jalan nafas (NIC, 500) O= Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya T= Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya E= Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler, sesuai resep sebagaimana mestinya K= Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, bertukar, batuk 2. Gangguan Pertukaran Gas (NANDA) Status pernafasan: Pertukaran gas (NOC, 559) Pertukaran Gas, Gangguan (NIC) Manajemen jalan nafas (NIC,500) O= Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya T= Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya E= Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler, sesuai resep sebagaimana mestinya K= Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, bertukar, batuk 3. Ketidakefektifan Pola Nafas (NANDA) Status Pernapasan (NOC, 556) Manajemen jalan nafas (NIC, 577) O= Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya T= Posisikan untuk meringankan sesak napas E= Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler, sesuai resep sebagaimana mestinya K= Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, bertukar, batuk
17
4. Risiko Intoleran Aktivitas (NANDA) Toleransi Terhadap Aktivitas (NOC, 582) Monitor Pernapasan (NIC, 236) O= Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas T= Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya, nebulizer) 5. Gangguan Pola Tidur (NANDA) Tidur (NOC, 566) Manajamen Lingkungan (NIC, 191) O= Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu T= Bantu pasien atau keluarga untuk mengatur kartu (ucapan), bunga, dan hadiah untuk meningkatkan apresiasi visual pasien E= Edukasi pasien dan pengunjung mengenai perubahan/ tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan sengaja mengganggu lingkungan yang direncakanamn K= Berikan musik pilihan 3. Intervensi 4. Implementasi 5. Evaluasi
18
BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa, asma adalah penyakit jalan napas obstruktif
intermiten, reversible di mana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap terapi konvensional. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap terapi konvensional. Diagnosa penyakit asma, status asmatikus, dan atelektasis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik.
19
Daftar Pustaka Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi III. Jakarta: EGC AMERICAN THORARIC SOCIETY: Guidelines for the Evaluation of impairment/ disability in patients with asthma. Am Rev Respir Dis 147: 1056, 1993 Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classifcation (NIC) (6th ed.). America: Mosby Elsevier. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). United states of America: Mosby Elsevier Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 (10th ed.). Jakarta: EGC.
20