%ada asma, kapasitas total paru "012#, kapasitas residu fungsional "F32#, dan sisa olume "34# meningkat, tetapi tanda penyumbatan saluran napas adalah %engurangan rasio paksa e5piratory olume dalam detik "FE4# dan FE4 dengan kapasitas ital paksa "F42#. /eskipun asma dapat disebabkan oleh infeksi "khususnya irus# dan iritasi dihirup, hal itu sering terjadi hasil reaksi alergi. Sebuah alergen "antigen# diperkenalkan untuk tubuh, dan kepekaan seperti antibodi imunoglobulin E "!gE# terbentuk.1gE antibodi mengikat untuk sel mast jaringan dan basofil di mukosa bronkiolus, jaringan paru-paru, dan nasofaring.Antigen-antibodi reaksi melepaskan &at mediator primer seperti histamin dan &at bereaksi lambat dari anaphyla5is "S3S-A# dan lain-lain.!ni menyebabkan mediator kontraksi kelancaran otot dan edema jaringan.Selain itu, sel goblet mengeluarkan lendir tebal ke saluran udara yang menyebabkan obstruksi.Asma intrinsik hasil dari semua penyebab lain kecuali alergi, seperti infeksi "6hususnya irus#, menghirup iritasi, dan penyebab lainnya atau etiologi. 0he parasimpatis sistem saraf menjadi terangsang,
yang
meningkatkan
nada
bronchomotor,
mengakibatkan
bronkokonstriksi.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini mahasis$a 6epera$atan dapat mengetahui tentang penyakit asma tikus dan asuhan kepera$atan terhadap klien dengan penyakit asmatikus. 2. Tujuan Khusus
a. /ahasis$a dapat mengetahui definisi penyakit asmatikus b. /ahasis$a dapat mengetahui etiologi penyakit asmatikus c. c. /ahasis$a dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit asmatikus d. d. /ahasis$a dapat mengetahui patofisiologi penyakit asmatikus e. e. /ahasis$a dapat mengetahui path$ay penyakit asmatikus f. f. /ahasis$a dapat mengetahui %enatalaksanaan dan asuhan kepera$atan penyakit asmatikus
BAB II KAJIAN TEOI
1.
Pengert!an
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat madik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kega$atan medik yakni kegagalan pernafasan. %ada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan " #. Faktor-faktor ini yang terutam menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu 7 #
0ingkat ! 7 a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. b. 0imbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test prookasi bronkial di laboratorium.
'#
0ingkat !! 7 a.
0anpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas "batuk, sesak nafas, $hee&ing#.
b. 9#
8anyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
0ingkat !!! 7 a. 0anpa keluhan. b. %emeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. c. %enderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
:#
0ingkat !4 7 a. 6lien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi $hee&ing. b. %emeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
*#
0ingkat 4 7 a.
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrakter "tak beraksi# sementara terhadap pengobatan yang la&im dipakai.
b.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reersibel.
2. Et!"l"g!
#
Faktor Ekstrinsik Asma yang timbul karena reaksi hipersensitiitas yang disebabkan
oleh adanya !gE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara "antigen;inhalasi#, seperti debu rumah, serbuk ; serbuk dan bulu binatang. '#
Faktor !ntrinsik
a# !nfeksi 7
4irus yang menyebabkan ialah para influen&a irus, respiratory syncytial irus "3S4#.
9#
8akteri, misalnya pertusis dan streptokokkus.
amur, misalnya aspergillus. 2uaca 7 %erubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan.
:#
!ritan bahan kimia, minyak $angi, asap rokok, polutan udara.
*#
Emosional 7 takut, cemas dan tegang.
<#
Aktifitas yang berlebihan, misalnya berlari.
#. $an!%estas! kl!n!s
#
=ejala yang menonjol, sukar bernafas, yang timbul intermiten dan $hee&ing pada $aktu inspirasi, lebih sering terutama pada malam hari.
'#
8atuk-batuk ekspektoransi
dengan
lendir
yang
lengket
7
kesulitan
pada
9#
=elisah, usaha bernafas dengan keras.
:#
8ernafas melalui sela-sela bibir
*#
Sianosis
<#
0akipnea
)#
>adi cepat
&. Pat"%!s!"l"g!
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. %enyebab yang umum adalah hipersensitiitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. 3eaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut 7 seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody !g E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. "0anjung, '((9# %ada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. 8ila seseorang menghirup alergen maka antibody !g E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam &at, diantaranya histamin, &at anafilaksis yang bereaksi lambat "yang merupakan leukotrient#, faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. "0anjung, '((9# %ada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. 6arena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. %ada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. 6apasitas residu fungsional dan olume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. "0anjung, '((9# #
%encetus serangan "alergen, emosi?stress, obat-obatan, infeksi#
'#
6ontraksi otot polos
9#
Edema mukusa
:#
Hipersekresi
*#
%enyempitan saluran pernapasan "obstruksi#
<#
Hipoentilasi
)#
distribusi entilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
@#
=angguan difusi gas di aleoli
#
Hipo5emia
(#
Hiperkarpia
%atofisiologi7 Etiologi7 Allergen masuk ke dalam tubuh /erangsang sel plasma !g E Sejumlah mediator "histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet, bradikinin dll# %ermeabilitas kapiler meningkat %roduksi mucus meningkat "pembengkakan mukosa bronchial dan pengentalan sekresi# Diameter bronchial menurun Abnormalitas entilasi perfusi Hipoksemia dan respirasi alkalosis 3espirasi asidosis
%ath$ay7
'. K"m(l!kas!
#
6omplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah
'#
Atelaktasis
9#
Hipoksemia
:#
%neumothoraks 4entil
*#
Emfisema
<#
=agal napas.
). Penatalaksanaan
Penatalaksanaan $e*!s
Semua penderita yang dira$at inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan obstruktif jalan napas yang berat.%erhatian khusus harus diberikan dalam pera$atan,
sedapat
mungkin
dira$at
oleh
dokter
dan
pera$at
yang
berpengalaman. %emantauan dilakukan secara tepat berpedoman secara klinis, uji faal paru " A%E # untuk dapat menilai respon pengobatan apakah membaik atau justru memburuk. %erburukan mungkin saja terjadi oleh karena konstriksi bronkus yang lebih hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti infeksi, pneumothoraks, pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan lainnya. Efek samping obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips aminofilin. Dokter yang mera$at harus mampu dengan akurat menentukan kapan penderita meski dikirim ke unit pera$atan intensif. %enderita status asmatikus yang dira$at inap di ruangan, setelah dikirim dari B=D dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut. #
%emberian terapi oksigen dilanjutkan 0erapi
oksigen
dilakukan
megnatasi
dispena,
sianosis,
danhipoksemia.Cksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker 4enturi atau kateter hidung diberikan.Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai ; nilai gas darah. %aC' dipertahankan antara <* dan @* mmHg.%emberian sedatie merupakan kontraindikasi.ika tidak terdapat respons terhadap pengobatan berulang, dibutuhkan pera$atan di r umah sakit. '#
Agonis ' Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi dosis tiap jam,
kemudian dapat diperjarang pemberiannya setiap : jam bila sudah ada perbaikan
yang jelas. Sebagian alternatie lain dapat diberikan dalam bentuk inhalasi dengan nebuhaler ? olumatic atau secara injeksi. 8ila terjadi perburukan, diberikan drips salbutamol atau terbutalin. 9#
Aminofilin Diberikan melalui infuse ? drip dengan dosis (,* ; (, mg?kg 88 ? jam.
%emberian per drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada perokok.=ejala toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan.8ila terjadi mual, muntah, atau anoreksia dosis harus diturunkan.8ila terjadi konfulsi, aritmia jantung drip aminofilin segera dihentikan karena terjadi gejala toksik yang berbahaya. :#
6ortikosteroid 6ortikosteroid dosis tinggi intraeni diberikan setiap ' ; @ jam tergantung
beratnya keadaan serta kecepatan respon. %reparat pilihan adalah hidrokortison '(( ; :(( mg dengan dosis keseluruhan ; : gr ? ': jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai alternatie adalah triamsiolon :( ; @( mg, de5amethason ? betamethason * ; ( mg. bila tidak tersedia kortikosteroid intraena dapat diberikan kortikosteroid per oral yaitu predmison atau predmisolon 9( ; <( mg? hari. *#
Antikolonergik !ptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi
dengan agonis ' secara inhalasi nebulisasi terutama penambahan ; penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian agonis ' sudah memberikan hasil yang baik. <#
%engobatan lainnya a. Hidrasi dan keseimbangan elektrolit Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan
elektrolit serum, dan penilaian adanya asidosis metabolic.3inger laktat dapat diberikan sebagai terapi a$al untuk dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan >atrium 8ikarbonat.
b. /ukolitik dan ekpetorans alaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan obstruksi jalan berat ekspektorans seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan, demikian juga mukolitik bromeksin maupun >-asetilsistein. c. Fisioterapi dada Drainase postural, fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya dilakukan pada penderita hipersekresi mucus sebagai penyebab utama eksaserbasi akut yang terjadi. d. Antibiotic Diberikan kalau jelas ada tanda ; tanda infeksi seperti demam, sputum purulent dengan neutrofil leukositosis. e. Sedasi dan antihistamin Cbat ; obat sedatie merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang pera$atan intensif.Sedangkan antihistamin tidak terbukti bermanfaat dalam pengobatan asma akut berat malahan dapat menyebabkan pengeringan dahak yang mengakibatkan sumbatan bronkus.
Penatalaksanaan lanjutan
Setelah diberikan terapi intensif a$al, dilakukan monitor yang ketat terhadap respon pengobatan dengan menilai parameter klinis seperti sesak napas, bising mengi, frekuensi napas, frekuensi nadi, retraksi otot bantu napas. A%E, fotothoraks, A=D, kadar serum aminofilin, kadar kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.
In*!kas! (era+atan !ntens!%
%enderita yang tidak menunjukkan respon terhadap terapi intensif yangdiberikan perlu dipikirkan apakah penderita akan dikirim ke unit pera$atan intensif. Adapun penderita yang memerlukan pera$atan intensif yaitu7 a.
0erdapat tanda- tanda kelelahan
b.
=elisah, bingung, kesadaran menurun
c.
0erjadi henti napas " %aC' :( mmHg atau %a2C 'G :* mmHg # sesudah pemberian oksigen.
Penatalaksanaan lanjutan *!ruangan
%ada penderita yang telah menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan, terapi intensif dilanjutkan paling sedikit ' hari.%ada ' ; * hari pertama semua pengobatan intraena diganti, diberikan steroid oral dan aminofilin oral serta agonis ' dengan inhaler dosis terukur < ; @ 5? hari atau preparat oral 9 ; : 5?hari. %ada hari * ; (, steroid oral " predmison, predmisolon # diturunkan, obat agonis ' dan aminofilin diteruskan. ,. Pemer!ksaan Penunjang
#
%emeriksaan 1aboratorium %emeriksaan sputum %emeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati 7
a. Pemeriksaan sputum %emeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya7 . 6ristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari 6ristal eosinopil. '. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell "sel cetakan# dari cabang bronkus. 9. 2reole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. :. >etrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan iskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. b. Pemeriksaan darah . Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. '. 6adang pada darah terdapat peningkatan dari S=C0 dan 1DH. 9. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas *.(((?mm9 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. :. %ada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari !g E pada $aktu serangan dan menurun pada $aktu bebas dari serangan. '#
%emeriksaan 3adiologi =ambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. %ada $aktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut7 a.
8ila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b. 8ila
terdapat
komplikasi
empisema
"2C%D#,
maka
gambaran
radiolusen akan semakin bertambah. c. 8ila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. e. 8ila
terjadi
pneumonia
mediastinum,
pneumotoraks,
dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. 9#
%emeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
:#
Elektrokardiografi =ambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 9 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru yaitu 7 a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right a5is deiasi dan clock $ise rotation. b. 0erdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya 388 "3ight bundle branch block#. c. 0anda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, S4ES, dan 4ES atau terjadinya depresi segmen S0 negatie. *#
Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bah$a redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
<#
Spirometri Bntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reersible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. %emeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol "inhaler atau
nebuli&er# golongan adrenergik. %eningkatan FE4 atau F42 sebanyak lebih dari '(+ menunjukkan diagnosis asma. 0idak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari '(+. %emeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. 8enyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. -. Kaj!an Ke(era+atan Kr!t!s
AIA/
Pengkajian:
%ada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh. Diagnose keperawatan :
6etidakefektifan bersihan jalan napas b?d penumpukan sputum Intervensi :
Amankan pasien ke tempat yang aman 3? lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien
6aji tingkat kesadaran pasien 3? dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien
Segera minta pertolongan 3? bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien 3? mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekret
8erikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya 3? memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas
BEATHIN0
Pengkajian :
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.>amun pada status
asmatikus pasien mengalami
napas.Sehingga ini
nafas lemah
memungkinkan bah$a
usaha
hingga adanya entilasi
pasien
henti tidak
efektif.Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak.%ada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari '* 5 ? menit.%antau adanya mengi. Diagnose keperawatan :
6etidakefektifan pola napas b?d penurunan kemampuan bernapas Intervensi :
6aji usaha dan frekuensi napas pasien 3? mengetahui tingkat usaha napas pasien
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut pasien 3? mengetahui masih adanya usaha napas pasien
%antau ekspansi dada pasien 3? mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien
IULATION
Pengkajian :
%ada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari ( 5?menit.0erjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada $aktu inspirasi.%ulsus paradoksus, lebih dari ( mmHg. Arus puncak ekspirasi " A%E # kurang dari *( + nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari '( lt?menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.
Diagnose Keperawatan :
perubahan perfusi jaringan perifer b?d kekurangan oksigen Intervensi :
%antau tanda ; tanda ital " nadi, $arna kulit # dengan menyentuh nadi jugularis 3? mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba
DIABILIT/
Pengkajian :
%ada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bah$a pasien dengan status asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata ; bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan .>amun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.
E3POUE
Pengkajian :
Setelah tindakan pemantauan air$ay, breathing, circulation, disability, dan e5posure dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intesif.
4. Asuhan Ke(era+atan Asmat!kus
Pengkaj!an
a. !dentitas klien #. 3i$ayat kesehatan masa lalu 7 ri$ayat keturunan, alergi debu, udara dingin 6aji
ri$ayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
6aji
ri$ayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap &at? faktor lingkungan.
6aji
ri$ayat pekerjaan pasien.
'#. 3i$ayat kesehatan sekarang 7 keluhan sesak napas, keringat dingin. 9#. 3i$ayat keluarga7 ri$ayat keturunan :#. Status mental 7 lemas, takut, gelisah
*#. %ernapasan
Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktiitas atau latihan. >apas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. /enggunakan obat bantu pernapasan, misalnya7 meninggikan bahu, melebarkan hidung.
Adanya bunyi napas mengi.
Adanya batuk berulang.
<#. =astro intestinal 7 adanya mual, muntah. )#. %ola aktiitas 7 kelemahan tubuh, cepat lelah
Pemer!ksaan 5!s!k
Da*a6 #. 2ontour, 2onfek, tidak ada defresi sternum
'#. Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transersal 9#. 6eabnormalan struktur 0hora5 :#. 2ontour dada simetris *#. 6ulit 0hora5 Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi $arna merata <#. 33 dan ritme selama satu menit. Pal(as! 6
#. 0emperatur kulit '#. %remitus 7 fibrasi dada 9#. %engembangan dada :#. 6repitasi "bunyi seperti gesekan rambut dengan jari# *#. /assa <#. Edema "penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan#. Auskultas!6 #. 4esikuler '#. 8roncho esikuler 9#. Hyper entilasi :#. 3ochi *#. hee&ing <#. 1okasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
Diagnosa 6epera$atan yang mungkin muncul7
. 0idak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus. '. 0idak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. 9. =angguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. :. !ntoleransi aktiitas berhubungan dengan kelemahan fisik. *. 6urangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
DA5TA PUTAKA
. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. =ajah /ada Bniersity %ress, '((9.
'. !skandar , Cedera Kepala, %0 Dhiana %opuler. 6elompok =ramedia, akarta, @.
9. Sidharta %, /ardjono /, Neurologi Klinis Dasar, Dian 3akyat, akarta, @.
:. Nursing diagnoses: definitions and clasification 2012-201, akarta 7 E=2, '('.
*. Nursing diagnosis nad!ook "ith N#C inter$entions and N%C %utcomes , akarta 7 E=2, '((<.