HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN STRATEGI REACT
Kem Ke majuan kemampuan kegiatan
pembelajaran pembelaja ran
matemati ate matika ka sekara sek arang ng belum mampu menciptakan enciptaka n pemetaan pemetaa n
siswa di bidang mendengarka mendengarkan n
matematika matematika
karena kar ena aktiv akt ivitas itas siswa lebih banyak
penjelasan penjelasa n guru guru dan menca mencatat. tat. Maka dari dar i itu, itu, materi ate ri yang
disampaikan oleh guru guru terkesa terk esan n kaku dan sulit sulit dipahami dipahami oleh siswa. Proses Pros es belajar masih cenderung
pada pad a
mengajar
teacher centered dibandingkan student centered . Sehingga menyebabkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tidak berkembang. Siswa masih belum terlalu aktif akt if dan
tidak tidak
mengem mengemukaka ukakan n semua gagasan dan
ide ide
mate matemati matika ka
untuk untuk
memecahkan masalah. Oleh karena ka rena itu, itu, maka
diperlukan
adany ada nyaa suatu
strategi stra tegi pem pe mbelajaran belaja ran
yang tepat tep at
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis yang sesuai dengan
tujuan
pembelajaran. pembelaja ran.
Strate Str ategi gi pembelajaran pembelaja ran
yang
diharapkan diharapk an
yaitu
dapat dap at
mengaktifka engakt ifkan, n, mengem mengemba bangka ngkan n daya pikir siswa dan memecahkan emeca hkan masalah matematis. matemat is. Adapun Adap un kriteria strate str ategi gi yang dihara diharapka pkan n adalah ada lah strategi stra tegi yang dapat dap at : a.
Mengaitkan materi dengan situ s ituasi asi nyata nyata dan pengetahuan pengetahua n awal siswa siswa;;
b.
Melibat Melibatkan kan siswa dalam pem pe mecahan eca han masalah dan da n manipulas i alat a lat peraga; pera ga;
c.
Melibatka Melibatkan n siswa siswa untuk untuk belajar secara seca ra kooperatif koope ratif;;
d.
Memberi kesempata kes empatan n kepada kep ada
siswa untuk untuk menemu menemukan kan sendiri, mengapli mengaplikas kasikan, ikan, dan
mentransfer entrans fer konsep konse p yang dipelajari. Strategi Stra tegi
pembelajaran pe mbelajaran
yang
memenu memenuhi hi kriteria
tersebut terse but
adalah
strategi strate gi REACT.
Strategi Stra tegi ini memfokuskan memfokuskan pada pa da pembelajaran pembelaja ran yang dikaitkan dengan konteks kontek s kehidupan sehari-hari sehari- hari siswa. Strategi Stra tegi REACT memu memuat at lim lima komponen,yait komponen,ya itu: u: a.
Mengaitkan( Rel Mengaitkan( Relating ating ); );
b.
Mengalami( Experiencing Ex periencing ); );
c.
Menerapkan( Applying Applying ); );
d.
Bekerjasama(Cooperating Bekerjasama(Cooperating ); );
e.
Mentransfer (Transferring (Transferring ). ). Strategi REACT memiliki lima strategi penting yang harus dilaksanakan selama proses
pembel pembelajaran ajaran yaitu aitu :
1. Relating (Mengaitkan) Relating Relating adalah belajar dalam konteks pengalaman hidup seseorang atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya (Crawford ( Crawford ,2001:3).Hal ,2001:3).Hal ini berarti pembelajaran dimulai dengan
cara mengaitkan konsep konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep-konsep yang telah diajarkan. Seorang guru dikatakan konsep
baru
yang
asing
menggunakan strategi relating ketika guru menyampaikan suatu bagi
siswa
kemudian
dihubungkan
dengan
informasi
atau
pengalaman siswa yang tidak asing lagi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat dijawab oleh hampir seluruh siswa. Pertanyaan yang diajukan selalu dalam fenomena-fenomena
yang menarik dan sudah tidak
asing lagi bagi siswa, bukan menyampaikan sesuatu yang abstrak atau fenomena yang berada diluar jangkauan persepsi, pemahaman, dan pengetahuan para siswa (Mustikawati, 2013). Crawford (2001:4) mengemukakan
bahwa
terdapat
bahwa pembelajaran dengan strategi relating meningkat ketika guru
memberikan instruksi awal
berupa
penelitian yang menunjukkan
pada
pertanyaan
proses belajar, khususnya yang
dikaitkan dengan
pengalaman siswa. 2. E xperi encing (Mengalami)
Experiencing
adalah strategi membangun suatu konsep yang baru dipelajarinya dengan
cara mengkonsentrasikan pada pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam kelas, baik itu melalui
kegiatan
eksplorasi,
pencarian,
maupun
penemuan.
Menurut
Cord
(Mustikawati,2013) menyatakan bahwa belajar dalam konteks eksplorasi, pencarian dan penemuan adalah jantung dari pendekatan konstektual. mengungkapkan
bahwa
pengalaman-pengalaman
Safutra
tersebut
bisa
(Mustikawati,2013) mencakup
penggunaan
manipulasi yang dapat membantu siswa membangun konsep abstrak secara jelas, pemecahan masalah
yang mengajari siswa mengenai keterampilan memecahkan masalah, berpikir
analisis, berkomunikasi serta berinteraksi Melalui kegiatan
ini
dengan
kelompok dan aktivitas di laboratorium.
siswa diharapkan dapat bekerja dalam kelompok untuk mendapatkan
data dengan cara pengukuran, menganalisi data, membuat prediksi, dan kesimpulan. Wahyudi (2012:12) mengemukakan bahwa
experiencing
menitik beratkan pembelajaran pada
keefektifan siswa. 3. Applying (Menerapkan)
Strategi Applying merupakan strategi pembelajaran dengan cara penggunaan konsep (Crawford , 2001:8). Penggunaannya dapat dilakukan ketika siswa dihadapkan dalam kegiatan pemecahan masalah
matematika atau kegiatan-kegiatan matematika lainnya. Dalam
hal ini, guru juga dapat memberi motivasi bagi pemahaman konsep dengan pemberian tugas yang realistis dan relevan.
4. Cooperating (Bekerjasama)
Strategi Cooperating merupakan strategi pembelajaran dalam konteks saling berbagi, merespon, dan berkomunikasi dengan sesama temannya. ( Crawford ,2001:11). Pembelajaran yang dilakukan dengan berdiskusi dipandang
memiliki kemampuan untuk membuat siswa
bebas dalam mengemukakan pendapat atau bertukar pikiran kepada temannya. Ketika siswa diberikan suatu permasalahan, tak jarang siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Bahkan, tak jarang pula banyak siswa yang menyerah begitu saja jika tidak menemukan solusinya. Dengan pembelajaran secara berkelompok, melalui kegiatan berbagi, merespon, dan berkomunikasi maka guru telah
meminimalisirkan
hal yang seperti diutarakan diatas. Tidak sedikit hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif
kooperatif atau
memberikan prestasi siswa yang lebih baik daripada pembelajaran dengan
metode tradisional (Crawford , 2001:11).
Pembelajaran secara kelompok, tidak menutup
kemungkinan pula bahwa akan adanya siswa yang tidak dapat berpartisipasi dalam
proses
kegiatan kelompok, sementara siswa yang lain mendominasi.
5. Transferring (mentransfe r) Safutra (Mustikawati,2013) mengungkapkan bahwa peran guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan konstekstual adalah menciptakan pengalaman belajar
menfokuskan
pemahaman daripada mengingat. Siswa yang
belajar dengan
mereka yang pemahaman
juga dapat belajar untuk mentransfer pengetahuan. Crawford (2001:14) mendefinisikan transferring sebagai suatu strategi pembelajaran dimana siswa menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks baru dimana siswa belum pernah melakukannya di dalam kelas. Transferring adalah kemampuan untuk berpikir dan beragumentasi tentang situasi baru melalui penggunaan pengetahuan. Strategi REACT memiliki lima komponen yang dapat membantu siswa dalam berpikir kritis, berpikir kreatif,dan mengkomunikasikan materi matematika dengan baik juga dapat meningkatkan komponen
kemampuan
dari
Strategi
siswa
dalam
REACT
yang
memecahkan sangat
masalah
berkaitan
matematis.
dengan
Salah
pemecahan
satu
masalah
matematis adalah Strategi Applying. Karena, strategi ini merupakan strategi penerapan atau penggunaan konsep yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis. Menurut Sumarmo (Fauziah,2010), kemampuan
pemecahan
masalah merupakan suatu
aktivitas dan solusi dari suatu masalah belum diketahui atau tidak segera ditemukan. Kemampuan
pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para
ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan
masalah
dalam batas -batas
tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Rosdiana, 2010:16) Menurut McIntosh (Mahmudi,2008), pemecahan masalah mempunyai berbagai peran yaitu, sebagai: 1. Konteks ( problem solving as a context for doing mathematics) yakni memfungsikan masalah untuk memotivasi siswa belajar matematika; 2. Keterampilan ( problem solving as a skill) yang merujuk pada kemampuan kognitif siswa dalam menyelesa ikan suatu masalah; 3. Seni ( problem solving as an art) yakni memandang pemecahan masalah sebagai seni menemukan (art of discovery). Tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi cakap ( skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam memecahkan
masalah
menjadi
pemikir
yang
independen
yang
mampu
menyelesaikan
masalah terbuka (open-ended problem). Sependapat
dengan McIntosh, Branca(Rosdiana, 2010:16) mengemukakan konsep
pemecahan masalah dalam matematika dapat diartikan dengan
menggunakan tiga interpretasi
umum, yaitu pemecahan masalah sebagai: 1. Tujuan (goal) menyangkut alasan mengapa matematika itu diajarkan. Oleh karena itu, dalam
interpretasi ini pemecahan masalah bebas dari soal, prosedur,metode,atau konten
khusus. Oleh karena itu, yang menjadi pertimbangan utama adalah bagaimana caranya menyelesaikan masalah; 2. Proses (process) muncul suatu kegiatan yang dinamis. Misalnya, penggunaan
suatu
pengetahuan ke dalam suatu keadaan baru yang memerlukan metode, strategi, prosedur, dan
heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan
jawaban. Pandangan pemecahan masalah sebagai proses ini yang kemudian menjadi fokus dalam mengembangkan kurikulum matematika tingkat sekolah; 3. Keterampilan Dasar (basic skill) menyangkut dua pengertian yang banyak digunakan diantaranya adalah : a. Keterampilan umum yang harus dimiliki siswa dan dievaluasi di tingkat lokal maupun nasional; b. Keterampilan minimum yang diperlukan seorang siswa agar dapat menjalankan fungsinya dalam masyarakat.
Menurut Mulia (Rosdiana, 2010:16), indikator yang digunakan dalam pemecahan masalah antara lain : 1. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang dinyatakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan; 2. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika; 3. Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah (baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar matematika; 4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan permasalahan asal; 5. Menggunakan matematika secara bermakna. Sejalan dengan Novak, Polya (Rosdiana, 2010:18) mengemukakan ada empat langkah yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah : 1. Memahami masalah; a. Apa yang tidak diketahui atau apa yang dinyatakan ?; b. Data apa yang diberikan ?; c. Bagaimana kondisi soal ?; d. Buatlah gambar atau notasi yang sesuai ! . Langkah-langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari pemecahan suatu masalah agar siswa dapat dengan mudah dalam mencari penyelesaian masalah yang diajukan. Siswa diharapkan dapat memahami kondisi soal atau masalah meliputi:mengenali soal, menganalisis soal, dan menerjemahkan informasi yang diketahui dan ditanyakan pada soal tersebut. 2. Membuat rencana penyelesaian; a. Perhatikan yang dinyatakan; b. Jika soal serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah sekarang ?; c. Andaikan soal yang baru belum dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa untuk menyelesa ikan soal baru. Masalah perencanaan ini penting dilakukan suatu
hubungan
dari
data
yang
diketahui
karena pada saat siswa mampu dan
tidak
diketahui
maka
membuat
siswa
dapat
menyelesaikannya dari pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan dapat menggunaka n persamaan atau rencana yang diperoleh. 3. Melakukan perhitungan; a. Laksanakan rencana pemecahan; b. Periksalah tiap langkah, apakah perhitungannya sudah benar? ;
c. Apakah siswa dapat membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar ?. Langkah-langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini dapat terlihat
apakah
siswa paham atau tidak terhadap masalah, disamping itu dapat melihat
apakah siswa dapat menilai penyelesaian yang dibuatnya sudah benar atau belum. Pada tahap ini siswa telah siap melakukan
perhitungan dengan segala macam yang diperlukan termasuk
rumus yang sesuai. Siswa harus dapat membentuk sistematika yang lebih baku dalam arti rumus-rumus yang akan digunakan merupakan rumus yang siap untuk digunakan sesuai dengan apa yang dinyatakan soal hingga menuju pada rencana pemeca hannya. 4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, apakah siswa dapat : a. Memeriksa hasilnya ?; b. Memeriksa alasannya ?; c. Memperoleh hasil yang berbeda?; d. Menggunakan hasil atau metode untuk masalah lainnya?. Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali dan menelaah dengan teliti setiap tahap yang telah dilakukan. Dengan demikian kesalahan dan kekeliruan dalam menyelesaikan soal dapat dihindar i dan ditemukan sebelumnya. Tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi cakap ( skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam memecahkan
masalah
menjadi
pemikir
yang
independen
yang
mampu
menyelesaikan
masalah terbuka (open-ended problem). Sesuai dengan pengertian strategi REACT dan tujuan pembelajaran pemecahan masalah matematika maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran REACT
berakibat
pada peningkatan
melalui strategi
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Selain itu juga, salah satu komponen dari Strategi REACT yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah matematis adalah Strategi Applying. Strategi ini merupakan strategi penerapan atau
penggunaan konsep yang bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematis.
DAFTAR PUSTAKA
Andriatna,R.(2012). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Crawford, M.L. (2001). Teaching Contextually: Research,Rationa,and Techniques for Improving
Student
Motivation
and
Achievement
in
Mathematics
[Online].Tersedia:http://www.cord.org/contextual-classroom-resources/
Sciences.
[14
Maret
2013]. Fauziah,A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik
Siswa
SMP
Melalui
Strategi
REACT.
.Tersedia:http//www.forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/ANA20%FAUZIAH.pdf [8 April 2014] Huda, N. (2011). Pemecahan Masalah dengan Teknik Polya. [Online]. Tersedia: http://nurilhudaspd.blogspot.com/2011/11/pemecahan-masalah-matematika-dengan.html.
[6 Maret
2014]. Mahmudi,A.
(2008).
Pemecahan
Masalah
dan
Berpikir
Kreatif.[Online]
Tersedia:http//staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali2520Mahmudi,%2520S.Pd, %2520M.pd,%2520Dr./Makalah%252001%2520KNM%2520UNSRI%25202008%2520 _Pemecahan%2520Masalah%2520%26%2520Berpikir%2520Kreatif.pdf.
[2
Oktober
2014]. Mustikawati,M.(2013). Penerapan Pembelajaran Matematik a dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI.Bandung:Tidak diterbitkan. Rosdiana. (2010). Penggunaan Teknik Problem-Prompting Pada Pembelajaran Matematik a untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA Bandung:Tidak diterbitkan. Wahyudi,E.(2012). Penerapan Pembelajaran Matematik a melalui Strategi REACT untuk Meningkatkan Kompetensi Strategis Siswa Kelas X.Skripsi pada FPMIPA UPI.Bandung:Tidak diterbitkan