LOGBOOK SKENARIO 1 BLOK 9 Nama : Arbi Wijaya NPM : 1106001145 A. Sistem stomatognati 1. Definisi
Menurut Alex Milcsevic : “Sistem
stomatognati adalah koordinasi antara TMJ, otot-otot pengunyahan,
jaringan periodonsium, dan gigi geligi dalam suatu unit fungsional yang membantu dalam proses pengunyahan, penelanan, dan bicara ” (Sumber : Terms, mandibular movement, and the factors of occlusion ; Proquest J ournal)
Kom ponen Si Si stem Stomatognati 2. Komponen
-
Sendi : Temporo Mandibular Joint (TMJ) >> Tempat melekatnya otot + supporting teetht
-
Gigi geligi >> Berfungsi dalam pengunyahan dan berbicara
-
Lidah >> Tersusun atas otot intrinsik dan ekstrinsik
-
Otot-otot Otot pengunyahan :
Masetter -> Elevasi mandibula
Lateral Pterygoid -> Depresi dan Protusi Mandibula + Side Movements
Medial Pterygoid -> Elevasi dan gerakan side to side mandibula mandibula Temporalis -> Elevasi dan retraksi mandibula
(Sumber : http://www.slideshare.net/enoshmichele/stomatognathic-system) : http://www.slideshare.net/enoshmichele/stomatognathic-system)
3. Fungsi
Fungsi utama dari sistem stomatognati dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu fungsi pengunyahan, fungsi menelan makanan, dan fungsi bicara. Selain itu terdapat pula fungsi lain dari sistem stomatognati yaitu pernafasan dan ekspresi emosional. Oklusi pada gigi geligi memegang peran yang prinsipal dalam sistem mastikasi. a. Fungsi Pengunyahan/Mastikasi Mastikasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas mengunyah makanan. Mastikasi terjadi karena adanya ritme yang terkontrol dari pergerakan
buka-tutup gigi geligi pada maksila dan mandibula. Aktivitas ini dikontrol oleh CPG yang terletak di batang otak. Pada saat mastikasi (mandible closure) terjadi 2 jenis fase yaitu fase menghancurkan makanan dan fase menggiling makanan. b. Fungsi Penelanan Penelanan adalah suatu kontraksi otot-otot terkoordinasi yang memindahkan bolus makanan dari rongga mulut melalui esofagus ke dalam perut. c. Fungsi Bicara Fungsi bicara pada sistem stomatognati terjadi ketika volume udara tertekan keluar dari paru-paru melalui laring dan kavum oral. (Sumber : Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion 6th edition. Mosby. St Louis : 2008)
4. Tr ayektoris M andila M andibula B. Oklusi 1. Oklusi
a. Oklusi Statis
Oklusi statis dapat dideskripsikan sebagai oklusi bertemunya gigi geligi maksila dan mandibula secara bersama-sama dalam interkuspasi maksimal (Kontak penuh dalam keadaan tertutup).
1
Atau dapat pula
didefinisikan sebagai hubungan gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp to marginal fossa. Sedangkan pada gigi anterior dapat ditentukan oleh overjet (jarak gigit) dan overbite (tinggi gigit).2 b. Oklusi Dinamis
Oklusi dinamis mengacu pada kontak oklusal yang terjadi akibat adanya pergerak relatif mandibula terhadap maksila.1 Atau pergerakan rahang bawah menutup dari posisi istirahat sampai permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah berkontak dengan rahang atas dan kondilus berada pada posisi paling posterior (tanpa paksaan) dalam TMJ.2 Atau Hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior).3
c. Oklusi Fungsional
Oklusi fungsional adalah gerakan fungsional mandibula sehingga menyebabkan gigi geligi berkontak.
3
(Sumber : ([1] S. Davies., R M J, Gray. What is Occlusion. British Dental Journal 191, 235 - 245 (2001) http://wayanardhana.staff.ugm.ac.id/pwpnt_orto2.pdf [3] [2] http://id.scribd.com/doc/84321492/Oklusi)
d. Oklusi Normal
Oklusi normal dapat dilihat melalui Andrew’ six keys : 1. Hungan inter-arc molar Mesio bukal cusp pada M1 atas beroklusi dengan groove antara mesial dan medial bukal cusp pada M1 bawah. Mesio lingual cusp pada M1 atas harus beroklusi dengan central fossa gigi M1 bawah. 2. Angulasi mahkota mesiodistal Panjang sumbu gigi pada bidang mesio-distal harus normal; bagian gingival harus berada lebih distal dari perpanjangan sumbu gigi. 3. Inklinasi mahkota labiolingual Inkinasi mahkota dipandang dari sisi mesial atau distal. Jika area gingival lebih lingual dari area oklusal , dikatakan inkinasinya positip, jika kebalikannya dikatakan inklinasi negatip. Normalnya gigi I atas menunjukkan inklinasi positip, I bawah inklinsi negatip yang sedikit. Gigi posterior RA dan RB normalnya inklinasi negatip. 4. Rotasi gigi Tidak adanya gigi yang rotasi atau malposisi 5. Kontak gigi Titik kontak yang baik antar gigi yang bersebelahan. 6. Kurva spee Memiliki kurva spee yang hampir datar atau maksimal kelengkungannya 1,5mm
2. Maloklusi
a. Definisi
Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi. Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini : 1. Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula. 2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal. 3. Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula. 4. Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut. 5. Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal dan gigi. 6. Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi. 7. Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal. b. Pengaruh Maloklusi terhadap Sistem Stomatognati
Gigi manusia bisa menyesuaikan diri terhadap variasi antara sentrik oklusi dan sentrik relasi. Saat variasi oklusi sentrik dan relasi sentrik telah melewati batas toleransi individual, maka gigi akan mengalami kondisi trauma dan bias bermanifestasi pada gangguan artikulasi TMJ. Abnormalitas posisi mandibula bias terjadi karena :
Asimetri pertumbuhan rahang
Perubahan posisi gigi karena ekstraksi
Over counter filling
Kondisi patologis, seperti penyakit perio, trauma dan lain-lain.
Habitual tertentu
Gangguan oklusal Koreksi divergenitas antara relasi sentrik dan oklusi sentrik bisa dilakukan
atau dikurangi dengan memposisikan kembali mandibula dengan jalan mengubah relasi oklusal dental dengan oklusal equilibrasi, baik dengan pemkaian ortho, proteksi atau merestorasi demensi vertical. Ketika seseorang mengalami ketidaksesuaian relasi sentrik, oklusal sentrik yang luas, maka rahang atas memiliki daya tahan yang rendah, sehingga jaringan pendukung gigi akan ikut terinfeksi oleh penyakit perio. Disharmoni ini harus dieliminasi untuk mencegah kerusakan jaringan pendukung. Koreksi dishamorni antara relasi sentrik dan oklusal sentries bias dilakuka, hanya dengan 1 fase dari koreksi maloklusi oklusal. Hal tersebut biasa menggangu relasi protrusi, pergerakkan ke lateral tapi masih dalam jangkauan fungsi normalnya, defek overbite dan maloklusi lainnya. Saat pergseran mandibula ke lateral telah tampak jelas, maka wajah akan tampak imbalance ke lateral. Gangguan ke lateral atau pergerakan rahang protrusive bias terjadi karena :
Ekstrusi gigi yang komplit ke labio atau bucoversi
Adanya benda yang menyenangkan untuk digigit
Adanya erupsi yang berlanjut atau elvasi ( peninggian pada gigi yang memiliki
gigi antagonis ). (Sumber : (http://savanaersa.wordpress.com/2010/01/17/pemicu-3blok-9ortho/)
C. Kelainan pada Sistem Stomatognati
Terdapat beberapa kelainan yang dapat muncul dalam sistem st omatognati, yaitu : 1. Mouth Breathing 2. Bruxism 3. Gangguan bicara (Sumber : http://www.slideshare.net/enoshmichele/stomatognathic-system)
4. Temporo Mandibular Joint Disorder (TMD)
Gangguan pada sistem stomatognati dapat berdampak pada terjadinya Temporo Mandibular Joint Disorder (TMJD/TMD). a. Definisi TMD dapat didefinisikan sebagai rasa sakit dan disfungsi pada otot-otot mastikasi dan temporomandibular joints. Karakteristik yang paling menonjol adalah rasa sakit disertai dengan terbatasnya gerak mandibula.
1
Selain itu
terdapat suara pada saat pergerakan mandibula. TMD diderita oleh 20-30% populasi orang dewasa di dunia. 2 b. Klasifikasi
Menurut Penyebab3,4 Research
Diagnostic
Criteria
(RDC/TMD)
membuat
klasifikasi TMD yang memudahkan dalam mendiagnosa TMD. Terdapat 2 (dua) jenis gangguan TMD yaitu TMD yang melibatkan aspek fisik dan TMD II yang melibatkan penilaian status psikologis, fungsi mandibula, dan cacat psikososial terkait. TMD yang melibatkan aspek fisik kemudian dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) yaitu gangguan otot, gangguan pada pergerakan mandibula, dan gangguan pada sendi.
Menurut Durasi1
Akut --- Apabila kurang dari 3 bulan
Kronis --- Lebih dari 3 bulan
(Sumber : [1] Mujakperuo, HR; Watson, M; Morrison, R; Macfarlane, TV (2010 Oct 6)."Pharmacological interventions for pain in patients with temporomandibular disorders [2] Guo, C; Shi, Z; Revington, P (2009 Oct 7). "Arthrocentesis and lavage for treating temporomandibular joint disorders [3] Manfredini, D; Guarda-Nardini, L; Winocur, E; Piccotti, F; Ahlberg, J; Lobbezoo, F (2011 Oct). "Research diagnostic criteria for temporomandibular disorders: a systematic
review
of
axis
I
epidemiologic
findings"
SA. "Temporomandibular Disorders on Medscape Reference")
c. Etiologi (menyusul) d. Patofisiologi
[4]
Guardia,
CF;
Berman
e. Gejala
a. b. la