DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA DALAM 9 POLA KEBUTUHAN KESEHATAN DASAR MANUSIA
Diposkan oleh Rizki Kurniadi 1.
NYERI
a. Dx : Gangguan Gangguan rasa nyaman nyeri nyeri berhubungan berhubungan dengan dengan distensi distensi abdomen. abdomen. Intervensi Intervensi : ·
Observasi tanda-tanda vital
·
Kaji tingkat rasa nyeri
·
Atur posisi yang nyaman bagi klien
·
Beri kompres hangat pada daerah abdomen
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
b. Dx: Nyeri b.d spasme spasme otot , pergesera pergeseran n fragmen tulang tulang Intervensi Intervensi : ·
Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
·
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
·
Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
·
Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
·
Jelaskan prosedur sebelum memulai
·
Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
c. Dx: Gangguan Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan berhubungan dengan dengan iskemik iskemik jaringan. jaringan. Intervensi Intervensi : ·
Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
·
Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
·
Ciptakan lingkungan yang tenang Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
·
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
·
Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien. Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
·
Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka. Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman
·
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Rasional : Obat – obat obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
d. Dx : Nyeri Nyeri berhubungan berhubungan dengan dengan trauma trauma jaringan jaringan Intervensi Intervensi : Mandiri
·
Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi. ·
Pantau tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
·
Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku Rasional : Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
·
Kolaborasi:Pemberian obat analgetik sesuai indikasi Rasional : Menurunkan nyeri.
e. Dx: gangguan rasa nyaman nyeri b/d tidak pantasnya kontaminitas jaringan akibat trauma pada jalan lahir Karen alat Intervensi : ·
Kaji tingkat nyeri
·
Observasi TTV
·
Lakukan teknik relaksasi distraksi
·
Kolab antibiotic
·
Rawat inkal atau kompres dengan anti septic
·
Lakukan septic aseptic saat melakukan tindakan Rasionalisasi.
f.
Dx: Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung (gaster). Intervensi :
·
Catat adanya keluhan nyeri epigastrik (sensasi ulu hati seperti terbakar/ panas), perih
·
Motivasi klien untuk tidak telat makan. Makan makanan ringan bila di antara waktu makan perut terasa perih.
·
Observasi ada keluhan lain yang menyertai seperti mual/ muntah, perut kembung.
·
Observasi tanda vital
·
beri obat-obatan sesuai program medis.
g. Dx: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera. Intervensi : ·
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0 – 5. Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
·
Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus. Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.
·
Berikan tindakan kenyamanan. Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
·
Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi. Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
·
Berikan obat antinyeri sesuai pesanan. Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.
h. Dx: Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi Intervensi : ·
Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
·
Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
·
Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
·
Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal
i. Dx: Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi Intervensi : ·
Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi.
·
Bila terjadi nyeri panthom limb Beri analgesik ( kolaboratif ).
·
Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.
2.
NUTRISI
a. Dx: Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah . Intervensi : ·
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
·
Timbang berat badan klien.
·
Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
·
Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi).
·
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien
b. Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan (resiko) berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat, Outcome yang diharapkan . Intervensi : ·
Catat adanya keluhan mual/muntah, anoreksia
·
Anjurkan klien untuk modifikasi diit (porsi sedikit demi sedikit tapi sering)
·
Rencanakan pengaturan diit dengan libatkan klien dan ahli gizi (kebutuhan kalori, variasi menu)
·
Pantau intake nutrisi klien
·
berikan obat-obatan bila ada indikasi sesuai program
c. Dx: Nutrisi,kurang dari kebutuhan tubuh Intervensi : ·
Identifikasi factor yang menimbulkan mual/muntah
·
berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan/atau makanan yang menarik untuk pasien.
d.
Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus. Intervensi :
·
Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
·
Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
·
Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
·
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
·
Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
e. Dx: Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh Intervensi : ·
Observasi frekuensi peristaltic usus secara periodic
·
Observasi respon klien terhadap pemasukan nutrisi peroral, nasogastrik tube maupun parenteral
·
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
·
Bantu dan berikan motivasi dan dukungan kepada klien dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisinya
·
Kolaborasi dengan dokter atau ahli gizi :
-
Tentukan kebutuhan kalori diit perhari
-
Pemberian nutrisi parenteral
-
Pemberian obat-obatan
-
Evaluasi hasil laboratorium atau radiologi
3.
ELIMINASI
a. Dx: Diare Intervensi : ·
Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).
·
Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.
·
Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.
·
Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
·
Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
·
Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
b. Dx: gangguan eliminasi BAB, konstipasi sampai dengan nyeri rektand atau penrema Intervensi : ·
Anjurkan banyak minum dengan ambulasi dinikolab pemberian laksatip Rasionalisasi :
-
Banyak minum dapat mambantu melarutkan feses dengan ambulasi mengurangi kostipasi
-
Melancarkan pembentukan feses yang lembek
c.
Dx: Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rectum. Intervensi :
·
Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya. Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
·
Observasi adanya distensi perut.
·
Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.
·
Berikan diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces
·
Berikan obat pencahar sesuai pesanan. Rasional: merangsang kerja usus
d. Dx: Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin. Intervensi :
·
Kaji system drainase urin dengan segera.
·
Kaji keadekuatan keluaran urin dan patensi system drainase.
·
Gunakan prosedur asepsis dan pembasuhan tangan ketika memberikan perawatan serta tindakan.
·
Pertahankan system drainase urin yang tertutup.
·
Jika irigasi diperlukan dan diresepkan, lakukan tindakan ini secara hati-hati dengan menggunakan larutan saline steril.
·
Bantu pasien dalam mobilisasi
·
Observasi warna, volume bau dan konsistensi urin.
·
Kurangi trauma dan manipulasi kateter, system drainase serta uretra.
·
Bersihkan kateter secara hati-hati.
·
Pertahankan asupan cairan yang adekuat
e. Dx: gangguan eliminasi BAK sampai dengan trauma akibat p’ saluran Intervensi : ·
Observasi kandung kemih
·
Anjurkan BAB teratur
·
Berikan kompres hangat
·
Lakukan kaperisasi Rasionalisasi :
-
Kandungan kemih menjaga kontraksi atau involusi uterus
-
Urine tertahan mengakibatkan terjadinya infeksi
-
Relaksasi spring ter urinenan
-
Blass yang para mengakibatkan terganggunya kontraksi dengan akolasi uterus dimana uterus tertekan oleh blass sehingga uterus terjepit dan mengakibatakan penanahan
f.
Dx: Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan. Intervensi :
·
Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. Rasional : mengetahui fungsi ginjal
·
Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
·
Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari. Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
·
Pasang dower kateter. Rasional membantu proses pengeluaran urine
g. Dx: Konstipasi Intervensi : ·
Observasi bising usus secara periodic
·
Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan sedikitnya 2 liter perhari bila tidak ada kontra indikasi
·
Tingkatkan aktivitas secara teratur
·
Untuk pemberian terapi yang sesuai, pemeriksaan penunjang yang diperlukan
·
Kolaborasi tim dietis untuk pemberian diit seimbang dan tinggi serat
4.
OKSIGENASI
a. Dx : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
Intervensi : ·
Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
·
Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret. Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
·
Kaji fungsi pernapasan. Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
·
Auskultasi suara napas. Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pneumonia.
·
Observasi warna kulit. Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera
·
Kaji distensi perut dan spasme otot. Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
·
Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.
·
Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
·
Pantau analisa gas darah. Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
·
Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
·
Lakukan fisioterapi nafas. Rasional : mencegah sekret tertahan
b. Dx: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan lokasi imsisi Intervensi : ·
Berikan preparat analgesic seperti yang diresepkan.
·
Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal untuk membantu pasien saat batuk.
·
Dorong penggunaan spirometer insentif jika terdapat indikasi
·
Bantu dan dorong ambulasi dini.
·
Bantu pasien untuk mengganti posisi dengan sering
c. Dx: Penurunan curah jantung Intervensi : ·
Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien
·
Pantau pengeluaran urine catat jumlah dan karakteristik urine
·
Batasi aktivitas pasien melakukan hal-hal yang dapat menghindari kelelahan
·
Pemberian terapi oksigen
·
Pemberian obat diuretika, vasodilator, dihitalis, antikoagulan, pemberian cairan intravena
5.
ISTIRAHAT/TIDUR
a. Dx: Ketidak keseimbangan istirahat/tidur Intervensi : ·
Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
·
Mengatur lingkungan yang adekuat
·
Latihan fisik ringan memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot
·
Minum hangat sebelum tidur
b. Dx: Gangguan pola tidur Intervensi : ·
Identifikasi fktor penyebab gangguan tidur dan cara mengatasinya
·
Ciptakan lingkungan yang tenang kurangi kebisingan
·
batasi asupan cairan pada malam hari dan anjurkan berkemih sebelum tidur.
·
batasi waktu tidur siang.
6.
AKTIVITAS
a. Dx: Takikardia sebagai respons terhadap aktivitas Intervensi : ·
Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas,catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
·
bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
b. Dx: Kelelahan umum ,penurunan kekuatan/ketahanan: mengalami keterbatasan aktivitas: depresi. Intervensi : ·
tingkatkan tirah baring/duduk.berikan lingkungan tenang:batasi pegunjungan sesui keperluan.
·
ubah posisi dengan sering,berikan perawatan kulit yang baik.
c. Dx : Kurang mampu merawat diri Intervensi : ·
Pastikan makanan yang tidak disukai
·
ciptakan lingkungan nyaman
·
observasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas keperawatan
·
kekuatan dan daya tahan menurun
7.
PERSONAL HYGIENE
a. Dx: Gatal - gatal Intervensi : ·
Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
·
Mengatur lingkungan yang adekuat
b. Dx: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan. Intervensi : ·
Ganti popok anak jika basah.
·
Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
·
Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
·
Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
c.
Dx: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh. Intervensi : Mandiri
·
Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya. Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
·
Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan. Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
·
Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan. Rasional : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
8.
PSIKOSOSIAL
a. Dx: Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi. Intervensi : ·
Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)
·
Ciptakan lingkungan psikososial :
-
sikap perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
-
Bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur, tepat janji, empati dan menghargai.
-
Tunjukkan perwat yang bertanggung jawab.
·
Observasi secara ketat perilaku klien (setiap 15 menit)
·
Kembangkan orientasi kenyataan :
-
Bantu kien untuk mengenal persepsinya
-
Beri umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
-
Beri kesempatan untuk mengungkapkan persepsi dan daya orientasi
·
Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi :
-
Kaji halusinasi klien
-
Lakukan tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.
·
Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.
·
Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat).
b. Dx: Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adequat. Intervensi : ·
Ciptakan lingkungan terapeutik :
-
bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai).
-
tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
-
tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap
·
Perlihatkan penguatan positif pada klien. Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang sukar bagi klien.
·
Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang.
·
Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.
c. Dx: Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi dan kesalahan interpretasi informasi . Intervensi : ·
Gali pengetahuan klien tentang diet dan proses penyakit
·
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien
·
Jelaskan tentang proses penyakit dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
·
Tanya pasein tentang hal yang telah dijelaskan petugas
d. Dx: Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi Intervensi : ·
Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
·
Menggunakan pakaian.
·
Berikan dukungan moral.
·
Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri
9.
CAIRAN DAN ELETROLIT
a. Dx: Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan. Intervensi : ·
Observasi tanda-tanda vital.
·
Observasi tanda-tanda dehidrasi.
·
Ukur infut dan output cairan (balanc ccairan).
·
Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
·
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab elektrolit.
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
b.
Dx: Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup, pengeluaran cairan yang berlebihan (muntah/mual) Intervensi :
·
Catat karakteristik muntah dan banyaknya pendaraha
·
Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
·
Monitor intake dan output cairan
·
Tinggikan kepala selama minum obat
·
Berikan cairan jenuh/lembut jika masukan dimulai lagi, hindari minuman yang berkafein dan berkarbon
·
Pertahankan tirah baring
·
Kolaborasi dengan pemberian cairan sesuai indikasi
c. Dx : Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan lokasi imsisi operatif.
Intervensi : ·
Berikan preparat analgesic seperti yang diresepkan.
·
Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal untuk membantu pasien saat batuk.
·
Dorong penggunaan spirometer insentif jika terdapat indikasi
·
Bantu dan dorong ambulasi dini.
·
Bantu pasien untuk mengganti posisi dengan sering.
d. Dx :
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat
kehilangan bagian tubuh. Intervensi : Mandiri
·
Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya. Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
·
Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
·
Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan Rasional : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.