DERMATOFITOSIS (TINEA) Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya pada stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Dermatofita. Klasifikasi Tinea: a. Tinea Kapitis dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut. b. Tinea Barbe dermatofitosis pada dagu dan janggut. c. Tinea Kruris dermatofitosis pada daerah genikokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai bawah perut. d. Tinea Pedis et Manum dermatofitosis pada kaki dan tangan. e. Tinea Unguinum dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki f. Tinea Korporis dermatofitosis pada bagian lainnya selain diatas, seperti facialis, dan pada daerah badan. Etiologi: Dermatogita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam tiga genus, yaitu; Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Faktor resiko : - Lembab dan panas dari lingkungan - Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk - Keseimbangan flora normal tubuh terganggu karena pemakaian antibiotik atau hormonal dalam jangka panjang - Kehamilan dan menstruasi (pada kedua kondisi ini terjadi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur) - Penyakit tertentu seperti HIV/AIDS dan diabetes - Kebersihan tubuh tidak terjaga - Kontak langsung/tak langsung dengan penderita atau dermatofita.
Pemeriksaan penunjang pada TINEA:
1. Pemeriksaan Lampu Wood Prinsip: - Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab, sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna tertentu. Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya Cara : - Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin. - Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu. - Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih kontras. - Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm - Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas. Interpretasi Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M. ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang. Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin). Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram (akibat metabolit pteridin) Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit porfirin). Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein). Hasil positif palsu : - salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga - tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning. 2. Pemeriksaan KOH Cara pengambilan spesimen : a) Kulit tidak berambut : Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah dengan pisau tumpul steril Menggunakan larutan KOH 10% b) Kulit yang berambut : Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.
c) Kuku
Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal Gunakan larutan KOH 40%
Teknik pemeriksaan preparat KOH : - Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih. - Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa. - Tutup dengan kaca penutup. - Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali). - Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis menipis dan rata. - Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali. - Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali sehingga visualisasi menjadi lebih baik Interpretasi - Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan artrospora - Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita : Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks) Jamur di dalam batang rambut (endotriks) - Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung seperti rantai (artrospora). - Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek (sphaghetti and meatballs) - Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.
TINEA CAPITIS Ciri-ciri case: Botak/allopecia (rambut mudah patah) Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat Kulit bersisik abu-abu (gray patch type) Papul yang eritem
Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)
Diagnosis Banding Gejala
Tinea capitis
Allopecia Areata
Trikotilomania
Allopecia
+ (pd kepala)
+
Batas
Tegas, eromatous
Rambut Skuama
Kusam, mudah patah +
+ (Pd kepala, alis, janggut) Tegas, bulat/lonjong patah
Nyeri Gatal Papul eritem
-/+ + +
Tidak tegas
-
putus tidak tepat pd kulit kepala -
-
-
Dermatitis Seboroik + Tegas, tidak erimatous Tidak patah Berminyak dan kekuningan eritema
1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui. Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama. 2. Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikis. 3. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
Diagnosis Kerja Tinea Capitis kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh dermatofita. Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan Trichophyton Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan perempuan lebih banyak menderita penyakit ini. Faktor resiko: - Kebersihan/higienis tubuh kurang - Daerah padat penduduk - Malnutrisi dan sistem imun menurun - Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak langsung (melalui sisir, kursi bioskop, bantal). Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu: 1. Bentuk Gray patch : - inflamasi ringan /minimal - kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu, mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia. - Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal
-
Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis, yang bersifat antropofilik ektotrik. 2. Bentuk Black Dot ringworm : - tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit kepala. - Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trychophyton violaceu, bersifat antropofilik endotrik 3. Bentuk Kerion Selsi : - Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus, dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus, keadaan ini disebut sebagai kerion selsi. - Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan jaringan parut serta alopecia yang permanen. - Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifat zoofili atau geofilik.
Tinea Kruris Ciri-ciri kasus:
-
Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah perut.
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas. 2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna merah bata yang khas dengan sinar Wood. 3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit 4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
Diagnosis Kerja Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama di daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik. Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum Epidemiologi: - Pada 10-20% pasien dermatofita - Laki:perempuan = 3:1 - Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembab Faktor Resiko: - Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat - Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian - Orang-orang yang berpakaian ketat - Riwayat DM atau HIV/AIDS Manifestasi klinis - Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut bagian bawah - Gatal dan rasa terbakar pada lesi - Biasanya kulit berwarna lebih terang - Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata - Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik - Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukan
Tinea Manum Ciri-ciri case:
-
Telapak tangan gatal Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela jari
Diagnosis Banding 1. Psoriasis :
Bercak-bercak eritema berbatas tegas Skuama kasar berlapis-lapis Gatal 2. Keratoderma palmaris Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan 3. Dermatitis Batasnya tidak tegas Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan Diagnosis Kerja Tinea Manus adalah dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan. Etiologi: penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum. Epidemiologi: o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, dari tanah atau melalui autoinokulasi. o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum Faktor resiko: o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis o Higienitas kurang terjaga o Sanitasi lingkungan yang buruk o Imunitas yang menurun Manifestasi Klinis o Gatal (++) o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik o Kulit kering o Skuama (+) o Biasanya unilateral o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan o Bisa dikatakan tinea pedis yang bermanifestasi klinis di tangan
Management umum Tinea a. Obat Sistemik: Griseofulvin peroral, dengan dosis Dewasa : 0,5-1,0 gram (4 x sehari), Anakanak 0,25-0,5 gr (4x sehari), selama 2-3 minggu. Ketokonazol peroral, 200-400 mg/hari, 1 kali setelah makan pagi, selama 1014 hari. Itrakonazol 2 x 100-200 gr/hari, selama 3 hari
Terbinafin (pengganti griseofulvin) berifat fungisidal. Peroral, 62,5-250 gr perhari, selama 2-3 minggu. b. Obat antifungal Topikal Imidazol: o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu Sediaan: krim 1% Allilamin o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu Sediaan : krim, gel, atau solusio 1% o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu #obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris# *Untuk tinea capitis* Rehabilitasi : shampoo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa
Pencegahan Tinea capitis - Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab - Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat - Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan. Tinea Cruris - Menjaga berat badan ideal - Mengeringkan badan setelah mandi - Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat - Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang Tinea Manus - Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya - Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab
Prognosis : DUBIA AD BONAM, bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis dapat sembuh total. Komplikasi - Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida - Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik - Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit - Allopecia permanen &kerion (tinea capitis) - Onychomycosis (tinea manus/pedis)
KDU 4 (untuk semua jenis tinea)