DAMPAK LIMBAH PABRIK TAHU TEMPE (INDUSTRI PANGAN) TERHADAP LINGKUNGAN OCT 3 Posted by nuraidahrismayanti
Nama : Nuraidah Risma Yanti NPM : 26213638 Kelas : 1EB05 Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 – 10.000 mg/l, COD 7.000 – 12.000 mg/l. Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada proses pembuatan tahu dan tempe, limbah yang dihasilkan juga cukup besar. Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe.
Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik industri pangan (jangka pendek) 1.
Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih,
berubah menjadi keruh dan berbau busuk,
sehingga tidak layak dipergunak dipergunakan an lagi oleh
warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum. 2.
Ditinjau dari segi kesehatan, kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari
yang ringan seperti gatal-gat gatal-gatal al pada kulit
sampai yang berat berupa cacat genetic pada
anak cucu dan generasi berikut. 3.
Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
4.
Kelangkaan Kelangkaa n air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim
penghujan cenderung terjadi banjir yang
melanda banyak daerah yang berakibat
merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5.
Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah .
6.
Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu.
Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand (BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Kondisi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sektor industri berpengaruh besar terhadap kondisi pencemaran di Indonesia. Saya sangat berharap agar para pelaku industri mulai melakukan perbaikan dan pembenahan dalam hal pembuangan limbah sehingga kegiatan industri dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Upaya-upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup 1.
Mempelajari dan mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan. Hal ini
sangat penting agar dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan
secara terpadu dan tuntas. 2.
Para penegak hukum perlu diberi pengetahuan sebesar-besarnya tentang permasalahan
pencemaran lingkungan ini. 3.
Membuat dan melaksanakan dengan baik peranturan UU tentang Lingkungan Hidup.
4.
Sadar akan keharusan menjaga Lingkungan mulai dari diri sendiri, hal yang kecil, dan
Sekarang juga. Referensi : http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/06/dampak-limbah-industri-terhadap-lingkungan/ http://catataninformatika.blogspot.com/2010/02/dampak-industri-terhadap-lingkungan.html
Mengolah Limbah Industri Tahu Dan Tempe Menjadi Nata De Soya
085741862879 Jual Bakteri Acetobacter xylinum
Proses pembuatan tahu dan tempe menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padatan pada industri tahu berupa ampas tahu yang umumnya dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sapi, kambing, kelinci, ayam, tempe gembus, sedangkan limbah padatan pada industri tempe berupa kulit kedelai dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah cair tahu dan tempe masih jarang dimanfaatkan, umumnya dibuang ke sungai atau selokan. Limbah cair industri tahu dan tempe seringkali menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia lingkungan tersebut. Pembuangan limbah ke sungai mencemari lingkungan dan menyebabkan meningkatkan BOD (Biological Oxigen Demand) dan menimbulkan bau tidak sedap. Limbah cair industri tahu dan tempe tersebut masih mengandung nutrisi yang masih dapat diolah menjadi nata de soya. Pengolahan limbah cair industri tahu dan tempe menjaid nata de soya merupakan salah satu solusi mengatasi pencemaran lingkungan dan menghasilkan produk bernilai ekonomis yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Limbah cair produk olahan kedelai difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum sehingga dihasilkan produk nata de soya. Pemanfaatan air limbah industri tahu-tempe sebagai produk pangan memberikan manfaat yang besar bagi pengusaha industri tahu-tempe, baik nilai ekonomis maupun manfaat dalam upaya penanganan limbah. Pengolahan limbah cair tahu-tempe menjadi nata de soya merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena itu, pengembangan usaha nata de soya perlu digalakan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Limbah cair industri tahu dan tempe mengandung protein dan karbohidrat yang cukup tinggi, kandungan protein dan karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe tersebut dapat menjadi media
hidup yang sangat baik bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mengubah karbohidrat dan protein dalam limbah cair tahu-tempe menjadi serat selulosa dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu (whey tahu) dan limbah cair tempe selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Berdasarkan kandungan unsur kimiawinya. Limbah cair tahu-tempe menjadi salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan produk nata. Nata berbahan baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk yang secara kenampakan sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal namun lebih mudah putus dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan kandungan seratnya cukup tinggi. Prospek Pasar Nata De Soya Nata de soya memiliki tekstur yang cukup baik, tidak kalah dengan nata de coco. Kadar seratnya yang cukup tinggi dan memiliki cita rasa yang nikmat sebagai bahan baku minuman instan sehingga nata de soya mampu bersaing dengan nata de coco. Sebagaimana kita ketahui bahwa pasar nata de coco sebagai produk pangan yaitu minuman kemasan dan aneka produk olahan lainnya sangat tinggi baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Permintaan bahan nata oleh pabrik minuman kemasan sangat tinggi per hari mencapai ratusan ton bahan mentah nata berupa lembaran atau potongan. Kebutuhan produk nata yang sangat tinggi tersebut, menjadi peluang bisnis bagi para petani nata untuk bermitra dengan perusahaan besar yang ada di tanah air. Selain sebagai produk pangan, di negara maju seperti Jepang, saat ini nata telah dikembangkan sebagai produk non-pangan yaitu bahan baku elektronik dan komposit baja ringan. Melihat potensinya yang sangat besar tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengolah aneka limbah pangan menjadi produk nata. Saat ini, di pasaran sudah familier produk nata dari bahan air kelapa (nata de coco), limbah cair olahan kedelai (nata de soya), umbi singkong atau limbah cair pengolahan industri singkong (nata de cassava). Masing-masing produk nata dari bahan baku baku yang berbeda tersebut memiliki aroma khas, tekstur dan tampilan yang sedikit berbeda. Namun, secara umumnya memiliki prospek pasar yang sama besar, meskipun saat ini produk nata de coco lebih familier dan permintaanya paling tinggi. Proses Produksi Nata De Soya Limbah cair industri tahu-tempe yang telah didiamkan kurang lebih 2-3 hari (agar pH turun 3-4 sehingga asam), disaring dengan kain kasa agar kotoran-kotoran dan partikel kasar dapat dipisahkan, kemudian direbus dengan panci dengan tungku berbahan bakar kayu, setelah mendidih ditambahkan ZA 80 gram, gula pasir 100 gram, asam cuka 120 ml untuk media 50 liter limbah cair tahu atau tempe, diaduk-aduk kurang lebih 10-15 menit kemudian dituangkan kedalam nampan yang sudah disiapkan dengan penutup koran yang telah diikat dengan karet ban. Susun nampan yang telah diisi
media larutan tersebut pada rak. Nampan dapat disusun bertingkat 5-10 nampan dengan bersilangan. Setalah dingin kurang lebih 5-7 jam, media larutan dalam nampan tersebut diinokulasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylnum kurang lebih 10% dari media larutan dalam nampan. Proses fermentasi akan berlangsung 8 – 10 hari. Lakukan pemanenan. Tampung nata de soya hasil panen dalam drum plastik yang diisi dengan air. Penyimpanan akan dapat bertahan lama apabila selalu diganti dengan air. Lebih Jelasnya Ada Di Buku “Mengolah Limbah Menjadi Rupiah: Industri Nata De Coco, Nata De Cassava, Nata De Soya” penerbit Andi Offset