PROSEDUR TEST RADIOGRAFI PROYEK APRON & TAXIWAY BANDARA JUANDA SURABAYA DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................... ............................................................................................................................. ......................................... Daftar Isi ........................................................................................................ ....................................................................................................................................... ............................... BAB I PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembuatan Juklak ……………………………………… …………………………………………………….. …………….. 2. Latar Belakang Pembuatan Juklak …………………………………………… …………………………………………… 3. Dasar Hukum …………………………………………………………………….
1 2 3 3 3
BAB II PERALATAN DAN PENERAPAN PRINSIP PRINSIP DASAR PROTEKSI RADIASI 1. Specifi kasi Alat ……………………………………………………………… 4 2. Faktor Jarak, Batas Waktu, Pelindung ……………………………………….. ……………………………………….. 5 3. Pembagian Pembagi an Daerah Kerja Kerj a ……………………………………………………. ……………………………………………………..… .… 8 BAB III SISTEM SISTE M MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA 1. Struktur Organisasi Proteksi Proteksi Radiasi …………………………………………. …………………………………………. 10 2. Pemantauan Dosis Radiasi Radiasi dan Radioaktivitas ........................................... ........................................... 12 3. Perlengkapan Proteksi Radiasi Radiasi …………………………………...................... …………………………………...................... 13 4. Pengawasan Kesehatan Bagi Pekerja Radiasi ............................................ ............................................ 14 5. Penyimpanan Dokumen ................................................................................ 15 6. Diklat Keselamatan Radiasi Radiasi Pekerja Radiasi ................................................ ................................................ 15 BAB IV PETUNJUK PELAKSANAAN KERJA 1. Prosedur Kerja ……………………………………………………………… 2. Perawatan Alat/ Uji Kebocoran …………………………………………… …………………………………………… 3. Penyimpanan Penyimp anan …………………………………………………………………. 4. Pengangkutan Sumber Radiasi …………………………………… …………………………………………… ……… 5. Penggantian Sumber ................................................................................... 6. Pengambilan dan Pengembalian Pengembalian Sumber Sumber .................................................... 7. Pengelolaan Limbah Limbah Radioaktif Radioaktif .................................................................... ....................................................................
16 18 19 20 21 21 21
BAB V RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. Tindakan Pencegahan/Penga P encegahan/Pengawasan wasan …………………………………………… …………………………………………… 22 2. Kecelakaan Yang Mungkin Terjadi ................................................................ 22 3. Prosedur Yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Kecelakaan ........................... ........................... 22
BAB I PENDAHULUAN 1. TUJUAN PEMBUATAN PROSEDUR Prosedur ini dibuat sebagai pedoman atau petunjuk dalam mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan sumber pengion dan atau sumber radiasi lainnya, mengurangi bahaya atau potensi bahaya radiasi bagi manusia sehingga risiko pemanfaatan sumber pengion dan atau zat radioaktif dapat dikurangi serendah mungkin sedangkan manfaat yang diperoleh sebesar-besarnya . Untuk Untuk dapat memanfaatkan radiasi dengan aman aman diperlukan pengetahuan tentang pengertian radiasi pengion, potensi dan tingkat bahaya radiasi, kontaminasi zat radioaktif, efek radiasi bagi bagi manusia, dan cara pengendaliannya. Pengertian dan dan pemahaman yang baik tentang pengetahuan di atas serta ketrampilan dalam hal pengendalian zat radioaktif atau radiasi pengion akan mampu memberikan keselamatan dan kesehatan yang memadai bagi pekerja radiasi dan dan masyarakat umum, serta memberikan keselamatan yang memadai bagi lingkungan. 2. LATAR BELAKANG PEMANFAATAN SUMBER RADIASI Alasan pemanfaatan zat radioaktif dan atau sumber radiasi pengion lainnya di STTN BATAN adalah bahwa STTN mempunyai mempunyai tugas untuk melaksanakan pendidikan. Untuk Untuk mendukung proses balajar, STTN mempunyai fasilitas laboratorium yang menggunakan zat radioaktif dan sumber radiasi lainnya sehingga dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian berbagai pengetahuan dan keterampilan di bidang teknologi nuklir. 3. DASAR HUKUM Dasar hukum untuk pemanfaatan zat radioaktif adalah : 1. Undang-undang No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran 2. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion, 3. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 tentang tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir 4. SK Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. 5. SK Kepala BAPETEN No. 08/Ka-BAPETEN/V-99 tahun 1999 tentang Ketentuan Keselamatan Radiografi Industri.
BAB II PERALATAN DAN PENERAPAN PRINSIP DASAR PROTEKSI RADIASI 1. SPESIFIKASI ALAT A. Sumber Radiasi Nama Sumber Type No. Seri Kondisi maksimum Focal spot Pendingin
: Pesawat Sinar X Rigaku : Radioflex 250 EGS-2 : AR0026-6 : 250 kV / 5 mA : 2 mm : Udara (kipas)
B. Peralatan : - Tabung pesawat sinar X - Kontrol panel - Kabel penghubung - Asesories, Lampu Tanda Radiasi C. Laju Paparan : Pada tegangan operasional (250 kV) laju dosis ekivalen pada jarak 1 meter dari tabung (tanpa penahan) : 10 mR/jam, spesifikasi pabrik kurang dari 129C/kg.jam (= 5 R/jam). D. Gambar alat :
Gambar 1 : Panel Kontrol Pesawat Sinar X Rigaku
Gambar 2 : Tabung Pesawat Sinar X Rigaku E. Prinsip Kerja Alat Secara sederhana proses terbentuknya radiasi sinar-X pada pesawat sinar-X adalah sebagai berikut :
Gambar 3: Konstruksi pesawat sinar-X 1) Arus listrik akan memanaskan filamen sehingga akan terjadi awan elektron disekitar filamen (proses emisi termionik). 2) Tegangan (kV) di antara katoda (negatif) dan anoda (positif) akan menyebabkan elektron-elektron bergerak ke arah anoda. 3) Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakan elektron-elektron (berkas elektron) menuju target. 4) Ketika berkas elektron menubruk target akan terjadi proses eksitasi pada atom-atom target, sehingga akan dipancarkan sinar-X karakteristik, dan proses pembelokan (pengereman) elektron sehingga akan dipancarkan sinar-X bremstrahlung.
5) Berkas sinar-X yang dihasilkan, yaitu sinar-X karakteristik dan bremstrahlung, dipancarkan keluar tabung melalui window. 6) Pendingin diperlukan untuk mendinginkan target karena sebagian besar energi pada saat elektron menumbuk target akan berubah menjadi panas. Dalam pemanfaatan di bidang radiografi, pesawat sinar X digunakan dengan susunan seperti tertera pada gambar berikut : Tabung Pesawat Sinar X Kontrol Panel
Window Berkas radiasi Sinar X Benda Uji Film Radiografi Gambar 4: Susunan operasionali pesawat sinar-X
F. Sistem Keselamatan 2.
Lampu tanda bahaya dan alarm Pengatur waktu Tombol ‘off’ atau ‘pause’ Penahan radiasi Pb di sekitar tabung pesawat sinar X Tanda Radiasi Kolimator Sistem Interlock
FAKTOR JARAK, WAKTU DAN PENAHAN RADIASI A. Faktor Jarak Dalam prinsip pengaturan jarak dikenal hukum kuadrat terbalik artinya apabila jarak diubah menjadi 2 (dua) kalinya, maka penerimaan dosis akan berkurang menjadi ¼ kalinya. Untuk mengendalikan penerimaan dosis radiasi dalam pekerjaan, maka harus diusahakan agar pekerja radiasi berada pada jarak yang sejauh mungkin dari sumber. Apabila tidak diperlukan, sebaiknya pekerja radiasi tidak berada di dekat sumber radiasi. Rumus :
Ď1 x r 12 = Ď2 x r 22 D1 = laju dosis pada jarak r 1 D2 = laju dosis pada jarak r 2 Contoh : Laju dosis pada jarak 2 meter adalah 10 mRem/jam
Maka laju dosis pada jarak 4 meter adalah : 10 x 22 = D 2 x 42 40 = d2 x 16 D2 = 40/16 D2 = 2,5 mRem/jam Berdasarkan contoh di atas, jelas bahwa dengan bertambahnya jarak (lebih jauh) pekerja radiasi ke sumber radiasi, laju dosis menjadi semakin kecil. B. Faktor Waktu Pada prinsip pengaturan waktu, maka dosis akumulasi yang diterima oleh pekerja radiasi akan bertambah kecil apabila waktu penyinaran lebih kecil Untuk mengendalikan penerimaan dosis radiasi dalam pekerjaan, maka harus diusahakan agar pekerja radiasi berada di medan radiasi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Apabila tidak diperlukan maka janganlah berada dekat sumber radiasi. Rumus :
Ď =D x t D = Dosis akumulasi
Ď = Laju dosis t = Waktu penyinaran Contoh : Laju dosis pada jarak 3 meter adalah 5 mRem/jam Maka dosis selama 30 menit, 2 j am adalah : 5 mRem/jam x 30/60 jam = 2,5 mRem 5 mRem/jam x 120/60 jam = 10 mRem Dari contoh di atas jelas bahwa makin cepat pekerja radiasi berada di medan radiasi makin kecil dosis yang diterima. C. Faktor Penahan Radiasi Pada prinsip pemasangan penahan radiasi maka laju paparan radiasi berkurang setelah melewati penahan. Tingkat berkurangnya laju paparan radiasi dipengaruhi oleh tebal dan tinggi densitas bahan penahan. Dalam pemasangan penahan radiasi dikenal dengan istilah HVL atau HVT (tebal paro). HVL adalah tebal bahan penahan yang dapat mengurangi laju paparan radiasi setengah dari laju paparan mula-mula. HVL bahan penahan radiasi berhubungan juga dengan densitas atau rapat jenis bahan penahan radiasi tersebut. Rumus : Dx Do
= Do / 2(x/HVL) = Laju dosis sebelum penahan radiasi
Dx x HVL
= Laju dosis setelah penahan radiasi = Tebal Penahan = Tebal paro
Contoh : Laju dosis sebelum penahan adalah 10 mRem/jam Tebal pelindung 10 mm dan 15 mm, dengan HVL= 5 mm D10mm = 10 / 210/5 = 2,5 D15mm = 10 / 215/5 = 1,25
mRem/jam mRem/jam
Contoh di atas memperlihatkan bahwa makin tebal penahan radiasi makin kecil laju dosis yang diteruskan melewati penahan. 3. PEMBAGIAN DAERAH KERJA Untuk menjaga keselamatan seseorang, maka diadakan pembagian daerah kerja sesuai dengan tingkat bahaya radiasinya, pembagian daerah ini didasarkan pada tingkat radiasi dan kontaminasi (sesuai dengan SK Ka.BAPETEN No. 01/Ka.BAPETEN/V-99 ) dimana pengusaha instalasi harus membagi daerah kerja menjadi : A. Daerah Pengawasan : Adalah daerah kerja yang memungkinkan seorang pekerja penerima dosis radiasi tidak lebih dari 15 mSv (1500 mRem ) dalam satu tahun dan bebas kontaminasi. Daerah pengawasan dibedakan menjadi : a) Daerah Radiasi Sangat Rendah ; yaitu daerah kerja yang memungkinkan seseorang pekerja menerima dosis 1 mSv (100 mrem) atau lebih dan kurang dari 5 mSv (500 mrem) dalam 1 tahun. b) Daerah Radiasi Rendah ; yaitu daerah kerja yang memungkinkan seseorang pekerja menerima dosis 5 mSv ( 500 mrem ) atau lebih dan kurang dari 15 mSv (1500 mrem) dalam 1 tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu. B. Daerah Pengendalian Adalah daerah kerja yang memungkinkan seorang pekerja menerima dosis radiasi 15 mSv (1500 mRem) atau lebih dalam 1 tahun dan ada kontaminasi. Daerah pengendalian dibedakan menjadi : a) Daerah Radiasi Daerah Radiasi Sedang ; yaitu daerah kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap pada daerah itu menerima dosis sebesar 15 mSv (1500 mRem) atau lebih dan kurang dari 50 mSv (5000 mRem) dalam 1 tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu dari tubuh.
Daerah Radiasi Tinggi ; yaitu daerah kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap dalam daerah itu menerima dosis 50 mSv (5000 mrem) atau lebih dalam 1 tahun atau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu dari tubuh.
PEMBAGIAN DAERAH RADIASI
Sumber Radiasi
Daerah Pen awasan
Daerah Pengendalian
50 mSv/tahun atau 25 Sv/jam (Batas Daerah Pengendalian)
1 mSv/tahun atau 2,5 Sv/jam (Batas Daerah Pengawasan)
Gambar 5. Pembagian Daerah radiasi
BAB III SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA 1. STRUKTUR ORGANISASI PROTEKSI RADIASI Berkaitan dengan keselamatan radiasi, STTN harus memiliki Organisasi Proteksi Radiasi (OPR) yang bertanggung jawab pada penyelenggaraan dan pengawasan pemanfaatan zat radioaktif di dalam perusahaan. Di dalam OPR terdapat 3 (tiga) komponen yang memiliki tugas, kewajiban dan tanggung jawab terhadap keselamatan radiasi yaitu : 1) Pengusaha Instalasi Adalah Ketua STTN BATAN atau orang lain yang ditunjuk untuk mewakili dan bertanggunjawab pada Instalasi 2) Petugas Proteksi Radiasi Adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion dan dinyatakan mampu oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk melaksanakan pekerjaan berhubungan dengan persoalan proteksi radiasi. Dalam pelaksanaan sehari-hari, Petugas Proteksi Radiasi dikoordinir oleh seorang koordinator Petugas Proteksi radiasi. 3) Pekerja Radiasi Adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis radiasi tahunan melebihi dosis untuk masyarakat umum. A. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengusaha Instalasi
Pengusaha Instalasi (PI) mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap keselamatan personil dan anggota masyarakat lain yang mungkin berada di dekat instalasi di bawah pengawasannya. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya Pengusaha Instalasi harus melaksanakan tindakan tersebut di bawah ini : a) Membentuk Organisasi Proteksi Radiasi (OPR) dan atau menunjuk Petugas Proteksi Radiasi dan bila perlu Petugas Proteksi Radiasi pengganti b) Hanya mengijinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalamannya bekerja dengan sumber radiasi c) Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi bahaya radiasi yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan latihan proteksi radiasi d) Menyediakan prosedur keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungan perusahaan sendiri termasuk prosedur tentang penanggulangan keadaan darurat e) Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan f) Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja radiasi serta pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi g) Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja dengan sumber radiasi h) Memberitahukan Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( disingkat BAPETEN ) dan instalasi lain terkait (misalnya Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran ) bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat
B. Tanggung Jawab & Kewajiban Petugas Proteksi Radiasi
Petugas Proteksi Radiasi disingkat PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi nuklir atau instalasi lainnya yang memanfaatkan radiasi pengion yang dinyatakan mampu oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan persoalan proteksi radiasi. Petugas Proteksi Radiasi (PPR) berkewajiban membantu Pengusaha Instalasi dalam melaksanakan tanggung jawabnya di bidang proteksi radiasi. Sebagai pengemban tanggung jawab tersebut Petugas Proteksi Radiasi diberi wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan sebagai berikut: a) Memberikan instruksi dan alternatif secara lisan atau tertulis kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik. Instruksi harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan b) Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku serta menjamin agar pelaksanaan pengelolaan limbah radioaktif sesuai dengan ketentuan yang berlaku c) Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi d) Mencegah zat radioaktif / sumber radiasi jatuh ketangan orang yang tidak berhak e) Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan kedaerah pengendalian f) Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan Proteksi Radiasi g) Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi dan tindakan proteksi radiasi h) Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan Proteksi Radiasi yang memadai kepada pengunjung atau tamu apabila diperlukan C. Tanggung Jawab & Kewajiban Pekerja Radiasi
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi di daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban sebagai berikut : a) Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja radiasi b) Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi yang tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja dengan aman untuk melindungi baik dirinya maupun pekerja lain c) Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada PPR d) Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga akibat penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh STRUKTUR ORGANISASI PROTEKSI RADIASI
Pengusaha Instalasi Nuklir Ketua STTN - BATAN
Petugas Proteksi Radiasi Pekerja Radiasi
2. PEMANTAUAN DOSIS RADIASI DAN RADIOAKTIVITAS Keselamatan radiasi dimaksudkan sebagai usaha untuk melindungi seseorang, keturunannya, dan juga anggota masyarakat secara keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya efek biologi yang merugikan akibat paparan radiasi. Tujuan keselamatan radiasi adalah : a) Membatasi peluang terjadinya efek stokastik b) Mencegah terjadinya efek non-stokastik Prinsip dasar keselamatan radiasi perlu ditetapkan dengan sistem pembatasan dosis sebagai berikut : a) Setiap pemanfaatan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hanya didasarkan pada azas manfaat dan harus lebih dulu memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Prinsip Justifikasi) b) Dosis yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku (Prinsip Limitasi) c) Penyinaran yang berasal dari pemanfaatan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achievable -ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial (Prinsip Optimasi) A. Pemantauan Untuk mengetahui telah dipenuhinya ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi dan mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja maka pemantauan dosis radiasi harus dilakukan secara terus menerus dengan cara sebagai berikut : a) Pemantauan perorangan dengan jalan memantau radiasi eksternal, dengan menggunakan dosimeter saku dan film bagde/TLD b) Pemantauan daerah kerja, meliputi penentuan tingkat radiasi/kontaminasi dengan cara mengukur menggunakan alat ukur radiasi/kontaminasi B. Pengawasan Dosis Radiasi Sebelum Masa Kerja Catatan dosis radiasi yang pernah diterima oleh calon pekerja radiasi seharusnya tersedia apabila calon pekerja radiasi tersebut pernah bekerja di medan radiasi. C. Pengawasan Dosis Radiasi Selama Masa Kerja PPR berkewajiban melakukan pengukuran dosis radiasi secara periodik selama masa kerja dan apabila seseorang menerima dosis sama atau melebihi Nilai Batas Dosis yang telah ditentukan maka petugas segera menyelidiki sebab-sebabnya serta melakukan tindakan koreksi. PPR berkewajiban mencatat dosis radiasi yang diterima setiap bulannya oleh pekerja radiasi. Nilai dosis tersebut dicatat secara periodik di dalam kartu dosis. Setiap pekerja radiasi harus memiliki kartu dosis tersendiri.
D. Pengawasan Dosis Radiasi Setelah Masa kerja
Jika petugas radiasi memutuskan hubungan kerja atau pindah ke bagian lain, ia berhak memperoleh catatan dosis radiasi yang pernah diterima selama bekerja sebagai pekerja radiasi. E. Pencatatan Dosis Radiasi Dokumen ini harus disimpan dalam arsip oleh Petugas Proteksi Radiasi untuk jangka waktu paling sedikit 30 tahun : a) Hasil pemonitoran radiasi daerah kerja yang digunakan untuk menentukan dosis perorangan b) Catatan dosis radiasi perorangan c) Dalam hal penyinaran akibat kecelakaan atau keadaan darurat, laporan mengenai keadaan kecelakaan tersebut dan tindakan yang diambil. Masa 30 tahun untuk huruf b) dan c) dihitung sejak pekerja radiasi berhenti bekerja di medan radiasi. F. Kecelakaan Radiasi Jika terjadi kecelakaan radiasi, petugas proteksi radiasi harus segera melakukan penilaian penerimaan dosis radiasi dari para pekerja yang terlibat dan segera melakukan penanggulangan kecelakaan tersebut. Laporan kecelakaan dan penanggulangannya harus segera dilaporkan kepada BAPETEN. Kartu dosis dan kartu kesehatan yang berkaitan dengan kecelakaan radiasi harus disimpan secara terpisah dengan dokumen yang sama pada keadaan normal. G. Kartu Dosis Setiap pekerja radiasi harus memiliki kartu dosis masing-masing yang berisi data dosis yang diterima selama bekerja di medan radiasi. Kartu dosis disimpan selama 30 tahun dihitung sejak pekerja radiasi berhenti bekerja di medan radiasi. 3. PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI. A. Monitor Perorangan ( Film Badge, TLD dan Dosimeter Saku ) Monitor perorangan digunakan untuk mengetahui besar dosis radiasi yang diterima pekerja dalam suatu periode tertentu. Dosimeter saku dipakai terutama pada saat bekerja di medan radiasi tinggi sehingga penerimaan dosis dapat diketahui segera setelah kegiatan berakhir. Film badge / TLD digunakan pada setiap kegiatan di medan radiasi. Setiap bulan (maksimal 3 bulan) film badge atau TLD harus dikirimkan ke PTMKR-BATAN untuk dievaluasi. B. Survey Meter Surveimeter digunakan untuk mengukur laju penyinaran sumber.Survaimeter berfungsi untuk memeriksa daerah aman bagi pekerja radiasi atau pekerja non radiasi dan memeriksa kebocoran radiasi sumber. Survaimeter yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis sumber dan energi radiasi. Survaimeter yang dipergunakan harus yang sudah dikalibrasi oleh PTMKR BATAN dan sertifikat kalibrasinya masih berlaku. Kalibrasi ulang dilakukan setiap tahun sekali.
C. Penahan radiasi Pb Penahan radiasi Pb digunakan untuk melindungi diri dari sumber radiasi eksterna pemancar radiasi sinar X. D. Tanda Bahaya Radiasi dan Tali Kuning Tanda bahaya radiasi dipasang di tempat - tempat yang dianggap perlu, misalnya di sekitar alat. Pada saat alat dioperasikan tanda radiasi biasanya dipasang pada laju paparan 0,75 mR/jam. Tali kuning biasanya di pasang pada saat sumber radiasi dioperasikan yaitu pada laju paparan 2,5 mR/jam. 4. PENGAWASAN KESEHATAN BAGI PEKERJA RADIASI Pemeriksaan kesehatan bagi calon pekerja radiasi dan pekerja radiasi harus dilakukan secara lengkap dan cermat sesuai dengan tata cara pemeriksaan kesehatan umum. A. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pekerja Radiasi Pemeriksaan ini meliputi penyelidikan terhadap riwayat kesehatannya termasuk semua penyinaran terhadap radiasi pengion dari pekerjaan sebelumnya yang diketahui diterimanya atau dari pemeriksaan dengan pengobatan medik, dan juga penyelidikan secara klinik atau lainnya yang diperlukan untuk menentukan keadaan umum kesehatannya. Harus dilakukan juga pemeriksaan khusus pada organ yang dianggap peka terhadap radiasi dipandang dari jenis pekerjaan yang akan dil akukan oleh calon pekerja misalnya pemeriksaan haematologi, dermatologi, opthalmologi, paru-paru, neurologi dan atau kandungan. B. Pemeriksaan Kesehatan Selama Masa Kerja a) Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan sedikitnya sekali dalam setahun atau lebih bergantung kondisi penyinaran yang diterima oleh pekerja atau apabila keadaan kesehatan pekerja memerlukan b) Pemeriksaan ini harus meliputi pemeriksaan umum dan juga pemeriksaan khusus pada organ tubuh yang dianggap peka terhadap radiasi serta mengadakan pemeriksaan lanjutan atau perawatan kesehatan yang dianggap perlu oleh dokter. Juga apabila ada pekerja yang dalam waktu singkat telah menerima dosis lebih dari 100 mrem, harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara intensif dan terperinci. C. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Masa Kerja Jika pekerjaan radiasi akan memutuskan hubungan kerja atau dipindahkan ke bagian lain harus diperiksa kesehatannya terlebih dahulu secara teliti dan menyeluruh oleh dokter perusahaan atas beban perusahaan. Dokter Instalasi dapat menentukan perlunya pengawasan kesehatan setelah putusnya hubungan kerja untuk mengawasi kesehatan orang yang bersangkutan selama dianggap perlu, atas biaya Pengusaha Instalasi. D. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi Harus Dinyatakan Sebagai : 1. Sehat dan memenuhi syarat 2. Sehat dan memenuhi syarat dengan kondisi tertentu
3. Tidak sehat dan tidak memenuhi syarat untuk bekerja sebagai pekerja radiasi dan atau untuk kondisi kerja khusus E. Kartu Kesehatan Setiap pekerja radiasi harus memiliki kartu kesehatan yang berisi semua hasil pemeriksaan kesehatan dan selalu dimutakhirkan sepanjang masih bekerja sebagai pekerja radiasi. Kartu kesehatan tersebut disimpan di bawah pengawasan dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha Instalasi dan disimpan untuk jangka waktu selama paling sedikit 30 tahun sejak berhenti bekerja dengan radiasi. 5. PENYIMPANAN DOKUMEN Semua dokumen yang berhubungan dengan kegiatan pemanfaatan sumber pengion pesawat sinar-X disimpan bersama-sama dengan dokumen pemanfaatan sumber pengion/radiasi lainnya.. Penyimpanan dokumen dilakukan oleh OPR. 6. DIKLAT KESELAMATAN RADIASI PEKERJA RADIASI Pekerja radiasi diberikan kesempatan untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan terutama tentang keselamatan radiasi dengan cara diikutkan dalam berbagai kegiatan diklat-di klat di bidang keselamatan radiasi.
BAB IV PETUNJUK PELAKSANAAN KERJA 1.
PROSEDUR KERJA A. Survai Radiasi Sebelum dilaksanakan pekerjaan pemasangan pesawat sinar X / kegiatan penyinaran, terlebih dahulu dilakukan survai radiasi pada area di sekitar pesawat sinar X untuk memastikan bahwa tidak ada paparan radiasi. Survey radiasi dilaksanakan sebelum, semasa dan sesudah operasi baik operasi normal maupun tidak normal, perawatan. Semua data-data laju paparan dan data dosis yang diukur harus dicatat dalam catatan tersendiri atau dalam bentuk pelaporan kegiatan. B. Operasi 1. Sebelum Penyinaran 1.1 Menyiapkan peralatan proteksi radiasi dan peralatan lain yang diperlukan seperti surveimeter, personal dosimeter (film badge/TLD/dosimeter saku), tali kuning, tanda radiasi, tabung dan panel kontrol pesawat sinar X serta kabel-kabel penghubungnya. 1.2 Pekerja radiasi dan PPR yang akan menangani sumber harus mengenakan film badge/TLD dan dosimeter saku 1.3 Pasang tali kuning pada perkiraan laju paparan 2,5 mR/jam dan tanda radiasi pada perkiraaan laju paparan 0,75 mR/jam di sekitar ruang pesawat sinar X.. 1.4 Hanya tenaga ahli, PPR dan orang yang ditunjuk yang dapat mengerjakan pemasangan dan pengoperasian pesawat sinar X dan berada di lokasi terebut. 1.5 Baca penunjukan awal dosimeter saku manual atau nyalakan dosimeter saku digital 1.6 Pakai monitor perorangan (film badge dan dosimeter saku) 1.7 Periksa survaimeter yang akan digunakan untuk memonitor lingkungan selama pelaksanaan pengoperasian pesawat sinar-X. Pemeriksaan meliputi sertifikat kalibrasi, kondisi batere, faktor kalibrasi, respon dan cara pemakaian. Nyalakan survaimeter. 1.8 Periksa kondisi tegangan tabung apakah dalam kondisi aman (≈ 4,5 Kg/cm2) 1.9 Hubungkan tabung pesawat sinar-X dengan panel kontrol dengan kabel 9 (sembilan) pin (kaki) 1.10 Hubungkan sistem pentanahan dengan badan panel kontrol 1.11 Hubungkan panel kontrol ke stop kontak PLN dengan kabel 2 (dua) pin 1.12 Atur posisi KV pada posisi minimum (70 KV) 1.13 Atur timer pada posisi 0 (nol) 1.14 Hidupkan pesawat sinar-X dengan menekan saklar daya yang berada di sisi kiri atas panel kontrol ke posisi on 1.15 Amati apakah line voltage masih stabil (masuk batasan operating) dengan melihat indikator LED yang menyala yang berada di pojok kiri atas dari kontrol panel
1.16 Jika line voltage stabil, periksa apakah kipas pendingin yang berada di samping jendela (window) tabung pesawat bekerja dengan baik 1.17 Jika kipas bekerja dengan baik tunggu selama 5 menit kemudian lakukan pemanasan (‘aging’) tabung pesawat sinar-X dengan cara sebagai berikut : - Atur timer minimum 5 (lima) menit - Nyalakan lampu bahaya radiasi yang berada di dinding dengan menekan saklar yang berada di samping pintu masuk ruang gelap - Tekan tombol ON pada panel kontrol pesawat sinar-X - Selama pesawat sinar-x sedang beroperasi, lakukan survei radiasi pada laju paparan 0,75 mR/jam dan 2,5 mR/jam. Geserlah posisi tanda-tanda radiasi sesuai dengan hasil pengukuran. - Pemanasan akan berhenti setelah waktu yang diset pada timer tercapai, ditandai dengan bunyi alarm dari panel kontrol - Tunggu waktu pendinginan selama 5 (lima) menit - Naikkan KV sampai lampu aging menyala kembali - Lakukan kembali langkah pemanasan seperti di atas, hingga KV yang akan digunakan tercapai dan pesawat telah siap digunakan 2. Proses Penyinaran
2.1 Atur timer ke posisi 0 (nol) 2.2 Matikan lampu bahaya radiasi 2.3 Lakukan survai radiasi di dalam ruang pesawat untuk memastikan tidak ada paparan radiasi 2.4 Lakukan setting benda yang akan disinari 2.5 Nyalakan kembali lampu tanda bahaya radiasi 2.6 Lakukan penyinaran dengan mengatur KV dan waktu yang dikehendaki (KV maksimum = 200 KV dan waktu maksimum = 9,9 menit) dan tekan tombol ON 2.7 Selama pesawat sinar-x sedang beroperasi, lakukan survai radiasi pada laju paparan 0,75 mR/jam dan 2,5 mR/jam. Geserlah posisi tanda-tanda radiasi sesuai dengan hasil pengukuran. 2.8 Jika penyinaran sudah selesai, atur timer ke posisi 0 (nol) dan pastikan sudah tidak ada paparan radiasi 2.9 Matikan lampu tanda bahaya radiasi 3. Setelah Penyinaran 3.1 Turunkan KV ke posisi minimum (70 KV) 3.2 Tunggu waktu pendinginan minimal selama 15 (limabelas) menit sampai tabung pesawat menjadi dingin. 3.3 Jika tabung sudah dingin, matikan pesawat sinar-X dengan menekan saklar yang berada di sisi kiri panel kontrol ke posisi OFF 3.4 Lepaskan kabel power dari stop kontak PLN 3.5 Lepaskan kabel dari tabung pesawat dan panel kontrol 3.6 Lepaskan kabel pentanahan 3.7 Kumpulkan tanda-tanda radiasi 3.8 Baca penunjukan akhir dosimeter saku
3.9 Matikan survaimeter 3.10 Membuat laporan pelaksanaan yang diketahui atau ditandatangani oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) 2. PERAWATAN ALAT / UJI KEBOCORAN A. Perawatan Alat Pada prinsipnya pesawat sinar X tidak memerlukan perawatan khusus, hanya memerlukan uji kebocoran yang harus dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan dan tidak lebih dari 2 (dua) tahun. Batas kebocoran pesawat sinar-X untuk industri adalah 1 R/jam pada jarak 1 meter dari focal spot. B. Pelaksanaan Uji Kebocoran
1.
Persiapan
1 2 3
4 5 2.
Siapkan dosimeter perorangan dan survaimeter. Baca dan catat penunjukan awal dosimeter saku. Kenakan film badge/TLD dan dosimeter saku. Periksa survaimeter yang akan digunakan untuk memonitor lingkungan selama pelaksanaan uji kebocoran pesawat sinar-X. Pemeriksaan meliputi sertifikat kalibrasi, kondisi batere, faktor kalibrasi, respon dan cara pemakaian. Nyalakan survaimeter. Periksa juga survaimeter, yang akan dipakai untuk mengukur kebocoran. Gunakan survaimeter yang dapat mengukur dosis akumulasi Pasang tali kuning dan tanda radiasi di sekitar ruang pesawat sinar – X
Pelaksanaan
1
2 3 4 5 6 7
8 9 10 11
12 13
Tutup jendela pesawat sinar-X dengan penutupnya atau dengan bahan penahan radiasi yang sesuai dengan bahan tabung pesawat minimal setebal 10 HVL bahan tersebut Letakkan survaimeter pada jarak 1 meter dari focal spot minimal pada 8 titik sesuai arah mata angin Atur arus dan tegangan pesawat sinar-X pada posisi maksimum Atur waktu penyinaran pesawat sinar X Operasikan pesawat sinar-X Pastikan lampu tanda bahaya radiasi menyala Selama pesawat sinar-X sedang beroperasi, lakukan survai radiasi pada laju paparan 0,75 mR/jam dan 2,5 mR/jam. Geserlah posisi tanda radiasi sesuai dengan hasil pengukuran. Setelah waktu penyinaran terpenuhi, penyinaran akan berhenti secara otomatis Pastikan lampu bahaya radiasi sudah mati Pastikan timer pesawat sinar –X pada posisi nol Lakukan survai radiasi untuk memastikan tidak ada paparan radiasi Baca dan catat penunjukkan dosis laju paparan pada survaimeter, apabila terdapat data dengan besaran sekitar 1 R/jam maka pada pesawat sinat-X tersebut sudah terdapat kebocoran, sebaliknya apabila tidak ada besaran data yang lebih b esar atau sama dengan 1 R/jam maka pesawat sinat-X tersebut masih l ayak digunakan. Atur posisi pesawat sinar-X sesuai urutan sudut putarnya (dengan beda sudut 45o), kemudian ulangi lagi langkah di atas sampai semua sudut selesai diamati. Baca dan catat besar laju paparan
3. Akhir 1 Kumpulkan tali kuning dan tanda radiasi 2 Baca penunjukan akhir dosimeter saku 3 Matikan survaimeter 4 Setelah selesai kegiatan pengujian, pekerja radiasi yang melaksanakan kegiatan pengujian harus membuat laporan pelaksanaan dan mencatat semua data dosis yang diterima pekerja radiasi selama pelaksanaan.
Gambar 6. Arah dan Posisi Focal Spot Saat Uji Kebocoran 3. PENYIMPANAN
Pada prinsipnya pesawat sinar X tidak membutuhkan tempat penyimpanan khusus. Penyimpanan dilakukan di ruang pesawat sinar X dengan denah sebagai berikut :
Gambar 7. Denah lokasi pesawat sinar-X
4. PENGANGKUTAN Dalam pengangkutan, pesawat sinar X dapat diperlakukan sebagai barang biasa (bukan sumber radiasi).
5. PENGGANTIAN SUMBER Dalam penggantian sumber, pesawat sinar X dapat diperlakukan sebagai barang biasa (bukan sumber radiasi).
BAB V RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian diluar dugaan yang memungkinkan terjadinya bahaya radiasi / kontaminasi bagi pekerja maupun masyarakat. Tindakan pertama apabila terjadi kecelakaan adalah mengevakuasi dan mengisolasi tempat kejadian untuk menghindari adanya penerimaan dosis berlebih dan mempersiapkan rencana penanggulangannya. Kemudian meninjau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta mencatat semua kejadian kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh petugas proteksi radiasi serta diketahui oleh pengusaha instalasi. 1. Tindakan Pencegahan / Pengawasan Pengawasan dosis radiasi dan prosedur kerja pada bab terdahulu merupakan sebagian besar tindakan pencegahan kecelakaan. Oleh karena itu semua pihak hendaknya memperhatikan keselamatan baik bagi dirinya ataupun orang lain dengan jalan tidak mengabaikan prosedur kerja yang telah ditentukan. 2. Kecelakaan Yang Mungkin Terjadi Waktu paparan yang bekerja secara otomatis gagal mematikan paparan yang dihasilkan tabung pesawat Tabung bekerja secara tidak disengaja Operator tidak mereset timer ke posisi “0” dan tidak melakukan monitor paparan radiasi sebelum mengoperasikan tabung Terjadi kerusakan atau tidak berfungsinya sistem dan peralatan keselamatan, mis alnya tidak berfungsinya sistem interlok Kerusakan fisik yang mempengaruhi penahan radiasi atau filter.
3. Prosedur Yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Suatu Kecelakaan a. Radiografer Mengenali bahwa situasi tidak normal yang terjadi merupakan kecelakaan Matikan daya listrik pesawat sinar X Lakukan survai radiasi untuk memastikan tabung sudah tidak berenergi Jangan pindahkan peralatan sampai posisi tabung, arah penyinaran, kondisi penyinaran (tegangan, arus dan waktu) direkam. Beritahu Petugas Proteksi Radiasi tentang apa yang terjadi Peralatan jangan dipergunakan sampai dilakukan pengujian dan perbaikan secukupnya oleh ahli yang ditunjuk atau pabrikan.
b. Petugas Proteksi Radiasi Lakukan rekonstruksi kecelakaan, perkirakan dosis yang diterima dan siapkan l aporan Kirim dosimeter personal untuk pengkajian paparan Laporkan kecelakaan kepada Badan Yang Berwenang dengan alamat :
PUSAT KOORDINASI DAN PENGENDALIAN OPERASI
KESIAPSIAGAAN NUKLIR NASIONAL TELP / FAX : (021) 2301255 E-MAIL : sos @ bapeten.org ; darurat @ centrin.net.id BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Pada prinsipnya penggunaan sumber radiasi pesawat sinar X relatif lebih mudah daripada isotop. Tetapi untuk menghindari terjadinya kecelakaan radiasi para pekerja radiasi diharapkan mematuhi peraturan-peraturan yang tertera pada Juklak dan melakukan pekerjaannya dengan hati-hati serta menggunakan alat-alat pengaman yang diperlukan. Dalam melakukan pekerjaan penyinaran maupun uji kebocorann apabila ditemukan kelainan-kelainan agar segera menghubungi PPR untuk dilakukan tindakan-tindakan pencegahan agar kecelakaan dapat dihindarkan.