MAKALAH PESAWAT PESAWAT RONTGEN KONVENSI KONVENSI ONAL
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Instrumentasi Biomedis
Oleh:
Ridha Novia Ikhsani 115090800111006
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan dunia medis dari waktu ke waktu semakin pesat, tak terkecuali instrument / alat medis. Salahsatu penemuan yang berkontribusi dalam dunia medis yaitu ditemukannya sinar X / sinar Rontgen yang mendasari terciptanya Pesawat Rontgen. Pesawat roentgen merupakan instrument medik medik yang prinsip kerjanya mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie. Penemuan dari Willhem Conrad Rontgen tersebut telah mendorong perkembangan dunia medis terutama dalam pembuatan instrumen medis. Berawal dari percobaan dalam hal perbedaan potensial diantara anoda dan katoda yang terkandung dalam suatu gas, yang memicu terjadinya ionisasi sehingga elektron – elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya. Elektron yang terdekat dengan sebuah anoda akan langsung ditarik ke anoda sehingga akan terjadi hole. Kemudian hole ini akan diisi oleh elektron berikutnya, tempat yang ditinggalkan elektron ini akan menjadi hole lagi dan terjadi pengisian lagi oleh elektron berikutnya, begitu seterusnya, sehingga akan terjadi estafet elektron dan terjadilah rangkaian tertutup sehingga timbul arus elektron yang berkebalikan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan seatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 – 1 1 A inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Rontgen.
1.2
Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional?
2.
Bagai mana perinsip kerja instrument pesawat rontgen konvensional?
3.
Apa saja komponen penyusun dari pesawat rontgen?
4.
Bagaimana prinsip kerja foto Rontgen?
1.3
Tujuan
Dengan rumusan masalah yang ada di atas, makalah ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional.
2.
Mengetahui perinsip kerja dari instrument pesawat rontgen konvensional.
3.
Mengetahui komponen penyusun dari pesawat rontgen.
4.
Mengetahui prinsip kerja foto rontgen.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Aplikasi Sinar X Pada Pesawat Rontgen Konvensional
Pesawat rontgen merupakan instrument medis yang bekerjanya bekerjanya mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie. Dimana cikal bakal dari pesawat rontgen ini karena ditemukannya sinar X oleh Willhem Conrad Rontgen, kemudian Rontgen melakukan percobaan den gan menggunakan tabung yang terbuat dari Glass Envelope yang didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon, ketika ada beda potensial diantara anoda dan katoda maka gas – gas gas tersebut akan terionisasi dan elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya. Jika tabrakan elektron tersebut tepat diinti atom maka disebut peristiwa Breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron dikulit K, disebut K Karakteristik. Karakteristik. Akibat tabrakan ini akan terbentuk hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental. Kemudian hole hole tersebut akan menghasilkan perpindahan elektron dengan panjang gelombang berbeda – berbeda – beda, beda, yang kemudian menghasilkan sinar X. Bermodal dari penemuan Rontgen maka kemudian Collige menyempurnakan penemuan tersebut dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatoda Tube dan merupakan tabung yang dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvensional yang sekarang. 2.1.1 Prinsip Kerja Katoda Tube
Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung rontgen dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung rontgen, sehingga terjadi Thermionic Emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga akan banyak terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.
Anoda dan katoda di hubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 KV – 150 KV. Primer HTT diberi tegangan AC ( bolak-balik ) maka akan terjadi garisgaris gaya magnet ( GGM ) yang akan berubah – berubah – ubah ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik ( GGL ) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu ( E = - d Φ / dt ). Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplay ke elektroda tabung rontgen.
2.2
Komponen Penyusun dan Prinsip Kerja Instrument Pesawat Rontgen
Instrumen Pesawat Rontgen memiliki beberapa komponen penyusun, yang tiap – tiap tiap komponen penyusun pesawat rontgen tersebut memiliki fungsi masing masing, sehingga dapat berkorelasi dan menghasilkan fungsi untuk suatu tujuan yaitu pesawat rontgen. Terdapat blok diagram dari komponen penyusun pesawat rontgen konvesional, yaitu sebagai berikut:
Untuk dalam blok diagram tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penyusun, diantaranya yaitu rangkaian Power Supply, Rangkaian Timer, Rangkaian HTT, Rangkaian X Ray Tube (Tabung sinar X), dan rangkaian pemanas filamen.
2.2.1 Blok Rangkaian Power Suply
Ragkaian power suply ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh rangkaian pesawat rontgen sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian. Rangkaian power supply ini terdiri dari :
a. Saklar
Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan pesawat roentgen. b. Fuse / Sekring
Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk pelindung atau pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang masuk, maka sekring tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan putus apabila ada arus / tegangan yang besar diluar kuota masuk dalam komponen ini. c. Voltage Convensator
Voltage Convensator berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang diperlukan pesawat rontgen jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN Apabila tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage compensator, dan jika tegangan turun kita harus mengurangi jumlah lilitan lili tan primer dengan cara memutar selector sele ctor voltage compensator sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan jumlah lilitan primer
dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian diperoleh
nilai
tegangan
pada
setiap
lilitan
akan
tetap.
Perbandingan
transformasinya dapat dituliskan sebagai berikut E1 : N1 = E2 : N2 . Dimana
E1 = Tegangan di primer N1 = Jumlah lilitan di primer E2 = Tegangan Tegangan di sekunder N2 = Jumlah lilitan di sekunder
Sebagai contoh, ketika E1 : N1 = E2 : N2 , 220 : 220 220 = 1 : 1, tegangan dari PLN stabil 220 v dan lilitan primer jumlahnya 220 maka perbandingan output di sekunder = 1:1, ini menunjukan bawha setiap lilitan terdapat 1 volt tegangan. Jika tegangan dari PLN naik menjadi 230v dan lilitan primer 220, maka perbandingan output ¹ 1 : 1, agar diperoleh tegangan setiap lilitan (pada output / sekunder) akan tetap
1 : 1 maka kita harus menambah jumlah lilitan primer primer
sebanyak 10 lilitan. Sehingga Sehingga akan dihasilkan E1 : N1 = E2 : N2 yaitu 230v : 230 = 1:1, begitupun jika tegangan darin PLN menjadi turun, misalkan menjadi 210v, dan lilitan primer tetap 220, maka perbadingan pada sekunder output ¹ 1 : 1 yaitu 210 v : 220, untuk menjadikan transformasi 1:1 maka harus jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan 210v : 210 = 1:1, maka akan diperoleh perbandingan transformasi tetap.
d.
Auto Trafo
Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh pesawat rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.
e. Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat rontgen akan mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh oleh pabrik, contohnya pada pesawat Rontgen Shimadzu Shimadzu R=0,04 - 0,08Ω, resistance ini disebut R internal ( R pesawat ). Sehinnga R line adalah tahanan atur yang berfungsi untuk mencocokkan tahanan pengkabelan dengan tahanan yang dibutuhkan pesawat rontgen.
R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan).
f.
Voltage Indicator
Voltage Indicator sebagai alat untuk mengetahui apakah
tegangan PLN
mengalami kenaikan atau penurunan.
g. KVP Selector Mayor
KVP selector mayor berfungsi untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih ti ap terminal x 10 KV.
h. KVP Selector Minor
KVP selector minor untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.
i.
Voltage Regulator
Voltage regulator berfungsi untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac tergangtung dengan pesawat yang digunakan dan dinegara mana.
2.2.2 Blok Rangkaian Pemanas Filamen
Fungsi dari pemanas filament yaitu untuk memberikan catu daya dan mengatur besar arus pemanas filament agar terjadinya termionic emission bisa di kendalikan sehingga jumlah electron – electron bebas yang dihasilkan pada filament tabung rontgen bisa dikontrol .
Blok rangkaian pemanas filament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya yaitu rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller, Stand by Resistance, filament limiter, trafo filament, dan filament tabung Rontgen
a. Rangkaian Stabilisator Tegangan.
Fungsi dari Stabilisator tegangan ini untuk menstabilkan tegangan pada rangkaian pemanas filament sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada filament tabung rontgen. Rangkaian ini terdiri lagi kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder yang terdiri dari N2 dan N3. N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan / input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilizer tegangan, yaitu:
EK 1= EK 2 ( PLN Normal )
Kondidi tersebut terjadi ketika tidak ada penaikan / penurunan tegangan PLN. Pada N2, tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan mendahului tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2 akan mempunyai besar tegangan yang sama (karena diparallel) tetapi fasenya akan berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan terjadinya peniadaan impedansi antara R dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan merupakan tegangan yang keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.
EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)
Seiring terjadinya kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana tegangan pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara tegangan pada N dan tegangan te gangan pada C terjadi beda fase fas e sebesar IXN2 - IXC ( karena Xc lebih kecil ), sehingga besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 - IXC + I.R I.R
EK 1< EK 2 ( penurunan tegangan PLN)
Apabila tegangan primer turun maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun (N2 dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di
C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga antara teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di di C akan lebih besar dari tegangan di N2. maka pada E = IXC IXC + IXN2
sehingga Ek2 = E + IXN3
b. Space Charge Compensator
Space charge compensator berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus tabung agar sesuai dengan yang dipilih meskipun terjadi perubahan tegangan tinggi pada tabung roentgen. Rangkaian ini berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari tap-tap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai R yang berbeda-beda. Adapun karakteristik tabung rontgen yaitu: o
Semakin tinggi tegangan maka arus akan semakin besar.
o
Tabung roentgen hanya bekerja pada daerah space charge.
Selector pada SCC ini dikelompokkan dengan kvp selector mayor dengan maksud agar pada saat kita memilih besar tegangan, kita juga mengatur/memilih besarnya nilai R pada SCC. Jika posisi kvp selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka pada SCC nilai R nya akan pada posisi dengan nilai R tertinggi pula begitu juga sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC yang terdiri dari VR dan dikelompokan dengan KV selector, maka nilai R pada SCC juga naik sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik elektron lebih kuat tetapi jumlah electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung yang terjadi sesuai dengan yang telah ditentukan.. Kemudian pada saat KV t urun maka
nilai R space charge compensator yang terdiri dari VR yang telah dikelompokan dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen bertambah / naik sehingga awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang menarik electron kecil tapi electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung yang terjadi sesuai dengan yang ditentukan. c. Kontrol Arus (mA Control)
Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung seri dengan trafo filament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R nya untuk menentukan menentukan voltage drop pada VR. Semakin besar pilihan mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada trasformator filamen. Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan besarnya arus transformator filamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo filamen semakin besar pula arus yang mengalir pada trafo filament,besarnya arus trafo filamen ini akan menentukan banyaknya banyaknya elektron bebas yang dihasilkan. EF EF besar --> IF besar --> elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo filamen kecil karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop yang lebih besar. V = I x R . Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage voltage drop. d. Stand by Resistance
Rangkaian diatas berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga filament tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari R yang dengan konektor yang digerakkan oleh delay relay. Adapun prinsip prinsip kerja rangkaiannya rangkaiannya yaitu pada saat main swith ON, filament tabung rontgen langsung mendapatkan tegangan dari transformator filament tapi melewati stand by resistant sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose, timer bekerja dan relay energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan kontaktor relay di stand by resistant terhubung (di by pass ), ) , sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan R lagi) la gi) sehingga tidak ada ad a voltage drop sehingga pemanasan filament pada tegangan normal. e. Filament Limiter (mA limiter)
Filamen limiter merupakan alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus filament, bertujuan agar tegangan pemanas filamen di atas sesuai dengan kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan tersebut memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament limiter ini akan lebih terasa terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus, yaitu focus besar dan focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament limiter sendiri. Untuk yang large focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan. f.
Trafo Filament
Trafo filament berfungsi untuk step down filament, biasanya tegangan yang digunakan adalah tegangan 110 volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifikasi tabung t abung .
g. Filamen Tabung Rontgen
Filamen tabung rontgen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda. Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi 3600 oC dengan nomor atom 74. Filamen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda. Katoda atau filamentnya itu sendiri te rbagi menjadi dua, yaitu : a. Katoda Direct Merupakan katoda langsung yaitu filament yang yang sekaligus berfungsi berfungsi sebagai katoda.
b. Katoda Indirect Katoda Indirect disebut juga katoda tak langsung yaitu filament hanya berfungsi sebagai sumber elaktron sedangkan katodanya dipisah (didepan filament), katodanya bisa terhubung dengan transformator filament atau dengan sumber lain. Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai mangkok untuk mengfokuskan jalannya electron dari anoda anoda ke katoda. 2.2.3
Blok Rangkaian Tegangan Tinggi
Pada rangkaian diatas terdapat trafo tegangan tinggi yang
berfungsi untuk
memberikan beda potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda dapat ditarik ke anoda. 2.2.4
Blok Rangkaian Tabung Rontgen
Rangkaian tabung rontgen rontgen merupakan sebuah tabung diode yaitu yaitu tabung vakum yang terdiri dari dua elektrode, yaitu anode anode dan katode. Tabung ini juga juga tempat berlangsungnya proses terbentuknya sinar x. Ada beberapa jenis dari rangkaian tabung rontgen pada pesawat rontgen, diantaranya yaitu :
Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut “Pesawat Rontgen 1 examination”
Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table dan under table disebut 2 Examination.
2.2.5
Blok Rangkaian Timer
Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses penyinaran. Terdapat 4 jenis timer yaitu: a. Timer Mekanik
Adapun perinsip kerja dari timer mekanik ini yaitu : 1.
Menetukan lamanya penyinaran dengan dengan menarik valve p kearah searah jarum jam, dalam waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut berputar kekanan (searah jarum jam) kontaktor C dari normally open menjadi close.
2. Apabila waktu telah ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda gigi W. 3. Ketika SWE ditekan, maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply. 4. Setelah itu relay akan sesuai dan
menarik kontak SW3 hingga hingga rangkaian power
supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan expose (penyinaran) dimulai. 5. Sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea k ea rah kiri (berlawanan jarum jam). Setelah waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh kontaktor C hingga membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S energized, kontaktor SW3 membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan antara rangakian Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi hingga proses expose terhenti.
b. Timer Elektronik
Cara kerja dari timer elektronik ini yaitu: 1. Kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C 2. SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan arah arus dari terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1. sementara itu, kontak SWS (bawah) akan close (karena digank dengan SWE), sehingga relay SA akan energized, kontaktor SW3A menutup, sehingga rangkaian power supply dan rangkaian HTT akan terhubung dan expose akan berlangsung. 3. Berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator, sehingga saat muatan kondensator penuh (time konstan 63%, karena merupakan fungsi linier setiap perubahan waktu), yang merupakan tegangan “critical gride”, maka pada posisi 63% itu maka relay SB akan bekerja. Dengan berubahnya thyratron, maka arus mengalir ke relay SB sehingga relay SB akan bekerja, dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor SW3 membuka. Membukannya SW3 menyebabkan terputusnya power supply dengan HTT.
c. Timer Automatic
Cara kerja dari timer otomatis ini yaitu: 1. Menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C. Ketika PB SWE ditekan maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju terminal 7,5,6,8 SW3 lalu menuju kumparan primer HTT dan kembali ke supply. Kemudian akan timbul arus yang mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah arus : Rectifier menuju kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh sebesar 0,63 C.
2. Setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga akan mengaktifkan relay S1. 3. Dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada arus yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi, maka prose penyinaran telah selesai.
2.3
Prinsip Kerja Foto Rontgen
Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paru paru, jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto ronsen jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah, bengkok, atau ada ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada umumnya, foto rontgen menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang, sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Untuk memotret bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat penyimpanan film dan tabung yang memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus sinar X akan berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar X akan berwarna putih. Dari hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam atau dokter tulang dapat menentukan pengobatan yang tepat bagi pasiennya. pasiennya.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam hal foto rontgen ini. Kelebihannya yaitu sebagai alat diagnosis, sebagai alat terapi (linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara secar a mudah. Disamping Dis amping kelebihan maka foto rontgen ini memiliki kekurangan, diantaranya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak radiasi sinar X yang masuk ke dalam tubuh.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Suatu alat penting yang mendorong untuk suatu pemeriksaan radiografi sederhana diantaranya yaitu pesawat rontgen konvensional. Radiografi konvensional dapat berupa pemeriksaan kontras dan non kontras. Cikal bakal ditemukannya pesawat rontgen konvensional ini yaitu dari penemuan sinar X oleh Willhem Conrad Rontgen, yang kemudian dikembangkanlah suatu alat untuk membantu kinerja dokter dalam mendiagnosis seorang pasien. Prinsip kerja Pesawat rontgen sederhana ini yaitu dengan memanfaatkan sinar X untuk pencitraan organ dalam yang tidak kasat mata. Sebagai contoh untuk mediagnosa / melihat organ dalam / tulang yang patah, maka dengan bantuan pesawat rontgen Sinar X membantu untuk pencitraan kondisi tulang yang patah didalam. Sehingga dapat mempermudah untuk membantu pekerjaan dokter. Pesawat Rontgen sederhana ini terdiri dari beberapa komponen diantaranya yaitu Rangkaian Power Supply, Pemanas Filamen, Rangkaian X Ray tube, rangkaian HTT, dan rangkaian Timer. Rangkaian – rangkaian tersebut berperan masing masing sehingga menghasilkan fungsi utama untuk pewawat rontgen konvensional ini. Adapun beberapa kelebihan dari pesawat rontgen konvensional ini yaitu, Prosesnya Cepat, mudah, dapat mendeteksi penyakit dalam, serta untuk jangkauan harga yaitu cukup murah. Sedangkan kekurangannya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak radiasi sinar X yang masuk ke dalam tubuh.
3.2
Saran Pesawat rongen konvensional kurang baik apabila digunakan secara terus menerus, karena
pengaruh dari sinar X, disarankan untuk diagnosa dalam konteks yang sering yaitu dengan alat yang telah dikembangkan dari pesawat rontgen konvensional untuk mereduksi efek yang ditimbulkan.