Contoh laporan kasus asfiksia
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ASFIKSIA Tanggal Pengkajian Tempat Pengkajian Jam Yang Mengkaji
I.
: : : :
PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Bayi Umur Jenis Kelamin Anak Ke
: an”c” : BBL 1 jam yang lalu : Perempuan :1
Nama Orang Tua Nama Ibu Umur Suku/bangsa Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat
: Ny. G : 26 tahun : Batak/Indonesia : SMA : IRT : Kristen : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu
Nama Ayah Umur Suku/bangsa Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat
: Tn.B : 29 tahun : Batak/Indonesia : SMA : PNS : Kristen : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat anaknya lahir,bernafas dengan megap,warna kulitnya kebirubiruan dan ekstremitas terkulai 3. Riwayat Kesehatan a.Penyakit Menular Ibu
mengatakan
didalam
keluarga
tidak
ada
yang
menderita
penyakit
TBC,Hepatitis,PMS b.Penyakit Keturunan Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada menderita penyakit DM,Asma dan jantung 4. Riwayat Kehamilan -Peritas Gravida - Umur Kehamilan - Periksa ANC - Frekuensi ANC - Penyakit Ibu Selama hamil
: G1 P0 A0 : 39 Minggu : ke Bidan : 6x selama hamil : ada Diametes melitus
5. Riwayat Persalinan - Jenis Persalinan
: Pervaginam dengan tindakan vakum
- Atas Indikasi
: Diabetes Melitus
- Partus di
: Klinik Bersalin Irmia
- Ditolong oleh - Kala 1
: Dokter :18 jam : Kala II : 2,5 Jam : Kala III: 20 Menit Kala IV:2 Jam
- Keadaan bayi saat lahir
:-Bayi tidak langsung menangis -Warna kulit kebiru-biruan dan tonus Otot lemah
B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum Kesadaran Tanda-tanda vital
Antropometri
Bayi : Lemah : Compos Mentis : RR : 28 x/menit Pols : 98 x/menit Temp : 36,5 0C BB : 3200 gr PB : 43 cm LILA : 14 cm LK/ LD : 32 cm / 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala -Bentuk -UUB -UUK -Sutura -Caput Succedenum -Chepal hematoma -Benjolan abnormal -An ensepali
: Normal : ada : ada : ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada
2. Mata -Bentuk ki/ka -Sekret -Strabismus -Conjungtiva -Sklera
: simetris : tidak ada : tidak ada : an anemis : an ikterik
3. Mulut ( gigi,gusi,lidah) -Bibir -Palatoskilis
: bentuk normal : tidak ada
-Labioskilis -Palata labioskilis -Gigi -Lidah
: tidak ada : tidak ada : belum tumbuh : normal, warna merah jambu
4. Hidung -Bentuk -Atresia coana -Pernapasan caping hidung -Sekret puruten
: simetris / normal : tidak ada :ada : tidak ada
5. Telinga -Bentuk -Sekret
: simetris ki/ka : tidak ada
6. Leher -Benjolan abnormal
: tidak ada
7. Thorax dan abdomen -Bentuk -Nafas -Denyut jantung -Abdomen -Tali pusat
: normal : megap-megap : Bradi cardia : Abdomen normal : tidak ada perdarahan (1 vena-2 Atresia)
8. Genetalia -Labia Mayora -Pengeluaran
: telah menutupi labia Minora : tidak ada
9. Anus -Atresia ani 10. Punggung
: tidak ada
-Bentuk
: normal
-Spina Bipida
: tidak ada
11. Ekstremitas -Atas
: Tangan ki/ka: simetris Tonus otot:Lemah : tangan ki/ka
: Simetris Tonus otot : Lemah Kelainan abnormal: tidak ada
II. INTERPRETASI DATA A. Diagnosa Bayi baru lahir aterm dengan asfiksia Dasar : DS -Ibu mengatakan warna kulit anaknya pucat -Ibu mengatakan anaknya bernafas cepat DO -Bayi pucat dan tampak kebiru-biruan pada ujung jari -Bayi bernafas cepat -Keadaan umum lemah -Tanda-tanda vital -Pols: cepat (130x/menit) -RR :>60x/menit -Suhu : 36 c -Lendir dihidung dan dimulut masih ada B.Masalah -Ibu cemas dan khawatir dengan keadaa anaknya -Ibu kurang pengetahuan terhadap keadaan anaaknya Dasar -Ibu tidak mengerti tentang keadaa anaknya -Ibu tampak cemas C.Kebutuhan -Bungkus bayi dengan kain agar tetap hangat -Bersihkan jalan nafas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut -Bersihkan badan dan potong tali pusat -Observasi TTV dan -Bila memungkinkan ke incubator -Penjelasan tentang keadaan bayi -Support kepada ibu dan keluarga agar tetap tenang
III. ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL Potensial asfiksia berat
IV. TINDAKAN SEGERA -Rangsang pernapasan -Resusitasi : endoktrakeal tube V. INTERVENSI N o D x
Hari/tanggal/ja m
Tujuan &
Jum’at januari 09 09.00 WIB
Tujuan:
1.Bungkus
-Pernapasan 30-60x/menit -tidak ada pernapasan cuping hidung
2.Dengan memasukkan 2.Masukka bayi kedalam n bayi ke incubator maka incubator akan mencegah hipotermi sehingga tidak 3.Bersihkan asfiksia berlanjut jalan nafas dengan hisap lendir 3.Diharapkan dengan dilakukannya pembersihan jalan nafas maka bayi dapat bernafas dengan spontan dan
/26
kriteria
INTERVENS I
RASIONAL
1.Dengan membungkus -Agar bayi bayi bayi dengan kain tetap hangat dengan dan -Agar bayi bias kain hangat hangat kering akan bernafas dan kering mencegah normal hipotermi sehingga Kriteria: asfiksia tidak -kulit bayi tidak berlanjut pucat lagi atau tidak
Para f
normal yaitu 306-x/menit 4.Bersihkan badan dan potong tali pusat
5.Observasi TTV
4.Dengan dibersihkannya badan bayi dari lendir-lendir maupun cairan ketuban akan mengurangi terjadinya evaporasi sehingga dapat mencegah hipotermi Dengan dipotongnya tali pusat segera maka dapat memutuskan hubungan antara ibu dan bayi
5.Dengan dilakukannya observasi TTV maka dapat
M
Tujuan: -Agar ibu tidak cemas lagi -Agar ibu mengetahui keadaan bayinya
1.Jelaskan tentang Keadaan bayinya
Kriteria -Ibu tampak tenang 2.Berikan Support mental
dengan segera mengetahui keadaan bayi tersebut 1.Diharapkan dalam memberikan penjelasan kepada ibu tentang keadaan bayinya maka ibu dapat tahu sehingga kecemasan ibu dapat berkurang
2.Diharapkan dengan diberinya support mental kepada ibu maka ibu akan lebih tenang dan tegar
VI. IMPLEMENTASI No
Hari/Tgl/Jam
Implementasi
Respon
Paraf
Dx
Jum’at/ 1. Membersihkan badan bayi 26 januari 09 dari lendir-lendir dan cairan 09;00 ketuban dengan menggunakan kain yang bersih dan kering sambil memberikan rangsangan taktilndan segera potong tali pusat bayi dengan cara: -Ambil klem pertama jepit tali pusat dengan jarak 5cm diatas umbilicus
1.Pembersihan badan dan pemotongan tali pusat sudah dilakukan
-Urut tali pusat klearah ujung dengan menggunakan tangan kiri sambil tangan kanan mengambil klem ke-2 -Jepit tali pusat dengan klem ke-2 dengan jarak 5cm dari klem pertama 2.Badan dan kepala bayi sudah dibungkus dengan 2. Membungkus badan dan kain yang kering kepala bayi dengan kain yang Dan hangat kering dan hangat untuk mencegah terjadinya hipotermi dan menjaga agar3. Penghisapan lendir tubuh bayi tetap hangat sudah dilakukan dan bayi bias 3. Membersihkan jalan napas bernafas spontan bayi dengan cara: dan kulit bayi sudah tampak memerah -Kepala bayi diposisikan ekstensi agar jalan napas terbuka dan punggung bayi diganjal dengan lipatan kain atau bantal kecil sehingga tinggi punggung bayi 2-3 cm diatas kasur -Hisap lendir pada hidung dan mulut bayi secara bergantian -Sambil memberikan sedikit rangsangan toktil dengan
cara menepuk telapak tangan4. atau telapak kaki bayi dengan menggunakan satu jari
–Pernapasan bayi normal yaitu 40x/menit -Nadi Bayi normal yaitu 110x/menit -Suhu tubuh bayi normal yaitu 36,5 c
4. Mengibservasi TTV bagi yang terdiri dari: -Pereiksa pernapasan bayi dalam satu menit penuh -Periksa nadi bayi satu menit penuh 5.Bayi tampak tidur -Periksa suhu tubuh bayi tenang dan muka dengan menggunakan bayi tampak thermometer selama 2-3 kemerah-merahan menit
5.
M
Meletakkan bayi kedalm incubator agar bayi tetap hangat dan dapat mencegah terjadinya hipotermi
1.Memberikan penjelasan
1.Ibu mengerti
kepada ibu bahwa bayinya mengalami asfiksia ringan dan keadaan ini dapat ditangani dengan segera sehingga ibu tidak perlu khawatir
dengan penjelasan yang diberikan oleh Bidan dan ibu mulai tampak tenang
2.Memberikan support mental kepada ibu agar tidak terlalu khawatir dan cemas akan keadaan bayinya dengan cara mengatakan bahwa ibu harus sabar dan ibu harus yakin kalau bayinya akan baik-baik saja
2.Ibu sudah mulai tenang dan tidak cemas lagi
VII. EVALUASI No Hari/Tgl/Jam Evaluasi Dx Jum’at/ S : - Ibu mengatakan kulit anaknya berwarna 26 januari 09 kemerah-merahan 10;00 WIB - Ibu mengatakan anaknya bias bernafas : Baik Kesadaran :compos mentis Tanda-tanda vital -Pols :40x/menit -RR :110X/Menit -Temps: 36,5 c A : Tujuan tercapai P : Intervensi dihentikan
Diposkan oleh the games di 02.07
Paraf
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM APLIKASI NANDA, NOC, NIC A. Pengertian Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir ( Wiknjosastro, 1999 ).
B.
Etiologi
Chamberlain (1997) mengemukakan bahwa gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai dengan anoksia / hipoksia janin dan berakhir dengan aspiksia neonatus. Towell (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari : 1.
Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu, ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam. b. Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran O2 ke placenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan : 1)
Gangguan kontraksi uterus : hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus karena obat
2)
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
3)
Hipertensi pada eklamasia
2.
Faktor Placenta, misal : solusio placenta.
3. Faktor Fetus : kompresi umbilkalis akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dan pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, dapat terjadi pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompres tali pusat pada persalinan sungsang antara janin dan jalan lahir. 4.
Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena pemakaian obat anestesia yang berlebihan pada ibu. 5.
Faktor antepartum
Umur ibu > 35 tahun, kehamilan kurang bulan, kehamilan ganda, dismatur, riwayat IUFD infeksi pada ibu, kecanduan obat pada ibu, cacat bawaan, ibu dengan DM, anemia, perdarahan trimester II / III, oligohidramnion. 6.
Faktor Intra partum
Sectio Caesaria, persalinan kurang bulan, pemakaian anestesi umum, KPD > 24 jam.
C. Patofisiologi Asfiksia Dalam kehidupan intrauterin paru-paru tidak berperan dalam pertukaran gas. Dalam keadaan hamil, alveoli janin berisi cairan yang dibentuk dalam paru-paru. Pada saat kelahiran diperlukan tekanan yang besar untuk mengeluarkan cairan tersebut sehingga paru-paru dapat berkembang untuk pertama kalinya. Pernafasan pertama memerlukan tekanan 2-3 kali lebih tinggi daripada pernafasan selanjutnya. Pada saat proses persalinan, kontraksi uterus dapat mempercepat pengeluaran cairan, sebagian cairan paru masuk rongga perivaskuler dan diabsorbsi ke dalam aliran darah dan limfe paru-paru. Pada saat bayi bernafas alveoli akan mengembang sehingga cairan paru-paru akan berganti dengan udara. Masalah pengeluaran cairan paru terjadi pada bayi yang paruparunya tidak berkembang dengan baik saat pernafasan pertama. Ini dapat dilihat pada bayi lahir dengan apnea. Bayi yang tidak pernah bernafas dapat diasumsi bahwa pangembangan alveoli tidak terjadi dan tetap terisi cairan. Melakukan pernafasan buatan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan.
Tanda dan Gejala
1 Penilaian apgar score. Penilaian asfiiksia secara APGAR mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian asfiksia pada BBL.
Patokan klinis yang dinilai : a. Menghitung frekwensi jantung b.Melihat usaha bernafas
c. Melihat tonus otot d.
Melihat reflek rangsangan
e. Memperhatikan warna kulit
Tabel APGAR SCORE Tanda
O
1
2
Frekwe nsi jantung
Tidak ada
< 100 / menit
> 100 / menit
Usaha bernafa s
Tidak ada
Lambat tak teratur
Menangis kuat
Tonus otot
Lumpuh
Extremitas fleksi sedikit
Gerakan pasif
Reflek
Tidak ada
Gerak sedikit
Menangis
Warna
Biru / pucat
Tubuh kemerahan, extremitas biru
Tubuh ekstremitas kemerahan
2 Tingkatan asfiksia a. Asfiksia ringan / bayi normal : nilai apgar score 7-9 b.Asfiksia sedang : nilai apgar score 4-6 c. Asfiksia berat : nilai apgar 0-9
D. Komplikasi Asfikasi 1.Asidosis respiratorik Bila berlanjut dan tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, jantung dan hati akan berkurang, asam organik yang terjadi akibat metabolisme ini akan menimbulkan asidosis metabolik 2.Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. 3.Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
4.Kerusakan sel otak akibat asidosis dan gangguan kardiovaskuler. 5.Odem otak, perdarahan intra / periventrikuler 6.Gangguan kognitif, gangguan tingkah laku, retardasi mental, epilepsi atau cerebral palsy di kemudian hari.
E.
Penatalaksanaan
Prinsip dasar resusitasi (Wiknjosastro, 2001) 1 Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar. 2 Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha peernafasan lemah. 3
Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.
4
Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik. Kriteria bayi yang perlu resusitasi :
1
Apnea primer : napas cepat, tonus otot berkurang, kulit kebiruan
2 Apena sekunder : napas megap-megap yang dalam, denyut jantung menurun, bayi terlihat lemas (flacid) napas makin lama makin lemah, tidak berespon terhadap rangsang. Tanda penilaian : 1
Pernafasan
2
Denyut jantung
3
Warna kulit
4
Apgar score
Score apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan harus dimulai resusitasi tetapi merupakan cara yang efektif untuk menilai kondisi bayi. Penilaian harus segera dilaksanakan setelah lahir tidak usah menunggu penilaian score apgar menit pertama. Tindakan resusitasi bayi : A B C resusitasi 1.
Assesment / Airway / Agitatim
.
a.
Observasi warna, suara, aktivitas bayi
b.
Tanda vital : heart rate, pernafasan, kapillary refill
c.
Cek kepatenan jalan nafas (airway) : bersihkan nasopharing dan mulut
d. Agitale (stimulasi janin) : menggosok punggung agar bayi menangis sehingga ada usaha bernafas. 2.
Breathing
a.
Melakukan rangsang taksil untuk memulai pernafasan.
b.
Melakukan ventilasi tekanan positif (VTP) bila perlu seperti:
Sungkup ~ Balon Pipa ET ~ Balon 3.
Circulation / Cardiac
Bila heart rate 60 kali / menit atau 80 kali / menit dan tak ada perbaikan, kompresi dada harus dilakukan. Asisten mengecek nadi perifer bayi (femoralis, brakhialis, karotis, atau radialis) dan kapillary refill untuk mengkaji efektifitas kompresi. Tujuan kompresi dada adalah untuk bayi dengan sirkulasi yang rendah atau tak ada, kompresi dada dianjurkan 120 kali / menit atau 2 kali / detik. Selalu diiringi pernafasan. Obat-obatan yang dipakai a.
Epineprin 1: 10.000 ~ ampul 3 ml atau 1 ml
b.
Nalokson hidroklorida 4.4 mg / ml ~ ampul 1 ml atau 1.0 mg / ml ~ ampul 2 ml.
c.
Volume ekspander
d.
Bikarbonat natrikus 4,25 (5 mg / 10 ml)
e.
Dektrosa 10%, 250 ml
f.
Aqua steril, 30 ml
g.
Nacl biasa, 30 ml
F.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Identitas orang tua
: 5% larutan garam abvulin, Nacl 0.9 %, RL
Identitas bayi baru lahir : Tanggal lahir……………jam….. Jenis kelamin…………… Kelahiran tunggal / ganda Lahir hidup / mati Ukuran : BB, PB, LK, LD, LLA. Apgar score:………. Riwayat Persalinan : Cara persalinan………ditolong oleh…………atas indikasi…………… Persalinan di…………… Lama persalinan kala I : ……………. Perdarahan ……………… Lama persalinan kala II : ……………… Ketuban lama pecah : warna……….Bau………… Pemeriksaan fisik 1)
Tanggal………jam…..
2)
Keadaan umum tampak lemah
3)
Kepala : bentuk mesocephal, ubun-ubun besar sudah menutup.
4)
Mata : sklera tak ikterik, konjungtifa tak anemis
5) Hidung : bentuk simetris, ada cuping hidung, nampak megap-megap, belum napas 6)
Telinga : bentuk simetris, tak ada kotoran
7)
Mulut : bibir sianosis, membran mukosa tak kering
8)
Leher : tak ada pembesaran kelenjar tiroid
9)
Dada : bentuk simetris, ada retraksi dada
10) Frekuensi nafas < 30 kali/menit, atau apena (henti napas > 20 detik) 11) Jantung : denyut jantung < 100 kali/menit 12) Paru-paru
: masih terdengar suara nafas tambahan ( ronkhi basah +)
13) Abdomen
: meteorismus + tali pusat berwarna putih dan masih basah
14) Kulit : warna kulit sianosis 15) Extremitas : tak ada tonus otot, tonus otot sedikit/lemah 16) Refleks : tak ada reflek moro
.Diagnosa keperawatan 1)
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2)
Hipotermi berhubungan dengan terpapar lingkungan dingin
3)
Resiko infeksi berhubungan dengan presedur invasif.
4)
Pola makan bayi tidak efektif b.d kegagalan neurologik
Rencana Keperawatan
N o
Dianogsa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1.
Pola napas tidak efektif
Setelah
b.d hipoventilasi.
tindakan keperawatan
Batasan karakteristik :
selama…X
jam, 1. diharapkan pola napas bayi
Bernapas menggunakan
otot
napas tambahan. Dispnea Napas pendek Frekwensi napas < 25 kali / menit atau > 60 kali / menit
dilakukan 24
efektif
(3140) : Buka jalan napas
dengan 2.
kriteria :
Posisikan
bayi
memaksimalkan
Ventilasi (0403) :
untuk
ventilasi
dan
mengurangi dispnea
Status Respirasi : 3.
Pernapasan
pasien
30-60X/menit.
4.
Pengembangan dada simetris. Irama
Manajemen Jalan Napas
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan Identifikasi
bayi
perlunya
pemasangan alat jalan napas buatan
5. pernapasan
Keluarkan sekret dengan suctin
6.
Monitor respirasi dan ststus
teratur
Tidak ada retraksi dada saat bernapas
oksigen bila memungkinkan Monitor Respirasi (3350) :
Inspirasi dalam tidak 1. Monitor kecepatan, irama, ditemukan kedalaman dan upaya bernapas Saat bernapas tidak 2. Monitor pergerakan, memakai otot napas kesimetrisan dada, retraksi dada tambahan dan alat bantu pernapasan Bernapas
mudah 3. tidak ada suara napas 4. tambahan
Monitor adanya cuping hidung Monitor
pada
pernapasan:
bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi, respirasi kusmaul, cheyne stokes, apnea 5.
Monitor adanya penggunaan otot diafragma
6.
Auskultasi suara napas, catat area
penurunan
dan
ketidakadanya
ventilasi
dan
bunyi napas.
2.
Hipotermi b.d terpapar
Setelah
lingkungan dingin.
tindakan keperawatan
Batasan karakteristik :
selama…X
dilakukan 24
jam
hipotermi teratasi dengan indicator :
Pucat Kulit dingin Suhu tubuh di bawah rentang normal Menggigil
Termoregulasi Neonatus (0801) : Suhu axila 36-37˚ C RR : 30-60 X/menit Warna kulit merah
Pengobatan Hipotermi (3800) : Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke tempat yang hangat (di dalam incubator atau di bawah lampu sorot) Bila pakaian
basah
segera
ganti
bayi
dengan
yang
hangat dan kering, beri selimut Monitor suhu bayi
Kuku sianosis Pengisian
muda kapiler
lambat
Monitor
Tidak ada distress
gejala
fatigue,
respirasi
hipotermi
lemah,
:
apatis,
perubahan warna kulit.
Tidak menggigil
Monitor status pernapasan
Bayi tidak gelisah
Monitor intake/output
Bayi tidak letargi 3
1. 2.
Resiko infeksi
Setelah
Faktor Resiko :
tindakan keperawatan 1. selama…X 24 jam bayi
Prosedur invasif Ketidak adanya perawatan imun buatan
3.
Malnutrisi
diharapkan
dilakukan
terhin-dar
Mengontrol Infeksi (6540) : Bersihkan
box
/
incubator
setelah dipakai bayi lain
dari tanda dan gejala 2. Pertahankan teknik isolasi bagi infeksi dengan bayi ber-penyakit menular indicator : 3. Batasi pengunjung Status Imun (0702) : 4. Instruksikan pada pengunjung RR : 30-60X/menit untuk cuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung
Irama napas teratur Suhu 36-370 C Integritas kulit baik
5.
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.
Integritas nukosa
Cuci
tangan
sesudah
baik
sebelum
mela-kukan
dan
tindakan
keperawatan
Leukosit dalam batas7. normal
Pakai sarung tangan dan baju sebagai pelindung
8.
Pertahankan
lingkungan
aseptik selama pemasangan alat 9.
Ganti letak IV perifer dan line kontrol
dan
dressing
ketentuan 10. Tingkatkan intake nutrisi
sesuai
11. Beri antibiotik bila perlu. Mencegah Infeksi (6550) 1.
Monitor
tanda
dan
gejala
infeksi sistemik dan lokal 2.
Batasi pengunjung
3.
Skrining pengunjung terhadap penyakit menular
4.
Pertahankan
teknik
aseptik
pada bayi beresiko 5.
Bila perlu pertahankan teknik isolasi
6.
Beri perawatan kulit pada area eritema
7.
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, dan drainase 8.
Dorong masukan nutrisi yang cukup
9.
Berikan
antibiotik
sesuai
program
4.
Pola makan bayi tidak
Setelah
efektif b.d kegagalan
tindakan keperawatan
neurologik
selama … X 24 jam
Batasan karakteristik :
dilakukan
pola makan bayi efektif
Enteral Tube Feeding (1056) : Pasang NGT / OGT Monitor
ketepatan
insersi
NGT / OGT Tidak mampu dalam
menghisap, menelan dan bernafas
Cek peristaltic usus Monitor terhadap muntah /
Tidak mampu dalam
distensi abdomen
memulai atau Cek residu 4-6 jam sebelum
menunjang penghisapan
pemberian enteral
efektif
DAFTAR PUSTAKA IOWA Outcomes Project. Nursing Outcomes Clasification (NOC), edisi 2, 2000. Mosby. IOWA Outcomes Project. Nursing Interventions Clasification (NIC), edisi 2, 2000. Mosby. Ralph dan Rosenberg. 2003. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification 2005-2006. Philadelphila, USA.
Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayidengan-asfiksia.html#ixzz2W9ayovzm
TUDY KASUS UNTUK TUGAS AKHIR "Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi" Diposkan oleh Laila Lyra Belacqua Azhar Al-Banjari di 11/12/2011 02:15:00 AM
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi Pembangunan Masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010, sebagai bagian dari program Safe Motherhood yang bertujuan melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (Depkes 2001). Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, secara global 4 juta (33 per seribu) bayi lahir mati (Stillbirth) dan 4 juta (33 per seribu) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal). Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami Asfiksia Neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98% dari kematian bayi terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang (Kosim, MS.2005). Menurut Sujudi (2003) berdasarkan hasi Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 bayi per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup (Kompas, 2003), sedangkan hasil SDKI tahun 2007 AKB di Indonesia 35 per 1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan AKB di Malaysia. Angka Kematian Bayi (AKB) hingga kini masih tinggi, yaitu 37 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2005), beberapa diantara penyebabnya adalah Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi. Berdasarkan data yang diperoleh Angka Kematian Bayi (AKB) secara Nasional tahun
2004 sebesar 11,7 per 1.000 kelahiran, sedangkan tahun 2005 meningkat 35 dari 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi 47% meninggal pada masa neonatal. Penyebab kematian bayi di Indonesia antara lain Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR) (29%), Asfiksia Neonatorum (27%), trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (44%) (Depkes RI, 2005). Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), dan kelainan congenital (1%) (Http://pwskia.wordpress.com) Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 (21,80 per seribu) meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal). Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal dini yang meninggal (Komalasari, K.2003). Meskipun telah terjadi penurunan kematian bayi dan anak yang signifikan, namun kematian Bayi Baru Lahir (BBL) masih tinggi hal ini mungkin erat kaitannya dengan komplikasi obstetric dan kasus kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan, penyebab kematian neonatal yang utama adalah Hipotermi sebanyak (7%) dan
Asfiksia Neonatorum
sebanyak 27% setelah BBLR sebanyak 29% (Depkes RI,2005) Sesuai dengan sasaran Departemen Kesehatan RPJMN 2009 untuk mencapai umur harapan hidup dari 66,2 menjadi 70,6 tahun dan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 35 per 1000 menjadi 26 per 1000 dengan penyebab kematian bayi baru lahir BBLR (29%) diharapkan terjadinya penurunan kematian 20-40% dan kematian yang disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum (27%) diharapkan penurunan kematian 20-30%, maka perlu diperhatikan status gizi ibu, kehangatan pada bayi, adanya tenaga kesehatan yang terampil dapat memberikan resusitasi pada bayi dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi. Data yang diperoleh dari SDKI tahun 2007, AKB di Kalsel 39 per 1.000 kelahiran hidup, untuk rata-rata nasional sekitar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari hasil laporan rutin
Dinas Kesehatan Kalsel terjadi turun naik kasus AKB antara tahun 2006 hingga 2009. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 421 kasus, tahun 2007 naik menjadi 519 kasus, tahun 2008 turun menjadi 508 kasus dan tahun 2009 naik lagi menjadi 521 kasus. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjar, Tahun 2008 di Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha Martapura, BBL berjumlah 873 bayi, dengan 37 kematian yaitu pada bulan Januari ada 2 kelahiran mati, Februari 3, Maret 3, April 2, Mei 3, Juni 2, Juli 5, Agustus 2, September 3, Oktober 4, November 4, dan Desember 3. Bayi yang meninggal dengan Asfiksia Neonatorum sebanyak 14 bayi dan 3 bayi dengan komplikasi Hipotermi ( BPS Kab. Banjar, 2009 ). Penyebab Asfiksia pada bayi antara lain karena faktor pada bayi maupun faktor pada ibu. Jika Asfiksia pada bayi tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan kerusakan otak bahkan kematian pada bayi, sedangkan akibat Asfiksia pada masa yang akan datang dapat berdampak kecerdasannya berkurang. Bayi baru lahir sering mengalami Hipotermi karena ketidak mampuannya mempertahankan suhu tubuh, lemak subkutan yang belum sempurna, permukaan tubuh yang luas dibandingkan masa tubuh, dan suhu lingkungan yang dingin. Bayi yang kehilangan panas (Hpotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, bayi akan segera mengalami Hipotermi meskipun berada dalam ruangan yang relative hangat Berdasarkan data-data tersebut diatas, AKB yang disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi di RSUD Ratu Zalecha cukup tinggi, maka penulis tertarik ingin menulis “Asuhan Kebidanan Pada “By. Ny. “M” JK Laki-Laki Usia 0 Hari Aterm Sesuai Masa Kehamilan Dengan Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Ratu Zalecha Martapura” sebagai Studi Kasus penulis guna memenuhi tugas akhir. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kanyataan yang ada maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada By. Ny.”M” dengan Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang?” 1.3. 1.3.1
1.3.2 a) b) c) d) e) f) g)
Tujuan Tujuan Umum Mendapatkan pengetahuan serta permahaman dan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia dan Hipotermi. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. “M” adalah sebagai berikut : Melaksanakan pengkajian terhadap keadaan By. Ny. “M” Mengidentifikasi masalah By. Ny. “M” dengan melakukan diagnosa Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada By. Ny. “M” Mengidentifikasi kebutuhan segera yang diperlukan By. Ny. “M” Merumuskan rencana Asuhan Komprehensif pada By. Ny. “M” Melaksanakan rencana Asuhan Kebidanan By. Ny. “M” Melaksanakan evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan kepada By. Ny. “M”
1.4. 1.4.1
Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Dapat digunakan sebagai bahan acuan didalam melaksanakan Asuhan Kebidanan 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Lahan Praktik Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam memberikan Asuhan Kebidanan khususnya pada kasus Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi 1.4.2.2
Sedang. Bagi Institusi Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan di bidang kebidanan khususnya
1.4.2.3
masalah yang terjadi pada neonatus dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi Sedang. Bagi Penulis Mendapatkan pengalaman nyata serta dapat menerapkan apa yang telah didapat dalam
perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan. 1.4.2.4 Bagi Pasien Memberikan petunjuk tentang perawatan pada Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi Sedang 1.5. 1.5.1
Metode Penulisan Metode
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskripsi dalam bentuk studi kasus, yaitu metode yang mempunyai tujuan utama untuk membuat 1.5.2 Tekhnik Pengumpulan Data Tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada By. Ny. “M” dengan Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang adalah : a. Wawancara Metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai Ibu/keluarga pasien yang diteliti (Hidayat. 2007) b. Observasi Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada pasien penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007). c. Pemeriksaan Fisik Pengumpula data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, atau mendapatkan data obyektif (Nursalam, 2001). d. Study Kepustakaan Yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengambil literature dari buku-buku serta makalahmakalah yang ada (Budiyanto, 2005). e. Study Dokumentasi Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli (Hidayat, 2005). 1.6. 1.6.1
1.6.2 1.7.
Tempat dan Waktu Tempat Tempat pelaksanaan pengmbilan data untuk studi kasus dilaksanakan di RSUD Ratu Zalecha Martapura, Kec. Martapura, Kab. Banjar. Waktu Waktu pengambilan data untuk studi kasus ini dilaksanakan pada 23 Mei 2011. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan studi kasus ini disusun secara sistematis menjadi lima bab, dengan susunan sebagai berikut : Bab 1 : PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode, dan tekhnik pengumpulan data, lokasi dan waktu penulisan, serta sistematika penulisan. Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi konsep dasar Bayi Baru Lahir (BBL), tafsiran maturitas neonatus, konsep dasar Asfiksia Neonatorum, konsep dasar Hipotermi, dan konsep manajemen asuhan kebidanan pada bayi dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi. Bab 3 : TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan diagnosa, antisipasi diagnosa masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab 4 : PEMBAHASAN Bab 5 : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KASUS ASFIKSIA NEONATORUM / BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS SPONTAN Posted by Ahmad Rapani on Rabu, Januari 27, 2010 LANDASAN TEORI Proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan satu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, maka bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih esensial dari asuhan bayi baru lahir. Setelah bayi lahir esensilanya bayi akan menangis dengan spontan. Apabila bayi lahir tidak menangis dapat terjadi beberapa faktor yaitu bayi mengalami sumbatan jalan nafas karena lendir dan air ketuban atau juga dapat disebabkan karena asfeksia neonatomm. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi barn lahir disebabkan oleh asfeksia yaitu keadaan dimana bayi barn lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna sehingga tindakan keperawatan untuk keperawatan dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin terjadi (Sarwono, 2005). ETIOLOGI Sambutan pada jalan nafas diakibatkan atau dikarenakan oleh lendir dan air ketuban yang menyumbat pada hidung, mulut dan tenggorokan halus langsung dilakukan pembersihan jalan nafas agar bayi dapat bernafas dan menangis, setelah itu beri rangsang taktil bila bayi tidak juga menangis, bila tidak menangis maka ditakutkan terjadi asfiksia yaitu pengembangan paru BBL terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusui dengan pernafasan teratur, bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan, oksigen dari ibu ke jari in maka akan terjadi aksifikasi neonatorium. Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dan :
1. Faktor ibu a. Hipoksia ibu, hal mi akan menimbulkan hipoksia jari in, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgesic atau anastesi dalam. b. Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran 02 ke placenta dan ke jari in. 2. Faktor placenta Solusio placenta dan perdarahan placenta 3. Faktor fetus Tali pusat menumbang, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara jari in dan jalan lahir. 4. Faktorneonatus a. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan jari in b. Trauma yang terjadi pada persalinan misalnya : perdarahan intra kranial c. Kelainan congenital misalnya : hernia, diagfragmatika, atresia saluran pernafasan hipoplasia pam, (Hanifa Wiknjosastro — 1999) Gejala dan tanda asfiksia neonatorum a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap diikiuti dengan bayi lahir tidak menangis spontan dan bernafas lamba;. (kflr’ang dan 30 x per menit) b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran / retraksi (pelekukan dada) c. Tangisan lemah atau merintih d. Warna kulit biru atau pucat e. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai f. Denyut jari tung tidak ada atau lambat (bradikardi) kurang dan 100 x/menit (Gulardi Wiknjosastro 2007) Tindakan pasca asfiksia neonatorum Tindakan yang dikerjakan pada bayi yang lazim disebut resusitasi BB. Sebelum resusitasi dikerjakan perlu di perhatikan bahwa: 1. Faktor waktu sangat penting 2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anaksia/hipoksia antenatal tidak diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena bisa anaksia/hipoksia pasca natal harus di cegah dan di atasi. 3. Riwayat kehamilan dan pertus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor terjadinya depresi pernafasan BBL. 4. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang lakukan secara adekuat. (Hany, Oxorn : 1996) Prinsip
dasar
resusitasi
yang
perlu
di
ingat
a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan b. Memberi bantuan pernafasan secara efektifpada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah. c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBL d. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang dilakukan dapat di pilih dan di tentukan secara adekuat. (Gulardi Wiknjosastro 2007) Penatalaksanaan 1. Langkah a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan melakukan b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit mengganjal bahu bayi dengan c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan ketentuan sebagai
Asfiksia awal hangat untuk pertolongan. ekstensi atau kain) nafas dengan berikut
1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada hidung. 2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebarlebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati. 3) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi. 2. Langkah resusitasi a. Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan sungkup muka) b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi c. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat. d. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah e. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam tautan sungkup dan wajah. f. Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi) g. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada h. Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna udara ruangan) i. Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi. j. Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat. k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit: 1) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibubayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi) 2) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian ulang. 3) Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir. 4) Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia) 5) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi. 6) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung dan warna kulit 7) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi. 8) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga. (Rachimhadi et al :1997)