LAPORAN KASUS BLOK ELEKTIF
PROSEDUR PEMASANGAN OGT PADA BAYI
DISUSUN OLEH: YUDHA FERRIANSYAH 1102010299
BIDANG KEPEMINATAN: KEGAWATDARURATAN TUTOR: dr. Rika Ferlianti
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI APRIL 2014
PROSEDUR PEMASANGAN ORAL GASTRIC TUBE PADA BAYI
ABSTRAK Objektif: Laporan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca untuk lebih mengerti tentang pedoman pemasangan oral gastric tube (OGT) pada bayi yang tidak mau makan dengan indikasi aspirasi pneumonia Desain studi : Laporan kasus, berdasarkan pengalaman kasus pemasangan OGT pada bayi di Instalasi Gawat Darurat RS di Pasar Rebo. Metode: Penelitian deskriptif studi kasus, yaitu
suatu penyelidikan intensif
tentang individu yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti dan eksplorasi dari beberapa sumber artikel, jurnal, dan buku Diskusi: Manifestasi klinis aspirasi pneumonia, Indikasi dan prosedur pemasangan oral gastric tube (OGT), komplikasi pemasangan OGT yang tidak benar. Kesimpulan:Pemasangan oral gastric tube dengan benar dapat mengurangi resiko komplikasi keadaan bayi lebih buruk. Kata Kunci: Aspirasi Pnemonia, Pemasangan OGT
PENDAHULUAN
Orogastric tube (OGT) adalah selang kecil dan panjang yang dimasukkan melalui mulut , yang turun ke tenggorokan langsung ke perut . Dua jenis OGT yang digunakan : " wide boar" tabung yang terbuat dari PVC untuk penggunaan jangka pendek dan " fine bore" tabung yang terbuat dari silikon atau poliuretan untuk penggunaan jangka panjang ( 4-6 minggu ) Indikasi pemangan OGT adalah untuk pasien dengan masalah salauran pencernaan atas (stenosis esoagus, tumor mulit atau faring atau juga esofagus dll),pasien yang tidak mampu menelan, pasien pasca operasi pada hidung faring atau esofagus. Yang bertujuan untuk memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan,mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung, mengirigasi lambung karena perdarahan atau keracunan dalam lambung,mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma (Simpson C, Schanler RJ, Lau C. Early introduction of oral feeding in preterm infants. Pediatrics. 2002 Sep;110(3):517-22.)
Tujuan dibuatnya laporan kasus ini adalah saya mengharapkan agar pembaca mendapat wawasan dan pembelajaran yang lebih luas tentang prosedur pemasangan OGT yang sesuai dengan SOP dan indikasi pemasangan OGT pada bayi.
LAPORAN KASUS Seorang anak perempuan berumur 2 bulan 4 hari dengan Berat badan (BB) 4,8 kg pada tanggal 14-04-2014 jam 11.00 dibawa kedua orang tuanya ke RSPR dengan keluhan utama sesak. Sesak dirasakan mendadak sejak jam 08.00, sesak memberat 2 jam yang lalu, pasien tidak mau minum ASI sedikit pun sejak tadi pagi, pasien juga terlihat rewel dan gelisah. Sesak pada pasien dicetuskan ketika pasien menangis pasien diberikan air susu. Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluh sesak, pasien tidak ada riwayat batuk, pilek maupun panas sebelumnya. Sebelumnya pasien jam 10.00 diberi obat, karena keadaan pasien belum juga membaik akhirnya dibawa ke RSPR.
Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini, pasien juga tidak mempunyai riwayat sesak dan riwayat batuk sebelumnya. Keluarga pasien tidak mempunya riwayat atopi sebelumnya. Keluarga menuturkan bahwa keadaan lingkungan sekitar bersih dan setiap kali akan dipakai dot dicuci dan direbus terlebih dahulu. Pasien lahir secara normal, ketuban jernih dan cukup bulan, lahir di bidan dengan BB 2700 gr dan Panjang badan (PB) 48 cm. Pasien saat lahir sampai umur 1 minggu minum ASI setelah itu diganti PASI (SGM) sampai sekarang karena ibu pasien bekerja di Pasar Minggu. Pasien belum pernah makan apapun kecuali PASI. Riwayat imunisasi pasien BCG1x, hepatitis B 1x, DPT belum pernah, Polio 1X dan belum pernah mendapatkan imunisasi campak.
Saat datang ke RSPR pasien dalam keadaan somnolen, nadi 180x/menit, nafas 60x/menit, suhu 37˚C aksila, BB 4800 gram, PB 56 cm, lingkar kepala 38cm. Pada pemeriksaan pasien tampak sianosis dan sesak, Dokter mendiagnosis pasien tersebut terkena penyakit aspirasi pneumonia, untuk penanganan pertama dokter tersebut telah memberikan obat antibiotik, setelah itu dengan bantuan perawat dipasang oral gastric tube (OGT) dikarenakan pasien tidak mau makan sejak pagi tadi. Namun, prosedur pemasangan OGT tidak sesuai dengan standar operasional pemasangan OGT karena tidak dilakukan pengecekan untuk memastikan apakah OGT telah terpasang dengan baik.
DISKUSI ASPIRASI PNEUMONIA Pada usia anakanak,Pneumonia merupakan penyebab kem a t i a n t e r b e s a r terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kematian Pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka kesakitandiperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya. Fakta yangsangat mencengangkan. Karenanya, kita patut mewaspadai setiap keluhan panas, batuk,sesak pada anak dengan memeriksakannya secara dini (Setiowulan, 2000).
Gejala dari radang paru atau pneumonia ini bervariasi, tergantung dari usia anak & penyebabnya sendiri apakah dari bakteri atau virus. Berikut adalah beberapa gejala radang paru atau pneumonia yang dapat terjadi, seperti :
Demam
Menggigil
Batuk
Nafas yang tidak teratur
Nafas berbunyi
Susah bernafas
Muntah
Sakit pada dada
Sakit pada perut
Aktifitas menurun
Hilang nafsu makan
Pada kasus tertentu yang ekstrim dapat timbul warna kebiruan pada kuku atau bibir
Kadang-kadang gejala yang terlihat pada anak adalah nafas yang tidak teratur. Apabila radang paru atau pneumonia terjadi pada paru-paru bagian bawah dekat
dengan daerah perut, maka masalah pernafasan tidak akan tampak, gejala yang terjadi adalah demam, nyeri pada perut atau muntah. Ketika radang paru atau pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka anak yang terinfeksi akan cepat memburuk serta mengalami demam tinggi secara tiba-tiba & nafas yang tidak teratur. Tetapi apabila radang paru atau pneumonia tersebut disebabkan oleh virus, maka gejala yang tampak akan terlihat secara bertahap. Nafas berbunyi biasanya terjadi pada radang paru atau pneumonia karena virus. Dari penjelasan tentang aspirasi pneumonia diatas dapat dilihat salah satu manifestasi klinis penyakit tersebut adalah tidak adanya nafsu makan, maka dari itu pasien dipasangkan oral gastric tube (OGT) agar tidak terjadi malnutrisi pada bayi tersebut.
Amin, Muhammad. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
INDIKASI DAN STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR MEMASANG OGT (ORAL GASTRIC TUBE)
A.
Pengertian
Melakukan pemasanga selang dari rongga mulut sampai kelambung pada bayi atau anak
B. 1.
Indikasi Pasien dengan masalah salauran pencernaan atas (stenosis esofagus, tumor mulut atau faring atau juga esofagus dll)
2.
Pasien yang tidak mampu menelan
3.
Pasien pasca operasi pada hidung faring atau esofagus
C.
Tujuan
1.
Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
2.
Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
3.
Mengirigasi lambung karena perdarahan atau keracunan dalam lambung
4.
Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma
5.
D. a.
Mengambil spesemen dalam lambung untuk pemeriksaan laboratorium
Persiapan alat Bak troli yang berisi : 1.
OGT No 5 atau 8 (untuk anak yang lebih kecil)
2.
Sudip lidah (tongue spatel)
3.
Sepasang sarung tangan
4.
Senter
5.
Spuit ukuran 20-50 cc
6.
Plester
7.
Stotoskop
8.
Handuk
9.
Tissue
10. Bengkok
b.
Alat-alat yang dimasukan dalam bak instrumen steril : 1.
Selang NGT
2.
Sarung tangan steril
3.
Spuit
E.
Persiapan
1.
Mencuci tangan (merujuk pada mencuci tangan yang baik dan benar)
2.
Mempersiapkan alat
3.
Membaca status pasien untuk memastikan instruksi
4.
Alat-alat yang dimasukan dalam bak instrumen :
F.
a.
Selang OGT
b.
Sarung tangan
c.
Spuit OGT
Persiapan untuk pasien
1.
Memberikan penjelasan mengenai tindakan, perosedur serta tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
2.
G.
Mengatur posisi pasien supinasi
Persiapan lingkungan
1.
Menutup pintu atau gordien dan juga sampiran harus diperhatikan
2.
Mengatur pencahayaan di ruangan pasien dengan cukup
H.
Perosedur pelaksanaan
1.
Mencuci tangan dengan cara yang baik dan benar
2.
Berikan salam teraupetik kepada pasien
3.
Perkenalkan kembali nama serta validasi identias pasien
4.
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuanya (termasuk rasa tidak nyaman yang kemungkinan yang akan dialami pasien ketika tindakan berlangsung)
5.
Atur pasien dengan posisi supinasi
6.
Pasang handuk pada dada pasien, letakan tissue wajah pada jangkauan pasien
7.
Pasang perlak, pengalas dan bengkok disamping telinga pasien
8.
Untuk menentukan insersi OGT minta pasien rileks dan bernafas normal
9.
Bersihkan area sekitar mulut mengguanakan tissue
10.
Pasang stotoskop pada telinga
11.
Gunakan sarung tangan steril
12.
Ukur panjang selang yang akan dimasukan dengan menggunakan : a.
Metode Tradisional Ukur jarak dari tepi mulut kedaun telinga bawah dan proksesus xiphoideus pada sternum
b.
Metode Hanson Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan dimasukan adalah pada pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional
13.
Beri tanda pada panjang selang yang suddah diukur
14.
Masukan selang di mulut yang sudah ditentikan
15.
Lanjutkan memasukan selang sepanjang mulut. Jika terasa agak tertahan putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk masuk
16.
Lanjutkan memasang selang sampai memasukan orofaring. Setelah melewati orofaring (3-4 cm) kalau perlu anjurkan pasien untuk menekuk dan menelan. Jika perlu berikan sedikit air minum
17.
Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang dibelakang tenggorokan dengan menggunakan tongue spatel dan senter
18.
Jika telah selesai memasang OGT, sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan pasien untuk bernafas normal dan rileks
19.
Periksa letak selang dengan : a.
memasang spuit pada ujung OGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut dikuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian suntikan 5-10 cc udara bersama dengan auskultasi abdomen
b. 20.
aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
Fiksasi selang OGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung dengan cara : a.
Potong 5 cm pelester, belah menjadi 2 sepanjang 2,5 cm pada salah satu ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung pasien dan silangkan plester pada selang keluar hidung.
b.
Tempelkan ujung selang OGT pada baju pasien dengan memasang plester pada ujung dan penitikan pada baju pasien
21.
Evaluasi setelah terpasang OGT
22.
Rapikan alat-alat
23.
Cuci tangan
El Soetopo. 2011. STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR MEMASANG OGT (ORAL GASTRIC TUBE). http://networkedblogs.com/iWWLg (16 April 2014)
Komplikasi OGT dapat terjadi selama laparoskopi, namun jarang dilaporkan dan dapat dikaitkan dengan morbiditas yang lain.Hal-hal yang dapat terjadi dari pemasangan Ogt yang salah di antaranya:
Known esophageal varices
Esophageal stricture
Esophageal or stomach cancer
Esophagectomy or partial gastrectomy
Gastric bypass
Penetrating neck trauma
Pemakaian OGT tergantung dari situasi dan harus melihat dari beberapa faktor seperti:
Pasien dengan masalah salauran pencernaan atas (stenosis esofagus, tumor mulut atau faring atau juga esofagus dll)
Pasien yang tidak mampu menelan
Pasien pasca operasi pada hidung faring atau esofagus
Namun hal yang paling penting adalah pencegahan terjadinya komplikasi karena pemasangan OGT. Strategi pencegahan harus mencakup peralatan yang steril dan pengecekan sesudah pemasangan OGT dan profesionalisme tenaga medis. Dept. of Surgery, University Medical Center, Stanford School of Medicine, 300 Pasteur Drive, Stanford, CA 94305, USA
KESIMPULAN DAN SARAN Prosedur pemasangan OGT yang baik dan sesuai prosedur dapat mengurangi resiko komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan OGT yang tidak sesuai.Hal itu menandakan perlunya
sikap profesionalisme dari pekerja medis dalam
melakukan tindakan medis yang sudah mempunyai prosedur baku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Simpson C, Schanler RJ, Lau C. 2002. Early introduction of oral feeding in preterm infants. Pediatrics. 2002 ;110(3):517-22.
2. Setiowulan. 2000. Cegah Penyakit aspirasi pneumonia pada anak.
3. El Soetopo. 2011. STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR MEMASANG OGT (ORAL GASTRIC TUBE). http://networkedblogs.com/iWWLg (16 April 2014)
4. Dept. of Surgery, University Medical Center, Stanford School of Medicine, 300 Pasteur Drive, Stanford, CA 94305, USA
5. Amin, Muhammad. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.