CASE REPORT Infeksi Saluran Kemih Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian ILMU KESEHATAN ANAK AKULT AKULTAS KED!KTE"AN UNI#E"SIT UNI#E"S ITAS AS K"ISTEN IND!NESIA
Disusun oleh : Gilbert Richard Sulivan Tapilatu Tapilatu 0761050176
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULT AKULTAS KEOKTERAN KEOKT ERAN UNI!ERSIT UNI!ERSI TAS KRISTEN INONESIA RS PGI CIKINI "AKARTA "AKARTA #$%&
$
BAB I PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, ISK merupakan penyakit penting pada anak, karena menyebabkan gejala tidak khas. ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. 2 Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik pada urin, uretra, kandung kemih, atau ginjal. 3 ISK pada anak disebabkan infeksi mikroorganis gram negatif terbanyak e oli. !isa juga oleh gram positif seperti "irus dan jamur. ISK dapat terjadi pada #$ anak perempuan dan %&2$ anak laki&laki. 2 Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah menapai %'&%'' kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (',%&%$). Sebelum usia % tahun tahun,, ISK lebih lebih banyak banyak terjad terjadii pada pada anak anak laki&la laki&laki. ki. Sedang Sedangkan kan setelah setelahnya nya,, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. isalnya pada anak usia pra sekolah di mana ISK pada perempuan menapai ',$, sementara pada laki&laki hanya ',2$. *an rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 3' kali lebih besar dibanding pada anak a nak laki&laki. *an pada anak laki&laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi %+#&%+2' dari anak laki&laki yang tidak disunat. Infeksi Saluran Kemih pada bayi dan anak&anak keil merupakan suatu keadaan yang perlu diermati karena #$ dari penderitanya hanya menunjukkan gejal gejalaa yang yang amat amat samar samar deng dengan an risik risiko o keru kerusak sakan an ginj ginjal al yang yang lebi lebih h besar besar diband dibanding ingkan kan anak&a anak&anak nak yang yang sudah sudah lebih lebih besar besar.% .% *an kerusa kerusakan kan ini dapat dapat berujung pada hipertensi atau menurunnya menurunnya fungsi ginjal.
%
BAB I PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, ISK merupakan penyakit penting pada anak, karena menyebabkan gejala tidak khas. ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. 2 Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik pada urin, uretra, kandung kemih, atau ginjal. 3 ISK pada anak disebabkan infeksi mikroorganis gram negatif terbanyak e oli. !isa juga oleh gram positif seperti "irus dan jamur. ISK dapat terjadi pada #$ anak perempuan dan %&2$ anak laki&laki. 2 Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah menapai %'&%'' kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (',%&%$). Sebelum usia % tahun tahun,, ISK lebih lebih banyak banyak terjad terjadii pada pada anak anak laki&la laki&laki. ki. Sedang Sedangkan kan setelah setelahnya nya,, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. isalnya pada anak usia pra sekolah di mana ISK pada perempuan menapai ',$, sementara pada laki&laki hanya ',2$. *an rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 3' kali lebih besar dibanding pada anak a nak laki&laki. *an pada anak laki&laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi %+#&%+2' dari anak laki&laki yang tidak disunat. Infeksi Saluran Kemih pada bayi dan anak&anak keil merupakan suatu keadaan yang perlu diermati karena #$ dari penderitanya hanya menunjukkan gejal gejalaa yang yang amat amat samar samar deng dengan an risik risiko o keru kerusak sakan an ginj ginjal al yang yang lebi lebih h besar besar diband dibanding ingkan kan anak&a anak&anak nak yang yang sudah sudah lebih lebih besar besar.% .% *an kerusa kerusakan kan ini dapat dapat berujung pada hipertensi atau menurunnya menurunnya fungsi ginjal.
%
!ila tidak ditanggulangi seara serius, ser ius, ISK dapat menyebabkan komplikasi berupa batu saluran kemih, hipertensi, ataupun gagal ginjal yang memerlukan tindakan tindakan ui darah atau angkok angkok ginjal. *engan *engan latar belakang tersebut, penulis penulis merasa perlu untuk mengangkat kejadian ISK sebagai kasus yang perlu mendapat perhatian.
&
BAB II LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Seorang anak bernama berusia %' tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama islam dengan berat badan 2- kg yang beralamat *esa !under, Susukan masuk ke raat inap /S0* Arjainangun tanggal 2- februari 2'%%. 1rang tua pasien yaitu ayahnya bernama n./ yang berirasasta dengan pendidikan terakhir yaitu SA. Sedang ibu pasien bernama 4y. 4 yang hanya seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir yaitu S*.
II.
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari Ibu pasien tanggal 2 5ebruari 2'%% Ibu pasien mengatakan baha keluhan utama pasien adalah demam sejak 6 - hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien juga mengatakan baha pasien merasa sakit jika !AK dan menjadi sering !AK, serta nyeri pada ulu hati. /iayat penyakit sekarang pasien datang ke rumah sakit diantar oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak - hari sebelum masuk rumah sakit. *emam tidak terlalu tinggi yang dirasakan sepanjang hari. 7asien juga mengeluhkan menjadi sering berkemih dan sakit saat berkemih. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati. Ibu pas ien mengatakan 3 minggu yang lalu pasien mengalami sakit pada pinggang yang dirasakan selama - hari dan menjadi sering mengompol.
'
/iayat penyakit dahulu pasien menyangkal adanya keluhan seperti ini sebelumnya. /iayat penyakit keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. /iayat pribadi yaitun terbagi menjadi riayat kehamilan sang ibu, ibu ontrol rutin ke bidan selama kehamilan dan 28 suntik . 7ada persalinan, ibu mengalami persalinan normal per"aginam dengan usia kehamilan 3 minggu . !ayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan lahir 32'' gram, panjang 9- m, menangis kuat, gerak aktif dan tidak mengalami sesak serta kebiruan setelah lahir. /iayat makanan sang anak diberikan ASI eksklusif pada usia '&9 bulan. 0sia :&%' bulan diberikan ASI ditambah bubur susu serta buah&buahan 28. pada usia %' ; %2 anak diberikan ASI ditambah 7ASI , nasi tim serta buah&buahan. 0sia % tahun sampai sekarang anak diberikan makanan menu keluarga. /iayat imunisasi menurut pengakuan ibu pasien lengkap. 7asien di imunisasi !<= pada usia ' bulan, imunisasi *7 diberikan pada usia 2,3,9 lalu dilakukan booster pada usia % bulan, imunisasi polio dilakukan pada usia %,2,3,9, imunisasi hepatitis ! diberikan pada usia ',%,: bulan. erakhir adalah ampak pada usia S=. Soial ekonomi dan lingkungan pasien berasal dari lingkungan keluarga ekonomi kebaah. 7erkembangan (sejak lahir sampai sekarang) ibu tidak ingat jelas, ibu mengatakan mulai bisa tengkurap pada usia 9 bulan, mulai duduk pada usia : bulan, merangkak pada usia - bulan, berdiri pada usia %,# tahun, berjalan pada usia 2 tahun berbiara pada usia %# bulan. III.
PEMERIKSAAN FISIK
(
A. Pemeriksaan Umum ( Tanggal ! "e#ruari $%% &
7asien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dan ompos mentis, tanda "ital pasien seperti tekanan darah %%'+-' mm>g, nadi %%2 8+menit, nadi teratur, dan isi ukup, suhu 3,3 '<, dan pernapasan 2' 8 + menit. Status gi?i pada pasien ini dilihat dari berat badan 2- kg dan tinggi badan %3- m, badan terlihat kurus, tidak tampak edema. !erdasarkan kur"a <*< !!+0@ 2- + 32 8 %''$ 9$, !+0 @ %3- + %3- 8 %''$ %''$, !!+!@ 2-+32 8 %''$ 9$. Kesimpulan status gi?i pasien ini adalah gi?i kurang.
B.Pemeriksaan K'usus
Kulit pasien berarna sao matang, memiliki turgor kulit baik, tidak tampak ikterus, dan tidak ada petehiae. !entuk kepala normal, rambut hitam, tidak mudah diabut. ata bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak ekung, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungti"a anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks ahaya positif. elinga bentuk normal, simetris kanan dan kiri,
sedangkan pada auskultasi terdengar bunyi jantung I & II reguler, tidak ada murmur dan gallop. 7ada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi simetris datar, tidak tampak gambaran "ena kolateral. 7ada palpasi teraba supel, nyeri tekan pada kuadran kanan baah dan kiri baah, 0ndulasi (&). 7ada 7erkusi terdengar timpani diseluruh lapang abdomen, shifting dullness (&). 7ada auskultasi terdengar bising usus dalam frekuensi normal, terdengar pula pulsasi aorta abdominalis 7ada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin pasien perempuan, tampak ada tanda&tanda radang. Sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema, lutut teraba hangat.
I.
PEMERIKSAAN PENUN)AN*
7ada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 2- 5ebruari 2'%% didapatkan kadar Ceukosit %:.''' El, Cimfosit :#'', onosit 2%' El, =ranulosit %2'' El, >amoglobin l', g+dl, >ematokrit 33, $, 22,:
>pg, <><
32,9g+dl, rombosit 22- %' 3+El. K=*S
3% mg+dl 7ada pemeriksaan urin lengkap tanggal 2 5ebruari 2'%% didapatkan arna kuning,7> :, berat jenis %,'2', nitrit (&). 7rotein (H%), glaukosa (&), keton (H%), bilirubin (H%), urobilinogen (H%). 7ada pemeriksaan sedimen urin didapatkan leukosit (H#&:), eritrosit (H3&9), epitel (H9), tidak ada Kristal dan silinder. .
RESUME
7asien
perempuan
berusia
%'
tahun
datang
ke
/S0*
Arjainangun dengan keluhan febris sejak 6 - hari S/S. 5ebris dirasakan sepanjang hari. Keluhan ini disertai dengan batuk kering sejak % hari S/S.
*
4yeri perut dirasakan di epigastrium yang disertai mual. 7asien juga mengeluh. Ibu pasien mengatakan 3 minggu sebelumnya pasien mengalami nyeri pada pinggang selama 6 - hari dan enuresis. Keluhan berkurang setelah meminum obat dari arung. *ari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dan ompos mentis, tanda "ital pasien seperti tekanan darah %%'+-' mm>g, nadi %2' 8+menit, nadi teratur, dan isi ukup, suhu 3,3 '<, dan pernapasan 2 8 + menit. 7ada pemeriksaan thora8 dan jantung tidak ada kelainan. 7ada pemeriksaan abdomen, didapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan baah dan kiri baah. 7ada pemeriksaan genitalia eksterna dan ekstremitas tampak tanda&tanda radang. 7ada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 2- 5ebruari 2'%% didapatkan kadar Ceukosit %3''' El, >amoglobin %', l g+dl, >ematokrit 33,l$,
,
<>
22,:>pg, <>< 32,9g+dl, rombosit ::% %' 3+El. K=*S 3% mg+dl 7ada pemeriksaan urin lengkap tanggal 2 5ebruari 2'%% didapatkan arna kuning,7> :, berat jenis %,'2', nitrit (&). 7rotein (H%), glaukosa (&), keton (H%), bilirubin (H%), urobilinogen (H%). 7ada pemeriksaan sedimen urin didapatkan leukosit (H#&:), eritrosit (H3&9), epitel (H9), tidak ada Kristal dan silinder
I.
DIA*NOSIS KER)A
*iagnose kerja pada pasien ini adalah Infeksi saluran kemih, =i?i Kurang, Anemia e. susp. *efisiensi 5B dan hipoglikemi. II.
DIA*NOSIS BANDIN*
*emam yphoid. III. REN+ANA PEN*ELOLAAN
A. Ren,ana Pemeriksaan +
/enana usulan pemeriksaan lanjutan adalah dilakukan biakan urin
B. Ren,ana -erai /an Dii-
erapi yang diberikan adalah IF5* 3! %G tpm makro, eftria8on 28% gr i", ranitidine 283' mg i", metami?ol 383'' mg i". *iet makanan yang diberikan adalah makanan lunak 229' kkal+hari.
I0.
PRO*NOSIS
7rognosis pada pasien ini pada uo ad "itam adalah ad bonam, prognosis uo ad fungtionam adalah ad bonam, dan prognosis uo ad sanationam adalah ad bonam.
BAB III TIN)AUAN PUSTAKA
,
INFEKSI SALURAN KEMIH Pen/a'uluan
Infeksi
saluran
kemih
(ISK)
adalah
keadaan
klinis
akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih.%,2 ISK merupakan salah satu infeksi yang paling sering dijumpai baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju sekalipun. ISK dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin dengan frekuensi dan gejala yang berbeda& beda pada tiap kelompok umurnya. 2 ISK pada anak&anak merupakan hal yang perlu diaspadai karena memiliki gejala yang tidak spesifik sehingga diagnosa sering terlambat, padahal resiko kerusakan ginjal yang progresif pada jangka panjangnya sekitar 2#$. 0ntuk ISK diperlukan perhatian yang khusus oleh para dokter pada lini depan dan pengertian terhadap bahaya ISK pada bayi dan anak. !ila hal ini tidak terdeteksi banyak diantaranya yang akan mengalami ISK berulang yang dapat menyebabkan timbulnya parut pada ginjal bahkan kerusakan ginjal yang permanen. 3 engingat batasan tersebut, maka diagnosis ISK memerlukan biakan mikroorganisme sebagai golden standar diagnosis.%&3 Kuman penyebab ISK yang paling sering ialah golongan Bnterobateriaeae yang berasal dari perineum dan saluran perernaan. B.
Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Angka rasio kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi laki ; laki dan perempuan pada aal kehidupan bayi adalah antara 3 @ % dan # @ %.
$-
setelah masa bayi, anak perempuan lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki ; laki yaitu dengan rasio C+7 % @ 9 untuk infeksi yang simtomatis dan % @ 2# untuk infeksi yang asimtomatis pada anak usia sekolah, diduga faktor uretra yang lebih pendek pada perempuan yang berperan dalam hal ini. *ata pre"alensi rumah sakit /S< Dakarta dalam periode 3 tahun (%GG3& %GG#) didapatkan 2%2 kasus ISK, dengan rata&rata -' kasus baru per tahun. *ata studi kolaboratif pada - rumah sakit pusat pendidikan dokter di Indonesia dalam kurun # tahun (%G9&%GG) dilaporkan angka kejadian kasus baru ISK pada anak berkisar antara ',%& %,G$ dari seluruh kasus pediatri yang diraat . Dumlah ISK kompleks di Dakarta lebih sedikit dari ISK simpleks yaitu 22,2$ dari 92 kasus ISK. eskipun lebih sedikit perlu mendapat perhatian khusus karena dapat bersifat progresif. 3 Angka kekambuhan ukup tinggi yaitu pada anak perempuan 3'$ pada tahun pertama dan #'$ dalam # tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki&laki angka kekambuhan sekitar %#&2'$ pada tahun pertama dan setelah umur % tahun jarang ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi nosokomial di rumah sakit pernah dilaporkan sebanyak %9,2$ per %''' penderita anak, hal ini terjadi biasanya karena pemakaian kateter urin jangka panjang.3 E-i1l1gi
Kuman penyebab infeksi saluran kemih yang tersering adalah B.
$$
7atogenesis ISK sangat kompleks karena menyangkut interaksi dari berbagai faktor, baik dari pihak penjamu ( host ) dan dari faktor "irulensi kuman. 7ada bayi, terutama neonatus biasanya bersifat hematogen sebagai akibat terjadinya sepsis. Sedangkan pada anak&anak infeksi biasanya berasal dari daerah perineum yang kemudian menjalar seara asendens sampai ke kandung kemih, ureter atau ke parenkim ginjal. % !ukti terjadinya ISK dengan jalur asendens adalah ditemukannya strain bakteri yang sama didaerah perineum penderita ISK, yang tidak ditemukan pada anak normal. 7ada anak laki&laki yang tidak disirkumsisi, bakteri patogen berasal dari flora di baah preputium dan frekuensi terjadinya ISK juga lebih besar. 3 Fak-1r Pen2amu (H1s-&
iap indi"idu memiliki kerentanan yang berbeda ; beda terhadap ISK. >al ini dapat diterangkan oleh adanya faktor&faktor hospes, seperti produksi antibodi uretra dan ser"ikal (IgA), dan faktor&faktor lain yang mempengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra.9 omm& >orsfall glikoprotein dan IgA sekretori menegah perlekatan bakteri pada uroepitel. 7ada anak dengan ISK berulang kadar IgA sekretori lebih sedikit dibandingkan dengan anak normal. >al ini menunjukkan adanya defek respon imun terhadap infeksi. 3 Imunosupresi,
diabetes,
obstruksi
saluran
kemih,
dan
penyakit
granulomatosa kronis adalah faktor lain yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. !ila organisme dapat masuk ke dalam kandung kemih, beratnya infeksi dapat menggambarkan "irulensi bakteri. 9 /efluks "esiko ureter (/F0) merupakan fator penjamu utama untuk terjadinya pielonefritis pada anak. /F0 ditemukan pada 2#'$ ( rata&rata) penderita ISK. 7ada pasien dengan ISK yang disertai /F0,'$ menunjukkan gambaran parut ginjal pielonefritik
%$ 1bstruksi dan beberapa kelainan uronefrotapi kongenital juga merupakan faktor predisposisi terjadinya ISK. 1bstruksi paling sering terjadi pada hubungan pel"io ureter, "esiko ureter dan uretra posterior. *emikian pula kelainan fungsional saluran kemih seperti buli&buli neurogenik dan non neurogenerik dapat menimbulkan retensio urin atau inkontinesia yang dapat menimbulkan ISK. 3 Fak-1r irulensi Bak-eri 3
!akteri "irulen berarti mempunyai kemampuan untuk menimbulkan infeksi. !akteri uropatogen adalah strain bakteri yang mempunyai faktor "irulensi spesifik untuk meninbulkan kolonisasi pada uroepitel. ahap aal timbulnya infeksi adalah terjadi perlekatan bakteri pada sel epitel. ahap berikutnya baru terjadi penetrasi bakteri ke jaringan, proses inflamasi dan kerusakan sel. B.asil penelitian menunjukkan baha B.
-:&G9$
mengandung
7&fimbrie,
sedangkan
pada
yang
menyebabkan sistitis hanya ditemukan pada %G&23$. 5aktor "irulensi lain yang ditemukan pada B.
$&
%. Antigen K @ suatu polisakarida pada kapsul yang dapat melindungi bakteri terhadap lisis oleh komplemen dan fagositis. Duga lebih banyak ditemukan pada anak dengan pielonefritis daripada sistisis. 2. Antigen 1 @ bersifat toksik dan menyebabkan terjadinya dema, dan inflamasi. 3. >emolisin @ protein sitotoksik yang pada perobaan in"itro dapat merusak sel epitel (tubulus) 9.
Fak-1r Pre/is1sisi
5aktor predisposisi terjadinya ISK 3 &
Anak perempuan
&
Anak laki&laki tidak disirkumsisi
&
*isfungsi miksi
&
1bstipasi kronik
&
Instrumentasi uretra
&
7emasangan kateter (buli&buli)jangka panjang
&
Infestasi aing kremi
$'
&
!uli&buli neurogenik dan non neurogenik
&
embersihkan feses dari baah keatas
&
andi busa
&
Kelainan anatomi saluran kemih
&
0ropati 1bstruktif
&
Adhesi labia
&
/efluks "esiko ureter
&
!atu saluran kemih
Mani"es-asi klinis
Infeksi saluran kemih dapat simtomatik maupun asimtomatik. 7ada bayi baru lahir gejala dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan pertumbuhan, atau tanda&tanda sepsis. 7ada masa bayi gejala sering berupa panas yang
tidak
diketahu
penyebabnya,
nafsu
makan
berkurang,
gangguan
pertumbuhan berkurang, kadang ; kadang diare atau kening sangat berbau. 7ada usia prasekolah berupa sakit perut, muntah, demam, sering kening, dan mengompol. 7ada usia sekolah gejala spesifik makin nyata berupa mengompol, sering kening sakit aktu kening, atau sakit pinggang 9. *emam dan sakit pinggang merupakan gejala ISK bagian atas (ureter, pielum, dan ginjal) sedangkan gejala ISK bagian baah ( kandung kemih dan uretra) biasanya lebih ringan, umumnya berupa disuria, polakisuria, atau kening mengedan, tanpa demam.
$(
7ada infeksi kronis atau berulang dapat terjadi tanda ; tanda gagal ginjal menahun atau hipertensi serta ganguan pertumbuhan. Seara umum gejala klinis dari infeksi saluran kemih berbeda ; beda yaitu tergantung dari umurnya, berikut uraiannya @ 0mur ' ; % bulan @
=angguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare,
kejang, koma, panas + hipotermia tanpa diketahui sebabnya 0mur % ; 29 bulan@
7anas + hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan
pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih berbau + berubah arna, kadang ; kadang disertai nyeri perut +pinggang. 0mur 2 ; : tahun @
7anas + hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat
menahan kening, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah arna, diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia. 0mur : ; % tahun @
4yeri perut + pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya,
tidak dapat menahan kening, polikisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah arna. Diagn1sis %
7ada Infeksi saluran kemih yang simptomatis, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan dan dengan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa disertai piuria. !ila ditekan silinder leukosit, maka kemungkinan pielonefritis perlu dipertimbangkan. 7emeriksaan laboratorium yang terpenting untuk menegakkan diagnosis Infeksi saluran kemih adalah biakan urine dan pemeriksaan urine lengkap. %. Biakan urin penanpungan urin untuk pembiakan dapat dilakukan dengan 3 ara @
$)
%. 0rin panaran tengah (midstream urien) 2. Kateterisasi kandung kemih 3. 7ungsi kandung kemih ( supra public puncture,SPP ) Sebelum pengambilan ontoh urin perlu dilakukan tindakan asepsis. 7ada pengambilan ara a dan b. genetalia eksterna dibersihkan dulu dengan air bersih atau larutan sublimate %$. 7ada anak perempuan labia minor harus dibuka dan pada anak laki& laki preputium perlu ditarik kebelakang pada saat pembersihan. 7ungsi kandung kemih dilakukan sebagai berikut@ daerah suprapubis dibersihkan dengan larutan jodium 2 dan alohol -'$. Sebelumnya anak disuruh menahan kening selama 6 % jam dan dilanjurkan banyak minum. 7ungsi dilakukan dengan jarum semprit # atau %' ml, pada tempat kira&kira ',#&% m diatas simfisis pubis. *engan ara a dan b, biakan urin dianggap positif atau bermakna bila didapat jumlah kuman %''.''' atau lebih per&mililiter urin. Dumlah kuman antara %'.'''& %''.'''+ml urin dianggap meragukan dan perlu diulang. !ila jumlah kurang dari %'.'''+ml urin maka hasil ini dianggap sebagai kontaminasi. Sebaiknya biakan urin dilakukan dua kali berturut&turut agar didapatkan hasil yang lebih pasti (derajat kepastian G#$). >asil biakan urin dengan ara pengambilan pungsi kandung kemih dianggap positif atau bermakna bila ditemukan 2'' kuman atau lebih per&mililiter urin. >al lain yang perlu dilakukan ialah aktu antara pengiriman bahan dan penanaman dalam media biakan. !ila urin dibiarkan dalam suhu kamar selama jam atau lebih maka epat membiak sehingga akan menberikan hasil yang positif palsu. !ila urin tidak segera dikirim kelaboratorium, maka harus disimpan selama 29&9 jam tanpa merubah jumlah kuman.
$*
(Ames,o). aranya ialah dengan menelupkan mirosti8 ke dalam urin yang tampung seperti pada biakan kon"ensional, kemudian diinkubasi selama 29 jam. *engan ara ini ternyata ditemukan korelasi yan tinggi dengan hasil biakan seara kon"ensional dengan kepekaan sebesar G3,$ dan spesifitas G#,#$. %. Pemeriksaan urin lengkap !ila pada pemeriksaan sediment urin ditemukan piuria pada #'$ kasus ISK. idak ada korelasi yang pasti antara piuria dan bakteriuria, tetapi pada seiap kasus dengan piuria haruslah diurigai kemungkinan adanya ISK. 7emeriksaan yang penting dilakukan ialah 7ielografi intra"ena (7IF) dan iksio&sisto&uretrografi (S0). Kedua pemeriksaan tersebut sedapat mungkin dilakukan pada semua penderita
ISK.
7emeriksaan
7IF
dapat
memberikan
gambaran
tentang
kemungkinan terjadinya pielonefritis kronis dengan melihat bentuk dan besarnya kedua ginjal, adanya gambaran yang asimetri antara kedua ginjal karena perbedaan bentuk dan ukurannya, kalises yang tumpul dan atau melebar atau terbentuknya jaringan parut. Duga dapat ditemukan tanda ; tanda kelainan kongenital maupun kelainan obstruktif atau kelaianan anatomis. 7ada pemeriksaan S0 dapat ditemukan tanda&tanda refluks "esiko&ureter atau penyempitan pada muara uretra. 7emeriksaan lain yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar ureum dan kratinin darah atau yang lebih teliti lagi bila diperiksa klerens ureum dan kratinin untuk mengetahui derajat fungsi ginjal.
ISK #agian a-as /an #a4a'
$+
*alam penanganan dan pengobatan perlu diketahui apakah infeksi terdapat pada traktus urinarius bagian atas (ureter,pielim dan ginjal) atau hanya pada bagian baah (kandung kening dan uretra). ISK bagian atas dianggap lebih berat karena dapat mengakibatkan kerusakan ginjal. enbedakan kedua lokasi infeksi ini tindaklah mudah pada seorang anak, terutama pada bayi. 7emeriksaan langsung terhadap infeksi bagian atas dapat dilakukan dengan biakan urin yang diambil dengan kateterisasi dari kedua ureter, namun hal ini jarang dilakukan pada anak karena dapat bersifat traumatis. pemeriksaan seara tidak langsung yang memberi petunjuk kearah ISK baian atas adalah terdapatnya gejala demam, sakit pinggang, terdapatnya silinder leukosit diurin, laju endap darah yang meninggi dan peninggian kadar protein <& reaktif. pemeriksaan lain yang lebih sukar adalah biakan urin dengan bladder washout technique (penampungan urin setelah penuian buli&buli dengan larutan asepti), antibodi coated bacteria (pemeriksaan bakteri yang diliputi oleh antibodi ) dan sebagainya. 7enurunan pungsi ginjal, hipertensi, a?otemia dan terdapatnya parut ginjal ( pyelonephiritic scaming ) pada pemeriksaan radiology menjurus pada ISK bagian atas. ISK bagian baah biasanya lebih ringan, umumnya tanpa gejala demam, hanya ditandai dengan gejala lokal seperti disuria, polakisuria atau kening mengedan. 7ada pemeriksaan sedimen urin sering ditemukan leukosit yang berkelompok. Peng1#a-an /an elaksanaan
%.
7engobatan seara umum, yaitu terhadap panas, muntah, dehidrasi dan lain&lain. *isamping ISK anak juga dianjurkan untuk banyak minum dan jangan menbiasakan menahan kening. 7engobatan simtomatik terhadap keluhan sakit kening dapat diberikan pena?ofiridin (piridium) -&%' mg+kgbb+hari. *isamping ISK perlu juga menari dan mengurangi atau menghilangkan fator predisposisi seperti obstipasi, alergi, in"estasi aing
$,
dan memberikan kebersihan perineum meskipun usaha&usaha ini kadang& kadang tidak selalu berhasil.%'
2.
7engobatan khusus
7enanggulangan ISK ditujukan terhadap 3 hal, yaitu@ %. pengobatan terhadap infeksi akut 2. pengobatan dan penegahan infeksi berulang 3. endeteksi dan melakukan koreksi bedah terhadap kelainan anatomis, ongenital maupun yang didapat, pada traktus urinarius. %. pengobatan infeksi akut . 7engobatan yang segera dan adekuat pada fase akut dapat menegah atau mengurangi kemungkinan timbulnya pielonefritis kronis. 7ada keadaan berat atau panas tinggi dan keadaan umum yang lemah, pengobatan segera dilakukan tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi kuman. 7ada infeksi akut yang simpleks (unompliated infetion) diberikan antibiotika +kemoterapi oral. 1bat yang sering dipakai sebagai pilihan utama ( primary drug ) ialah ampisilin, kontrimoksa?ol, sulfisoksa?ol, asam nalidiksat dan nitrofurantion. Sebagai pilihan kedua (seondary drug) dapat dipakai obat galongan aminoglikosid (gentamisin, sisomisin, amikasin dan lain&lain)L sefakleksin, doksisiklin dan sebagainya. 7engobatan diberikan selama - hari. : 2. Pengobatan dan pencegahan infeksi berulang *alam pengamatan selanjutnya 3''$ penderita akan mengalami infeksi berulang dan sekitar #'$ diantaranya tanpa gejala. 1leh karena itu perlu dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase
%-
akut, kemudian % bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti pengobatan pada fase akut. !ila relaps atau reinfeksi terjadi lebih ari 2 kali, maka pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan profilaksis, dengan obat&obat anti septis urin, yaitu nitrofurantion, kontrimoksa?ol, sefaleksin atau metenamin mandelat. 7ada umumnya diberikan seperempat dosis normal, satu kali sehari pada malam hari slama 3 bulan. !ila infeksi traktus urinarus disertai dengan kelainan anatomis (disebut ISK kompleks atau complicated urinary infection), maka hasil pengobatan biasanya kurang memuaskan. 7emberian obat disesuaikan dengan hasil uji resistensi dan dilakukan dengan terapi profilaksis selama : bulan dan bila perlu sampai 2 tahun. %' 3. Koreksi pembedahan !ila pada pemeriksaan radioogis ditemukan obtruksi, maka perlu dilakukan koreksi bedah. 7enanganan terhadap refluks tergantung dari derajat stadiumnya. /efluks stadium I sampai III biasanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap infeksinya. 7ada stadium IF perlu dilakukan koreksi bedah yaitu dengan reimplantasi ureter pada kandung kemih (ureteroneosistostomi). 7ada keadaan& keadaan tertentu misalnya pada pionefritis atrofik kronik, tindakan nefrektomi kadang&kadang perlu dilakukan. An-i#i1-ika 5 6 4eonatus 7 ampisilina @ #'&%'' mg+kg !!+29 jam I+%F , dibagi 3&9 dosis
&
=entamisin @ #&- mg+kg !!+29 jam I+%F , dibagi 2&3 dosis
&
obramisin @ #&- mg+kg !!+29 jam im+%F ,dibagi 2&3 dosis
Antibiotika diberikan selama %'&%9 hari M Anak
%$
&
Kotimoksa?ol
&
Ampisilina
@ 9& mg 7 +kg !!+29 jam I+%F , dibagi 2dosis @ #'&%'' mg+kg !!+29 DA I+%F ,dibagi 3&9
dosis &
Amoksilina
@ #'&%'' mb+kg !!+29 jam I+%F ,dibagi 3&9 dosis
&
Safaleksin
@ #'&%'' mg+kg !!+29 jam I+%F , dibagi 3&9
dosis &
Asam nalikdisat
@ #' mg+kg !!29 jam I+%F , dibagi 3 dosis
&
4itrofurantoin
@ 3 mg+kg !!+jam I+%F ,dibagi 3 dosis
Peman-auan
*alam 2 8 29 jam setelah pengobatan fase akut dimulai gejala ISK umumnya menghilang. !ila gejala belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain sesuai dengan uji kepekaan antibiotik. *ilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang 3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah % bulan dan setiap 3 bulan. Dika ada ISK berikan antibiotik sesuai hasil uji kepekaan. !ila ditemukan ada kelainan anatomik maupun fungsional yang menyebabkan obstruksi, maka setelah pengobatan fase akut selesai dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis (lihat lampiran). Antibiotik profilaksis juga diberikan pada ISK berulang, ISK pada neonatus, dan pielonefritis akut. %' K1mlikasi
7ielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik (7ielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi).-
%%
Pr1gn1sis
ISK tanpa kelainan anatomis menpunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang andekuat dan disertai pengaasan terhadap kemungkinan infeksi berulang. 7ognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang andekuat dan dilakukan koreksi bedah , hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluks. *eteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut, kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk menegah terjadinya perburukan yang mengarah ke fase gagal ginjal kronis %.
)enis /an /1sis an-i#i1-ik un-uk -erai ISK %% Ta#el 8 D1sis an-i#i1-ika arene-eral (A&9 Oral (B&9 Pr1"ilaksis (+ )
1bat
*osis
5rekuensi+ (umur bayi)
mg+kg!!+hari
(A& Paren-eral
tiap %2 jam (bayi N % minggu) Ampisilin
%''
tiap :& jam (bayi O % minggu)
Sefotaksim
%#'
dibagi setiap :jam.
%&
=entamisin
#
tiap %2 jam (bayi N % minggu)
tiap jam (bayi O % minggu)
Seftriakson
-#
sekali sehari
Sefta?idim
%#'
dibagi setiap : jam
Sefa?olin
#'
dibagi setiap jam
obramisin
#
dibagi setiap jam
iarsilin
%''
dibagi setiap : jam
(B& Oral
%'
/aat jalan antibiotik oral (pengobatan standar)
Amoksisilin
2'&9' mg+Kg+hari
h
Ampisilin
#'&%''
:h
mg+Kg+hari
Amoksisilin&asam
#' mg+Kg+hari
h
Sefaleksin
#' mg+Kg+hari
:&h
Sefiksim
9 mg+kg
%2h
4itrofurantoinM
:&- mg+kg
:h
Sulfisoksa?oleM
%2'&%#'
:&h
rimetoprimM
:&%2 mg+kg
:h
klafulanat
%(
Sulfametoksa?ole
M
3'&:' mg+kg
:&h
idak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginja
(+& Terai r1"ilaksis
4itrofurantoinM
% &2 mg+kg
Sulfisoksa?oleM
#' mg+Kg (%: malam 'ari&
rimetoprimM
2mg+Kg
Sulfametoksa?ole
3'&:' mg+kg
%)
BAB I PEMBAHASAN
Infeksi
saluran
kemih
(ISK)
adalah
keadaan
klinis
akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih.%,2 7ada kasus ini organ yang terinfeksi adalah saluran kemih. Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Setelah masa bayi, anak perempuan lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki ; laki yaitu dengan rasio C+7 % @ 9 untuk infeksi yang simtomatis dan % @ 2# untuk infeksi yang asimtomatis pada anak usia sekolah, diduga faktor uretra yang lebih pendek pada perempuan yang berperan dalam hal ini. 0sia dan jenis kelamin pasien pada kasus ini sesuai dengan literatur tersebut. Kuman penyebab infeksi saluran kemih yang terser ing adalah B. asil yang didapat dari anamnesa sesuai dengan literature. !erdasarkan literature gejala klinis ISK sesuai umur : ; % tahun yaitu nyeri perut + pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kening, polikisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah arna.
%*
*iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan dan dengan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa disertai piuria. 7emeriksaan laboratorium yang terpenting untuk menegakkan diagnosis Infeksi saluran kemih adalah biakan urine dan pemeriksaan urin lengkap 7ada pemeriksaan laboratorium pasien ini didapatkan leukositosis. 7ada pemeriksaan urin lengkap didapatkan leukosituria dan eritrosituria. 7emeriksaan biakan urin pada kasus pasien ini tidak dikerjakan karena pasien sudah terlebih dulu pulang paksa. 7enatalaksanaan pada ISK dibagi 2 yaitu pengobatan seara umum dan pengobatan khusus. 7engobatan seara umum (simptomatik) yaitu pengobatan terhadap demam, muntah, dehidrasi dan lain&lain.. 7engobatan khusus yaitu memberikan antibiotik untuk eradikasi kuman. 7ada kasus ini, pasien diberikan terapi antibiotik
%+
BAB KESIMPULAN
Anak dengan
diagnosis
ISK
die"aluasi
seara
sistematik.
Denis
pemeriksaan bergabung kepada umur dan manifestasi klinik. !ayi dan anak dibaah 2 tahun perlu dilakukan pemeriksaan 0S= dan S0. 7enitraan skan *SA merupakan pemeriksaan yang sensitif untuk melihat pie lonefritis dan parut ginjal. erapi antibiotik idealnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan resistensi kuman. 7ada anak dengan gejala penyakit yang berat antibiotik dapat diberikan segera, tetapi sebelumnya diambil urin untuk pemeriksaan biakan. Anak dengan gejala ISK yang ringan ukup diberi terapi antibiotik oral selama - hari. 7ada anak dengan pielonefritis akut lama pengobatan %'&%9 hari. !ila ditemukan gejala toksik atau disertai muntah ; muntah anak perlu perlu diraat dan diberikan antibiotik parenteral. 4eonatus dengan ISK harus diraat dan diberikan antibiotik parenteral selama %9 hari. 7engobatan antibiotik pada bakteriuria asimtomatik tidak perlu diberikan. 7engobatan antibiotik profilaksis diberikan pada anak dengan ISK berulang O 38 atau pada yang disertai /F0. 7enegahan ISK dapat dilakukan dengan menjaga hygiene saluran kemih, berkemih seara teratur serta sirkumsisi pada anak laki& laki.
DAFTAR PUSTAKA
%. Catief Abdul, 4apitupulu 7artogi,et al.,%G#, Ilmu Kesehatan Anak 2,Infomedika, Dakarta.
%,
2. Sjahrurahman Agus, iraati .,et al.,2''9, Btiologi *an /esistensi !akteri penyebab Infeksi Saluran Kemih *i /.S. usein, 2''2, *iagnosa *an atalaksana Infeksi Saluran Kemih 7ada Anak dalam #ot %opics In pediatrics II, pp %:2&%-G, 7K! IKA PCF, !alai 7enerbit 5K0I Dakarta. 9. !ehrman, Kliegman, Ar"in, 4elson, %GG:, elson %e&tbook 'f Pediatrics, %#th en,pp %:3, Q! Saunders ill C=,. ahler oroit? D >,. 4ihter CS, artin C, R. Cineea"er Q<. anagement and 7re"ention of ratus 0rinarius Infetion. Dournal of Cong&erm Bffets of edial Implants.2''3. %3(3)@%3G;%#9 G. 7edoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten kota. !uku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. 2''#.hal -'
&-