Capital Asset Pricing Model (CAPM) BAB I PENDAHULUAN
CAPM pertama kali diperkenalkan oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Menurut Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA, CWM, CAPM adalah Model yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari suatu aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang. Capital Asset Pricing Model (CAPM) bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar, atau bagaiman menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Ross (1976) merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Kalau pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk portofolio yang efisien ( karena market portfolio yang mempunyai kedudukan sentral dalam CAPM merupakan portofolio yang efisien), maka APT mendasarkan diri konsep satu harga (the law of one price ).
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda ( hukum satu harga). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang berharga murah dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama sehingga dapat diperoleh laba tanpa resiko. Perbedaan antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap hubungan antar tingkat keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan industri. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas- sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor atau faktor-faktor yang sama. Sebaliknya meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan, model tersebut tidak menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi korelasi tersebut. Baik CAPM maupun APT sama-sama berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko.
Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana mengaplikasikan model-model keseimbangan (CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan APT (Arbitrage Pricing Theory)).
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah model yang menggambarkan
hubungan antara risiko dan return yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas (A model that describes the relationship between risk and expected return and that is used in the pricing of risky securities) Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting. Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik. Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive
strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta. Risiko dan Return
Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan. Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1.
Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
2.
Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
3.
Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
4.
Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
5.
Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral. Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation). Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis
(systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari. Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan dapat membantu dalam menentukan keputusan investasi. Investor biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan (additional returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional risks). Oleh karena itu saham berisiko tinggi (High-risk securities) harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah. Persamaan CAPM
Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs = Expected Return on a given risky security Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan Standard and Poor’s 500-stock-index. β adalah ukuran dar i hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index). Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
Rs = Expected Return on a given risky security Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu terte ntu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher βs) akan dihargai relatif lebih
daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan datang (future stock prices). Resiko Sistematis Dan Resiko Tidak Sistematis
Dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko investor toral dapat dipisakan menjadi dua reiko, atas dasar apakah suatu jenis resiko tertentu dapat dihilangkan dengan sistematis dan resiko tidak sistematis. Esiko sisematis atau dikenal dengan resiko pasar – beberapa penyebut menyebut sebagai resiko umum – merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara keseluruhan. Perubahan asar tersebut akn mempengaruhi variabilitasretur suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Sedangkan resiko yang tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.
2.1.1. Garis Pasar Modal (Capital Market Line) Hubungan antara risiko dan return portofolio efisien akan menghasilkan garis pasar sekuritas modal (capital market line, CML), sementara hubungan antra risiko dan return sekuritas individual akan menghasilkan garis pasar sekuritas (security market line, CML).
Garis pasar modal menggambarkan hubungan antara return harapan dengan resiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Berdasarkan Gambar 6.1 di atas, terlihat bahwa titik M merupakan titik persinggungan antara garis R F-L dengan kurva efficient frontier . Asumsinya, pada pasar yang seimbang semua investor akan berinvestasi pada portofolio M, karena porotofolio M merupakan portofolio aseet berisiko yang optimal. Selanjutnya jika kita tarik garis dari titik R F ke titik L dan menyinggung titik M, maka pilihan investor akan berada pada titik tertentu di sepanjang garis R F-M. Pilihan masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung dari kombinasi porsi dana yang akan diinvestasikan pada asset berisiko dan asset yang bebas resiko. Jika pilihan investor berada pada titik R F, berarti 100% dana investor akan diinvestasikan pada asset bebas risiko. Sebaliknya, jika pilihan investor berada pada titik M,
berarti 100% dana investor diinvestasikan pada asset berisiko. Sedangkan jika pilihan investor berada pada titik-titik setelah titik M (antara titik M dan L), bearti investor menginvestasikan lrbih dananya pada asset berisiko dengan porsi yang melebihi 100%. Tindakan ini sering disebut sebagai short selling, yaitu meminjamkan sejumlah dana sebagai tambahan dana untuk diinvestasikan pada asset berisiko (sehingga total dana yang diinvestasikan adalah 100% plus porsi pinjaman).
Jika kurva efficient frontier dalam gambar 6.1. di atas kita hilangkan, dan hanya kita ambil titik M saja sebagai portofolio asset berisiko yang optimal, maka akan kita dapatkan garis R F-L, yang selanjutnya akan disebut sebagai garis CML. Dengan demikian, garis pasar modal (CML) bisa digambarkan seperti dalam Gambar berikut ini
Gambar di atas merupakan gambar garis padar modal dengan tidak menampilkan efficient frontier . Garis CML tersebut memotong sumbu vertical pada titik R F. Selisi antara tingkat return
harapan dari portofolio pasar (E(R M)) denagn tingkat return bebas risiko merupakan tingkat return tambahan yang bisa diperoleh investor, sebagai kompensasi atas risiko portofolio pasar (σM) yang harus ditanggungnya. Selisi return pasar dan return bebas risiko ini disebut juga dengan premi risiko portofolio pasar (E(R M)-Rf ). Besarnya risiko portofolio pasar ditunjukan oleh garis putus-putus horizontal dari RF sampai σM. Kemiringan (slope) CML pada gambar di atas, menunjukkan harga pasar risiko ( market price of risk ) untuk portofolio yang efisien atau harga keseimbangan return yang disyaratkan pasar untuk setiap
1% kenaikan risiko portofolio. Slope CML dapat dihitung dengan menggunakan rumus : E(RM) - RF = Slope CML σM
Beta Portofolio
Beta sebuah portofolio dapat dihitung sepeti menghitung return harapan portofolio. Return harapan portofolio [E(
2.1.2. Garis Pasar Sekuritas
Garis pasar sekuritas atau security market line (SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat retun harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta). Sedangkan CML, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bisa dipakai untuk meniali tingkat return diharapkan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat risiko portofolio efisien tertentu ( σP).
Return harapn dari sekuritas i terdiri dari dua komponenutama penyusun tingkat return yang disayaratkan investor ( required rate of return), yaitu tingkat return yang bebas risiko dan premi risiko. Tingkat retun yang diharapkan adalah dalam jumlah yang minimum. Retun yang diharapkan investsor untuk berinvestasi pada suatu sekuritas tertentu. Secara sistematis, hubungan tersebut bisa digambarkan persamaan berikut:
K i = tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
= RF + β i [E(RM) – Rf ] Dalam hal ini Ki
= tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) = return portofolio pasar yang diharapkan βi
= koefisien beta sekuritas i
RF
= tingkat return bebas risiko
Dari rumus di atas kita dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i (risk premium). Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan beta sekuritas tersebut
dengan premium risiko pasar ( market risk premium). Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada portofolio pasar E(R M) dengan tingkat return bebas risiko (R F). Premi risiko sekuritas i = βi (market risk premium)
= βi (E(RM) – Rf )
BAB III PEMBAHASAN
Aplikasi CAPM
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM.
Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia. βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya. Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari peneliti lain.
Aplikasi Menghitung Rs
Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak? Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun) Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan cara memprediksi return) βs = 1.2 Sehingga
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06) Rs = 0.06 + 1.2 (0.2) Rs = 0.06 + 0.24 Rs = 0.3 (30%)
Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas terlalu mahal, karena return wajarnya adalah 30% Aplikasi Beta
Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll), Contoh perhitungan:
Return saham X dibandingkan dengan pasar tahun 1-return saham X = -0.05, return pasar -0.12 tahun 2-return saham X = 0.05,
return pasar = 0.01
tahun 3-return saham X = 0.08,
return pasar = 0.06
tahun 4-return saham X = 0.15,
return pasar = 0.10
tahun 5-return saham X = 0.10,
return pasar = 0.05
Sehingga rata-rata return saham X adalah 0.066 dan Rata-rata return pasar adalah 0.02
Menghitung deviasi return saham X tahun 1 = -0.1160 tahun 2 = -0.0160 tahun 3 = 0.0140 tahun 4 = 0.0840 tahun 5 = 0.0340
Menghitung deviasi return pasar X: tahun 1 = -0.14000 tahun 2 = -0.0100
tahun 3 = 0.0400 tahun 4 = 0.0800 tahun 5 = 0.0300
Kalikan masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar: tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162 tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002 tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006 tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067 tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010 Jumlah = 0.0247
Pangkat duakan deviasi return pasar tahun 1 = -0.14000^2 = 0.0196 tahun 2 = -0.0100^2 = 0.0001 tahun 3 = 0.0400^2 = 0.0016 tahun 4 = 0.0800^2 = 0.0064 tahun 5 = 0.0300^2 = 0.0009 Jumlah = 0.0286
Sehingga Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86
Aplikasi Garis Pasar Modal ( Capital Market Line)
Dalam kondisi pasar yang seimbang, terurn harapan pada portofolio pasar adalah 15% dengan deviasi standar sebesar 20%. Tingkat return bebas risiko sebesar 8%. Slope CML akan sebesar: (0,15 – 0,08) : 0,20 = 0,35
Dengan demikian, slope CML sebesar 0,35 ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan 1% risiko portofolio, maka tambahan return yang disyaratkan oleh pasar 0,35%. Dengan mengetahui slope CML dan garis intersep (R F) tersebut, maka kita dapat membentuk persamaan CML tersebut menjadi : E(RP) = RF + E(RM) - RF σM
Dalam hal ini :
E(RM)
= Tingkat return harapan untuk suatu portofolio yang efisien pada CML
RF
= Tingkat return pada asset yang bebas yang risiko
E(RM)
= Tingkat return portofolio pasar (M)
σM σP
= Deviasi standar return pada portofolio pasar = Deviasi standar portofolio efisien yang ditentukan
Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa tingkat return harapan dari setiap portofolio yang efisien pada CML adalah penjumlahan tingkat retun bebas risiko (R F) dengan hasil perkalian antara harga pasar resiko (slope CML) dan risiko portofolio ( σP) tersebut. Dari uraian di atas, beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari penjelasan mengenai garis pasar modal (CML) adalah sebagai berikut : 1.
Garis pasar modal terdiri dari portofolio efisien yang merupakan kombinasi dari asset berisiko dan asset bebas risiko.Portofolio M, merupakan portofolio yang terdiri dari asset berisiko, atau disebut dengan portofolio pasar. Sedangkan titik R F, merupakan pilihan asset bebas risiko. Kombinasi atau titik-titik portofolio di sepanjang garis R F-M ini, selanjutnya merupakan portofolio yang efisien bagi investor.
2.
Slope CML akan cenderung positif karena adanya asumsi bahwa investor bersifat risk averse. Artinya investor hanya akan mau berinvestasi pada asset yang berisiko, jika mendapatkan kompensasi berupa retun harapan yang lebih tinggi. Dengan demikian, semakin besar risiko suatu investasi, semakin besar pula return harapan.
3.
Berdasarkan data historis, adanya risiko akibat perbedaan return actual dan return harapan akan bisa menyebabkan slope CML yang negative. Slope negative ini terjadi bila tingkat return actual portofolio pasar lebih kecil dari tingkat keuntungan bebas risiko.
4.
Garis pasar modal dapat digunakan untuk menentukan tingkat return harapan untuk setip risiko portofolio yang berbeda.
Garis Pasar Sekuritas
K i = tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
= RF + β i [E(RM) – Rf ] Dalam hal ini Ki
= tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) = return portofolio pasar yang diharapkan βi
= koefisien beta sekuritas i
RF
= tingkat return bebas risiko
Dari rumus di atas kita dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i (risk premium). Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan beta sekuritas tersebut
dengan premium risiko pasar ( market risk premium). Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada portofolio pasar E(R M) dengan tingkat return bebas risiko (R F). Premi risiko sekuritas i = βi (market risk premium)
= βi (E(RM) – Rf ) Diasumsikan Beta saham PT Gudang garam adalah 0,5 dan tingkat return bebas resiko (Rf ) adalah 1,5 %. Tingkat return pasar yang diharapkan diasumsikan sebesar 2%. Dengan demikian, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan investor untuk saham PT Gudang Garam: Ki
= 0,015 + 0,5 (0,02 – 0,015) = 1,75%
2.2.
Teori Penetapan Harga Arbitrasi
Salah satu alternatif teori model keseimbangan selain CAPM adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Seperti halnya CAPM, APT menggambarkan hubungan antara risiko dan return,
tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. Estiasi return harapan dari suatu sekuritas dengan menggunakan APT, tidak terlalu dipengaruhi portofolio pasar seperti hanya dalam CAPM. Pada CAPM, portofolio pasar sangat berpengaruh karena diasumsikan bahwa risiko yang relevan adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta (enunjukan sensivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar). Sedangkan pada APT, return sekuritas tidak hanya dipengaruhi oleh portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return harapan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko lainnya. Di samping itu, APT juga tidak menggunakan asumsi-asumsi yang diapaki dalam CAPM, seperti: 1. Adanya suatu periode waktu tertentu, misalnya satu tahun; 2. Tidak ada pajak; 3.
Investor bisa meminjam dan menginvestasikan dananya pada tingkat return bebas risiko (R f ); serta
4.
Investor memilih portofolio berdasarkan return harapan dan variannya.
Asumsi-asumsi CAPM yang masi digunakan adalah : 1. Investor mempunyai kepercayaan yang bersifat homogen;
2. Investor adalah risk-averse yang berusaha untuk memaksimalkan utilitas; 3. Pasar dalam kondisi sempurna; 4.
Return diperoleh dengan menggunakan model factorial
APT didasari oleh pandangan bahwa return harapan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa factor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum, dan bukan merupakan karakteristik khusus perusahaan. Faktor-faktor risiko tersebut harus mempunyai karakteristik seperti berikut : 1.
Masing-masing factor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham-saham di pasar. Kejadian-kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, bukan merupakan fakto risiko APT.
2.
Faktor-faktor risiko tersebut harus mempengaruhi return harapan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian secara empiris, dengan cara menganalisis return saham statistic, untuk melihat bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh secara luas terhadap return saham.
3.
Pada awal periode, factor risiko tersebut tidak dapat diprediksikan oleh padar karena faktorfaktor risiko tersebut mengandung infomasi yang tidak diharapkan atau bersifat mengejutkan pasar (ada perbedaan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang sebenarnya) Dengan demikian, hal penting yang perlu diamati adalah besarnya penyimpangan (deviasi) nilai actual faktor risiko tersebut dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jika suku bunga diperkirakan naik 19% per tahun, dan ternyata kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi adalah 30%, maka penyimpangan sebesar 11% inilah yang akan mempengaruhi return actual selama periode tersebut.
Resiko sistematis dan tidak sistimatis
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi yang berasal dari surprise, merupakan resiko yang dihadapi oleh para pemodal. Meskipun demikian sumber resiko tersebut dapat berasal dari faktor yang mempengaruhi semua atau banyak perusahaan, tetapi ada pula yang spesifik perusahaan tertentu. Dengan demikian sumber resiko dapat dibagi dua koleompok yaitu : 1. Systematic
risk, yang merupakan resiko yang mempengaruhi semua (banyak)
perusahaan. 2. Unsystematic risk, yang merupakan resiko yang mempengaruhi satu (sekelompok kecil ) perusahaan.
Formulanya adalah :
R=E(R)+U =E(R)+m+ ε dimana :
m = resiko sistematis
ε = resiko tidak sistematis Resiko tidak sistematis dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan resiko tidak sistematis dari perusahaan B maka korelasi (εA , εB ) = 0
BAB IV KESIMPULAN
CAPM dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di sebuah perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM terpaksa membuat investasi yang aman dalam jangka pendek dan perolehannya dapat diprediksi dalam jangka pendek daripada investasi yang aman dan perolehan dalam jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan CAPM untuk menguji hipotesa yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien.
Daftar Pustaka
Burton, Jonathan. 1998. Revisiting The Capital Asset Pricing Model. Dow Jones Asset Manager, May/June 1998, pp. 20-28 [Also Available at http: //www.stanford.edu/~wfsharpe/art/djam/djam.htm] (Investopedia, http://www.investopedia.com/terms/c/capm.asp)